Anda di halaman 1dari 66

RANCANG BANGUN ALAT UKUR INDUKTANSI

DAN KAPASITANSI METER

TUGAS AKHIR

Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Diploma Tiga (D3)


Untuk Memperoleh gelar Ahli Madya

Disusun Oleh:
Nama : Eny Yuliana
NIM : 5352302532
Program Studi : D3 Teknik Instrumentasi Kendali

Jurusan : Teknik Elektro

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2006
ABSTRAK

Eny Yuliana, Tugas Akhir, RANCANG BANGUN ALAT UKUR


INDUKTANSI DAN KAPASITANSI METER D3 Teknik Instrumentasi
Kendali, Jurusan Tenik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

Kapasitor dan induktor memiliki peranan yang penting dibidang


elektronika. Banyak nilai kapasitor dan induktor yang nilainya sulit dierjemahkan
yaitu ketika kapasitor dan induktor bernilai kecil dan warna cetak yang kurang
jelas. Dari permasalahan tersebut maka dirancang alat ukur induktansi dan
kapasitansi meter.
Metode realisasi Tugas Akhir (TA) yang digunakan dalam pembuatan alat
ukur induktansi dan kapasitansi meter adalah dengan metode literature dan uji
laboratories. Metode literature adalah suatu metode berdasarkan atas informasi
yang bersumber dari berbagai literature. Sedangkan metode uji laboratories adalah
tahap pra survey dimana dalam metode ini dilakukan pengujian cara kerja
sebenarnya dari alat ukur yang dibuat.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
membandingkan ketepatan antara alat yang dibuat dengan alat ukur RLC Digital
Impedance Meter, produksi Chen Hwa Sintek, no seri 780180 dengan toleransi
ketelitian antara 1% sampai 2% sebagai alat ukur pembaanding. Untuk ratio
kesalahan dapat dicari dengan rumus = M-T, dimana = ratio kesalahan, M =
harga yang didapat dari pengukuran, T = harga sebenarnya dari kebesaran yang
diukur.
Kesimpulan dari alat ini adalah dapat menghasilkan suatu alat ukur
induktansi dan kapasitansi meter dengan tampilan jarum penunjuk pada VU meter
yang menggunakan asas kumparan putar. Saran yang didapat dalam penelitian ini
adalah pembuatan alat ukur ini diharapkan jauh lebih sempurna dan dapat
dilakukan pengembangan lebih lanjut untuk lebih sempurnanya dalam ketelitian
dan ketepatan yaitu dikembangkan dengan tampilan sistem digital.
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir ini telah dipertahankan dihadapan Panitia Ujian

Proyek Akhir Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 14 Maret 2006

Pembimbing

Agus Suryanto,MT
NIP. 1319938778

Penguji I Penguji II

Drs. Agus Murnomo,MT Drs. Agus Suryanto,MT


NIP. 131616610 NIP. 131993878

Ketua Jurusan, Ketua Program Studi

Drs. Djoko Adi Widodo,MT Drs. Agus Murnomo,MT


NIP. 131570064 NIP.131616610

Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik UNNES

Prof. Dr. Soesanto


NIP. 130 875 753
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Tiada TUHAN selain ALLAH, DIALAH yang menentukan segala-galanya


Sesungguhnya Allah Tidak Mengubah Keadaan Suatu Kaum, Kecuali Jika Mereka
Mengubah Keadaan Diri Mereka Sendiri
Bukanlah sebuah sasaran yang membuat orang bahagia, tapi proses menuju sasaran itulah
yang membuat seseorang lebih bahagia.
Ingatlah selalu nasehat orangtuamu

PERSEMBAHAN

1. Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan

doanya dalam setiap langkah kehidupanku

2. Kakak-kakakku dan adekku tercinta yang

selalu setia mendengar keluh kesahku.

3. Mas Bambang, Tigo, Sirin, Giant, Said dan

teman- teman TIK 2002 makasih atas

motivasinya dan dukungannya, kalian sahabat

terbaikku.

