Disusun Oleh :
MENYETUJUI
Made Ratna Witari, S.T, M.Ars. Ir. Ayu Putu Utari Parthami Lestari, ST, MT., IPM.
NIK. 200 601 324 NIP. 200 603 027
MENGETAHUI
Koordinator MBKM
Ketua Program Studi Arsitektur Program Studi Arsitektur
Fakultas Sains dan Teknologi UNR Fakultas Sains dan Teknologi UNR
Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi UNR
Dr. Ir. Putu Doddy Heka Ardana, ST., MT., IPM., ASEAN Eng
NIP. 19800501 200501 1 002
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan akhir Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT)
Tahun 2023 Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai
di Desa Adat Kesiman. Maksud dan tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai hasil dari
kegiatan KKNT di Desa Adat Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar.
Selama penyusunan dan penulisan laporan akhir ini kami banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak yang bersedia meluangkan waktunya, sehingga laporan akhir ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak-pihak yang membantu menyelesaikan laporan ini, diantaranya:
1. Dr. Ni Putu Tirka Widanti, MM., M.Hum selaku Rektor Universitas Ngurah Rai atas
izin yang diberikan kepada kami untuk melaksanakan kegiatan Membangun
Desa/Kuliah Kerja Nyata Tematik.
2. Dr. Ir. Putu Doddy Heka Ardana, ST., MT., IPM., ASEAN Eng selaku Dekan Fakultas
Sains dan teknologi Universitas Ngurah Rai atas kesempatan yang diberikan kepada
kami untuk mengikuti kegiatan Membangun Desa/Kuliah Kerja Nyata Tematik.
3. Ir. Ayu Putu Utari Putri Lestari, ST, MT., IPM selaku Kepala Program Studi Arsitektur
Universitas Ngurah Rai yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada kami.
4. Made Ratna Witari, ST., M. Ars selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Prodi
yang telah mendukung, membimbing dan mendampingi kami.
5. I Ketut Wisna, ST. M.M selaku Bendesa Desa Adat Kesiman beserta jajarannya yang
telah memberikan kami izin untuk melaksanakan kegiatan KKNT di Desa Adat
kesiman.
6. Bapak I komang donalt sudiarta. ST. selaku Pembimbing Lapangan dari Tim Perencana
Desa Adat Kesiman yang telah mendukung, membimbing dan mendampingi kami.
7. Bapak Putu Agus Benny Putrayana, ST selaku Pembimbing Lapangan dari Tim
Perencana Desa Adat Kesiman yang telah mendukung, membimbing dan mendampingi
kami.
8. Seluruh masyarakat Desa Adat Kesiman yang sudah membantu kami pada saat
pelaksanaan KKNT di Desa Adat Kesiman.
1
Laporan kegiatan KKN-T kami susun berdasarkan apa yang telah kami jalankan selama
melaksanakan program kegiatan KKN-T di Desa Adat Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur,
Kota Denpasar. Dalam penyusunan laporan akhir ini, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan serta cara penulisan laporan ini. Untuk itu, saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan dan kelengkapan laporan ini sangat diperlukan
dalam membantu kami menjadi lebih baik kedepannya. Semoga laporan akhir ini bermanfaat
bagi yang membutuhkan.
2
ABSTRAK
Berkenaan dengan pelaksanaan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang dicetuskan oleh
Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Pemerintah Republik Indonesia pada
perguruan tinggi serta adanya berbagai permasalahan pembangunan di berbagai wilayah belakangan di
Indonesia, maka pihak Program Studi Arsitektur, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Ngurah
Rai menyusun sebuah program kegiatan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) yang secara khusus
memfokuskan kegiatannya pada Inventarisasi Tinggalan Ruang Bersejarah Dalam Bentuk Digitalisasi
di Pura Pengerebongan . Desa Adat Kesiman kental dengan kegiatan keagamaan serta kebudayaan adat
istiadat dan tradisi yang mengakar dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu daya tarik utama Desa adat
Kesiman adalah keberadaan Pura Agung Petilan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pura
Pengerebongan. Pura Pengerebongan terkenal dengan gaya arsitekturnya. Pura Pengerebongan, sebagai
situs bersejarah dan pusat kegiatan keagamaan, memiliki nilai arsitektural dengan langgam bebadungan
yang kuat. Namun, dengan perkembangan waktu, banyak bagian fisik bangunan atau pelinggih Pura
Pengerebongan mengalami kerusakan. Permasalahan yang dialami saat ini Desa Adat Kesiman adalah
tidak adanya acuan berupa gambar kondisi eksisting bangunan atau pelinggih yang ada di Pura
Pengerebongan sehingga memperhambat proses restorasi atau perencanaan. Tujuan dari pelaksanaan
kegiatan ini adalah melakukan pengarsipan dan inventarisasi wujud Pura Pengerebongan dalam bentuk
digitalisasi baik itu dokumentasi dan gambar visual, yang nantinya akan mendukung perencanaan dan
restorasi bangunan Pura, khususnya dalam konteks pelestarian warisan budaya dan pengembangan
desa. Metode pelaksanakan yang akan digunakan dalam kegiatan KKNT ini adalah tahap persiapan,
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, studi Pustaka dan tahap monitoring.
Kata Kunci : Pura Pengerebongan, Inventarisasi, Digitalisasi
3
DAFTAR ISI
4
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................ 86
6.1 Kesimpulan................................................................................................................ 86
6.2 Saran .......................................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 88
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 89
5
DAFTAR GAMBAR
6
Gambar 4. 31 3D visual Kolam Hias sisi kiri (sebelah pelinggih Melanting) Bale Agung Pura
Pengrebongan ........................................................................................................................... 75
Gambar 4. 32 3D visual Kolam Hias sisi kiri (sebelah pelinggih Melanting) view samping
Bale Agung Pura Pengrebongan .............................................................................................. 75
Gambar 4. 33 3D visual kolam hias sisi kanan Bale Agung Pura pengrebongan .................... 75
Gambar 4. 34 Gambar detail tampak atas kolam hias sisi kanan Bale Agung ........................ 76
Gambar 4. 35 Gambar detail denah kolam hias sisi kanan Bale Agung .................................. 76
Gambar 4. 36 Gambar detail potongan kolam hias sisi kanan Bale Agung ............................ 76
Gambar 4. 37 Gambar detail tampak depan kolam hias sisi kanan Bale Agung ..................... 77
Gambar 4. 38 Gambar detail tampak atas kolam hias sisi kiri Bale Agung ............................ 77
Gambar 4. 39 Gambar detail denah kolam hias sisi kiri Bale Agung ..................................... 77
Gambar 4. 40 Gambar detail potongan kolam hias sisi kiri Bale Agung ................................ 78
Gambar 4. 41 Gambar detail tampak depan kolam hias sisi kiri Bale Agung ......................... 78
Gambar 4. 42 dokumentasi tahap pengerjaan kolam hias sisi kiri Bale Agung Pura
Pengerebongan ......................................................................................................................... 78
Gambar 4. 43 dokumentasi tahap pengerjaan kolam hias sisi kanan Bale Agung Pura
Pengerebongan ......................................................................................................................... 79
Gambar 4. 44 kondisi eksisting Bataran Bale Agung Pura Pengrebongan .............................. 80
Gambar 4. 45 Gambar Bataran Bale Agung sebelum restorasi ............................................... 80
Gambar 4. 46 Gambar bataran Bale Agung sesudah restorasi................................................. 81
Gambar 4. 47 3D Visual tampak depan restorasi Bale Agung Pura Pengrebongan ................ 81
Gambar 4. 48 3D Visual perspektif restorasi Bale Agung Pura Pengrebongan ...................... 82
Gambar 4. 49 3D Visual detail Bebadungan restorasi Bale Agung Pura Pengrebongan ........ 82
Gambar 4. 50 dokumentasi tahap pengerjaan bataran Bale Agung Pura Pengerebongan ....... 83
7
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 tabel program kerja mahasiswa KKNT Desa Adat kesiman .................................. 12
Tabel 1. 2 Tabel jadwal kegiatan KKNT di Desa Adat Kesiman ............................................ 15
Tabel 2. 1 Tabel Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Desa Adat Kesiman ............. 20
Tabel 2. 2 Tabel bangunan/pelinggih Jaba Sisi/Madya Mandala Pura Pengerebongan .......... 24
Tabel 2. 3 Tabel bangunan/pelinggih Jeroan Pura Pengerebongan ......................................... 28
Tabel 2. 4 Tabel Arca/Patung Pelinggih Pura Pengerebongan ................................................ 34
Tabel 4. 1 Tabel 3D Bangunan/Pelinggih Jaba Tengah Pura Pengerebongan ......................... 57
Tabel 4. 2 tabel 3D Bangunan/pelinggih Jeroan Pura Pengerebongan .................................... 62
Tabel 4. 3 Tabel estimasi kebutuhan bata penyengker barat Pura Pengrebongan ................... 71
8
DAFTAR LAMPIRAN
9
BAB I
PENDAHULUAN
Desa Adat Kesiman merupakan salah satu Desa Adat yang ada di Kota
Denpasar. Desa Adat Kesiman meliputi tiga desa dinas yaitu Kelurahan Kesiman,
Kelurahan Kesiman Petilan dan Kelurahan Kesiman Kertalangu. Desa Adat Kesiman
kental dengan kegiatan keagamaan serta kebudayaan adat istiadat dan tradisi yang
mengakar dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu daya tarik utama Desa adat Kesiman
adalah keberadaan Pura Agung Petilan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pura
Pengerebongan. Di Pura Pengerebongan terdapat tradisi yang menjadi ciri khas Desa
Adat Kesiman yaitu tradisi Ngerebong. Ngerebong merupakan Bahasa Bali yang
memiliki arti berkumpul. Oleh karena itu, masyarakat percaya jika para Dewa sedang
berkumpul pada saat tradisi Ngerebong dilaksanakan. Kata Ngerebong itu sendiri yang
juga menjadi nama dari Pura Pengerebongan yang memilik arti tempat berkumpul.
