Anda di halaman 1dari 86

STUDI KELAYAKAN INSTALASI PENERANGAN RUMAH

DI ATAS UMUR 10 TAHUN DI DESA PANDEAN


KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1


Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

NAMA : EKA PRASETYO AJI


NIM : 5301902001
PROGRAM STUDI : S1- PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Studi Kelayakan Instalasi Penerangan Rumah Di


Atas Umur 10 Tahun Di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten
Rembang” telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian skripsi Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Semarang yang diselenggarakan pada :
Hari : Senin
Tanggal : 25 Juli 2005

Panitia,
Ketua Sekretaris

Drs. Djoko Adi Widodo, M.T Drs. R. Kartono, M.Pd


NIP. 130 750 064 NIP. 131 474 229

Pembimbing I Penguji I

Drs. Subiyanto, M.T Drs. Subiyanto, M.T


NIP. 130 687 603 NIP. 130 687 603

Pembimbing II Penguji II

Drs Suwadi Drs Suwadi


NIP. 130 515 757 NIP. 130 515 757

Penguji III

Drs. Sri Sukamto, M. Si


NIP. 131 945 099
Dekan

Prof. Dr. Soesanto


NIP. 130 875 753
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

 Nikmatilah hidup dengan segala rintangannya, walaupun susah

senang nikmatilah.

 Manusia dikatakan bisa menikmati hidup, jika sudah dapat menikmati

hal-hal yang pahit.

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta

2. Saudara-saudaraku seiman dan seperjuangan

3. Almamaterku Universitas Negeri Semarang

4. Pembaca Budiman
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan


skripsi berjudul “Studi Kelayakan Instalasi Penerangan Rumah Di Atas Umur 10
Tahun Di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang ”. Serta
sholawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada :
1. Prof. Dr. Soesanto, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Teknik UNNES.
2. Drs. Djoko Adi Widodo, M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknik UNNES beserta staf dosen yang telah membekali ilmu pengetahuan
selama penulis mengikuti pendidikan.
3. Drs. Subiyanto, M.T, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
arahan dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir
4. Drs. Suwadi, M.T, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
arahan dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir
5. Rekan-rekan Elektro ’00 yang telah memberikan bantuan dan dorongan
hingga terselesainya skripsi ini.
6. Sahabatku di Wisma Adem Ayem dan rental Juve.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Skripsi ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan
khususnya bidang elektro yang nantinya berguna bagi pembaca.

Semarang, Mei 2005

Penulis
ABSTRAKSI

Eka Prasetyo Aji. Stydi Kelayakan Instalasi Penerangan Rumah Di Atas Umur
10 Tahun Di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Jurusan
Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

Kualitas yang baik suatu instalasi listrik sangat bergantung pada pelaksanaan
penerapan standart peraturan instalasi listrik yakni PUIL 1987. Mengingat pada
prinsipnya tujuan dari pemberlakuan peraturan tersebut adalah untuk pengaman
manusia, barang serta penyediaan enaga listrik yang aman dan efisien. Tetapi setelah
jangka waktu tertentu instalasi listrik diduga akan mengalami perubahan bai secara
kwalitas maupun kwantitas. Berdasarkan alasan tersebut maka peneliti mengadakan
penelitian, dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan pemakaian instalasi
penerangan rumah setelah 10 tahun. Penelitian ini akan mengungkap empat faktor
yaitu meliputi hambatan isolasi,hambatan pentanahan, penampang penghantar pada
penambahan beban titik nyala dan kondisi pengaman instalasi.
Variabel dalam penelitian ini adalah kelayakan instalasi penerangan rumah
setelah 10 tahun, sedangkan populasi penelitiannya seluruh instalasi penerangan
rumah setelah 10 tahun di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang
dengan daya 450 VA. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi obserfasi
dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
diskriptif persentasi.
Hasil analisis data penelitian menunjukkan persentase faktor kelayakan
tahanan isolasi instalasi sebesar 100 %, tahanan pentanahan instalasi sebesar 66,18 %,
penampang penghantar pada penambahan beban titik nyala sebesar 52,94 % dan
pengaman instalasi (MCB) ditinjau dari kondisi fisiknya sebesar 100 %. Tingkat
kelayakan pemakainan instalasi penerangan rumah di Desa Pandean Kecamatan
Rembang Kabupaten Rembang meliputi, 16 rumah tingkat kelayakan instalasi
penerangan sebesar 50 %, kemudian 24 rumah tingkat kelayakan instalasi
penerangannya sebesar 75 % dan 28 rumah tingkat kelayakan instalasi penerangan
sebesar 100 %. Dengan kriteria jika tingkat kelayakan instalasi tiap rumah mencapai
100% dianggap layak pakai dan jika tingkat kelayakan instalasi tiap rumah tidak
mencapai 100% dianggap kurang layak pakai. Disarankan kepada PT. PLN (Persero)
untuk segera meninjau ulang instalasi penerangan rumah yang kurang layak pakai
sesuai dengan tingkat kelayakan instalasinya.
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

ABSTRAK .................................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul ........................................................ 1

1.2 Permasalahan ....................................................................... 4

1.3 Pembatasan Masalah ............................................................ 4

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................. 5

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................ 5

1.6 Penegasan Istilah ................................................................. 6

1.6.1 Studi Kelayakan ........................................................... 6

1.6.2 Instalasi Penerangan Rumah ......................................... 6

1.6.3 Pemasangan ................................................................. 7


1.7 Sistematika Penulisan Skripsi ............................................... 8

1.7.1 Bagian Pendahuluan ..................................................... 8

1.7.2 Bagian Isi Skripsi ......................................................... 8

1.7.3 Bagian Akhir ................................................................ 9

BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................... 10

2.1 Instalasi Listrik Penerangan Rumah ............................................ 10

2.1.1Penghantar Instalasi ....................................................... 10

2.1.2Persyaratan Penghantar Instalasi ................................... 16

2.1.3Pengaman Instalasi ........................................................ 17

2.1.4Pengujian Instalasi ........................................................ 22

2.2 Menguji Instalasi Listrik ............................................................. 23

2.2.1Penampang Penghantar .................................................. 23

2.2.2Tahanan Isolasi (R isolasai)............................................ 24

2.2.3Tahanan Pentanahan ...................................................... 26

2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................... 30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 31

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ..................................................... 31

3.2 Obyek Penelitian ......................................................................... 31

3.2.1Populasi ......................................................................... 32

3.2.2Sampel ........................................................................... 32

3.3 Variabel Penelitian ...................................................................... 32

3.4 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 33


3.4.1 Metode Observasi ........................................................ 33

3.4.2 Metode Dokumenasi ..................................................... 33

3.5 Instrumen Penelitian ................................................................... 33

3.6 Langkah Penelitian ..................................................................... 34

3.6.1Tahap Persiapan .............................................................. 34

3.6.2Tahap Pengambilan Data ................................................. 37

3.6.3Tahap Akhir ..................................................................... 38

3.7 Teknik Analisis Data .................................................................. 39

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 40

4.1Hasil Penelitian ........................................................................... 40

4.2 Pembahasan................................................................................. 43

BAB V. PENUTUP .................................................................................... 46

5.1Simpulan ..................................................................................... 46

5.2 Saran ........................................................................................... 47

5.3 Kelemahan Dan Hambatan Penelitian ......................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 49

LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Alat Ukur Yang Digunakan Dalam Penelitian................................ 34

Tabel 3.2 Format Pengukuran Instalasi Penerangan Rumah .......................... 34


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Penandaan Kabel NYA .............................................................. 12

Gambar 2.2 Penandaan Kabel NYM ............................................................. 15

Gambar 2.3 Cara Mengukur Tahanan Isolasi................................................. 26

Gambar 2.4 Jarak Pemasangan Elektroda Bantu ............................................ 29


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Tabel Diameter Dalam Minimum Pipa Instalasi Listrik Untuk

Pemesangan Kabel Rumah Berisolasi PVC (NYA) ....................................... 50

Lampiran 2 Tabel Kemampuan Hantar Arus Terus Menerus Kabel Instalasi

Berisolasi Dan Berselubung PVC Dengan Penghantar Tembaga (NYM dan

sebagainya) Dan Kabel Fleksibel Serta Pengamannya Pada Suhu Keliling 300 C

Dengan Suhu Penghantar 700 C .................................................................... 51

Lampiran 3 Data Kelayakan Tahanan Isolasi ................................................ 52

Lampiran 4 Data Kelayakan Tahanan Pentanahan ........................................ 53

Lampiran 5 Data Kelayakan Penampang Penghantar Pada Penambahan

Beban Titik Nyala ........................................................................................ 58

Lampiran 6 Data Kelayakan Pengaman Instalasi (MCB) Ditinjau

Dari Kondisi Fisiknya ................................................................................... 61

Lampiran 7 Data Kelayakan Instalasi Penerangan Rumah ............................. 64

Lampiran 8 Tabel Nilai Hambatan Jenis Tanah dan Tabel Nilai Rata-Rata

Tahanan Elektroda Pentanahan ..................................................................... 67

Lampiran 9 Tabel Luas Penampang Nominal Minimum Penghantar

Pengaman ..................................................................................................... 68

Lampiran 10 Tabel Ukuran Minimum Elektrode Bumi ................................. 69


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 ALASAN PEMILIHAN JUDUL

Pada masa sekarang ini tenaga listrik memegang peranan penting dalam

kehidupan sehari-hari, baik bagi masyarakat perkotaan maupun masyarakat

pedesaan. Dalam kehidupan rumah tangga yang sudah terjangkau oleh jaringan

listrik, tenaga listrik ini sudah mulai dirasakan sebagai salah satu kebutuhan pokok

disamping kebutuhan sandang, pangan dan papan. Dimana instalasi penerangan ini

tidak hanya untuk penerangan (lampu) saja, tetapi juga untuk keperluan peralatan

listrik rumah tangga lainnya seperti setrika listrik, kompor listrik, radio, televisi dan

lainnya.

Pemasangan suatu instalasi listrik terikat pada peraturan yang berlaku. Adapun

peraturan instalasi listrik yang berlaku di Indonesia adalah PUIL 1987 dan

peraturan lain yang mendukung. Pengawasan pelaksanaan peraturan-peraturan

tersebut dipegang oleh PT. PLN (persero)sebagai pemberi ijin dan pengontrol

pemasangan instalasi. Dipersyaratkan hanya instalatur yang memegang ijin PLN

saja yang diperkenankan untuk memasang instalasi rumah pelanggan. Instalatur

juga harus melakukan uji coba keseluruhan instalasi sebelum pelanggan diberi

sambungan listrik oleh PT. PLN (Persero) Dengan demikian diharapkan setelah

instalaei diserahkan kepada pelanggan, instalasi tersebut benar-benar dapat dijamin

kelayakannya sehingga aman bagi manusia, gedung beserta isinya.


Pada instalasi yang lebih dari 10 tahun, tahanan isolasinya akan mengalami

kekerasan. Kerasnya isolasi tersebut mengakibatkan, fungsinya berubah menjadi

penghantar. Hal ini disebabkan terkena panas dari aliran arus listrik, oleh sebab

itulah harus dilakukan pengukuran, untuk mengetehui sejauh mana kelayakan

tahanan isolasinya.

Untuk tahanan pembumian yang terpasang didalam tanah, jika pemakaian

lebih dari 10 tahun, menyebabkan timbul karat pada batang besinya. Karat tersebut

menghambat aliran listrik yang akan disalurkan ke tanah. Permasalahan seperti ini

sangat tidak diperhatikan, sehingga dapat menyebabkan terhambatnya aliran arus

listrik yang akan di bumikan.

Sedangkan penambahan beban titik nyala yang dilakukan komsumen, biasanya

pemasangan kawat penghantar tidak memenuhi standart Peraturan Umum Instalasi

Penerangan. Misal penggunaan kawat penghantar , yang besar penampangnya

kurang dari 1,5 mm2. Permasalahan ini akan mengakibatkan cepat panas pada

penghantar isolasinya. Hal tersebut harus dihindari untuk mencegah terjadinya

bahaya kebakaran akibat hubung singkat.