4. Renny ,Nita, Nurul, Mba Indri, Mba Fitri,

mince, ita dan teman-teman Sanu Kumala,

makasih untuk segalanya kalian selalu

menemaniku saat aku rapuh


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang

berjudul Rancang Bangun Alat Ukur Induktansi Dan Kapasitansi Meter dengan

tidak ada halangan yang berarti. Penyusunan laporan Tugas Akhir ini

dilaksanakan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program studi

Diploma Tiga Jurusan Teknik Elektro.

Berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak maka selesailah

penyusunan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Djoko Adi Widodo, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro yang

telah memberikan persetujuan dalam Tugas Akhir ini.

2. Drs, Agus Murnomo, MT, selaku Ketua prodi Teknik Elektro D3 yang

telah memberikan izin dan arahan bagi penulis untuk melaksanakan

penyusunan Tugas Akhir ini.

3. Drs, Agus Suryanto, MT, selaku Dosen pembimbing yang telah sabar

memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Drs, Suryono, MT Selaku Ketua Laboratorium yang telah memberikan

banyak bantuan dalam penyelesaian tugas akhir ini.

5. Pak Prapto, Mas Rinto, Mas Subhan terima kasih atas bantuan yang

diberikan dalam pengujian Tugas Akhir ini.


6. Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang telah membantu dalam

penyusuan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan.

Diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga

penulisan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkaitan.

Semarang 2006

Eny Yuliana
NIP.5352302532
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

HALAMAN ABSTRAK .............................................................................. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Permasalahan ............................................................................ 2

1.3 Pembatasan Masalah .................................................................. 3

1.4 Tujuan ....................................................................................... 3

1.5 Manfaat ..................................................................................... 3

1.6 Sistematika Tugas Akhir ............................................................. 4

BAB II ISI .................................................................................................. 6

1.1 Dasar Teoritis/ Landasan Teori . ..... 6

2.1 Metode Realisasi Tugas Akhir . .....................26

2.2 Hasil dan Pembahasan 46


BAB III PENUTUP . ...51

A. Simpulan 51

B. Saran 52

DAFTAR PUSTAKA 53

LAMPIRAN 54
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Simbol Kapasitor Kertas 7

Gambar 2.2 Simbol Kapasitor Elektrolit . . 7

Gambar 2.3 Simbol Kapasitor Variabel . ....................... 8

Gambar 2.4 Prategangan Maju dan Prategangan Balik . ....... 14

Gambar 2.5 Karakteristik Schimitt Trigger 16

Gambar 2.6 Simbol Transistor Bipolar 17

Gambar 2.7 Osilator Jembatan RC . ......... 20

Gambar 2.8 Bentuk Dasar Osilator LC . 21

Gambar 2.9 Lambang Kristal . .................... 21

Gambar 2.10 Lay Out PCB 29

Gambar 2.11 Blok Diagram Alat Ukur Induktansi dan Kapasitansi 29

Gambar 2.12 Rangkaian Alat Ukur Induktansi dan Kapasitansi .......... 31


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh konstanta dari beberapa bahan dielektrik ........................ 1 0

Tabel 2.2 Alat yang digunakan dalam pembuatan alat ukur induktansi dan
kapasitansi.............................................................................................27

Tabel 2.3 Bahan yang digunakan dalam pembuatan Alat induktansi dan
kapasitansi.............................................................................................28

Tabel 2.4 Hasil pengamatan pengukuran kapasitansi dari kapasitor..................37

Tabel 2.5 Hasil pengamatan pengukuran induktansi dari kapasitor...................37


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1. Gambar alat ukur induktansi dan kapasitansi tampak luar .......... 54