Selain terkenal dengan tradisi keagamaannya, Pura Pengerebongan juga terkenal
dengan gaya arsitekturnya. Pura Pengerebongan, sebagai situs bersejarah dan pusat
kegiatan keagamaan, memiliki nilai arsitektural dengan langgam bebadungan yang
kuat. Namun, dengan perkembangan waktu, banyak bagian fisik bangunan atau
pelinggih Pura Pengerebongan mengalami kerusakan. Sehingga pihak Desa Adat
Kesiman melakukan penataan Pura Pengerebongan baik itu restorasi bangunan atau
10
pelinggih Pura dan perencanaan penambahan elemen-elemen pendukung Pura.
Permasalahan yang dialami saat ini oleh tim perencana Desa Adat Kesiman selaku tim
yang bertanggung jawab dalam pembangunan-pembangunan yang ada di Desa Adat
Kesiman adalah tidak adanya acuan berupa gambar kondisi eksisting bangunan atau
pelinggih yang ada di Pura Pengerebongan sehingga memperhambat proses restorasi
atau perencanaan. Dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan akan pengarsipan dan
inventarisasi wujud Pura Pengerebongan dalam bentuk digitalisasi baik itu
dokumentasi dan gambar visual, dibutuhkannya Inventarisasi Tinggalan Ruang
Bersejarah Pura Pengerebongan yang nantinya akan mendukung perencanaan dan
restorasi bangunan Pura, khususnya dalam konteks pelestarian warisan budaya dan
pengembangan desa. Inventarisasi Pura Pengerebongan berupa digitalisasi visual 3D
dapat memberikan dokumentasi yang akurat dan terperinci mengenai struktur, ukiran,
dan elemen arsitektur pura. Hal ini penting untuk pelestarian warisan budaya,
memastikan bahwa elemen-elemen bersejarah yang ada dapat dijaga dengan baik.
Inventarisasi berupa visual 2D dan 3D juga dapat memberikan pemahaman mendalam
terhadap struktur bangunan pura, termasuk detail-detail arsitektural yang mungkin sulit
dilihat secara langsung. Ini dapat membantu dalam mengidentifikasi elemen-elemen
yang perlu diperbaiki atau direstorasi. Hal ini juga dapat digunakan sebagai panduan
bagi tim perencana Desa Adat Kesiman dalam melakukan perencanaan dan restorasi
Pura, termasuk dalam menentukan bahan yang akan digunakan dan teknik restorasi
yang sesuai dengan karakter asli pura. Selain kaitannya dengan pengembangan dan
restorasi Pura, Inventarisasi Pura Pengerebongan juga dapat digunakan sebagai alat
edukasi untuk masyarakat. Ini dapat membantu meningkatkan pemahaman mereka
terhadap nilai Sejarah dan budaya Pura, sehingga mendorong rasa kepedulian terhadap
pelestarian warisan budaya. Melalui KKN Tematik, mahasiswa memiliki peluang untuk
memberikan kontribusi positif bagi Masyarakat Desa Kesiman dengan merancang dan
melaksanakan program inventarisasi 3D visual pada Pura Pengerebongan. Selain
memberikan manfaat praktis bagi pelestarian situs bersejarah, program ini juga
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengasah keterampilan dalam
bidang teknologi, dokumentasi budaya, dan struktur bangunan, utilitas bangunan, serta
managemen yang berlangsung pada pura pengerebongan
11
terhadap pelestarian warisan budaya, dan mengeksplorasi solusi-solusi inovatif yang
dapat diimplementasikan melalui KKN Tematik. Dengan demikian, laporan ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti baik bagi masyarakat Desa
Kesiman maupun pengembangan akademis dan praktis mahasiswa yang terlibat dalam
program KKN Tematik ini.
12
pada Pura Pengerebongan periode tahun 2013
sebelum mengalami perubahan.
2. Setelah melakukan pengumpulan data, dilakukan
tahap survey lapangan didampingi pihak tim
perencana Desa Adat Kesiman dan Dosen
Pembimbing Lapangan. Survey dilakukan untuk
mengetahui bangunan atau pelinggih apa saja yang
sudah mengalami perubahan pada periode tahun
2013-2014 hingga sekarang. Survey dilakukan
untuk mengetahui titik lokasi bangunan atau
pelinggih yang mengalami perubahan, pengukuran
eksisting serta detail-detail arsitektur pada
bangunan atau pelinggih.
3. Setelah tahap survey, langkah berikutnya adalah
pembuatan 3D modeling. Dalam pemodelan
bangunan atau pelinggih menggunakan teknologi
aplikasi Sketchup.
Kegiatan pembuatan 1. Pada kegiatan pembuatan 3D Pura Pengerebongan
3D Pura di masa sekarang, tahap pertama yang dilakukan
Pengerebongan di adalah tahap survey dan pengukuran lapangan
masa sekarang. langsung. Tahap survey dan pengukuran lapangan
ini dilakukan untuk mengetahui ukuran presisi,
detail langgam/ukiran serta detail-detail arsitektur
bangunan atau pelinggih eksisting Pura
Pengerebongan yang ada saat ini. Tahap ini
didampingi oleh tim perencana Adat Kesiman dan
Dosen Pembimbing Lapangan. Luaran pada
kegiatan ini adalah data ukur eksisting, foto/video
dokumentasi, sketsa gambar.
2. Setelah tahap survey dan pengukuran dilakukan,
kemudian dilanjutkan ke tahap pembuatan 3D
model berdasarkan hasil survey yang dilakukan
sebelumnya.
13
Kegiatan pembuatan Pada kegiatan pembuatan 3D model Pura Pengerebongan
3D Pura di masa depan dilakukan tahap-tahap sebagai berikut :
Pengerebongan di 1. Tahap Evaluasi
masa depan. Tahap ini dilakukan dimana mahasiswa dan tim
perencana Desa Adat Kesiman melakukan diskusi
terkait adanya perbaikan, pembaruan/restorasi dan
perencanaan-perencanaan yang akan dilakukan
pada beberapa pelinggih/bangunan di Pura
Pengerebongan
2. Setelah dilakukannya diskusi, dilakukan tahap
survey dan pengukuran pada pelinggih/bangunan
yang akan dilakukan restorasi atau perencanaan-
perencanaan penambahan elemen pada Pura
Pengerebongan. Pada tahap survey juga dilakukan
diskusi terkait bagaimana desain yang diinginkan
oleh pihak tim perencana Desa Adat Kesiman
terkait restorasi dan perencanaan yang akan
dikerjakan oleh mahasiswa.
3. Setelah tahap survey, mahasiswa malakukan tahap
penggambaran. Baik itu proses pembuatan gambar
kerja berupa gambar 2D dan gambar visual 3D.
4. Setelah gambar kerja 2D dan gambar 3D
dikerjakan, dilakukan tahap monitoring oleh tim
perencana Desa Adat Kesiman dan Dosen
Pembimbing Lapangan.
Selain pembuatan rencana program kerja, dibuatkan juga rencana time schedule
pelaksanaan kegiatan. Ini dilakukan untuk mengetahui batas-batas waktu kegiatan yang
dilaksanakan oleh mahasiswa KKNT Desa Adat Kesiman sehingga output yang
dihasilkan sesuai dengan batas waktu pelaksanaan KKNT.
14
Tabel 1. 2 Tabel jadwal kegiatan KKNT di Desa Adat Kesiman
sumber : analisis penulis, 2024
15
• Laporan Akhir Kegiatan
Dokumentasi menyeluruh mengenai keseluruhan kegiatan, mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Laporan ini
mencakup pendahuluan, gambaran umum masyarakat sasaran,
metode pelaksanaan, hasil pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi
kegiatan.
• Karya Ilmiah
Karya ilmiah akan dipublikasikan, merinci aspek-aspek kajian yang
diangkat berdasarkan sebuah penelitian dari masing masing topik
yang telah didiskusikan oleh dosen pembimbing lapangan. Publikasi
ini akan memberikan kontribusi terhadap literatur ilmiah dan
pengetahuan mengenai inventarisasi 3D dalam konteks warisan
budaya.
• Poster
Poster yang berisi rangkuman kegiatan dan informasi penting
mengenai Pura Pengerebongan. Poster ini akan diserahkan kepada
pihak Desa Adat Kesiman untuk selanjutnya akan dimanfaatkan
sebagai media edukasi baik untuk masyarakat local Desa Adat
Kesiman atau masyarakat luas.
16
BAB II
- Lembaga Desa
Lembaga Desa pada Desa Adat Kesiman terdiri dari beberapa badan seperti lembaga
yang bergerak dalam bidang kebudayaan dan adat di Desa Adat Kesiman antara lain
Sekaa Gong, Sekaa Shanti, Sekaa Bandega, dan Sekaa Subak. Lembaga yang bergerak
dalam bidang perkumpulan di Desa Adat Kesiman antara lain Paiketan Wredha,
Paiketan Serati, Paiketan Pemangku, dan Yowana Desa. Lembaga yang bergerak dalam
bidang di Desa Adat Kesiman antara lain ada Pecalang Desa. Dan Lembaga yang
bergerak dalam bidang ekonomi Desa Adat Kesiman adalah LPD dan BUPDA.