Di lihat dari kondisi fisiknya, pengaman instalasi penerangan sering

mengalami hangus jika selalu di pakai, atau menjadi kendor pada saklarnya. Jika

tidak cepat diganti maka, pengaman tersebut tidak akan berfungsi dengan baik. Hal

inilah yang harus diperhatikan, untuk mengetahui masih layakkah pengaman

tersebut di gunakan.
Dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya kebutuhan listrik

masyarakat, instalasi penerangan rumah pelanggan pasti mengalami perubahan baik

secara kualitas maupun secara kuantitas. Yaitu makin menurunnya kualitas instalasi

listriknya, dan perubahan kuantitas titik bebannya, akibat dari perubahan keduanya

sangat berpengaruh terhadap kelayakan instalasi dan keselamatan pemakainya.

Dapat diperkirakan bahwa pada umumnya pelangan tidak ahli dalam bidang listrik.

Akibat dari ketidaklayakan instalasi dapat menimbulkan kecelakaan.

Agar listrik dapat digunakan dengan seaman mungkin sesuai dengan maksud

dan tujuan dari PUIL, yaitu terselenggarakannya dengan baik pengusahaan instalasi

listrik, terutama yang menyangkut keselamatan manusia (terhadap bahaya sentuhan

dan kejutan arus), keamanan instalasi listrik beserta kelengkapannya dan keamanan

gedung beserta isinya terhadap kebakaran akibat listrik, maka instalasi listrik itu

pemasangannya harus sesuai dengan PUIL 1987.

Adanya peraturan umum instalasi listrik, diharapkan dapat mendukung

terciptanya mutu pemasangan instalasi listrik yang baik. Dari uraian tersebut diatas

mendorong peneliti untuk mengadakan suatu penelitian, sehingga dapat diketahui

tingkat kelayakan pemakaian instalasi penerangan rumah setelah 10 tahun di Desa

Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Karena berdasarkan PUIL

1987, setiap instalasi listrik yang sudah dipasang atau dipergunakan selama 10

tahun, perlu diteliti kembali kondisi dan syarat pemasangan keamanannya.


1.2 PERMASALAHAN

Pemeriksaan dan pengujian instalasi penting artinya dalam usaha

mempertahankan kualitas suatu instalasi listrik. Karena kualitas yang baik suatu

instalasi dapat menjamin keamanan dan keselamatan pemakaiannya. Hal ini tidak

lepas dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh aliran listrik. Walaupun menurut

aturan pada setiap awal pemasangan instalasi telah dilakukan suatu pemeriksaan

dan pengujian oleh instasi yang berwenang yaitu PT. PLN (persero), tetapi setelah

jangka waktu tertentu suatu instalasi akan mengalami perubahan.

Dari uraian tersebut di atas maka timbul permasalahan yaitu sejauhmana

kelayakan pemakaian instalasi penerangan rumah setelah 10 tahun di Desa Pandean

Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Adapun faktor yang berpengaruh

terhadap kelayakan pemakaian instalasi penerangan yang hendak dilteliti meliputi:

1. Tahanan isolasi (Risolasi)

2. Tahanan pembumian (Rpentanahan)

3. Penampang penghantar instalasi pada penambahan beban titik nyala

4. Pengaman instalasi penerangan ditinjau dari segi kondisi fisiknya

1.3 PEMBATASAN MASALAH

Agar permasalahan ini tidak meluas dan menghindari dari adanya salah

pengertian maka perlu dibatasi permasalahannya. Peneliti membatasi permasalahan

dengan berorientasi pada instalasi penerangan rumah dengan daya 450 VA dan
telah digunakan setelah 10 tahun di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten

Rembang.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

sejauh mana kelayakan pemakaian instalasi penerangan rumah di Desa Pandean

Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut di atas, maka manfaat yang diharapkan

dari hasil penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi para konsumen listrik mengenai tingkat

kelayakan instalasi penerangan rumah mereka.

2. Memberikan masukan kepada PT. PLN (Persero) Distribusi Jateng, Cabang

Kudus Ranting Rembang dalam rangka meningkatkan pengawasan terhadap

kualitas pelayanan konsumen listrik.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang kelayakan

pemakaian instalasi penerangan rumah setelah 10 tahun.


1.6 PENEGASAN ISTILAH

Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran terhadap judul skripsi, maka

penulis perlu memberikan penjelasan tentang arti istilah-istilah dalam skripsi ini.

Istilah-istilah yang dianggap perlu untuk dijelaskan meliputi :

1.6.1 Studi kelayakan

a. Studi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 860), studi adalah

penelitian ilmiah; kajian.

b. Kelayakan

Kelayakan berasal dari kata dasar layak memperoleh konfiks ke-an.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 504), layak berarti patut;

pantas. Kelayakan yang dimaksudkan disini adalah patut atau pantas

sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan berdasarkan Peraturan

Umum Instalasi Listrik 1987. Adapun kriteria kelayakan tersebut

meliputi: tahanan isolasi, tahanan pentanahan, penampang penghantar

pada penambahan beban titik nyala dan pengaman instalasi ditinjau dari

kondisi fisiknya.

1.6.2 Instalasi Penerangan Rumah

a. Instalasi

Menurut Peraturan Umum Instalasi Listrik 1987 (LIPI, 1987:) dapat

didefinisikan sebagai susunan perlengkapan listrik yang bertalian satu


dengan yang lain, serta memiliki ciri terkoordinasi, untuk memenuhi

satu atau sejumlah tujuan tertentu.

b. Penerangan Rumah

Penerangan rumah adalah penerangan listrik yang dimaksud untuk

memberikan penerangan (lampu) dan sumber tenaga listrik untuk

keperluan alat-alat rumah tangga.

Berkaitan dengan penelitian ini yang dimaksud dengan instalasi

penerangan rumah adalah susunan perlengkapan listrik yang berkaitan

satu dengan lainnya, sertamemiliki ciri terkoordinasi, dan bertujuan

untuk memberikan penerangan (lampu) dan sumber tenaga listrik untuk

keperluan alat-alat rumah tangga.

1.6.3 Pemasangan

Pemasangan instalasi listrik adalah hal yang mengatur atau menyusun

peralatan listrik yang bertalian antara satu dengan yang lain serta memiliki

satu atau sejumlah tujuan tertentu.

Sejalan dengan pengertian-pengertian tersebut, maka maksud dari

penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang kelayakan pemakaian

suatu susunan perlengkapan listrik yang bertalian satu dengan lainnya, serta

memiliki ciri terkoordinasi, dan bertujuan untuk memberikan penerangan

(lampu) serta sumbertenaga listrik untuk keperluan alat-alat rumah tangga

setelah sepuluh tahun di desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten


Rembang sesuai dengan standart Peraturan Umum Instalasi Listrik dan

peraturan lain yang mendukung.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

Untuk memudahkan dalam penulisan skripsi, maka sistematika skripsi

dapat diuraikan sebagai berikut:

1.7.1 Bagian Pendahuluan

Bagian ini berisi halaman judul, abstraksi, halaman pengesahan, halaman

motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar

lampiran.

1.7.2 Bagian Isi Skripsi

a. Bab I Pendahuluan

Pendahuluan dalam bab ini diuraikan tentang alasan pemilihan judul,

permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika skripsi.

b. Bab II Landasan Teori dan hipotesis.

Landasan Teori dan Hipotesis ini mencakup teori-teori yang berkaitan

dengan penelitian. Adapun teori-teori tersebut meliputi Instalasi

penerangan listrik, peraturan pengujian instalasi listrik, tahanan isolasi,

tahanan pembumian dan kerangka berfikir.

c. Bab III Metode Penelitian.


Metode penelitian ini menguraikan langkah-langkah penelitian yang

hendak di tempuh, meliputi penetapan tempat dan waktu penelitian,

penetapan obyek penelitian, penetapan variabel penelitian, metode

pengumpulan data dan teknik analisa data.

d. Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan.

Bagian ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan penelitian.

e. Bab V. Penutup.

Bagian penutup ini berisi tentang simpulan, saran-saran, kelemahan dan

hambatan penelitian.

1.7.3 Bagian Akhir.

Bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 INSTALASI LISTRIK PENERANGAN RUMAH

Listrik merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan manusia setiap hari, baik

di sekolah, pabrik, kantor maupun rumah-rumah tinggal yang mempergunakan

peralaan listrik. Berdasarkan pemakaian tenaga listrik, jenis instalasi listrik

dibedakan menjadi instalasi penerangan dan tenaga.

Menurut rida Ismu, A. (1979: 22), instalasi penerangan adalah instalasi listrik

yang memberikan tenaga listrik untuk keperluan penerangan (lampu) dan alat-alat

rumah tangga. Menurut PUIL 1987 instalasi rumah / domestik adalah instalasi

listrik dengan tegangan ke bumi 300 Volt untuk rumah tinggal, toko, ruang

kantor, hotel dan sebagainya serta digunakan untuk penerangan dan keperluan

rumah tangga.

Alat-alat rumah tangga yang dimaksud adalah peralatan atau perabot rumah

tangga yang bekerjanya memerlukan tenaga listrik. Misalnya: setrika listrik,

kompor listrik, radio, televisi, alat pemanggang roti dan lain sebagainya.

Selanjutnya akan diuraikan beberapa bahasan mengenai perlengkapan instalasi,

yaitu:

2.1.1 Penghantar Instalasi

Dalam pemasangan instalasi penerangan penghantar adalah seutas

kawat, baik yang telanjang maupun berisolasi sebagai kabel yang

berfungsi menghantarkan arus listrik. Penghantar terdiri dari dua jenis


yaitu kabel dan kawat. Kabel adalah penghantar yang dilapisi dengan

bahan isolasi (penghantar berisolasi) Kawat adalah penghantar tanpa

dilapisi bahan isolasi (penghantar telanjang)

Mengenai penghantar yang akan digunakan dalam instalasi

penerangan rumah tinggal diantaranya kabel NYA dan kabel NYM.

c. Kabel NYA

Kabel NYA adalah penghantar dari tembaga yang berinti tunggal

berbentuk pejal dan menggunakan isolasi PVC. Kabel ini merupakan

kabel rumah yang paling banyak digunakan.

Kabel NYA dimaksudkan untuk dipergunakan didalam ruangan

yang kering, untuk instalasi tetap dalam pipa dan sebagai kabel

penghubung dalam lemari distribusi. Isolasi kabel NYA diberi warna

hijau-kuning, biru muda, hitam, kuning atau merah. Contoh

penandaan kabel NYA dapat dilihat pada gambar 1.

1. Kode pengenal

N: kabel jienis standart dengan tembaga sebagai pnghantar

Y: Isolasi PVC

A: Kawat berisolasi

re: Penghantar padat bulat

2. S: Tebal nominal

D: Diameter maksimal
Tanda Badan
S Tanda Pengenal Luas Penampang Penguji
Isolator Penghantar
Produsen

SPLN42 Produsen NYA 4f 450/750V *LMK* SP

Jarak Antara
Inti Kabel Kode Pengenal
d
jenis Kabel
Tanda
Tegangan
Standar
Pengenal

Gambar 1. Penandaan Kabel NYA

Pemasangan tetap kabel NYA untuk instalasi listrik di dalam rumah-

rumah atau gedung mengikuti dua cara yaitu:

1. Pemasangan Kabel NYA dalam Pipa Instalasi

Maksud dari pemasangan penghantar di dalam pipa instalasi

adalah:

a. Memberikan perlindungan pada penghantar terhadap pengaruh

mekanis yang rusak.

b. Malindungi bangunan terhadap kemungkinan adanya bahaya

kebakaran akibat hubung singkat.

c. Mempermudah pembongkaran dan pemasangan kembali

penghantar-penghantar pada waktu perbaikan atau penggantian

penghantar yang rusak.


Jumlah kabel rumah NYA yang dipasang di dalam pipa, harus

memungkinkan penarikan secara mudah. Jumlah kabel tersebut tidak

boleh melebihi ketentuan yang tercantum dalam lampiran 1, tabel 3.

Untuk memenuhi syarat-syarat instalasi yang aman dan andal,

maka pemasangan kabel dalam pipa instalasi harus memenuhi syarat-

syarat:

a) Tidak ada kemungkinan hubung singkat di dalam pipa instalasi.

b) Mudah diperbaharui tanpa melepaskan pipa instalasi dari

tempatnya.

c) Pipa instalasi harus dipasang pada bagian-bagian bangunan secara

baik dan kuat.

2. Pemasangan kabel NYA tanpa pipa instalasi.

Pemasangan kabel NYA tanpa pipa instalasi dilaksanakan dengan

menggunakan isolator rol. Isolator rol adalah benda isolasi yang

digunakan umtuk menempelkan kabel NYA pada penerangan rumah.