Lampran 2. Gambar alat ukur induktansi dan kapasitansi tampak dalam ...... 54
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dengan kemajuan teknologi elektronika, maka alat ukur elektronik

sangat diperlukan. Pada saat sekarang terdapat banyak alat ukur terutama

alat ukur komponen. Dalam proyek elektronika komponen yang mutlak

harus diketahui nilainya adalah komponen dasar seperti : resistor,

kapasitor, induktor, dan lain sebagainya. Ada alat ukur dalam suatu

instrumen terdapat beberapa kemampuan pengukuran seperti Voltmeter,

Ohmmeter, Kapasitansimeter yang dijadikan satu instrumen yang disebut

Multimeter. Alat ini disamping harganya relatif mahal, juga dalam hal-hal

tertentu dalam pemakaiannya mempunyai kekurangan faktor keletian dan

range pengukuran.

Kapasitor dan induktor memiliki peranan penting dibidang

elektronika, antara lain diaplikasikan dalam rangkaian elektronika yaitu

untuk memilih frekuensi pada radio penerima, meratakan fluktuasi

tegangan dan sebagainya. Banyak nilai kapasitor dan induktor yang

nilainya sulit diterjemahkan yaitu ketika kapasitor dan induktor bernilai

kecil dan memiliki warna cetak yang kurang jelas. Dari permasalahan

tersebut maka dirancang alat ukur induktansi dan kapasitansi meter agar

memperoleh nilai induktansi dan kapasitansi yang lebih spesifik, dimana

ketelitian dan range pengukuran dapat direncanakan.


Berkaitan dengan masalah tersebut perlu dikembangkan suatu alat

yang dapat mengetahui nilai kapasitor dan induktor dengan benar dan

teliti. Hal-hal yang berhubungan dengan alat ukur induktansi dan

kapasitansi meter diantaranya ada IC 74HC14, IC 4050, transistor,

kapasitor, dioda dan komponen-komponen lain yang berhubungan dengan

alat ini.

1.2 Permasalahan

Bagaimana cara membuat suatu sistem alat ukur induktansi dan

kapasitansi meter dengan penunjuk VU meter.

1.3 Pembatasan Masalah

Mengingat permasalahan yang berhubungan dengan alat ukur

induktansi dan kapasitansi meter, maka setelah dilakukan uji laboratories

dan kajian literatur mengenai komponen yang digunakan dalam alat ukur

induktansi dan kapasitansi meter, maka diberikan pembatasan masalah

sebagai berikut :

1. Penelitian ini nantinya hanya untuk mengetahui nilai induktansi dan

kapasitansi dengan tampilan VU meter.

2. Level pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Kapasitor : antara 100 pF sampai 10F.

b. Induktor : antara 10H sampai 1H.


3. Frekuensi osilator yang digunakan antara lain : 1MHz, 100KHz,

10KHz, 1KHz, 100Hz, 10Hz.

1.4 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan alat ukur induktansi dan

kapasitansi meter adalah :

1. Membuat rangkaian induktansi dan kapasitansi meter untuk

mengetahui suatu nilai kapasitor dan induktor.

2. Dapat merancang dan mengkonstruksikan sebuah alat ukur elektronik

untuk mengukur besar induktansi dari suatu induktor dan kapasitansi

dari suatu kapasitor, dimana hasil pengukuran ditunjukkan pada VU

meter.

1.5 Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah :

1. Sebagai alat pembantu untuk mengetahui nilai induktansi dari suatu

induktor dan kapasitansi dari suatu kapasitor.

2. Dapat membantu dan bermanfaat bagi penelitian dilaboratorium

maupun untuk teknisi pada berbagai proyek ektronika khususnya

dalam menentukan nilai induktansi dan kapasitansi.

3. Sebagai pengembangan peralatan laboratorium Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang


1.6 Sistematika Tugas Akhir

Untuk memudahkan pihak pembaca dan pihak yang berkepentingan

dalam memahami isi laporan tugas akhir ini secara terarah, maka penulis

membuat sistematika penulisan yang urut sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang,

permasalahan, pembatasan masalah, tujuan, manfaat dan

sistematika tugas akhir.