18
2.1.2. Kondisi Geografis Desa Adat Kesiman
Desa Adat Kesiman terletak di Kecamatan Denpasar Timur. Desa Adat Kesiman memiliki
luas wilayah 2,076,5 Ha, yang terdiri dari 1 Kelurahan dan 2 Desa Dinas yaitu Kelurahan
Kesiman, Desa Kesiman Petilan dan Desa Kesiman Kertalangu dan didukung 32
Dusun/Banjar yaitu :
1. Banjar Dajan Tangluk 17. Banjar Kebonkuri Tengah
2. Banjar Kuningan 18. Banjar Bhuana Anyar
3. Banjar Ujung 19. Banjar Kebonkuri Kelod
4. Banjar Meranggi 20. Banjar Kesambi
5. Banjar Ceramcam 21. Banjar Abian Nangka Kaja
6. Banjar Kehen 22. Banjar Biaung
7. Banjar Dauh Tangluk 23. Banjar Dangin Tangluk
8. Banjar Tangguntiti 24. Banjar Batur Sari
9. Banjar Pabean 25. Banjar Kesuma Jati
10. Banjar Kertapura 26. Banjar Saraswati
11. Banjar Kebonkuri Mangku 27. Banjar Kedaton
12. Banjar Kertalangu 28. Banjar Kerta Graha
13. Banjar Abian Tubuh 29. Banjar Abian Nangka Kelod
14. Banjar Tohpati 30. Banjar Dukuh
15. Banjar Kebonkuri Lukluk 31. Banjar Batan Buah
16. Banjar Kertajiwa 32. Banjar Bukit Buwung
19
2.1.3. Kondisi Demografis Desa Adat Kesiman
Desa Adat Kesiman memiliki jumlah penduduk berkisar 28.994 orang yang terdiri dari
anak-anak, orang dewasa dan lansia.
- Data Demografis Jenis Kelamin
Berikut merupakan data kependudukan Desa Adat Kesiman dalam uraian data dibawah:
Tabel 2. 1 Tabel Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Desa Adat Kesiman
(Sumber: Data Monografi Kelurahan Kesiman, Kesiman Petilan, Kesiman Kertalangu,2019)
Berdasarkan data tabel jenis kelamin diatas, maka jumlah akumulasi penduduk di Desa
Adat Kesiman berjenis kelamin laki laki sebesar 14.756 jiwa dan 14.238 dengan jenis kelamin
perempuan. Jumlah total kondisi penduduk berdasarkan masing-masing Kelurahan Kesiman,
Kesiman Petilan dan Kesiman Kertalangu sebanyak 28.994 orang.
Gambar 2. 3 Diagram Rata-rata Usia berdasarkan data demografis Desa Adat Kesiman
(Sumber: Data Monografi Kelurahan Kesiman, Kesiman Petilan, Kesiman Kertalangu, 2019)
Persentase paling tinggi berada di usia 31-60 tahun dan terendah pada usia 0-6 tahun.
Merujuk pada diagram jumlah totalitas akumulasi akhir kategori usia di Desa Adat Kesiman
sebesar 35.385 jiwa.
20
Gambar 2. 4 Diagram Rata-rata Pendidikan berdasarkan data demografis Desa Adat Kesiman
(Sumber: Data Monografi Kelurahan Kesiman, Kesiman Petilan, Kesiman Kertalangu, 2019)
Berdasarkan data diagram diatas Pendidikan Desa Adat Kesiman dimulai dari tidak
bersekolah, bersekolah s/d kejuruan. Persentase tertinggi berada pada tingkatan SLTA
sebesar 9.391 dan persentase terendah berada di tingkat tidak bersekolah sebesar 293.
Total akumulasi kategori pendidikan penduduk Desa Adat Kesiman sebesar 32.021
jiwa.
2.1.4. Kondisi Ekonomi, Sosial, Budaya dan Pariwisata Desa Adat Kesiman
Desa Adat Kesiman memiliki kondisi pertumbuhan perekonomian yang
berbeda pada bidang-bidang usaha seperti sektor jasa/perdagangan, UKM, Koperasi,
Industri/kerajinan rumah tangga, jasa keterampilan dan penyewaan lainnya. Berikut
merupakan data demografi masyarakat Desa Adat Kesiman berdasarkan pekerjaan
sebagai berikut:
21
Merujuk pada diagram data pekerjaan di atas penduduk Desa Adat Kesiman persentase
tertinggi penduduk bekerja sebagai pegawai swasta sebesar 4.057 dan terendah sebesar
204 yaitu bekerja sebagai buruh tani/nelayan. Jumlah totalitas akumulasi akhir kategori
pekerjaan penduduk Desa Adat Kesiman sebesar 8.497 jiwa. Kondisi sosial budaya
Desa Adat Kesiman mencerminkan kekhasan budaya dan adat istiadat. Masyarakat
aktif dalam berbagai himpunan, seperti Desa Adat, Subak (agraris), Sekaa Truna
(kelautan), Sekar Gong (seni karawitan), dan Widya Sabha Dharma Gita (seni suara).
Tradisi Ngerebong, upacara setiap 6 bulan, masih dilestarikan.
Kelompok sosial Desa Adat Kesiman berkontribusi besar dalam menata sistem
irigasi, perikanan, kesenian, dan aktivitas desa. Pengembangan potensi wisata
difokuskan pada pantai Padang Galak dan sungai, dengan rencana progres dalam
pengembangan desa wisata. Pembangunan melibatkan penataan pantai Padang Galak
dan wisata edukasi subak di Desa Budaya Kertalangu, mencerminkan masa
perkembangan pariwisata Desa Adat Kesiman.
22
dari istilah tila yang artinya menanam biji atau benih, kemudian agung diartikan besar dan
memiliki arti seorang raja. Pura Agung Petilan dalam hal ini diartikan tempat suci seorang
raja menanam biji atau benih pemikiran berupa konsep dan ide (Ranuara, 2017: 83-84).
Pura Agung Petilan Kesiman secara karakter dapat digolongkan sebagai pura teritorial,
karena memiliki ciri kesatuan wilayah (territorial) sebagai tempat pemujaan dari anggota
masyarakat suatu desa yang diikat oleh kesatuan wilayah, kesatuan wilayah desa tersebut
adalah Desa Adat Kesiman yang diikat dengan Kahyangan Tiga. Upacara piodalan di Pura
Agung Petilan Kesiman tidak sama pelaksanaannya seperti pura lainnya, karena Pura Agung
Petilan merupakan pura pasamuan sebagai pusat ritual di Desa Adat Kesiman, ditandai dengan
berkumpulnya pratima, pacanangan, sesuhunan barong dan rangda dari berbagai pura se Desa
Adat Kesiman. Ritual pangilen di Pura Agung Petilan dilaksanakan setiap enam bulan sekali,
yaitu pertama disebut dengan Pangebekan dilaksanakan pada hari Kamis (Wraspati) Umanis
Wuku Dungulan (sehari setelah Hari Raya Galungan), kemudian kedua disebut dengan
Pamapagan/Pamendak Agung dilaksanakan pada hari Senin (Soma) Paing Wuku Langkir (dua
hari setelah Hari Raya Kuningan), dan pangilen ketiga disebut dengan Ngarebong atau
Pangrebongan dilaksanakan pada hari Minggu (Redite) Pon Wuku Medangsia (delapan hari
setelah Hari Raya Kuningan).
1. Struktur Pura
Pura Pengrebongan memiliki 2 area utama Pura yaitu area Jeroan Pura atau Utama
Mandala dan area Jaba Tengah atau Madya Mandala dimana terdapat Bale Wantilan
dan Pelinggih Bale Agung.
23
Jeroan
(Utama Mandala)
Jaba Tengah
(Madya Mandala)
24
3 Pelinggih Pelinggih Melanting berada tepat
Melanting didepan Bale Agung. Pelinggih
Melanting biasanya difungsikan
sebagai tempat memohon kesuburan,
kemakmuran dan keselamatan.
25
berupa daksina yang dihias dan
pecanangan.
8 Tajuk Pengaruman Tajuk Pengaruman terletak dibelakang
Bale Agung. Difungsikan sebagai
tempat nglinggih Ida Bhatara pada
saat upacara keagamaan di Bale
Agung.
26
11 Wantilan Berfungsi sebagai tempat sabung
ayam pada prosesi Ngerebong.
27
Tabel 2. 3 Tabel bangunan/pelinggih Jeroan Pura Pengerebongan
sumber : Mahasiswa KKNT Desa Adat Kesiman
Bangunan/Pelinggih Area Jeroan Pura/Utama Mandala
No Nama Gambar Keterangan
1 Kori Agung Kori Agung merupakan pintu
pembatas, dan pintu masuk dari
halaman jaba tengah (madya
mandala) ke halaman jeroan (utama
mandala). Struktur
gapura/paduraksa ini dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan
atap. Bagian kaki terbuat dari
susunan batu bata, tetapi bagian
tangga permukaan atasnya telah
dilapisi dengan beton di depan, dan
dilengkapi sembilan anak tangga,
sedangkan pada bagian kaki sisi
dalam memiliki 11 anak tangga.
Bagian badan gapura/paduraksa
terbuat dari susunan batu bata secara
keseluruhan berukuran panjang
1.623 cm terdiri dari badan
pengawak gede, badan caping, dan
badan pegandong. Badan pengawak
gede terbuat dari batu bata, daun
pintu dan kusen terbuat dari kayu
dengan ambang pintu
(dedanga/ulap-ulap) bersusun enam,
pada atas ambang pintu dipahatkan
ukiran dasar kepala kala bersayap
dengan susunan batu bata menjorok
keluar, tetapi belum selesai diukir,
setiap sudut badan masing-masing
sisinya dihiasi dengan relief simbar
gantung pada bagian atas dan simbar
duduk pada bagian bawahnya.