Isolator harus dipasang sedemikian rupa sehingga menurut PUIL

1987 (pasal 730. D. 1), untuk kabel rumah jenis NYA jarak minimum

untuk penghantar satu dengan yang lainnya adalah 3 cm. Jarak antara

titik tumpunya tidak boleh melebihi 1 meter (Van Harten, 1986: 18).

Pada instalasi rumah, pemasangan kabel NYA yang tidak

mempergunakan pipa instalasi, dilaksanakan apabila:


a) Pemasangan penghantar ditempat yang tidak terlihat, seperti di ruang

tempat tinggal, toko-toko, ruang sekolah dan sebagainya.

b) Pemasangan penghantar di luar jangkauan tangan (lebih tinggi dari

2,5 meter diatas tanah).

Ketentuan-ketentuan di atas berarti bahwa biarpun penghantar itu

tinggi tetapi kelihatan dari ruang tempat tinggal, maka tidak boleh

dipasang tanpa menggunakan pipa instalasi.

d. Kabel Instalasi Berselubung (NYM)

Kabel NYM adalah penghantar dari tembaga berinti lebih dari satu,

berisolasi PVC dan berselubung PVC. Keuntungan kabel instalasi

berselubung dibandingkan dengan instalasi didalam pipa antara lain lebih

mudah di bengkokkan, lebih tahan terhadap pengaruh asam dan uap atau

gas tajam. Serta sambungan dengan alat pemakai daat situtup lebih rapat

(Van Harten, 1986: 115)

Kabel NYM dapat digunakan di atas dan di luar plesteran pada ruang

kering dan lambab, serta diudara terbuka. Penghantarnya terdiri dari

penghantar padat bulat atau dipilin bulat berkawat banyak dari tembaga

polos yang dipijarkan. Isolasi inti NYM harus diberi warna hijau-kuning,

biru muda, merah, hitam atau kuning. Khusus warna hijau-kuning

tersebut pada seluruh panjang inti dan dimaksudkan untuk penghantar

tanah. Sedangkan warna selubung luar kabel harus berwarna putih atau
putih keabu-abuan. Contoh penandaan kabel NYM dapat dilihat pada

gambar 2.

1. Kode pengenal

N : Kabel jenis standart dengan tembaga sebagai penghantar.

Y : Isolasi PVC.

M :Selubung PVC

Re: Pnghantar padat bulat

Rm: Pnghantar bulat berkawat banyak.

-I: Kabel dengan sistem pengenal warna inti hitam-kuning

-0: Kabel dengan sistem pengenal warna inti tanpa hijau-kuning

2. S1: Tebal isolasi nominal

S2: Tebal lapisan pembungkus inti

S3: Tebal selubung nominal

d : Diameter
Inti Kabel
Tanda Pengenal
Tanda Pengenal
S3 Badan Penguji
S1 Produsen
Lapisan
Jumlah inti dan luas
Isolator
penampang kabel

SPLN42 Produsen NYM 2x25mm2 300/500 *LMK*

Tanda Pengenal Tegagan


Isolator PVC Selubung Isolator
Standar Kode Pengenal Pengenal
S2 PVC
Jenis Kabel

d Gambar 2.
Penandaan kabel NYM.
Kemampuan hantar arus kabel NYM adalah seperti tercantum

dalam tabel 4, yang berlaku untuk suhu keliling 300 C dan 400 C, dengan

suhu penghantar maksimum 700 C (PLN, SPLN 42-2: 1992).

2.1.2 Persyaratan Penghantar Instalasi

a. Besar penampang penghantar

Menurut PUIL 1987, penghantar untuk pemasangan tetap harus dari

bahan tembaga dengan penampang sekurang-kurangnya 1,5 mm2 atau

dari bahan lain dengan bahan yang ekivalen (LIPI, 1987; Pasal 840. B1)

b. Identifikasi warna penghantar

Identifikasi warna penghantar bertujuan untuk mendapatkan

kesatuan pengertian mengenai penggunaansuatu warna atau warna loreng

yang digunakan untuk mengenal penghantar, guna keseragaman dan

mempertinggi keamanan.

Mengenai penggunaan warna untuk identifikasi penghantar berlaku

ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1) Warna loreng hijau-kuning (majemuk) hanya boleh digunakan

untuk menandai penghantar pembumian.

2) Warna biru digunakan untuk menandai penghantar netral atau

kabel tengah, pada instalasi listrik dengan penghantar netral.

3) Warna-warna hitam, kuning dan merah digunakan untuk

menandai penghanta fase.


Pada instalasi fase-tiga, warna-warna yang harus digunakan untuk

fase-fasenya adalah:

Fase 1 (fase R): merah

Fase 2 (fase S): kuning dan Fase 3 (fase T): hitam

Ketentuan-ketentuan diatas berlaku untuk semua instalasi pasangan

tetap maupun sementara, termasuk pada perlengkapan hubung bagi (LIPI,

1987: Pasal 701)

2.1.3 Pengaman Instalasi

Untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan pada instalasi listrik yang

disebabkan karena panas, maka perlu digunakan pengaman instalasi.

Pengaman yang digunakan pada instalasi listrik rumah tinggal dengan

tegangan 220 Volt (fase-netral) ada tiga yaitu:

a. Saklar Arus Maksimum / Pemutus Daya

Saklar arus maksimum yang biasa digunakan pada instalasi rumah

tinggal adalah magnetic circuit breaker (MCB), yang dapat berfungsi

sebagai pengaman ganda. Yaitu dapat memutuskan rangkaian apabila

terjadi hubung singkat dan dapat memutuskan rangkaian apabila terjadi

beban lebih.

b. Pengaman Lebur

Pengaman lebur adalah salah satu pengaman yang digunakan pada

penerangan instalasi rumah. Pengaman lebur atau sekring berfungsi

untuk mengamankan hantaran dan peralatan listrik terhadap beban lebih,


hubung singkat antar fasa atau antara fasa dan netral. Yang disebabkan

oleh kerusakan isolasi atau hubung singkat dengan badan atau peralatan

listrik.

c. Pentanahan (Grounding)

Pentanahan adalah salah satu alat pengaman listrik yang berfungsi

untuk menjaga keselamatan jiwa manusia terhadap bahaya tegangan

sentuh. Tegangan sentuh adalah tegangan yang timbul antara dua bagian

yang dapat tersentuh dengan serempak karena terjadi gangguan instalasi

(LIPI, 1987: Pasal 108. T9) Jika terjadi kerusakan isolasi pada suatu

instalasi yang bertegangan, maka bahaya tegangan sentuh dapat

dihindari, karena arus terus mengalir menuju tanah melalui sistem

pentanahan (grounding)

Pada sistem pentanahan suhu instalasi terdiri dari komponen-

komponen sebagai berikut:

1) Elektroda Pentanahan.

Menurut PUIL 1987, elektroda bumi ialah penghantar yang di

tanam dalam tanah dan membuat kontak langsung dengan tanah.

Penghantar bumi yang tidak berisolasi ditanam dalam tanah dianggap

sebagai elektroda tanah.

Sebagai bahan elektroda tanah digunakan tembaga atau baja yang

digalvanis atau dilapisi tembaga sepanjang kondisi setempat, tidak

mengharuskan memakai bahan lain (misal pada perusahaan kimia).


Elektroda tanah harus diberi tanda pengenal dengan mencantumkan

merek pabrik tersebut, ukuran diameter dan panjang elektroda tanah

tersebut. Ukuran minimum elektroda bumi dapat dilihat pada

lampiran 2 tabel 4.

Ada beberapa jenis elektroda pentanahan yang digunakan dalam

sistem pentanahan yaitu:

a) Elektroda Pita.

Elektroda pita adalah elektroda yang terbuat dari hantaran

yang berbentuk pita atau berpenampang bulat atau hantaran pilit.

Dalam pemasangan elektroda ini mempunyai kombinasi bentuk

antara lain memanjang dengan cara radial, melingkar atau

kombinasi dari bentuk tersebut. Jika keadaan tanah mengijinkan,

elektroda pita harus ditanam sedalam 0,5 sampai 1,0 m secara

horisontal di dalamtanah.

b) Elektroda Batang.

Elektroda batang ialah elektroda dari pita atau besi baja

profil yang dipasang tegak lurus (vertikal) ke dalam tanah.

Umumnya digunakan batang tembaga dengan diameter 5/8 inc

sampai ¾ inc, panjang 4 m. Atau pipa galvanis dengan diameter 1

inc sampai 2 inc, panjang 6 m.

Elektroda batang harus dipasang secara tegak lurus kedalam

tanah, dengan bagian atas batang terletak 30 cm di bawah


permukaan tanah. Panjang elektroda harus disesuaikan dengan

hambatan pentanahan yang diperlukan. Untuk memperoleh nilai

hambatan pentanahan yang kecil, harus diperlukan beberapa

elektroda batang yang pemasangannya jarak antara elektroda

tersebut minimum harus dua kali panjangnya.

c) Elektroda Pelat.

Elektroda pelat adalah elektroda dari bahan pelat logam

(utuh atau berhubung) atau dari kawat kasa. Elektroda pelat

ditanam tegak lurus di dalam tanah dan umumnya cukup dengan

plat ukuran 4 m x 0,5 m. Untuk memperoleh tahanan yang lebih

rendah, maka beberapa plat dapat digunakan secara bersama

dengan rangkaian paralel.

d) Pipa Air.

Jaringan pipa air minum dapat juga digunakan sebagai

elektroda pentanahan, dengan syarat ujung pipa di kedua sisi

meter air harus dihubungkan dengan baik. Untuk hubungan

tersebut digunakan kawat baja berlapis seng, kawat tembaga

berlapis timah putih atau pita baja berlapis seng.

2) Penghantar Pentanahan.

Penghantar pentanahan adalah penghantar pengaman yang

digunakan pada sistem pentanahan, yaitu untuk menghubungkan

sistem pentanahan dari elektroda pentanahan ke terminal utama


pentanahan dan dari terminal utama pentanahan sampai ke peralatan

listrik yang ditanahkan. Penghantar tanah harus dibuat dari bahan

tembaga atau aluminium atau baja atau perpaduan dari bahan

tersebut.

Berdasarkan kekuatan mekanisnya, luas penampang minimum

penghantar bumi yaitu:

a) Untuk penghantar yang terlindung kokoh secara mekanis 1,5 mm2

tembaga atau 2,5 mm2 aluminium.

b) Untuk penghantar yang tidak terlindungi kokoh secara mekanis 4

mm2 tembaga atau pita baja yang tebalnya 2,5 mm2 dan luas

penampang 50 mm2.

Ukuran penampamg penghantar pentanahan pada rangkaian

cabang instalasi, berbeda dengan penampang penghantar pentanahan

pada saluran utama. Untuk ukuran penampang penghantar pentanahan

pada saluran utama akan lebih besar dari saluran cabang. Hal ini

disesuaikan dengan luas penampang penghantar fasanya.

Menurut PUIL 1987, luas penampang nominal penghantar

pengaman harus sekurang-kurangnya sesuai dengan tabel 5 (LIPI,

1987: Pasal 312. B. 4).

Sambungan antara hantaran pentanahan dan elektroda

pentanahan harus mekanis kuat dan membuat kontak listrik yang

baik, sambungan ini dapat berupa sambungan las atau baut, yang
tidak mudah lepas sendiri. Diameter baut yang digunaka sekurang-

kurangnya 10 mm. Hantaran pentanahan yang dipasang di atas tanah

harus mudah terlihat dan jika tertutup harus mudah tercapai. Jika

perlu hantaran ini harus dilindungi terhadap bahaya kerusakan

mekanis ataupun kimiawi.

Dalam penggunaan pada rumah tinggal sebaiknya tidak

digunakan penghantar pentanahan telanjang. Penghantar pentanahan

berisolasi harus memiliki isolasi setaraf dengan isolasi dari

penghantar fasa dan netral.

Umtuk keperluan pengujian, dalam penghantar pentanahan harus

ada sambungan yang dapat dilepas untuk memisahkan bagian di atas

tanah dari bagian yang ditanam. Sambungan ini harus dibuat ditempat

yang mudah dicapai dan sedapat mungkin ditempat yang memang

harus ada sambungan.