BAB II ISI

A. Landasan Teori

Landasan teori berisi teori dan konsep dasar yang

nantinya menjadi landasan dalam perhitungan dan

pembahasan permasalahan yang telah ada.

B. Metode realisasi Tugas Akhir

Pada bagian ini akan dibahas mengenai perhitungan

yang dibutuhkan dalam pembuatan alat mencakup

peralatan yang dibutuhkan, langkah pembuatan alat,

cara kerja rangkaian, dan pengujian alat.

C. Hasil Analisis dan Pembahasan

Pada bagian ini akan dibahas mengenai analisis cara

kerja dari alat yang telah dibuat.


BAB III PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran yang mencakup

hal-hal penting yang telah didapat pada bab awal hingga

akhir yang menjadi inti pokok persoalan sekaligus penutup

dari laporan tugas akhir.


BAB II

ISI

2.1 LANDASAN TEORI

Bagian-bagian atau komponen yang digunakan pada rangkaian alat ukur

kapasitansi dan induktansi meter adalah sebagai berikut :

2.1.1 Kapasitor

Secara prinsip sebuah kapasitor terdiri dari dua keping konduktor

yang ruang diantaranya diisi oleh dielektrik (penyekat), misal udara

atau kertas. Kedua konduktor diberi muatan sama besar tetapi jenisnya

berlawanan yang satu bermuatan (+), lainnya bermuatan (-).

Kemampuan kapasitor untuk menyimpan muatan listrik dinyatakan

oleh besaran kapasitas (atau kapasitansi). Satuan SI dari kapasitas

adalah farad (F).

Kapasitor dirancang untuk menyediakan kapasitansi pada

rangkaian listrik untuk menyimpan energi dalam medan listrik antara

dua konduktor yang dipisahkan oleh media dielektrik.

Kapasitansi didefinisikan sebagai sifat dari suatu rangkaian untuk

melawan setiap perubahan tegangan (Robert L. Shrader, 1991:101)


2.1.1.1 Jenis kapasitor

Jenis-jenis kapasitor secara garis besar dibedakan menjadi 3

macam antara lain :

1) Kapasitor kertas

Kapasitor kertas terdiri dari dua lembar kertas timah

panjang yang berfungsi sebagai keping-keping konduktor.

Kapasitor jenis ini mempunyai kapasitas sebesar 0,1 F.

Gambar 2.1 Simbol Kapasitor Kertas

2) Kapasitor elektrolit

Kapasitor elektrolit terdiri dari dua lembar kertas

aluminium oksida yang diproses secara kimia sebagai

bahan penyekat. Kapasitor jenis ini mempunyai kapasitas

paling tinggi sampai dengan 100.000 pF.

Gambar 2.2 Simbol Kapasitor Elektrolit


3) Kapasitor variabel

Kapasitor variabel digunakan untuk memilih

frekuensi gelombang pada radio penerima. Nilai maksimum

kapasitasnya sampai dengan 0,00005 F (500pF).

Gambar 2.3 Simbol Kapasitas Variabel

Jenis kapasitor berdasarkan kebocoran dielektrik,

kapasitansi yang tetap dan berubah, tegangan kerja, nilai

kapasitansi dan frekuensinya dibagi menjadi :

1) Dielektrik hampa

Jenis kapasitor ini tidak terdapat kebocoran, dibuat

untuk kapasitor tetap atau variabel, digunakan pada

tegangan 5000 Volt sampai 50.000 Volt, besar

kapasitansinya antara 5 sampai 250 pF dan frekuensi kerja

diatas 1000 MHz.

2) Dielektrik udara

Terjadi kebocoran kecil kecuali yang melalui

osilasi, biasanya dibuat untuk kapasitor jenis tetap, variabel

dan dapat diatur.