Badan caping merupakan bagian
28
badan yang mengapit badan
pengawak gede, terbuat dari
susunan batu bata, badan caping
masing-masing pada setiap
sudutnya berhiaskan susunan pola
simbar duduk pada bagian bawah
dan simbar gantung pada bagian
atas, serta pada bagian kuping juga
berhiaskan balok persegi terbuat
dari batu bata yang biasa disebut
dengan subeng berbentuk tapak
dara. Bagian atap gapura/paduraksa
terbuat dari susunan batu bata yang
terdiri dari atap pengawak gede, atap
caping, dan atap pegandong. Atap
pengawak gede terbuat dari susunan
batu bata, disusun bertingkat tujuh
semakin ke atas semakin kecil, pada
bagian puncak berbentuk murdha
terbuat dari batu padas, keempat
sudut atap berhiaskan antefik yang
terbuat dari susunan batu bata
berbentuk segitiga tumpal atau
disebut juga dengan simbar duduk
lengkap dengan ornamen ikut
celedu.
2 Pelinggih Pelinggih Pangenter Pangider
Pengenter Bhuwana terletak di halaman jeroan
Pangider (utama mandala) menghadap ke
Bhuwana timur, tepat berada di sisi timur
sebelah selatan gapura/paduraksa
Kori Agung. Badan bangunan juga
terbuat dari batu bata dengan hiasan
tonjolan pelipit, memiliki ruang suci
atau garbha graha, serta atap
bangunan terbuat dari susunan batu
29
bata bersusun lima semakin ke atas
semakin mengecil dan puncaknya
dilengkapi dengan kemuncak
berbentuk murdha.
3 Pelinggih Pelinggih Pangrurah Agung terletak
Pengrurah Agung di halaman jeroan (utama mandala)
menghadap ke timur, tepat berada di
sisi timur sebelah utara
gapura/paduraksa Kori Agung,
secara struktur bentuknya sama
dengan Pelinggih Pangenter
Pangider Bhuwana, memiliki ruang
suci atau garbha graha, serta atap
bangunan terbuat dari susunan batu
bata bersusun lima semakin ke atas
semakin mengecil dan puncaknya
dilengkapi dengan murdha.
4 Bale Pemaksan Bale Pemaksan pada area Jeroan
Utara Pura Pengerebongan difungsikan
sebagai tempat Gong Gede dan
biasanya juga dilaksanakan kegiatan
mebat pada bangunan ini.
30
6 Bale Pengerauhan Bale Pengerauhan difungsikan
sebagai tempat pemangku untuk
memimpin upacara yang ada di Pura
Pengerebongan.
31
bebadungan pada sisi utara dan
selatan, beberapa bagiannya sudah
rusak, terdapat tujuh anak tangga
menuju selasar badan bangunan.
Reling tangga disusun dengan batu
bata, setiap ujungnya terdapat
tempat arca berbentuk bebaturan.
Badan bangunan terbuat dari
susunan batu bata dengan hiasan
tonjolan pelipit membentuk
pepalihan khas bebadungan,
ditengahnya terdapat altar untuk
meletakkan arca pratima ketika
upacara berlangsung, seperti
pratima Pura Tojan, Pura Siman,
Pura Daton, Pura Dalem Wirasana,
Pura Sekar Ambara, Pura
Kahyangan Bajangan, dan Pura
Petapan Dalem Denpasar. Pada
selasar depan terdapat dua buah
umpak menopang tiang kayu
penyangga atap bangunan.
12 Gedong Dalem Gedong Agung Petilan disebut juga
Gedong Dalem atau Gedong
Mandaragiri terletak pada sisi timur
menjadi bangunan sentral di
halaman jeroan (utama mandala)
menghadap ke barat. Bagian kaki
paling dasar berupa badan kura-kura
dililit naga, di atasnya berbentuk
bujur sangkar terbuat dari susunan
batu bata. Badan bangunan memiliki
hiasan pepalihan khas bebadungan
pada ketiga sisinya, memiliki lubang
pintu garbha graha pada sisi barat,
terdapat sembilan buah umpak
32
menopang tiang kayu penyangga
atap bangunan, pada bagian depan
bangunan terdapat relung dari
susunan batu bata, di atasnya
diletakkan arca Siwa Mahadewa,
Nandiswara, Mahakala, dan dua
arca tokoh, sedangkan di dalam
relung terdapat kepala kura-kura di
lilit naga (bedawang nala).
Garbhagraha merupakan ruangan
suci untuk meletakkan arca pratima
seperti Ratu Dalem, Ratu Pura
Pauman, Ratu Kahyangan, Ratu
Panji, dan Ratu Cakraningrat ketika
upacara berlangsung.
13 Bale Pelinggih Bale Pelinggih Barong letaknya
Barong diapit oleh Gedong Dalem dan
Gedong Manca Dalem. Difungsikan
sebagai tempat nglinggih Ida
Sesuhunan berupa Barong Ket.
33
pecanangan ketika upacara
berlangsung.
Pada beberapa pelinggih yang ada di Jeroan Pura Pengerebongan terdapat Arca/Patung.
Beberapa arca antara lain :
Tabel 2. 4 Tabel Arca/Patung Pelinggih Pura Pengerebongan
sumber : ebooks.denpasartourism.com-diolah mahasiswa KKNT Desa Adat Kesiman
Arca/Patung pada Pelinggih Pura Pengerebongan
No Tempat Arca Nama Arca Gambar Keterangan
1 Gedong Manca Arca Arca berdiri dengan
Dalem/Gedong Balagana 1 kedua kakinya ditekuk di
Manca Desa atas lapik berhiaskan
karang bentolu, tangan
kanan ditekuk di
samping perut, jari
tangan tergenggam
lengkap dengan kuku ibu
jari yang panjang,
sedangkan tangan kiri
ditekuk menumpu ujung
belalai. Arca dipahatkan
berkepala gajah dengan
mata melotot, belalai
terjuntai hingga perut
mengarah ke kiri.
Arca berdiri dengan kedua
Balagana 2 kakinya ditekuk di atas
lapik berhiaskan karang
bentolu, tangan kiri
ditekuk di samping
perut, jari tangan
tergenggam lengkap
dengan kuku ibu jari
yang panjang, sedangkan
tangan kanan ditekuk
menumpu ujung belalai.
Arca dipahatkan
34
berkepala gajah dengan
mata melotot, belalai
terjuntai hingga perut
mengarah ke kiri. Kepala
arca menggunakan
jamang bersusun tiga
dengan motif manik-
manik dan karang
simbar, rambut ikal
dibiarkan terurai,
sedangkan ikat kepala
dengan motif manik-
manik dan karang
simbar.
Arca Arca diletakkan berdiri
Dwarapala dengan kaki kiri ditekuk
Nawasari 1 lebih tinggi di atas lapik
bermotif karang simbar,
tangan kanan ditekuk di
sebelah perut dengan
posisi menggenggam
dimana ibu jari terlipat
keluar di antara jari
telunjuk dan jari tengah,
sedangkan tangan kiri
ditekuk di belakang
kepala membawa
kuncup bunga/sari
bunga. Atribut yang
dibawa inilah membuat
arca dwarapala ini
bernama nawasari.
35
Arca Arca diletakkan berdiri
Dwarapala dengan kaki kanan
Nawasari 2 ditekuk lebih tinggi di
atas lapik bermotif
karang simbar, tangan
kiri ditekuk di sebelah
perut dengan posisi
menggenggam dimana
ibu jari terlipat keluar di
antara jari telunjuk dan
jari tengah, sedangkan
tangan kanan ditekuk di
belakang kepala
membawa kuncup
bunga/sari bunga.
Atribut yang dibawa
inilah membuat arca
dwarapala ini bernama
nawasari.
2 Gedong Dalem Arca Dewa Arca diletakkan di atas
Brahma relung depan Gedong
Agung Petilan/Gedong
Dalem/Gedong
Mandaragiri. Kondisi
arca sudah dicat dengan
warna hijau kombinasi
prada mas, dipahatkan
dengan sikap berdiri
kedua kaki ditekuk di
atas lapik bermotif
karang batu. Tangan kiri
arca dipahat ditekuk ke
depan dada memegang
sampur. Gaya dan motif
hiasan arca Dewa
Brahma sama dengan
36
arca Dewa Wisnu, yang
membedakan hanya
ekspresi wajahnya.
Ekspresi wajah arca
Dewa Wisnu tenang,
sedangkan arca Dewa
Brahma matanya
melotot.
Arca Dewa Arca diletakkan di atas
Wisnu relung depan Gedong
Agung Petilan/Gedong
Dalem/Gedong
Mandaragiri. Kondisi
arca sudah dicat dengan
warna merah kombinasi
prada mas, dipahatkan
dengan sikap berdiri
kedua kaki ditekuk di
atas lapik bermotif
karang batu. Tangan
kanan arca dipahat
ditekuk ke depan dada
memegang sampur,
sedangkan tangan kiri
ditekuk di sebelah perut
memegang ujung kain.
Kepala arca
menggunakan mahkota
cecandian lengkap
dengan karang asti di
belakangnya, petitis di
atas dahi berbentuk
polos.