2.1.4 Pengujian Instalasi

Semua instalasi baik yang baru maupunyang sementara, harus diuji

dengan seksama sebelum siap untuk dipergunakan. Pengujian juga

berlaku untuk tambahan dan perubahan. Pengujian dengan instrumen

listrik harus diikuti oleh pemeriksaan visual yang teliti terhadap

kesempurnaan mekanik sambungan dan hubungan.

Menurut PUIL 1987 pasal 910 C.2, pemeriksaan dan pengujian

instalasi listrik dilakukan antara lain mengenai hal-hal sebagai berikut:


(a) Berbagai macam tanda pengenal dan papan peringatan.

(b) Perlengkapan listrik yang dipasang.

(c) Cara memasang perlengkapan listrik.

(d) Polaritas

(e) Pembumian

(f) Reistansi isolasi

(g) Kesinambungan sirkit

(h) Fungsi pengaman sistem instalasi listrik.

Pemeriksaan pengujian tersebut diatas kemudian disusull dengan

uji coba.

2.2 MENGUJI INSTALASI LISTRIK

2.2.1 Penampang Penghantar.

Menurut PUIL 1987 penghatar untuk pemasangan tetap harus dari

bahan tembaga dengan penampang sekurang-kurangnya 1,5 mm2 atau dari

bahan yang ekivalen. Oleh karena itu sangan perlu sekali ditinjau kembali

penggunaan ukuran penghantar pada penambahan titik beban instalasi. Alat

ukur yang digunakan peneliti untuk mengukur besarnya penampang

penghantar adalah Mistar Ingsut. Mistar Ingsut adalah alat ukur presisi yang

dapat mengukur ukuran luar, dalam, tinggi benda. Juga dapat untuk

mengukur tebal benda 0,1 sampai 0,5 mm.


2.2.2 Tahanan Isolasi ( R isolasi )

a. Pengertian tahanan isolasi

Tahanan isolasi adalah tahanan antara dua kabel saluran atau dua

bagian yang diisolir satu dengan yang lain. Nilai tahanan isolasi dari

bagian dalam ruangan yang kering harus mempunyai nilai sekurang-

kurangnya 1000 ohm per satu volt tegangan manual. Jika tegangan

yang digunakan pada instalasi rumah 220 V, maka nilai tahanan yang

diperlukan sebesar 220000 ohm.

b. Syarat tahanan isolasi.

Berdasarkan PUIL 1987(Pasal 220.B.1) syarat pengujian tahanan

isolasi adalah:

1) Resistansi isolasi dari bagian instalasi dalam ruangan yang kering

harus mempunyai nilai sekurang-kurangnya 1000 ohm per satu

volt tegangan nominal.

2) Bagian instalasi yang diukur adalah yang terletak diantara dua

pengaman arus lebi dan yang terletak sesudah pengaman arus

yang terakhir.

c. Mengukur tahanan isolasi.

Untuk mengukur besarnya nilai tahanan isolasi, Peneliti

menggunakan alat ukur Megger. Dibawah adalah gambar cara untuk

mengukur tahanan isolasi pada suatu instalasi penerangan rumah.


Ke rangkaian

n f

a. Pengukuran fasa dengan tanah


M

Ke rangkaian

n f

b. Pengukuran netral dengan tanah


M
Ke rangkaian

n f

Gambar 3.
Cara mengukur tahanan isolasi
M

Keterangan gambar:

Tanda n adalah nol dan f adalah fasa.

M = Alat ukur meger (500 Volt - 1000 Volt)

Pada meger ini memerlukan tegangan ukur yang lebih tinggi, dan

biasanya diperoleh dari generator tangan yang mana dapat

menghasilkan tegangan dari 500 volt sampai 1000 volt.

2.2.3 Tahanan Pentanahan.

a. Pengertian Tahanan Pentanahan

Tahanan pentanahan yaitu tahanan antara elektrode pentanahan

yang di tanam didalam tanah terhadap tanah disekitar elektrode

pentanahan tersebut. Elektrode pentanahan adalah konduktor yang


sengaja ditanam dalam tanah, masuk mendapatkan kontak yang baik

antara bagian-bagian tertentu dari sistem listrik atau bagian-bagian

badan peralatan yang diamankan.

Maksud dan tujuan diadakannya sistem pentanahan ini adalah

untuk menjaga keselamatan jiwa manusia terhadap bahaya tegangan

sentuh. Sedangkan tujuan pengukuran pentanahan adalah mengetahui

apakah tahanan pentanahan instalasi rumah masih sesuai dengan

persaratan yang berlaku atau tidak.

b. Faktor yang mempengaruhi besar tahanan pentanahan.

- Nilai arus yang menyebabkan bekerjanya gawai

pengaman arus.

- Nilai arus nominal gawai pengaman arus.

- Suatu faktor yang nilainya bergantung pada

karakteristik gawai pengaman arus.

- Batas tegangan sentuh.

c. Syarat Tahanan Pentanahan

Berdasarkan PUIL 1987 (Pasal 321: B. 1), syarat pengujian

tahanan pentanahan adalah resistansi pembumian perlengkapan dan

instalasi listrik yang diamakan tidak boleh melebihi nilai

Rp =50 / IA Ohm.

Keterangan:

IA = k x IN
Rp = Resistansi pembumian perlengkapan dan instalasi listrik, dalam

ohm.

IA = Nilai arus yang menyebabkan bekerjan7ya gawai pengaman

arus lebih dalam waktu maksimum 5 detik, dalam ampere.

IN = Nilai arus nominal gawai pengaman arus lebih, dalam ampere.

k = Suatu faktor yang nilainya bergantung pada karakteristik gawai

pengaman arus lebih. Untuk pengaman lebur, nilai k berkisar

antara 2,5 da 5, sedangkan untuk gawai pengaman lainnya

antara 1,25 dan 3,5. Jadi nilai k tergantung pada jenis gawai

pengaman dan spesifik pabrik pembuatnya.

50 = Batas tegangan sentuh yang diijinkan, dalam volt.

Jadi nilai resistansi pembumian untuk instalasi penerangan

rumah menggunakan pengaman lebur (kminimal = 2,5) dengan arus

nominal pengaman 4 ampere, nilai maksimalresistansi

pembumiannya kurang dari 5 ohm.

d. Mengukur Tahanan Pentanahan.

Untuk mendapatkan pembacaan yang langsung maka alat yang

dipakai peneliti adalah Earth meter. Pada prinsipnya pengukura

tahanan pentanahan menggunakan dua elektroda bantu. Adapun cara

pengukuran dapat dilihat pada gambar 4.


Re
l
(Measurement valve)
X

E P C

Keterangan:
Re: Tahanan pentanahan.
T : Jarak elektroda bantu.

Gambar 4. Grafik 1.
Jarak Pemasangan Elektroda Bantu Pada Tahanan Pentanahan
Pengukuran Tahanan Pentanahan

Elektroda bantu C dihubungkan ketanah dalam jarak kurang lebih 10

sampai 20 meter dari peralatan yang diukur, dalam hal ini adalah instalasi

peneangan yang dihubungkan ke elektroda E. Sedangkan elektroda bantu

P dihubungkan dalam jarak kurang lebih setengah dari jarak elektroda

bantu E dan C.

Jadi dimisalkan jarak antara E dan C adalah l meter, maka jarak

antara terminal E dan P adalah x meter seperti terlihat pada gambar 4.

Jika tahanan pentanahan E terhadap tanah diukur, akan menghasilkan

grafik 1. Selanjutnya, jika elektoda bantu P didekatkan pada elektroda E


atau elektroda bantu C, akan timbul kekacauan karena tidak

memungkinkan adanya pemisahan tahanan pentanahan yang dihasilkan

(Re) dari elektroda bantu pentanahan (Rc).

Sebagai peraturan umum, elektroda bantu P harus dimasukkan dalam

tanah pada posisi tepat diantara elektroda E dan elektroda bantu C.

2.3 KERANGKA BERPIKIR

Kelayakan pakai suatu instalasi penerangan rumah berkaitan dengan

standart peraturan dan usia pemakaiannya. Kerangka berpikir ini dimaksudkan

untuk memberikan pengetahuan mengenai standart peraturan instalasi

penerangan rumah, sebagai upaya untuk mengetahui sejauh mana tingkat

kelayakan pemakaian instalasi penerangan rumah setelah 10 tahun di Desa

Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.

Pada pemasangan instalasi, semua peralatan dan perlengkapan instalasi

yang akan digunakan harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang tercantum

dalam PUIL. Dari berbagai peralatan dan perlengkapan instalasi tersebut

diantaranya adalah penghantar instalasi dan pengaman instalasi.

Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dari penghantar instalasi adalah

besar penampang penghantar, pemasangan penghantar dan identifikasi

penghantar dengan warna. Pengaman instalasi yang digunakan dalam suatu

instalasi penerangan rumah ialah saklar arus maksimum atau pemutus daya,

pengaman lebur dan pembumian.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian ini merupakan suatu cara yang harus ditempuh dalam

kegiatan penelitian agar pengetahuan yang akan dicapai dari suatu penelitian dapat

memenuhi harga ilmiah (Sutrisno Hadi, 1996) Dengan demikian penyusunan metode

ini dimaksudkan agar peneliti dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Metode penelitian ini mencakup beberapa hal yang masing-masing menentukan

keberhasilan pelaksana penelitian guna menjawab permasalahan guna disampaikan

dalam penelitian, langkah-langkah yang telah ditetapkan adalah adalah penetapan

tempat dan waktu penelitian, penetapan obyek penelitian, penetapan variabel penelitian

penetapan metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Tempat penelitian wilayah kerja PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa

Tengah, Cabang Kudus Ranting rembang, khususnya desa Pandean Kecamatan

Rembang Kabupaten Rembang. Penelitian dilaksanakan pada bulan februari 2005

sampai selesai.

3.2 OBYEK PENELITIAN

Penentuan obyek penelitian meliputi: penentuan populasi, sampel dan

teknik pengambilan sampel.


3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang paling sedikit

mempunyai satu sifat yang sama (Sutrisno Hadi, 1996: 226)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh instalasi listrik penerangan

rumah dengan daya 450 VA, dengan umur instalasi penerangan lebih dari 10

tahun di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Sutrisno

Hadi, 1996: 221) Sampel pada penelitian ini adalah sejumlah instalasi listrik

penerangan rumah dengan suplai daya 450 VA dengan umur instalasi lebih

dari 10 tahun di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.

Teknik sampling yang digunakan adalah teknik total sampling. Teknik

ini digunakan dengan alasan jumlah populasi kurang dari 100 (Suharsimi A,

1996: 120)

3.3 VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan

penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah kelayakan instalasi penerangan

rumah setelah 10 tahun.


3.4 METODE PENGUMPULAN DATA.

Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi metode observasi dan

metode dokumentasi.

3.4.1 Metode Observasi.

Metode observasi digunakan untuk mengungkap data tahanan isolasi,

tahanan pentanahan, besar penampang penghantar pada penambahan beban

titik nyala, dan kondisi pengaman instalasi. Dalam pengambilan dataini,

peneliti mengadakan pengamatan terhadap obyek penelitian sesuai dengan

data yang diperlukan pada instalasi penerangan rumah setelah 10 tahun.

3.4.2 Metode Dokumentasi.

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data jumlah

pelanggan listrik di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten

Rembang yang berdaya 450 VA dan telah terpasang lebih dari 10 tahun.

3.5 INSTRUMEN PENELITIAN.

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka instrumen penelitian

dikembangkan dalam bentuk alat ukur dan tabel format hasil penelitian. Adapun

alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 1.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian.

NO. NAMA ALAT UKUR MODEL DAN MERK


1. Megger Model 1010T
1000 V 0-1000 MΩ
Merk GUART
2. Earth meter Model 3124
Merk HIOKI
3. Mistar ingsut HARDENED-20
Merk GERMANY

Format pengukuran instalasi penerangan rumah dapat dilihat pada tabel 2..

Tabel 2.
Format Pengukuran Instalasi Penerangan Rumah.

Pemilik Risolasi (MΩ) Nilai Besar Penampang Kondisi


No
Instalasi f/n f/t N/t Rpentanahan (Ω) Kabel (mm2) Pengaman

3.6 LANGKAH PENELITIAN.

Langkah penelitian untuk pengambilan data dilakukan beberapa tahap,

yaitu:

3.6.1 Tahap persiapan.

Tujuan dari tahap persiapan penelitian adalah untuk mengkondisikan

obyek penelitian sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan yaitu:


a. Mempersiapkan alat untuk penelitian, semua alat yang akan

digunakan harus dipersiapkan terlebih dahulu.

b. Mengkondisikan obyek penelitian.