37
Arca Siwa Arca diletakkan di atas
Mahadewa relung paling tengah
depan Gedong Agung
Petilan/Gedong
Dalem/Gedong Mandara
Giri. Kondisi arca sudah
dicat dengan warna putih
kombinasi prada mas,
dipahatkan dengan sikap
berdiri kedua kaki
ditekuk di atas lapik
kelopak padma. Arca
dipahatkan betangan
empat, kedua tangan
depan disatukan di depan
dada dengan sikap
mudra, tangan kanan
nyambir membawa
bunga ditopang dengan
tangan kiri, sedangkan
kedua tangan belakang
ditekuk ke atas
membawa atribut
laksana yang kondisinya
sudah patah. Kepala arca
menggunakan mahkota
cecandian lengkap
dengan karang manuk di
belakangnya, petitis di
atas dahi berbentuk
polos.
Arca Arca Mahakala
Mahakala diletakkan di atas relung
depan Gedong Agung
Petilan/Gedong
Dalem/Gedong Mandara
38
Giri, kondisi arca sudah
dicat dengan warna
hitam kombinasi prada
mas, sikap arca setengah
duduk dengan kaki
bersilang di atas lapik
bermotif karang batu,
wajah dipahatkan
menyeramkan, mata
melotot, dan gigi taring
mencuat keluar. Tangan
kanan ditekuk ke depan
dada menyilang
membawa gada,
sedangkan tangan kiri
memegang sampur di
samping perut. Arca
Mahakala sebenarnya
arca penjaga pintu
(dwarapala) yang
umumnya berpasangan
dengan Arca
Nandiswara, tetapi di
Pura Agung Petilan
tepatnya di Gedong
Agung Petilan kedua
arca ini diletakkan di
bawah dan mengapit
arca Siwa Mahadewa.
Arca Arca Nandiswara
Nandiswara diletakkan di atas relung
depan Gedong Agung
Petilan/Gedong
Dalem/Gedong Mandara
Giri, sebagai penjaga
pintu (dwarapala) yang
39
umumnya berpasangan
dengan Arca Mahakala,
tetapi di Pura Agung
Petilan tepatnya di
Gedong Agung Petilan
kedua arca ini diletakkan
di bawah dan mengapit
arca Siwa Mahadewa.
40
Trimandala, yang memiliki tingkatan pada derajat kesuciannya, yaitu nista mandala
atau jaba pisan, madya mandala atau jaba tengah, dan utama mandala atau jeroan.
Konsep Tri Mandala antara lain :
a. Nista Mandala atau Jaba Pisan
Nista Mandala atau jaba pisan merupakan zona terluar yang merupakan
pintu masuk pura dari lingkungan luar. Pada zona ini biasanya berupa
lapangan atau taman yang dapat digunakan untuk kegiatan pementasan tari
atau tempat persiapan dalam melakukan berbagai upacara keagamaan.
b. Madya Mandala atau Jaba Tengah
Madya Mandala atau jaba tengah merupakan zona tengah tempat aktivitas
umat dan fasilitas pendukung. Pada zona ini biasanya terdapat Bale Kulkul,
Bale Gong (Bale gamelan), Wantilan (Bale pertemuan), Bale Pesandekan,
dan Perantenan.
c. Utama Mandala atau Jeroan
Utama Mandala atau jeroan merupakan zona paling suci di dalam pura. Di
dalam zona tersuci ini terdapat Padmasana, Pelinggih Meru, Bale Piyasan,
Bale Pepelik, Bale Panggungan, Bale Pawedan, Bale Murda, dan Gedong
Penyimpenan.
3. Pengelompokkan Pura
Dari berbagai jenis pura di Bali dengan pengertian sebagai tempat suci untuk
memuja Hyang Widhi/dewa dan bhatara, dapat dikelompokkan berdasarkan
fungsinya:
1) Pura yang berfungsi sebagai tcmpat untuk memuja Hyang Widhi, para
devata.
2) Pura yang berfungsi sebagai tempat untuk memuja bhatara yaitu roh suci
leluhur.
Selain kelompok pura yang mempunyai fungsi seperti tersebut di atas, bukan
tidak mungkin terdapat pula pura yang berfungsi ganda yaitu sclain untuk memuja
Hyang Widhi/dewa juga untuk memuja bhatara. Hal itu dimungkinkan mengingat
adanya kepercayaan bahwa setelah melalui upacara penyucian, roh leluhur tesebut
telah mencapai tingkatan úiddhadevatà(telah memasuki alam devatà ) dan disebut
bhatara.
Fungsi pura tersebut dapat diperinci lebih jauh berdasarkan ciri (kekhasan) yang
antara lain dapat diketahui atas dasar adanya kelompok masyarakat ke dalam
41
berbagai jenis ikatan seperti: ikatan sosial, politik, ekonomis, genealogis (garis
kelahiran). Ikatan sosial antara lain berdasarkan ikatan wilayah tempat tinggal
(teritorial), ikatan pengakuan atas jasa seorang guru suci (Dang Guru), ikatan politik
di masa yang silam antara lain berdasarkan kepentingan penguasa dalam usaha
menyatukan masyarakat dan wilayah kekuasaannya. Ikatan ekonomis antara lain
dibedakan atas dasar kepentingan sistem mata pencaharian hidup seperti bertani,
nelayan , berdagang, nelayan dan lain-lainnya. Ikatan geneologis adalah atas dasar
garis kelahiran dengan perkembangan lebih lanjut.
Berdasarkan atas ciri-ciri tersebut, maka terdapat beberapa kelompok pura dan
perinciannya lebih lanjut berdasarkan atas karakter atau sifat kekhasannya adalah
sebagai berikut.
1) Pura Umum
Pura ini mempunyai ciri umum sebagai tempat pemujaan Hyang Widhi
dengan segala manifestasinya (dewa). Pura yang tergolong umum ini dipuja
oleh seluruh umat Hindu, sehingga sering disebut Kahyangan Jagat Bali.
Pura-pura yang tcrgolong mempunyai ciri-ciri tersebut adalah pura Besakih,
pura Batur, pura Caturlokapàla dan pura Sadkahyangan. Pura lainnya yang
juga tergolong pura umum adalah pura yang berfungsi sebagai tempat
pemujaan untuk memuja kebesaran jasa seorang pandita guru suci atau
Dang Guru.
Pura tersebut juga dipuja oleh seluruh umat Hindu, karena pada
hakekatnya semua umat Hindu merasa berhutang jasa kepada beliau Dang
Guru atas dasar ajaran agama Hindu. Pura pura tersebut ini tergolong
kedalam karakter yang disebut Dang Kahyangan seperti: pura Rambut Siwi,
pura Purancak, pura Pulaki, pura Ponjok Batu, pura Sakenan, pura Silayukti,
pura Lempuyang Madya dan lain-lainnya. Pura-pura tersebut berkaitan
dengan dharmayàtrà yang dilakukan oleh Dang Hyang Nirartha, paúraman
Mpu Kuturan dan Mpu Agnijaya karena peranannya sebagai Dang Guru.
2) Pura Teritorial
Pura ini mempunyai ciri kesatuan wilayah (teritorial) sebagai tempat
pemujaan dari anggota masyarakat suatu banjar atau suatu desa yang diikat
ikat oleh kesatuan wilayah dari suatu banjar atau desa tersebut. Wilayah
banjar sebagai kelompok sub kelompok dari masyarakat desa adat ada yang
memiliki pura tersendiri. Ciri khas suatu desa adat pada dasarnya memiliki
42
tiga buah pura disebut Kahyangan Tiga, yaitu: pura Desa, pura Puseh, pura
Dalem yang merupakan tempat pemujaan bersama. Dengan lain perkataan,
bahwa Kahyangan Tiga itulah merupakan unsur mengikat kesatuan desa
adat bersangkutan. Nama-nama kahyangan tiga ada juga yang bervariasi
pada beberapa desa di Bali, pura Desa sering juga disebut pura Bale Agung.
Pura Puseh juga disebut pura Segara, bahkan pura Puseh desa Besakih
disebut pura Banua.
Pura Dalem banyak juga macamnya. Namun pura Dalem yang
merupakan unsur Kahyangan Tiga adalah pura Dalem yang memiliki setra
(kuburan). Di samping itu banyak juga terdapat pura yang disebut Dalem,
tetapi bukan merupakan pura sebagai unsur Kahyangan Tiga di antaranya:
pura Dalem Maspahit, pura Dalem Canggu, pura Dalem Gagelang dan
sebagainya (Panitia Pemugaran Tempat- tempat bersejarah dan peninggalan
Purbakala, 1977,12). Di dekat pura Watukaru terdapat sebuah pura yang
bernama pura Dalem yang tidak merepunyai hubungan dengan pura
Kahyangan Tiga, melainkan dianggap mempunyai hubungan dengan pura
Watukaru. Masih banyak ada pura Dalem yang tidak mempunyai kaitan
dengan Kahyangan Tiga seperti pura Dalem Puri mempunyai hubungan
dengan pura Besakih. Pura Dalem Jurit mempunyai hubungan dengan pura
Luhur Uluwatu.
3) Pura Fungsional
Pura ini mempunyai karakter fungsional, umat panyiwinya terikat oleh
ikatan kekaryaan karena mempunyai, profesi yang sama dalam sistem mata
pencaharian bidup seperti: bertani, berdagang dan nelayan. Kekaryaan
karena bertani, dalam mengolah tanah basah mempunyai ikatan pemujaan
yang disebut pura Empelan yang sering juga disebut pura Bedugul atau pura
Subak. Dalam tingkatan hirarkhis dari pura itu kita mengenal pura Ulun
Carik, pura Masceti, pura Ulun Siwi dan pura Ulun Danu. Apabila petani
tanah basah mempunyai ikatan pcmujaan seperd tersebut diatas, maka
petani tanah kering juga mempunyai ikatan pemujaan yang disebut pura
Alas Angker, Alas Harum, Alas Rasmini dan lain sebagainya. Berdagang
merupakan salah satu sistim mata pencaharian hidup menyebabkan adanya
ikatan pemujaan dalam wujud pura yang disebut pura Melanting. Umumnya
43
pura Melanting didirikan didalam pasar yang dipuja oleh para pedagang
dalam lingkungan pasar tersebut.
4) Pura Kawitan
Pura ini mempunyai karakter yang ditentukan oleh adanya ikatan wit atau
leluhur berdasarkan garis kelahiran (genealogis). Pura ini sering pula
disebut Padharman yang merupakan bentuk perkembangan yang lebib luas
dari pura milik warga atau pura klen. Dengan demikian mika pura Kawitan
adalah tempat pemujaan roh leluhur yang telah suci dari masing-masing
warga atau kelompok kekerabatan. Klen kecil adalah kelompok kerabat
yang terdiri dari beberapa keluarga inti maupun keluarga luas yang
merasakan diri berasal dari nenek moyang yang sama. Klen ini mcmpunyai
tempat pemujaan yang disebut pura Dadya sehingga mereka disebut tunggal
Dadya. Keluarga inti disebut juga keluarga batih dan keluarga luas terdiri
lebih dari satu keluarga inti yang juga disebut keluarga besar. Suatu keluarga
inti terdiri dari seorang suami, seorang istri dan anak-anak mereka yang
belum kawin.
2.3.2 Langgam Bebadungan
Kata bebadungan secara etimlogis memiliki pengertian sesuatu yang berkaitan
dengan badung karena kata dasar badung ditambahkan dengan awalan be- dan akhiran
-an. Dalam konteks arsitektur kata bebadungan sering digunakan untuk menyatakan
bentuk arsitektur atau langgam arsitektur yang banyak berkembang di wilayah Badung
yang dominan menggunakan material batu bata. Karakter bebadungan tidak hanya
berkaitan dengan penggunaan material batu bata, tetapi memiliki bentuk ekspresi yang
khas yang tercipta karena penggunaan tektonika konstruksi batu bata. Pada bebadungan
batu bata di eksploitasi dengan melakukan permainan pasangan batu bata, sehingga
tercipta bentuk arsitektur yang khas dan unik. Bentuk ini tercipta karena batu bata
merupakan material bangunan yang memiliki keterbatasan, bersifat porus, getas dan
modular.
Material bangunan batu bata merupakan material modular yang dihasilkan dari
pembakaran tanah liat. Material ini bersifat modular dengan ukuran tertentu. Karena
dihasilkan dari proses pembakaran tanah liat, maka hasil akhir yang diperoleh sangat
tergantung dari kualitas bahan baku yang digunakan, tujuan yang diharapkan dan,
proses pembakarannya, sehingga ada beberapa jenis batu bata yang dikenal masyarakat
seperti batubata Jematang dengan warna lebih tua atau batu bata Tulikup dengan warna
44
merah lebih terang, dan sebagainya. Saat ini dipasaran dapat diperoleh batu bata press
dengan kualitas lebih baik dilihat dari tingkat kekerasannya, ukuran yang lebih presisi,
warna yang lebih seragam dan tingkat durabilitas yang lebih baik.
Pada langgam Bebadungan terdapat beberapa pepalihan yang sering
diaplikasikan pada langgam Bebadungan. Diantaranya :
45
berbeda adalah bentuk dasar palih sasak lebih kotak daripada ornamen mas-
masan yang cenderung berbentuk belah ketupat.
e) Palih Tiasan merupakan jenis pepalihan yang berfungsi memberikan bentuk
melebar pada bagian kaki atau kepala sebuah bangunan/pelinggih. Terdapat
bentuk variasi palih tiasan yang disebut palih tiasan melambe dulang. Palih
tiasan melambe dulang berbentuk melengkung pada bagian yang melebar
seperti bentuk pada dulang (sebuah peralatan upacara di Bali). Adanya palih
tiasan mampu menciptakan kesan kedalaman dalam sebuah bangunan,
sekaligus memberi kesan pembeda antara bagian kepala, tubuh, dan kaki.
f) Palih Gegilak merupakan pepalihan yang digunakan pada bagian leher dekat
dengan palih tiasan ataupun pada bagian kaki dekat dengan palih ganggong.
Palih gegilik berbentuk bulat pada bagian tepi luarnya dengan bentuk setengah
lingkaran mengelilingi bidang tempatnya berada.
g) Palih Baong Capung digunakan pada posisi yang sama seperti palih gegilik.
Palih baong capung dan palih gegilik digunakan bergantian sesuai dengan
estetika yang diinginkan seorang undagi. Baong capung artinya leher capung
(aesha.sp). Pepalihan ini dibuat menyerupai bentuk leher capung dalam persepsi
masyarakat Bali.
h) Palih Ganggong merupakan bentuk dasar dari ornamen ganggongan, yang
digunakan pada bagian kaki bangunan antara palih gumulung dan karang gajah.
Penempatannya lebih dalam dari palih lainnya untuk memberi kesan estetis
yang dinamis pada sebuah bangunan tradisional Bali.
i) Palih Gumulung merupakan pepalihan yang ditempat setelah bagian dasar
pepalihan. Dinamakan gumulung karena bentuknya yang bergulung seperti
waktu menggulung sesuatu. Bentuknya seperti seperempat silinder mengelilingi
tempatnya berada. Pada prakteknya palih ini dapat digantikan dengan palih
tiasan.
46
BAB III
METODE PELAKSANAAN
1.1 Persiapan
Sebelum memulai pelaksanaan program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT)
dilakukannya sebuah persiapan yang dimana tahap persiapan merupakan perencanaan
sebelum melaksanaan tugas yang nantinya akan disepakati. Pada tahapan ini meliputi
kegiatan – kegiatan sebagai berikut :
1.2 Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari tahap persiapan, dimana tahap
pelaksanaan ini mencakupi kegiatan pengumpulan data dan pengolahan data yang akan
dituangkan kedalam bentuk visualisasi 3D Pura Pengerebongan.
47
perancangan. Wawancara ini berfungsi untuk menggali informasi atau
persepsi subjektif dari informan terkait topik yang diteliti.
c. Studi Pustaka
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara relevan dari buku,
artikel, berita, maupun sumber lainnya yang sesuai dengan topik
perancangan.
2. Teknik pengumpulan data
Analisis data dilakukan berdasarkan dengan data yang hasil wawancara, observasi
dan studi Pustaka. Pada analisis data perancangan ini akan menghasilkan beberapa
langkah diantaranya yaitu :
a. Analisis Site
Site dianalisis dan berangkat berdasarkan data yang telah dikumpulkan
dan disesuaikan dengan kondisi yang terjadi dilapangan, sehingga
ditemukan permasalahan yang akan menjadi solusi dan menghasilkan
sebuat karya atau output yang diharapkan mendekati kondisi awal,
kondisi prima dari Pura Pengrebongan.
b. Pembuatan 3D
Setelah hasil dari analisis site dilakukan dan data – data yang telah
dikumpulkan sesuai dengan sebagaimana mestinya, dilanjutkan dengan
memulai pembuatan visualisasi dalam bentuk 3D yang disesuaikan
dengan data – data yang diperoleh sehingga bentuk – bentuk dari
bangunan atau pelinggih dapat dilihat bentuk dasarnya yang nantinya
akan dibuat dan didetailkan di tahap selanjutnya.
c. Finalisasi
Finalisasi 3D dilakukan dengan melakukan pendetailan pada setiap
bangunan atau pelinggih yang ada di Pura Agung Petilan, yang nantinya
akan menghasilkan hasil akhir atau outpun yang sesuai dengan bentuk
awal dan kondisi prima di setiap pelinggih dan bangunan yang terdapat
di Pura Pengrebongan. Visualisasi 3D ditampilkan dalam bentuk 3D
digital dan animasi.
3. Penyusunan Laporan Akhir
Pada akhir kegiatan KKNT di Desa Adat Kesiman, produk kerja yang akan
dihasilkan seperti produk digital berupa poster, video, visualisasi 3D Pura
Pengerebongan. Tahap selanjutnya adalah penyusunan laporan akhir kegiatan
48
KKN-T yang difungsikan sebagai pengumpulan data akhir kerja yang selanjutnya
digunakan sebagai penjelasan tertulis mengenai daftar susunan program kerja
rencana dan yang telah dilaksanakan, daftar program kerja pendampingan, serta
produk akhir kerja beserta penjelasan produk. Laporan akhir KKNT selanjutnya
akan diserahkan kepada para pembimbing KKNT Desa Adat Kesiman untuk dinilai
dan dievaluasi.
1.3 Monitoring
Di tahap ini pihak DPL Dosen dan DPL Desa Adat Kesiman melakukan kegiatan
peninjauan secara bertahap untuk mengetahui setiap kemajuan dari kegiatan yang ada
di program kerja KKNT. Setelah melalui beberapa peninjauan dengan DPL Dosen dan
DPL Desa Adat Kesiman nantinya hasil akhir dari Program Kerja KKNT ini akan
ditinjau dan diberikan penilaian, masukan, maupun dapat berupa pernyataan mengenai
keseluruhan kegiatan berjalannya KKNT yang sudah dilaksanakan, produk kerja akhir,
serta kesan dan dampak yang dirasakan oleh Desa Adat Kesiman selama kegiatan
berjalan KKNT di Desa Adat Kesiman.