Obyek penelitian yang dimaksudkan disini adalah instalasi

penerangan rumah yang telah diginakan lebih dari 10 tahun. Adapun

langkah mengkondisikan obyek penelitian ini meliputi:

1) Melepas semua peralatan rumah tangga listrik yang terpasang

paralel terhadap saluran listrik seperti televisi, pompa air, lampu

dan lain-lain.

2) Memutuskan saklar pemutus daya instalasi, dalam hal ini MCB

(magnetic circuit breaker) sebagai pengaman utama instalasi.

3) Melepas pengaman lebur (sekring) pada kotak perlengkapan

hubung bagi, kemudian melepas sambungan-sambungan pada

rangkaian perlengkapan hubung bagi, sebagai tempat

dilakukannya pengukuran instalasi.

c. Mengkondisikan alat ukur.

Alat ukur sebagai alat pengambil data harus memiliki validitas

yang baik. Untuk mendapatkan validitas yang baik alat ukur harus

memenuhi persyaratan laboratorium. Dalam hal ini peneliti hanya

memilih alat ukur yang dianggap baik dan layak untuk digunakan..

Adapun cara menstandartkan alat ukur yaitu:


1) Megger.

Megger digunakan untuk mengukur besarnya tahanan

isolasi. Pada megger jarum pada layar harus ditempatkan pada

posisi nol melalui pengaturnya. Setelah jarum penunjuk

berada dalam posisi yang benar, maka megger telah siap

untuk digunakan.

2) Earth Meter.

Earth meter berfungsi untuk mengukur tahanan

pentanahan. Sebelum digunakan earth meter harus

dinormalkan terlebih dahulu, dengan menempatkan jarum

penunjuk pada posisi nol melalui pengaturnya. Tentukan skala

pembacaan yang akan digunakan, setelah itu earth meter siap

untuk digunakan.

3) Mistar Ingsut.

Mistar ingsut adalah alat ukur presisi yang dapat dipakai

untuk mengukur ukuran luar, dalam, dan tinggi benda. Mistar

ingsut dapat mengukur tebal benda 0,1 sampai 0,05 mm,

dalam ukuran inci 1/128”. Pada mistar ingsut terdapat dua

macam ukuran, yaitu ukuran inci dibagian atas dan metrik

dibagian bawah.

Pada rumah yang dapat digeser- geserkan terdapat skala

nonius, yang mempunyai ukuran dalam metrik. Ada skala


nonius yang bergaris 10 dan 20 ukuran metrik. Jika pada

mistar ingsut 9 mm garis mistar terdapat 10 garis nonius,

ketelitian pengukuran sampai 1/10 mm. Berarti setiap garis

nonius berharga 0,1 mm. Jika panjang mistar ingsut 19 mm

terdapat 20 garis nonius, maka ketelitiannya mencapai 0,05

mm. Jadi tiap garis nonius bernilai 0,05 mm. Hal ini

dimaksudkan untuk memperjelas pembacaan saja, sedang tiap

garis nonius bernilai 0,1 mm.

3.6.2 Tahap pengambilan data.

Tujuan dari tahap ini untuk memperoleh data penelitian yang

meliputi Risolasi, Rpentanahan ,penampang penghantar pada penambahan beban

titik nyala, dan pengaman instalasi ditinjau dari segi fisiknya. Dalam tahap

pengambilan data dilaksanakan tiga macam pengukuran.

Adapun pengukuran tersebut dilakukan untuk memperoleh data:

a. Data Risolasi menggunakan alat ukur yang telah ditentukan

sebelumnya. Mengukur Risolasi terdiri dari tiga kali pengukuran yang

meliputi mengukur hambatan antara kawat fasa dan netral, kawat fasa

dengan tanah, dan kawat netral dengan tanah. Pada setiap tahap

pengukuran setelah rangkaian dihubungkan dengan alat ukur, maka

pengukuran dapat segera dilakukan dengan menekan tombol start-

stop. Hasil pengukuran dapat dibaca pada jarum penunjuk sesuai


dengan skala yang diginakan. Setelah selesai tekan tombol stop-start

untuk menghentikan pengukuran.

b. Data Rpentanahan menggunakan alat ukur yang telah ditentukan

sebelumnya. Mengukur tahanan pentanahan (Rpentanahan) menggunakan

Earth meter. Dalam pengukuran ini yang harus diperhatikan adalah

jarak antara dua elektroda bantu, yaitu diantara 5m – 10m. Setelah

semua saluran elektroda bantu dan saluran elektroda tanah

dihubungkan pada terminal alat ukur maka pengukuran dapat segera

dilakukan. Hasil dari pengukuran dapat dibaca pada jarum penunjuk

sesuai dengan skala yang telah ditentukan. Setelah selesai, tekan

tombol stop- start untuk menghentikan pengukuran.

c. Mengukur besar penampang penghantar instalasi pada penambahan

beban titik nyala, menggunakan Mistar ingsut. Adapun caranya

adalah dengan mengukur diameter penampang kabelnya. Dari hasil

pengukuran diameter penampang kabel, dapat diketahui jari-jari

penampang kabel dan kemudian dapat dihitung luas penampang

kabelnya.

3.6.3 Tahap akhir.

Setelah pengambilan data selesai, alat ukur yang telah digunakan

dilepas dan dicek. Selanjutnya instalasi dipasang kembali sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Setelah instalasi terpasang dilakukan pengujian

dan dicek dengan baik.


3.7 TEKNIK ANALISIS DATA.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis deskriptif persentase. Untuk mengetahui kelayakan instalasi penerangan

rumah ditentukan kriteria penilaian dengan standart PUIL 1987. Kemudian

dipresentasikan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kelayakan pemakaian

instalasi penerangan rumah setelah 10 tahun di Desa Pandean Kecamatan

Rembang Kabupaten Rembang.

Adapun rumus presentase yang digunakan adalah sebagai berikut:

n
%= x100% (Menurut jumlah data keseluruhan)
N

Keterangan:

% = Tingkat persentase kelayakan instalasi penerangan rumah.

n = Jumlah instalasi penerangan rumah yang layak pakai.

N = Jumlah seluruh instalasi penerangan rumah yang diteliti.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini data yang diambil adalah dari instalasi penerangan

rumah setelah 10 tahun di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten

Rembang. Data penelitian tersebut meliputi:

a. Data Risolasi, lihat lampiran 3.

b. Data Rpentanahan, lihat lampiran 4

c. Data penampang penghanter instalasi pada penambahan beban titik

nyala, lihat lampiran 5.

d. Data pengaman instalasi ditinjau dari kondisi fisiknya, lihat lampiran

6.

e. Data kelayakan instalasi penerangan rumah, lihat lampiran 7.

Hasil analisis yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Persentase kelayakan instalasi penerangan rumah meliputi:

a. Persentase kelayakan tahanan isolasi instalasi secara keseluruhan :

n 68
%= x 100 % = x 100 % = 100 %
N 68

b. Persentase kelayakan tahanan pentanahan instalasi secara keseluruhan :

n 45
%= x 100 % = x 100 % = 66,18 %
N 68
c. Persentase kelayakan penampang penghantar pada penambahan beban titik

nyala instalasi secara keseluruhan adalah :

n 36
%= x 100 % = x 100 % = 52,94 %
N 68

d. Persentase kelayakan pengaman instalasi secara keseluruhan ditinjau dari

kondisi fisiknya adalah :

n 68
%= x 100 % = x 100 % = 100 %
N 68

2. Persentase tingkat kelayakan instalasi penerangan rumah secara keseluruhan:

Dari data kelayakan instalai penerangan tiap rumah pada lampiran 7

dapat diketahui :

a. 16 rumah persentase tingkat kelayakan instalasinya sebesar 50%

b. 24 rumah persentase tingkat kelayakan instalasinya sebesar 75%

c. 28 rumah persentase tingkat kelayakan instalasinya sebesar 100%

Dengan kriteria, jika tingkat kelayakan instalasi tiap rumah mencapai

100% dinggap layak pakai dan , jika tingkat kelayakan instalasi tiap rumah

tidak mencapai 100% dianggap kurang layak pakai. Maka secara keseluruhan

instalasi penerangan rumah di Dese Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten

Rembang adalah sebagai berikut:

n 28
a. % = x 100 % = x 100 % = 41,18 % layak pakai.
N 68

n 40
b. % = x 100 % = x 100 % = 58,82 % kurang layak pakai.
N 68
Berdasarkan analisis data penelitian, persentase kelayakan instalasi terdiri

dari empat faktor kelayakan yang meliputi : Persentase faktor kelayakan tahanan

isolasi instalasi sebesar 100 %, persentase kelayakan tahanan pentanahan instalasi

sebesar 66,18 %, persentase penampang penghantar pada penambahan beban titik

nyala sebesar 52,94 % dan persentase pengaman instalasi (MCB) ditinjau dari

kondisi fisiknya sebesar 100 %. Artinya seluruh tahanan isolasi instalasi layak

pakai, sedangkan tahanan pentanahan instalasi 66,18 % layak pakai. Untuk

penampang penghantar pada penambahan beban titik nyala 52,94 % layak pakai.

Pengaman instalasi (MCB) ditinjau dari kondisi fisiknya secara keseluruhan

layak pakai.

Keempat kriteria kelayakan tersebut di atas, sangat berpengaruh terhadap

tingkat kelayakan instalasi di setip rumah. Sebab dari jumlah kriteria kelayakan

tersebut akan diketahui presentase tingkat kelayakan instalasi penerangan pada

tiap rumah. Sesuai hasil analisis dapat disimpulkan bah wa secara keseluruhan di

Desa Pansean Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang, 16 rumah tingkat

kelayakan instalasi penerangan sebesar 50 %, kemudian 24 rumah tingkat

kelayakan instalasi penerangannya sebesar 75 % dan 28 rumah tingkat kelayakan

instalasi penerangan sebesar 100 %.

Dengan kriteria jika tingkat kelayakan instalasi tiap rumah mencapai

100% dianggap layak pakai dan jika tingkat kelayakan instalasi tiap rumah tidak

mencapai 100% dianggap kurang layak pakai. Maka secara keseluruhan instalasi

penerangan rumah di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang


sebesar 41.18 % layak pakai, sedangkan 58,82 % lainnya kurang layak pakai,

sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan berdasarkan standart PUIL 1987.

4.2 PEMBAHASAN

Berdasarkan dari analisis data hasil penelitian, dapat diketahui tingkat

kelayakan instalasi penerangan rumah setelah dipergunakan lebih dari 10 tahuan.

Hasil analisis data menyebutkan bahwa, tingkat kelayakan pemakaian instalasi

penerangan rumah setelah 10 tahun ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor yang

diduga berpengaruh terhadap kelayakan pemakaian instalasi penerangan rumah

adalah tahaan isolasi, tahanan pentanahan, besar penampang penghantar pada

penambahan beban titik nyala dan pengaman instalasinya. Jika faktor-faktor

tersebut dapat memenuhi kriteria kelayakan instalasi, maka instalasi tersebut

dianggap layak pakai.

Kriteria kelayakan instalasi dibuat sesuai dengan standart yang berlaku

yaitu PUIL 1987. Dari hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa di wilayah

Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang hanya 28 rumah

kelayakan instalasi penerangannya baik, karena tingkat kelayakannya mencapai

100 %. Sedangkan 40 rumah kelayakan instalasinya kurang baik kerena itngkat

kelayakannya tidak mencapai 100 %, meliputi sejumlah 24 rumah tingkat

kelayakannya 75 % dan 16 rumah tingkat kelayakannya 50 %.

Hal tersebut sangat beralasan jika dilihat dari hasil presentase setiap

faktor kelayakan instalasinya. Diketahui faktor kelayakan instalasi terbesar


terdapat pada tahanan isolasi dan pengaman instalasi, yaitu sebesar 100 %.

Sedangkan penampang penghantar pada penambahan beban titik nyala sebesar

52,94 % dan faktor kelayakan tahanan pentanahan sebesar 66,18 %.