49
BAB IV
Capaian hasil kegiatan KKNT di Desa Adat Kesiman dibedakan menjadi 3 antara lain :
1. Inventarisasi berupa 3D visual Pura Pengerebongan periode tahun 2013
2. Inventarisasi berupa 3D visual Pura Pengerebongan saat ini/eksisting
3. Perencanaan-perencanaan dan restorasi beberapa bangunan/pelinggih Pura
Pengerebongan untuk memvisualisasikan wujud Pura Pengerebongan di amsa depan.
Luaran berupa gambar kerja 2D dan gambar 3D visual.
4.1 Inventarisasi berupa 3D visual Pura Pengerebongan periode tahun 2013
Pembuatan 3D pelinggih/bangunan Pura Pengerebongan tahun 2013 adalah
pelinggih/bangunan yang sudah mengalami perubahan bentuk/fasad baik dari penggunaan
material, ukiran/pepalihan. Beberapa pelinggih/bangunan yang mengalami perubahan dari
tahun 2013 sampai saat ini antara lain :
50
Gambar 4. 2 dokumentasi Bale Gong Pura Pengerebongan tahun 2023
sumber : dokumentasi pribadi
Pada fasad bangunan Bale Gong saat ini sudah mengalami banyak perubahan dimana
material penutup dinding dan kolom menggunakan bata press keseluruhannya.
Pepalihan yang digunakan juga menggunakan langgam Bebadungan dimana langgam
ini merupakan ciri khas dari Pura Pengerebongan.
Gambar 4. 3 hasil 3D visual wujud Bale Gong Pura Pengerebongan tahun 2013
sumber : kelompok KKNT Desa Adat Kesiman
Gambar 4. 4 3D visual bangunan/pelinggih belakang Bale Agung Pura Pengerebongan tahun 2013
sumber : kelompok KKNT Desa Adat Kesiman
51
Pada area belakang Bale Agung terdapat beberapa pelinggih dan Gudang yang
mengalami beberapa perubahan dari tahun ke tahun. Pada gambar 4.4 bangunan yang
berada paling kiri merupakan bangunan Gudang. Pada tahun 2013, dinding bangunan
Gudang menggunakan potongan-potongan bambu dan dibawanya menggunakan bahan
anyaman bedeg. Kemudian pelinggih disamping gudang yaitu Tajuk Pengaruman,
pelinggih Ida Bhatara Sri, Pelinggih Ida Bhatara Sedana memiliki bentuk yang
menggunakan pakem bebadungan tetapi menggunakan palih yang sederhana.
Gambar 4. 5 3D visual bangunan/pelinggih belakang Bale Agung Pura Pengerebongan tahun 2023
sumber : kelompok KKNT Desa Adat Kesiman
52
Pada Pelinggih Melanting tahun 2023 (gambar 4.6) memiliki palih bebadungan yaitu
dibagian atas menggunakan palih rongan dimana palih rongan yang digunakan adalah
rongan terbuka dimana tidak ada tutup/murda di bagian atasnya. Pada badan pelinggih
juga menggunakan palih kekarangan dan sehingga terlihat lebih rumit.
Pada tahun 2013, bentuk pelinggih melanting masih sangat sederhana yaitu hanya
menggunakan palih sebitan. Tidak ada penambahan palih seperti palih karang dan
sancak. Yang membedakan juga pada bagian atasnya tertutup dengan menggunakan
palih sebitan.
4.1.4 Pembuatan 3D Penyengker Pura Pengerebongan
Pada penyengker Pura Pengerebongan terdapat perbedaan wujud penyengker tahun
2013 dengan yang sekarang. Pada tahun 2013 penyengker Pura Pengerebongan
menggunakan pakem ukiran Gianyaran. Dimana terdapat kekarangan seperti karang
goak dan karang tapel yang diukir dan berbahan batu candi. Hal ini berbeda dengan
pakem Pura Pengerebongan yang menggunakan pakem Bebadungan. Saat ini kondisi
penyengker sudah disesuaikan dengan bangunan Pura Pengerebongan yang
menggunakan pakem Bebadungan dan berbahan bata merah.
53
Gambar 4. 9 kondisi penyengker Pura Pengerebongan saat ini (tahun 2023)
sumber : dokumentasi pribadi
54
Hasil survey dan pengukuran kemudian dituangkan dalam bentuk sketsa 2D dan 3D. sketsa
kasar ini mencakupi proporsi, ukiran/pepalihan bangunan atau pelinggih. Kemudian dari sketsa
dituangkan kedalam bentuk 3D model menggunakan aplikasi software Sketchup.
55
Gambar 4. 14 Dokumentasi survey Bale Kulkul Pura Pengrebongan
sumber : dokumentasi pribadi
56
Gambar 4. 17 Dokumentasi survey Bale Pelinggih Ratu Ayu dan Bale Pengerauhan
sumber : dokumentasi pribadi
Output yang dihasilkan dari proses inventarisasi Pura Agung petilan atau Pura
Pengrebongan gambar visual rdalam bentuk gambar 3D. Dapat dilihat sebagai berikut.
57
1 Candi
Bentar
2 Bale
Kulkul
3 Bale Gong
58
4 Pelinggih
Melanting
5 Pelinggih
Balang
Tamak
59
6 Bale
Agung
7 Tajuk
Pengarum
an
8 Pelinggih
Ida
Bhatara
Sedana
60
9 Pelinggih
Ida
Bhatara
Sri
10 Wantilan
61
Tabel 4. 2 tabel 3D Bangunan/pelinggih Jeroan Pura Pengerebongan
sumber : kelompok KKNT Desa Adat Kesiman
Tabel Detail 3D Bangunan/Pelinggih Jeroan atau Utama Mandala Pura Pengerebongan
No Nama Isometri/Detail Tampak Perspektif
1 Kori
Agung
2 Bale
Pemaksan
kaja&kelo
d
62
3 Bale
pelinggih
Ratu Ayu
4 Bale
Pengerauh
an
63
5 Tajuk
Pengarum
an Kaja &
Kelod
6 Pelinggih
Pengerob
Dalem
64
7 Gedong
Dalem
65
8 Bale
Pelinggih
Barong
9 Pelinggih
Ida
Bhatara
Sri
66
10 Gedong
Manca
Dalem
4.3.1 Perencanaan Penyengker sisi barat Pura Pengerebongan (area Bale Agung)
1. Latar belakang perencanaan
Pada area sisi barat Pura Pengrebongan terdapat penyengker dengan kondisi
penyengker yang sudah rapuh. banyak pasangan bata yang lepas dan rusak. Desain
67
penyengker juga hanya berbentuk tembok polos tanpa Pepalihan dan Paduraksa.
Sehingga kondisi ini merusak tampilan/estetika Pura.
Setelah survey dan pengukuran didapatkan panjang penyengker yang akan direnovasi
adalah 55,9 meter. Desain penyengker disamakan dengan penyengker eksisting Pura
Pengrebongan di sebelah Selatan. Material Penyengker menggunakan bata press
darmasaba dengan struktur kolom praktis dan sloof beton.
68
Gambar 4. 21 layout rencana penyengker sisi barat Pura Pengrebongan
Sumber : Mahasiswa KKNT Univ.Ngurah Rai
Gambar 4. 22 3D visual desain rencana penyengker view arah luar sisi Barat Pura Pengrebongan
Sumber : Mahasiswa KKN-T Univ.Ngurah Rai
69
Gambar 4. 23 3D visual desain rencana penyengker sisi Barat Pura Pengrebongan
Sumber : Mahasiswa KKN-T Univ.Ngurah Rai
70
Gambar 4. 25 Gambar detail penyengker barat Pura Pengrebongan
sumber : Mahasiswa KKNT univ. Ngurah Rai
Pada saat ini perencanaan penyengker barat Pura Pengerebongan sudah masuk ke tahap
pengerjaan. Pada tanggal 25 januari 2024 proses pengerjaan penyengker barat Pura
Pengerebongan sudah ke tahap finishing dan hampir rampung.
71
Gambar 4. 26 dokumentasi penyengker barat Pura Pengerebongan sesudah perencanaan
sumber : dokumentasi pribadi
72
Gambar 4. 27 Kondisi eksisting rencana letak kolam hias Bale Agung Pura Pengrebongan
Gambar 4. 28 Gambar rencana posisi kolam hias Bale Agung Pura Pengrebongan
sumber : Dokumentasi Pribadi
Pada gambar 4.12, pada area berwarna kuning merupakan rencana kolam hias sebelah
kiri Bale Agung (sebelah pelinggih melanting). Kolam hias pada sisi ini didesain
dengan 3 patung air mancur Dewi Gangga. Dewi Gangga itu sendiri melambangkan
kesuburan dan pembersihan dengan air suci yang dicurahkannya. Sedangkan pada area
berwarna merah merupakan rencana kolam hias pada sisi kanan Bale Agung. Dimensi
pada kolam hias ini jauh lebih besar dengan kolam hias disebelahnya. Kolam hias pada
73
sisi ini didesain dengan sistem waterflow dan terdapat tanaman air pada kolam hias ini.
Material yang digunakan kolam hias sisi kanan dan kiri adalah bata press darmasaba
dan batu andesit. Desain pepalihan juga tetap diterapkan pada tampilan kolam hias agar
desain tetap berkesinambungan dengan tampilan bangunan/pelinggih di Pura
Pengrebongan. Sistem filtrasi pada kolam hias bale Agung menggunakan sistem
pompa.