Tahanan isolasi seluruh instalasi bisa dikatakan layak pakai sesuai dengan

kriteria kelayakan yang ditetapkan. Secara teoritis dikatakan kemampuan usia

pakai isolasi makin lama akan menurun, karena adanya penurunan kekuatan

mekanis dan listriknya. Hasil pengukuran terhadap tahanan isolasi menunjukkan

bahwa tahanan isolasi instalasi penerangan rumah setelah 10 tahun layak pakai

dalam artian masih sesuai dengan ketentuan PUIL 1987.

Hal tersebut kemungkinan terjadi kerena instalasi hanya digunakan untuk

keperluan rumah tangga saja. Telah diketahui bahwa instalasi penerangan hanya

digunakan untuk keperluan penerangan (lampu) dan peralatan rumah tangga.

Artinya instalasi hanya digunakan pada waktu-waktu tertentu saja, sehingga dapat

dikatakan tidak terjadi panas secara terus menerus pada instalasi. Menurut

Muhaimin (1993 : 6-7) suatu bahan isolasi dapat rusak disebabkan oleh panas dan

suhu rendah untuk kurun waktu tertentu. Abdul Hadi (1991 : 300) juga

menuturkan bahwa secara umum ada dua bentuk pokok tembusnya isolasi, yaitu

karena panas dan listrik. Tahanan pentanahan instalsi sebesar 66,18 % dapat

dikatakan layak pakai, sedangkan 33,82 % lainnya kurang layak pakai sesuai

dengan kriteria yang ditetapkan. Hal ini terjadi karena sebagian jumlah instalasi

pemasangan elektroda pentanahan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Misalkan dapat disebabkan karena korosi, mengingat usia pemasangan diatas 10


tahun. Menurut peraturan sambungan dalam tanah harus dilindungi terhadap

korosi (LIPI, 1987 74). Abdul Hadi (1991 : 154) juga mengatakan bahwa sistem

pentanahan harus menggunakan bahan tahan korosi, terhadap berbagai kondisi

kimiawi tanah untuk meyakinkan kontinuitas panampilannya sepanjang umur

peralatan.

Faktor kelayakan penampang penghantar pada penambahan beban titik

nyala yang dianggap layak 52,94 % sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Hal

ini kemungkinan terjadi karena pertimbangan ekonomi para pelenggan listrik.

Berdasarkan survei, pemesangan instalasi tambahan dilakukan sendiri oleh para

pelanggan, sedangkan pada umumnya pelanggan kurang menguasai bidang

kelistrikan, khususnya yang menyangkut aturan-aturan dasar pemasangan

instalasi listrik. Sehingga pada pemasangan instalasi tambahan para konsumen

kurang memperhatikan penghantar yang digunakan secara teknik. Tetapi hanya

mempertimbangkan secara ekonomi, karena penghantar yang tersedia di pasaran

sangat beragam jenis dan harganya.

Kelayakan pengaman instalasi penerangan dilihat dari kondisi fisiknya,

secara keseluruhan dianggap layak pakai sesuai dengan kriteri yang ditetapkan.

Adapun kriteria kelayakan ditentukan berdasarkan kondisi fisik pengaman MCB,

yaitu baik dan rusak. Jadi secara keseluruhan kondisi fisik MCB baik.
BAB V

PENUTUP

5.1 SIMPULAN

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian dengan judul “Studi

Kelayakan Pemakaian Instalasi Penerangan Rumah Di Atas Umur 10

Tahun Di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang” adalah

persentase faktor kelayakan instalasi terbesar terdapat pada tahanan isolasi dan

pengaman instalasi yaitu sebesar 100 %, sedangkan persentase terkecil terdapat

pada faktor penampang penghantar pada penambahan beban titik nyala yaitu

sebesar 52,94 %.

Tingkat kelayakan pemakaian instalasi penerangan tiap rumah setelah 10

tahun di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang secara

keseluruhan adalah:

a. 16 rumah persentase tingkat kelayakan instalasinya sebesar 50%.

b. 24 rumah persentase tingkat kelayakan instalasinya sebesar 75%.

c. 28 rumah persentase tingkat kelayakan instalasinya sebesar 100%.

Dengan kriteria, jika tingkat kelayakan instalasi tiap rumah mencapai 100%

dinggap layak pakai dan jika tingkat kelayakan instalasi tiap rumah tidak

mencapai 100% dinggap kurang layak pakai. Maka secara keseluruhan instalasi

penerangan rumah di Dese Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang


sebesar 41,18 % layak pakai, sedangkan 58,82 % kurang layak pakai. Sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan berdasarkan standart PUIL 1987.

5.2 SARAN

1. Adanya instalasi penerangan yang kurang layak pakai pada bagian instalasi

penerangan rumah yang telah digunakan lebih dari 10 tahun di Desa

Pandean Kabupaten Rembang Kecamatan Rembang, Hendaknya PT.PLN

(persero) ranting Rembang segera melakukan peninjauan ulang, terutama

pada instalasi yang dianggap kurang layak pakai.

2. Bagi konsumen listrik hendaknya lebih teliti dalam mengganti piranti listrik

yang rusak dan segera menghubungi PT. PLN (Persero) atau Biro Teknik

Listrik setampat, jika terjadi kerusakan yang serius pada instalasi listriknya.

5.3 KELEMAHAN DAN HAMBATAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini terdapat kelemahan dan hambatan yang tidak dapat

dihindari, antara lain:

1. Penelitian baru mengungkap empat faktor yang dianggap mempengaruhi

kelayakan pemakaian instalasi penerangan rumah setelah 10 tahun.

Dimungkinkan masih ada faktor lain yang juga berpengaruh seperti:

perbaikan instalasi yang telah dilakukan, perlengkapan listrik yang terpasang

selain penghantar listrik, cara pemesangan perlengkapan listrik, polaritas dan

kesinambungan sirkit seperti ketentuan PUIL 1987.


2. Pengukuran Rpentanahan dilakukan dari penghantar pentanahan pada kotak

perlengkapan hubung bagi, karena mayoritas kotak sambung pentanahan

telah tertutup. Hal ini terjadi karena rata-rata bentuk bangunan telah berubah.

Pada kriteria pengaman instalasi, peneliti hanya mengungkap kondisi fisik

pengaman saja.

3. Alat ukur Megger, Earth meter dan Mistar ingsut yang digunakan untuk

penelitian tidak dikalibrasi.

4. Hasil penelitian hanya berlaku untuk wilayah Desa Pandean Kecamatan

Rembang Kabupaten Rembang.


DAFTAR PUSTAKA

Darsono dan Panidjo, A. 1980. Petunjuk Praktek Listrik 2. Jakarta : Depdikbud,


Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

Depdikbud. 1989 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Harten. V dan E. Setiawan.1986. Instalasi Arus kuat I. Bandung : Bina Cipta.

Harten. V dan E. Setiawan.1985. Instalasi Arus kuat III. Bandung : Bina Cipta.

LIPI. 1987. Pe4raturan Umum Instalasi Listrik 1987. Jakarta : Panitia pentempurnaan
PUIL.

Neidle, Michael. 1985. Instalasi Listrik. Jakarta : Erlangga.

Neidle, Michael. 1989. Teknologi Instalasi Listrik. Jakarta : Erlangga.

PLN. 1987. SPLN 42-1: 1991 tenteng kabel berisolasi PVC tegangan pengenal 450/750
V (NYA). Jakarta : Dep. Pertamben dan PLN.

PLN. 1992. SPLN 42-2: 1992 tenteng kabel berisolasi dan berselubung PVC tegangan
pengenal 300/500 V (NYM). Jakarta : Dep. Pertamben dan PLN.

Suryatmo, F. 1986. Teknik Listrik Pengukuiran. Jakarta : Bina Aksara.

Suryatmo, F. 1990. Teknik Listrik Instalasi Gaya . Bandung : Transito

Suharsimi, A. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka


Cipta.
Lampiran 1.

Tabel 3.
Diameter Dalam Minimum Pipa Instalasi Listrik Untuk Pemasangan Kabel Rumah
Berisolasi PVC (NYA)

Jumlah kabel rumah 1 2 3 4 5 6


PVC (NYA)
No Luas Diameter
penampang luar Diameter dalam minimum dari pipa (mm)
nominal maksimal
(mm2) (mm)
1 1,5 3,3 7 9 9 11 13 13
2 2,5 3,9 7 10 11 13 14 16
3 4 4,4 7 11 13 14 16 17
4 6 2,4 9 14 16 17 20 21
5 10 6,8 10 17 19 22 24 27
6 16 8,0 13 20 22 26 29 34
7 25 9,8 14 24 27 34 35 38
8 35 11,0 16 27 34 35 40 44
9 50 13,0 19 34 36 44 46 56
10 70 15,0 22 36 44 48 56 -
11 95 17,0 24 44 48 56 - -
12 120 19,0 27 48 56 - - -
13 150 21,0 34 56 - - - -
Sumber: PUIL 1987
Lampiran 2.
Tabel 4.
Kemampua Hantar Arus Terus Menerus Kabel Instalasi Berisolasi Dan Berselubung
PVC Dengan Penghantar Tembaga (NYM dan sebagainya) Dan Kabel Fleksibel Serta
Pengaman Pada Suhu Keliling 300 C Dengan Suhu Penghantar Maximal 700 C.

Luas penampang nominal Kemampuan hantar arus Kemampuan hantar arus


kabel maximum kabel maximal pengaman
mm2 A A
1,5 19 20
2,5 25 25
4 34 35
6 44 50
10 61 63
16 82 80
25 103 100
35 134 125
50 167 160
70 207 224
95 249 250
120 291 300
150 334 355
185 380 355
240 450 425
300 520 500
Sumber: PUIL 1987
Lampiran 3.
Data Kelayakan Tahanan Isolasi

Hasil Pengukuran (MΩ) Nilai Keterangan


No Pemilik Instalasi Uji Standart Tidak
(f/n) (f/t) (n/t) Layak
Risolasi Layak
1 MUNTARNO 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6015216-5
2 SANHADJI 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6000809-5
3 PONO 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6001595-6
4 DJASMAN 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6014738-3
5 SUTAWI B 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6014372-4
6 INEM 2.0 2.0 2.0 > 0,22 V
NO.6013562-5
7 BAMBANG S 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6001836-4
8 SOEMARLAN 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6001392-8
9 RD KRP KB 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6013751-8
10 DARWOLO 5,5 5,5 5,5 > 0,22 V
NO.6002458-9
11 BP SAMAD 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6002565-1
12 SOETIKNO 5,5 5,5 5,5 > 0,22 V
NO.6002675-8
13 NY ABDOLAH 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6002678-2
14 SUTIYONO 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6002977-1
15 NY LAMINAH 4,0 4,0 4,0 > 0,22 V
NO.6003740-7
16 SUTARNO 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6003650-9
17 MUSLICH 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6002865-8
18 KASTURI 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6002942-8
19 MATHFUD 3,0 3,0 3,0 > 0,22 V
NO.6002957-2
20 PRASETYO S 5,5 5,5 5,5 > 0,22 V
NO.6003746-4
21 SUTIYONO 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6003820-0
22 SLAMET T 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6012767-0
23 TANDJUL N 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6000829-1
24 PASER 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6001608-1
25 DJOHARI HS 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6001742-5
26 INDRIATI 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6013750-0
27 KARTINAH 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6013221-2
28 PURWONO 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6001763-2
29 SUBAKRI 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6004324-9
30 SOEMAR 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6001710-6
31 HADISUMITRO 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6001845-0
32 WARSITO 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6001847-6
33 SUKANDAR 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6003659-0
34 S SUWADI 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6001711-4
35 POERWONO 4,0 4,0 4,0 > 0,22 V
NO.6001505-5
36 SUTARJAN 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6002887-3
37 SUTRISNO 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6002888-1
38 SUKIBAN 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6002916-6
39 LUKARDONO 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6003645-3
40 F RUSMANTO 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6001855-5
41 BUCHODRI 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6004557-1
42 A DJUPRI 5,5 5,5 5,5 > 0,22 V
NO.6001666-2
43 SUPARDI 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6002900-4
44 SWARTONO 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6010558-1
45 SUPARTONO 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6003588-3
46 AMIN S 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6010104-8
47 PAULUS HS 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6009641-6
48 KASMANI 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6010104-8
49 SUDIRANTONO 2,5 2,5 2,5 > 0,22 V
NO.6006697-9
50 GITO P 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6008570-1
51 SITI P 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6008538-6
52 WIDAYAT S 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6006948-1
53 SITI UK 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6008622-6
54 ABHU T 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6014525-9
55 MULYANTO 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6005564-1
56 SUKARTI 3,0 3,0 3,0 > 0,22 V
NO.6005552-1
57 SAKIDIN F 3,0 3,0 3,0 > 0,22 V
NO.6000289-7
58 SUNARDI 3,0 3,0 3,0 > 0,22 V
NO.6005229-5
59 SRI H 3,0 3,0 3,0 > 0,22 V
NO.6005049-9
60 BINARTO S 3,0 3,0 3,0 > 0,22 V
NO.6003731-1
61 NUR EDY Y 3,0 3,0 3,0 > 0,22 V
NO.6003734-5
62 DJOKO M 4,0 4,0 4,0 > 0,22 V
NO.6003800-1
63 SUTRISNO 5,0 5,0 5,0 > 0,22 V
NO.6003647-9
64 RONDI W 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6002375-1
65 MOCHSON 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6001970-7
66 ABD KHAMID 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6001278-4
67 SLAMET 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6001085-9
68 AGUS K 2,0 2,0 2,0 > 0,22 V
NO.6080859-1