Gambar 4. 29 Dokumentasi diskusi dengan Tim Perencana Desa terkait perencanaan Kolam Hias Bale Agung
sumber : Dokumentasi Pribadi
74
Gambar 4. 31 3D visual Kolam Hias sisi kiri (sebelah pelinggih Melanting) Bale Agung Pura Pengrebongan
sumber : kelompok KKNT Desa Adat Kesiman
Gambar 4. 32 3D visual Kolam Hias sisi kiri (sebelah pelinggih Melanting) view samping Bale Agung Pura
Pengrebongan
sumber : Kelompok KKNT Desa Adat Kesiman
Gambar 4. 33 3D visual kolam hias sisi kanan Bale Agung Pura pengrebongan
sumber : Kelompok KKNT Desa Adat Kesiman
75
Gambar 4. 34 Gambar detail tampak atas kolam hias sisi kanan Bale Agung
sumber : Kelompok KKNT Desa Adat Kesiman
Gambar 4. 35 Gambar detail denah kolam hias sisi kanan Bale Agung
sumber : Kelompok KKNT Desa Adat Kesiman
Gambar 4. 36 Gambar detail potongan kolam hias sisi kanan Bale Agung
sumber : Kelompok KKNT Desa Adat Kesiman
76
Gambar 4. 37 Gambar detail tampak depan kolam hias sisi kanan Bale Agung
sumber : Kelompok KKNT Desa Adat Kesiman
Gambar 4. 38 Gambar detail tampak atas kolam hias sisi kiri Bale Agung
sumber : Kelompok KKNT Desa Adat Kesiman
Gambar 4. 39 Gambar detail denah kolam hias sisi kiri Bale Agung
sumber : Kelompok KKNT Desa Adat Kesiman
77
Gambar 4. 40 Gambar detail potongan kolam hias sisi kiri Bale Agung
sumber : Kelompok KKNT Desa Adat Kesiman
Gambar 4. 41 Gambar detail tampak depan kolam hias sisi kiri Bale Agung
sumber : Kelompok KKNT Desa Adat Kesiman
Pada saat ini perencanaan kolam hias Bale Agung Pura Pengerebongan sudah masuk ke tahap
pengerjaan. Pada tanggal 25 januari 2024 proses pengerjaan kolam hias Bale Agung Pura
Pengerebongan sudah ke tahap finishing dan hampir rampung.
Gambar 4. 42 dokumentasi tahap pengerjaan kolam hias sisi kiri Bale Agung Pura Pengerebongan
sumber : dokumentasi pribadi
78
Gambar 4. 43 dokumentasi tahap pengerjaan kolam hias sisi kanan Bale Agung Pura Pengerebongan
sumber : dokumentasi pribadi
79
Gambar 4. 44 kondisi eksisting Bataran Bale Agung Pura Pengrebongan
sumber : kelompok KKNT Desa Adat Kesiman
80
Gambar 4. 46 Gambar bataran Bale Agung sesudah restorasi
sumber : kelompok KKNT Desa Adat Kesiman
Pada gambar 4.36 terdapat penambahan ornamen piring cina pada pepalihan bataran
Bale Agung. Hal ini dimaksudkan untuk menambahkan unsur estetika dan klasik pada
bataran Bale Agung. Hal ini juga dikaitkan dengan desain beberapa bangunan Bale
Kulkul dan Bale Banjar di Desa Kesiman yang banyak terdapat ornamen piring cina
pada desain bangunannya sehingga menjadi ciri khas tersendiri pada desain bangunan
di Desa Adat Kesiman.
2. Hasil Perencanaan restorasi Bale Agung Pura Pengrebongan
Output yang dihasilkan dari proses perencanaan restorasi Bale Agung Pura
Pengrebongan berupa gambar visual rendering dalam bentuk gambar 3D. Dapat dilihat
sebagai berikut :
81
Gambar 4. 48 3D Visual perspektif restorasi Bale Agung Pura Pengrebongan
sumber : kelompok KKNT Desa Adat Kesiman
Pada saat ini perencanaan restorasi bataran Bale Agung Pura Pengerebongan sudah masuk ke
tahap pengerjaan. Pada tanggal 25 januari 2024 proses pengerjaan bataran Bale Agung Pura
Pengerebongan sudah ke tahap finishing. Tetapi penambahan aksen piring cina belum
terpasang sehingga bataran Bale Agung belum rampung 100 %.
82
Gambar 4. 50 dokumentasi tahap pengerjaan bataran Bale Agung Pura Pengerebongan
sumber : dokumentasi pribadi
83
BAB V
EVALUASI KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) yang menitik beratkan
membantu tim Perencana Desa Adat Kesiman dalam perancangan yang akan dilakukan di Pura
Pengerebongan dan kegiatan inventarisasi tinggalan ruang bersejarah dalam bentuk digitalisasi
Pura Pengerebongan secara garis besar berjalan dengan baik serta mampu memberikan dampak
yang positif bagi pihak tim perencana Desa Adat Kesiman dan masyakarat. Namun terdapat
beberapa kendala dan dukungan yang dialami seperti :
1. Faktor Penghambat
Pelaksanaan KKNT yang bisa disebut berjalan lancar dan baik, didalam proses
menyelesaikan tugas-tugas yang telah dikerjakan, tidak luput dari hambatan, terdapat
hambatan yang dihadapi antara lain :
2. Faktor Pendukung
Dalam menghadapi hambatan-hambatan yang disebutkan diatas, ada pula beberapa faktor
yang bisa disebut membantu dalam proses pelaksanaan kegiatan KKNT antara lain :
a. Adanya semangat yang berasal dari mahasiswa peserta KKNT dalam pengerjaan
inventaris 3D Pura Pengerebongan.
b. Adanya dukungan dari pihak DPL Dosen maupun DPL Desa yang selalu memberikan
dukungan yang positif untuk mahasiswa peserta KKNT
84
c. Adanya masukan yang positif dari pihak DPL Dosen dan DPL Desa sehingga
mahasiswa peserta KKNT sehingga dapat memberikan hasil akhir yang maksimal dan
baik.
85
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) selama 6 bulan telah menyelesaikan
program kerja yang sudah direncanakan yaitu :
86
menambah kesejukan pada Area Bale Agung. Output yang dihasilkan dari proses
perencanaan kolam hias Bale Agung Pura Pengrebongan berupa gambar kerja
c. Restorasi bataran Bale Agung Pura Pengrebongan
Di dalam dunia arsitektur tradisional Bali, Pura Pengerebongan menjadi salah
satu contoh arsitektur yang menerapkan pakem bebadungan pada setiap pelinggih
bangunan, seperti pada area utama pura, bale pengrauhan, pelinggih pengerob
dalem, gedong dalem, bale pelinggih barong, gedong manca dalam, dan lain
sebagainya. Namun, pada bale panjang atau bale agung, terdapat sedikit keluar
dari pakem bebadungan antara bangunan masa lampau dan yang dibangun pada
tahun 2000. Output yang dihasilkan dari proses perencanaan restorasi Bale Agung
Pura Pengrebongan berupa gambar visual rendering dalam bentuk gambar 3D.
6.2 Saran
Setelah menjalankan program yang terdapat di Kuliah Kerja Nyata Tematik secara
keseluruhan, penulis mendapatkan banyak wawasan baru yang sangat bermaanfaat baik itu
arsitektur tradisional Bali, sosial, kerjasama kelompok dan lain sebagainya dan ada beberapa
yang menurut penulit dapat ditinjau dan ditingkatan. Hal – hal tersebut terangkum dalam saran
- saran berikut ini :
1. Bagi pembaca, hasil dari program KKNT ini diharapkan dapat menambah
wawasan pengetahuan terkait arsitektur, khususnya arsitektur Bali sehingga
pengetahuan tentang arsitektur Bali tidak dilupakan.
2. Hendaknya monitoring dilakukan sesering mungkin secara berkala agar
kemajuan kegiatan dapat diarahkan menuju tujuan yang ingin dicapai dengan
baik.
Dalam upaya pelestarian langgam Arsitektur Bali hendaknya program KKNT ini dapat
dilanjutkan kembali dengan kelompok baru yang telah disiapkan dengan matang sehingga hasil
akhir dari program ini dapat lebih maksimal lagi dari yang sebelumnya.
87
DAFTAR PUSTAKA
Titib, I Made 2008. “Pengertian dan Fungsi Pura Parahyangan.” Artikel, Institut Hindu Dharma
Negeri Denpasar. Diakses tanggal 20 Januari 2024.
Pengertian dan Fungsi Pura | Kebenaran...Kedamaian...Keindahan (wordpress.com)
Ngurah Agung Jaya, I Gusti 2013. “Komodifikasi Bentuk Pepalihan dan Ragam Hias Wadah Karya
Ida Bagus Nyoman Parta, Desa Angantaka, Kab Badung, Prov Bali.” Jurnal Ornamen 1 PSRD
ISI Denpasar.
Ayu Siwalatri, Ni Ketut 2015. “Bebadungan Dan Identitas Kota Di Bali.” Konservasi Bangunan
Bersejarah Media Informasi Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Bali.
Taru Bali PUPRKIM Prov.Bali MaSIKIAN 2023. “Makna Pura Jejak Sejarah dan Terminologi
dalam Budaya Bali” tarubali.baliprov.go.id. Diakses tanggal 20 Januari 2024.
Makna Pura: Jejak Sejarah dan Terminologi dalam Budaya Bali – Sistem Informasi Wilayah
dan Tata Ruang Bali (baliprov.go.id)
88
LAMPIRAN
89
90
91
92
93
94
Lampiran 2 Gambar Kerja Perencanaan Kolam Hias Bale Agung Pura Pengerebongan
95
96
97
98
Lampiran 3 Gambar Kerja Perencanaan Penyengker Barat Bale Agung Pura Pengerebongan
99
100