Keterangan : jumlah layak 68 dan tidak layak 0


Lampiran 4.
Data Kelayakan Tahanan Pentanahan

No Pemilik Instalasi Hasil Nilai Keterangan


Uji Pengukuran (Ω) Standart Layak Tidak
Rpentanahan Layak
1 MUNTARNO
NO.6015216-5 4,9 ≤5 V
2 SANHADJI
NO.6000809-5 3,8 ≤5 V
3 PONO
NO.6001595-6 4,1 ≤5 V
4 DJASMAN
NO.6014738-3 5,2 ≤5 V
5 SUTAWI B
NO.6014372-4 4,1 ≤5 V
6 INEM
NO.6013562-5 5,9 ≤5 V
7 BAMBANG S
NO.6001836-4 6,0 V
≤5
8 SOEMARLAN
NO.6001392-8 5,2 V
≤5
9 RD KRP KB
NO.6013751-8 4,1 V
10 DARWOLO ≤5
NO.6002458-9 4,9 V
11 BP SAMAD ≤5
NO.6002565-1 4,3 V
12 SOETIKNO ≤5
NO.6002675-8 5,5 V
13 NY ABDOLAH ≤5
NO.6002678-2 4,5 V
14 SUTIYONO ≤5
NO.6002977-1 4,5 V
15 NY LAMINAH ≤5
NO.6003740-7 5,2 V
16 SUTARNO ≤5
NO.6003650-9 3,6 V
17 MUSLICH ≤5
NO.6002865-8 5,5 V
18 KASTURI ≤5
NO.6002942-8 4,1 V
19 MATHFUD ≤5
NO.6002957-2 3,8 V
20 PRASETYO S ≤5
NO.6003746-4 5,5 V
21 SUTIYONO ≤5
NO.6003820-0 5,5 V
22 SLAMET T ≤5
NO.6012767-0 4,1 V
23 TANDJUL N ≤5
NO.6000829-1 4,5 V
24 PASER ≤5
NO.6001608-1 3,6 V
25 DJOHARI HS ≤5
NO.6001742-5 5,2 V
26 INDRIATI ≤5
NO.6013750-0 3,8 V
27 KARTINAH
≤5
NO.6013221-2 3,8 V
28 PURWONO
≤5
NO.6001763-2 4,1 V
29 SUBAKRI
NO.6004324-9 6,4 ≤5 V
30 SOEMAR
NO.6001710-6 3,6 ≤5 V
31 HADISUMITRO
NO.6001845-0 3,6 ≤5 V
32 WARSITO
NO.6001847-6 3,8 ≤5 V
33 SUKANDAR
NO.6003659-0 5,2 ≤5 V
34 S SUWADI
NO.6001711-4 5,0 ≤5 V
35 POERWONO
NO.6001505-5 5,2 ≤5 V
36 SUTARJAN
NO.6002887-3 3.6 ≤5 V
37 SUTRISNO
NO.6002888-1 4,1 ≤5 V
38 SUKIBAN
NO.6002916-6 4,1 ≤5 V
39 LUKARDONO
NO.6003645-3 3,8 ≤5 V
40 F RUSMANTO
NO.6001855-5 3,8 ≤5 V
41 BUCHODRI
NO.6004557-1 5,2 ≤5 V
42 A DJUPRI
NO.6001666-2 3,6 ≤5 V
43 SUPARDI
NO.6002900-4 6,4 V
≤5
44 SWARTONO
NO.6010558-1 3,6 ≤5 V
45 SUPARTONO
NO.6003588-3 3,6 ≤5 V
46 AMIN S
NO.6010104-8 3,6 ≤5 V
47 PAULUS HS
NO.6009641-6 3,6 ≤5 V
48 KASMANI
NO.6010104-8 3,6 ≤5 V
49 SUDIRANTONO
NO.6006697-9 5,2 ≤5 V
50 GITO P
NO.6008570-1 6,0 V
≤5
51 SITI P
NO.6008538-6 5,2 V
≤5
52 WIDAYAT S
NO.6006948-1 5,5 V
53 SITI UK ≤5
NO.6008622-6 3,6 V
54 ABHU T ≤5
NO.6014525-9 4,1 V
55 MULYANTO ≤5
NO.6005564-1 4,2 V
56 SUKARTI ≤5
NO.6005552-1 5,2 V
57 SAKIDIN F ≤5
NO.6000289-7 3,8 V
58 SUNARDI ≤5
NO.6005229-5 4,2 V
59 SRI H ≤5
NO.6005049-9 5,0 V
60 BINARTO S ≤5
NO.6003731-1 4,1 V
61 NUR EDY Y ≤5
NO.6003734-5 5,5 V
62 DJOKO M ≤5
NO.6003800-1 5,2 V
63 SUTRISNO ≤5
NO.6003647-9 4,2 V
64 RONDI W
NO.6002375-1 5,2 ≤5 V
65 MOCHSON
NO.6001970-7 4,1 ≤5 V
66 ABD KHAMID
NO.6001278-4 4,2 V
≤5
67 SLAMET
NO.6001085-9 3,8 ≤5 V
68 AGUS K
NO.6080859-1 3,6 ≤5 V

Keterangan : jumlah layak 45 dan tidak layak 23


Lampiran 5.
Data Kelayakan Penampang Penghantar Pada Penambahan Beban Titik Nyala

No Pemilik Instalasi Hasil Nilai Keterangan


Uji Pengukuran Standart Layak Tidak
(mm2) Penampang Layak
Kabel (mm2)
1 MUNTARNO
NO.6015216-5 2x2 1,5 V
2 SANHADJI
NO.6000809-5 1,5 1,5 V
3 PONO
NO.6001595-6 1,5 1,5 V
4 DJASMAN
NO.6014738-3 1,4 1,5 V
5 SUTAWI B
NO.6014372-4 1,5 1,5 V
6 INEM
NO.6013562-5 1,2 1,5 V
7 BAMBANG S
NO.6001836-4 1,4 1,5 V
8 SOEMARLAN
NO.6001392-8 1.0 1,5 V
9 RD KRP KB
NO.6013751-8 1,0 1,5 V
10 DARWOLO
NO.6002458-9 1,2 1,5 V
11 BP SAMAD
NO.6002565-1 1,4 1,5 V
12 SOETIKNO
NO.6002675-8 1,2 1,5 V
13 NY ABDOLAH
NO.6002678-2 1,4 1,5 V
14 SUTIYONO
NO.6002977-1 1,4 1,5 V
15 NY LAMINAH
NO.6003740-7 1,4 1,5 V
16 SUTARNO
NO.6003650-9 1,4 1,5 V
17 MUSLICH
NO.6002865-8 1,5 1,5 V
18 KASTURI
NO.6002942-8 1,5 1,5 V
19 MATHFUD
NO.6002957-2 1,5 1,5 V
20 PRASETYO S
NO.6003746-4 1,5 1,5 V
21 SUTIYONO
NO.6003820-0 1,2 1,5 V
22 SLAMET T
NO.6012767-0 2 x 1,5 1,5 V
23 TANDJUL N
NO.6000829-1 1,4 1,5 V
24 PASER
NO.6001608-1 1,5 1,5 V
25 DJOHARI HS
NO.6001742-5 1,5 1,5 V
26 INDRIATI
NO.6013750-0 1,5 1,5 V
27 KARTINAH
NO.6013221-2 1,5 1,5 V
28 PURWONO
NO.6001763-2 1,5 1,5 V
29 SUBAKRI
NO.6004324-9 1,2 1,5 V
30 SOEMAR
NO.6001710-6 1,4 1,5 V
31 HADISUMITRO
NO.6001845-0 2x2 1,5 V
32 WARSITO
NO.6001847-6 2 x 1,5 1,5 V
33 SUKANDAR
NO.6003659-0 1,4 1,5 V
34 S SUWADI
NO.6001711-4 1,5 1,5 V
35 POERWONO
NO.6001505-5 1,2 1,5 V
36 SUTARJAN
NO.6002887-3 1,5 1,5 V
37 SUTRISNO
NO.6002888-1 2 x 1,5 1,5 V
38 SUKIBAN
NO.6002916-6 2 x 1,5 1,5 V
39 LUKARDONO
NO.6003645-3 1,5 1,5 V
40 F RUSMANTO
NO.6001855-5 1,4 1,5 V
41 BUCHODRI
NO.6004557-1 1,4 1,5 V
42 A DJUPRI
NO.6001666-2 1,4 1,5 V
43 SUPARDI
NO.6002900-4 1,4 1,5 V
44 SWARTONO
NO.6010558-1 1,4 1,5 V
45 SUPARTONO
NO.6003588-3 1,5 1,5 V
46 AMIN S
NO.6010104-8 1,5 1,5 V
47 PAULUS HS
NO.6009641-6 1,0 1,5 V
48 KASMANI
NO.6010104-8 1,5 1,5 V
49 SUDIRANTONO
NO.6006697-9 1,5 1,5 V
50 GITO P
NO.6008570-1 1,4 1,5 V
51 SITI P
NO.6008538-6 2x2 1,5 V
52 WIDAYAT S
NO.6006948-1 1,5 1,5 V
53 SITI UK
NO.6008622-6 1,5 1,5 V
54 ABHU T
NO.6014525-9 1.4 1,5 V
55 MULYANTO
NO.6005564-1 1,4 1,5 V
56 SUKARTI
NO.6005552-1 1,5 1,5 V
57 SAKIDIN F
NO.6000289-7 1,4 1,5 V
58 SUNARDI
NO.6005229-5 1,5 1,5 V
59 SRI H
NO.6005049-9 1,2 1,5 V
60 BINARTO S
NO.6003731-1 2 x 1,5 1,5 V
61 NUR EDY Y
NO.6003734-5 1,2 1,5 V
62 DJOKO M
NO.6003800-1 1,4 1,5 V
63 SUTRISNO
NO.6003647-9 1,4 1,5 V
64 RONDI W
NO.6002375-1 1,5 1,5 V
65 MOCHSON
NO.6001970-7 1,5 1,5 V
66 ABD KHAMID
NO.6001278-4 1,5 1,5 V
67 SLAMET
NO.6001085-9 2 x 1,5 1,5 V
68 AGUS K
NO.6080859-1 1,5 1,5 V

Keterangan : jumlah layak 36 dan tidak layak 32


Lampiran 6.
Data Kelayakan Pengaman Instalasi (MCB) Ditinjau Dari Kondisi Fisiknya

No Pemilik Instalasi Uji Hasil Pengamatan Keterangan


Baik Rusak Layak Tidak Layak
1 MUNTARNO
NO.6015216-5 V V
2 SANHADJI
NO.6000809-5 V V
3 PONO
NO.6001595-6 V V
4 DJASMAN
NO.6014738-3 V V
5 SUTAWI B
NO.6014372-4 V V
6 INEM
NO.6013562-5 V V
7 BAMBANG S
NO.6001836-4 V V
8 SOEMARLAN
NO.6001392-8 V V
9 RD KRP KB
NO.6013751-8 V V
10 DARWOLO
NO.6002458-9 V V
11 BP SAMAD
NO.6002565-1 V V
12 SOETIKNO
NO.6002675-8 V V
13 NY ABDOLAH
NO.6002678-2 V V
14 SUTIYONO
NO.6002977-1 V V
15 NY LAMINAH
NO.6003740-7 V V
16 SUTARNO
NO.6003650-9 V V
17 MUSLICH
NO.6002865-8 V V
18 KASTURI
NO.6002942-8 V V
19 MATHFUD
NO.6002957-2 V V
20 PRASETYO S
NO.6003746-4 V V
21 SUTIYONO
NO.6003820-0 V V
22 SLAMET T
NO.6012767-0 V V
23 TANDJUL N
NO.6000829-1 V V
24 PASER
NO.6001608-1 V V
25 DJOHARI HS
NO.6001742-5 V V
26 INDRIATI
NO.6013750-0 V V
27 KARTINAH
NO.6013221-2 V V
28 PURWONO
NO.6001763-2 V V
29 SUBAKRI
NO.6004324-9 V V
30 SOEMAR
NO.6001710-6 V V
31 HADISUMITRO
NO.6001845-0 V V
32 WARSITO
NO.6001847-6 V V
33 SUKANDAR
NO.6003659-0 V V
34 S SUWADI
NO.6001711-4 V V
35 POERWONO
NO.6001505-5 V V
36 SUTARJAN
NO.6002887-3 V V
37 SUTRISNO
NO.6002888-1 V V
38 SUKIBAN
NO.6002916-6 V V
39 LUKARDONO
NO.6003645-3 V V
40 F RUSMANTO
NO.6001855-5 V V
41 BUCHODRI
NO.6004557-1 V V
42 A DJUPRI
NO.6001666-2 V V
43 SUPARDI
NO.6002900-4 V V
44 SWARTONO
NO.6010558-1 V V
45 SUPARTONO
NO.6003588-3 V V
46 AMIN S
NO.6010104-8 V V
47 PAULUS HS
NO.6009641-6 V V
48 KASMANI
NO.6010104-8 V V
49 SUDIRANTONO
NO.6006697-9 V V
50 GITO P
NO.6008570-1 V V
51 SITI P
NO.6008538-6 V V
52 WIDAYAT S
NO.6006948-1 V V
53 SITI UK
NO.6008622-6 V V
54 ABHU T
NO.6014525-9 V V
55 MULYANTO
NO.6005564-1 V V
56 SUKARTI
NO.6005552-1 V V
57 SAKIDIN F
NO.6000289-7 V V
58 SUNARDI
NO.6005229-5 V V
59 SRI H
NO.6005049-9 V V
60 BINARTO S
NO.6003731-1 V V
61 NUR EDY Y
NO.6003734-5 V V
62 DJOKO M
NO.6003800-1 V V
63 SUTRISNO
NO.6003647-9 V V
64 RONDI W
NO.6002375-1 V V
65 MOCHSON
NO.6001970-7 V V
66 ABD KHAMID
NO.6001278-4 V V
67 SLAMET
NO.6001085-9 V V
68 AGUS K
NO.6080859-1 V V

Keterangan : jumlah layak 68 dan tidak layak 0


Lampiran 7.
Data Kelayakan Instalasi Penerangan Rumah

No Keterangan
Hasil Pengamatan Kriteria Kelayakan Jumlah
Pemilik Instalasi Kriteria Layak
Uji Risolasi Rpentanahan Penampang Pengam 1 2 3 4
Penghantar an
1 MUNTARNO
NO.6015216-5 Layak Layak Layak Layak V
2 SANHADJI
NO.6000809-5 Layak Layak Layak Layak V
3 PONO
NO.6001595-6 Layak Layak Layak Layak V
4 DJASMAN
NO.6014738-3 Layak Tidak Layak Tidak Layak Layak V
5 SUTAWI B
NO.6014372-4 Layak Layak Layak Layak V
6 INEM
NO.6013562-5 Layak Tidak Layak Tidak Layak Layak V
7 BAMBANG S
NO.6001836-4 Layak Tidak Layak Tidak Layak Layak V
8 SOEMARLAN
NO.6001392-8 Layak TidakLayak Tidak Layak Layak V
9 RD KRP KB
NO.6013751-8 Layak Layak Tidak Layak Layak V
10 DARWOLO
NO.6002458-9 Layak Layak Tidak Layak Layak V
11 BP SAMAD
NO.6002565-1 Layak Layak Tidak Layak Layak V
12 SOETIKNO
NO.6002675-8 Layak Tidak Layak Tidak Layak Layak V
13 NY ABDOLAH
NO.6002678-2 Layak Layak Tidak Layak Layak V
14 SUTIYONO
NO.6002977-1 Layak Layak Tidak Layak Layak V
15 NY LAMINAH
NO.6003740-7 Layak Tidak Layak Tidak Layak Layak V
16 SUTARNO
NO.6003650-9 Layak Layak Tidak Layak Layak V
17 MUSLICH
NO.6002865-8 Layak Tidak Layak Layak Layak V
18 KASTURI
NO.6002942-8 Layak Layak Layak Layak V
19 MATHFUD
NO.6002957-2 Layak Layak Layak Layak V
20 PRASETYO S
NO.6003746-4 Layak Tidak Layak Layak Layak V
21 SUTIYONO
NO.6003820-0 Layak Tidak Layak Tidak Layak Layak V
22 SLAMET T
NO.6012767-0 Layak Layak Layak Layak V
23 TANDJUL N
NO.6000829-1 Layak Layak Tidak Layak Layak V
24 PASER
NO.6001608-1 Layak Layak Layak Layak V
25 DJOHARI HS
NO.6001742-5 Layak Tidak Layak Layak Layak V
26 INDRIATI
NO.6013750-0 Layak Layak Layak Layak V
27 KARTINAH
NO.6013221-2 Layak Layak Layak Layak V
28 PURWONO
NO.6001763-2 Layak Layak Layak Layak V
29 SUBAKRI
NO.6004324-9 Layak Tidak Layak Tidak Layak Layak V
30 SOEMAR
NO.6001710-6 Layak Layak Tidak Layak Layak V
31 HADISUMITRO
NO.6001845-0 Layak Layak Layak Layak V
32 WARSITO
NO.6001847-6 Layak Layak Layak Layak V
33 SUKANDAR
NO.6003659-0 Layak Tidak Layak Tidak Layak Layak V
34 S SUWADI
NO.6001711-4 Layak Layak Layak Layak V
35 POERWONO
NO.6001505-5 Layak Tidak Layak Tidak Layak Layak V
36 SUTARJAN
NO.6002887-3 Layak Layak Layak Layak V
37 SUTRISNO
NO.6002888-1 Layak Layak Layak Layak V
38 SUKIBAN
NO.6002916-6 Layak Layak Layak Layak V
39 LUKARDONO
NO.6003645-3 Layak Layak Layak Layak V
40 F RUSMANTO
NO.6001855-5 Layak Layak Tidak Layak Layak V
41 BUCHODRI
NO.6004557-1 Layak Tidak Layak Tidak Layak Layak V
42 A DJUPRI
NO.6001666-2 Layak Layak Tidak Layak Layak V
43 SUPARDI
NO.6002900-4 Layak Tidak Layak Tidak Layak Layak V
44 SWARTONO
NO.6010558-1 Layak Layak Tidak Layak Layak V
45 SUPARTONO
NO.6003588-3 Layak Layak Layak Layak V
46 AMIN S
NO.6010104-8 Layak Layak Layak Layak V
47 PAULUS HS
NO.6009641-6 Layak Layak Tidak Layak Layak V
48 KASMANI
NO.6010104-8 Layak Layak Layak Layak V
49 SUDIRANTONO
NO.6006697-9 Layak Tidak Layak Layak Layak V
50 GITO P
NO.6008570-1 Layak Tidak Layak Tidak Layak Layak V
51 SITI P
NO.6008538-6 Layak Tidak Layak Layak Layak V
52 WIDAYAT S
NO.6006948-1 Layak Tidak Layak Layak Layak V
53 SITI UK
NO.6008622-6 Layak Layak Layak Layak V
54 ABHU T
NO.6014525-9 Layak Layak Tidak Layak Layak V
55 MULYANTO
NO.6005564-1 Layak Layak Tidak Layak Layak V
56 SUKARTI
NO.6005552-1 Layak Tidak Layak Layak Layak V
57 SAKIDIN F
NO.6000289-7 Layak Layak Tidak Layak Layak V
58 SUNARDI
NO.6005229-5 Layak Layak Layak Layak V
59 SRI H
NO.6005049-9 Layak Layak Tidak Layak Layak V
60 BINARTO S
NO.6003731-1 Layak Layak Layak Layak V
61 NUR EDY Y
NO.6003734-5 Layak Tidak Layak Tidak Layak Layak V
62 DJOKO M
NO.6003800-1 Layak Tidak Layak Tidak Layak Layak V
63 SUTRISNO
NO.6003647-9 Layak Layak Tidak Layak Layak V
64 RONDI W
NO.6002375-1 Layak Tidak Layak Layak Layak V
65 MOCHSON
NO.6001970-7 Layak Layak Layak Layak V
66 ABD KHAMID
NO.6001278-4 Layak Layak Layak Layak V
67 SLAMET
NO.6001085-9 Layak Layak Layak Layak V
68 AGUS K
NO.6080859-1 Layak Layak Layak Layak V

Keterangan :
jumlah kriteria layak 1: 0 jumlah kriteria layak 2: 16
jumlah kriteria layak 3: 24 jumlah kriteria layak 4: 28
Lampiran 8.
Tabel 5.
Nilai Hambatan Jenis Tanah

1 2 3 4 5 6 7
Jenis tanh Tanah Tanah Pasir Kerikil Pasir dan Tanah
rawa liat dan basah basah kerikil berbau
tanah kering
ladang
Resistansi 30 100 200 500 1000 3000
jenis
(ohm-m)
Sumber: PUIL 1987

Tabel 6.
Nilai Rata-Rata Tahanan Elektroda Pentenahan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pelat
vertikal
dengan sisi
Jenis Pita atau penghantar pelin Batang atau pipa atas kurang
elektroda lebih 1m
dibawah
permukaan
tanah
10 25 50 100 1 2 3 5 0,5x1 1x1
Resistansi
pembumian 20 10 5 3 70 40 30 20 35 25
(ohm)
Sumber: PUIL 1987
Lampiran 9.

Tabel 7.
Luas Penampang Nominal Minimum Penghantar Pengaman

1 2 3 4 5
Luas Penampang Nominal (mm2)
Penghantar pengaman Penghantar pengaman tembaga
Penghantar berisolasi telanjang
fase Kabel berinti Kabel tanah Dengan Tanpa
1 berinti 4 pelindung pelindung
0,5 0,5 - - -
0,75 0,75 - - -
1 1,0 - - -
1,5 1,5 1,5 1,5 4
2,5 2,5 2,5 1,5 4
4 4,0 4 2,5 4
6 6,0 6 4 4
10 10,0 10 6 6
16 16 16 10 10
25 16 16 16 16
35 16 16 16 16
50 25 25 25 25
70 35 35 35 35
95 50 50 50 50
120 70 70 50 50
150 70 70 50 50
185 95 95 50 50
240 - 120 50 50
300 - 150 50 50
400 - 185 50 50
Sumber: PUIL 1987
Lampiran 10.

Tabel 8.
Ukuran Minimum Elektrode Bumi

1 2 3
Bahan Baja
No Jenis digalvanisasi Baja berlapis Tembaga
elektrode dengan proses tembaga
pemasasan

-Pipa baja 100 Pita tembaga


mm2 setebal 50 mm 2
50 mm2 tebal
minimum 3 minimum 2
1 Elektrode pita mm mm
-Penghantar Penghantar
pilin 95 mm2 pilin 35 mm2
(bukan kawat (bukan kawat
halus) halus)
-Pipa baja 25 Baja
mm berdiameter
-Baja provil 15 mm
(mm) dilapisi
2 L 65x65x7 tembaga
U 6,5 setebal 2,5
T 6X 50x3 mm
-Batang
profillain
yang setaraf
Pelat besi Pelat tembaga
3 Elektrode tebal 3 mm tebal 2 mm
pelat luas 0,5 m2 – luas 0,5 mm2–
1 m2 1mm2
Sumber: PUIL 1987
FOTO PENELITIAN TAHANAN ISOLASI

FOTO PENELITIAN TAHANAN PENTANAHAN

Anda mungkin juga menyukai