3) Dielektrik mika

Terjadi kebocoran kecil kecuali yang melalui bahan

yang menutupi pelat dan dielektrik. Dibuat untuk kapasitor


jenis tetap dan dapat diatur. Tegangan kerja dari 350

sampai beberapa ribu volt. Besaran kapasitansi dari 1,5 pF

sampai 0,1 F.

4) Dielektrik keramik

Kebocoran kecil, dibuat untuk kapasitor jenis datar,

bulat, atau berbentuk tabung dan jenis yang dapat diatur.

Besarnya kapasitansi dari 1,5 pF sampai dengan 0,01 F

untuk jenis tetap dan sampai 100pF untuk jenis yang dapat

diatur. Tegangan kerja sekitar 500 Volt dan frekuensi kerja

lebih dari 300 MHz.

5) Dielektrik kertas

Biasa digunakan kertas yang dilumuri minyak, lilin,

PCB dan ester. Besar kapasitansi 10 pF sampai 10F untuk

jenis tetap. Digunakan pada tegangan 150 volt sampai

beberapa ribu volt. Frekuensi sampai dengan 1 atau 2 MHz.

6) Dielektrik plastik

Besar kapasitansi sampai dengan 2 F dan tegangan

kerja dari 200 sampai dengan 600 volt.

7) Elektrolit

Bocor sebagian, hanya dibuat untuk kapasitor jenis

tetap, mempunyai rentang dari beberapa F sampai dengan

50.000 F atau lebih. Tegangan kerja dari 6 sampai dengan

750 V
2.1.1.2 Kapasitansi kapasitor

Kapasitansi didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu

kapasitor untuk dapat menampung muatan electron.

Kapasitansi kapasitor dapat dirumuskan sebagai berikut :

C=QV

Dimana, Q = Muatan dalam Coulomb

C = Kapasitansi dalam Farad

V = Tegangan dalam Volt

Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung

dengan mengetahui area plat metal (A), jarak (t) antara kedua

plat metal dan konstanta bahan dielektrik (k) dapat ditulis

dengan rumus sebagai berikut

C = (8,85x10-12)(k.A./t)

Tabel 2.1
Contoh Konstanta dari beberapa bahan dielektrik

Udara vakum k=1

Aluminium oksida k=8

Keramik k=100-1000

Gelas k=8

Polyethylene k=3
2.1.2 Induktor

Induktor adalah alat elektris yang dirancang untuk menyediakan

induktansi dalam suatu rangkaian.suatu bentuk sederhana dari induktor

yaitu lilitan kawat

Induktansi merupakan sifat dari suatu rangkaian untuk melawan

setiap perubahan arus, dan merupakan tempat penyimpanan dalam

bentuk suatu medan elektromagnetik (Robert L. Shrader, 1991:78).

2.1.2.1 Induktansi Diri

Induktor (disebut juga induktansi) dibentuk oleh dua penghantar

yang terpisah oleh ruangan bebas, dan tersusun sedemikian hingga

fluks magnetik dari yang satu terkait dengan yang lain.

Fungsi utama dari inductor didalam suatu rangkaian adalah

untuk melawan fluktuasi arus yang melewatinya.Aplikasinya pada

rangkaian dc salah satunya adalah untuk menghasilkan tegangan dc

yang konstan terhadap fluktuasi beban arus. Pada aplikasi

rangkaian ac salah satu gunanya adalah bisa untuk meredam

perubahan fluktuasi arus yang tidak diinginkan.

2.1.2.2 Induktansi bersama

Induktansi bersama adalah nilai induktansi diakibatkan

adanya dua induktor yang saling berdekatan sehinnga

mempengaruhi satu dengan yang lain.


Perubahan arus pada suatu kumparan yang bisa

menimbulkan perubahan fluksi pada kumparan lainnya sehingga

terjadi ggl, maka kedua kumparan tersebut mempunyai induktansi

bersama.

Dua buah rangkaian dikatakan mempunyai induktansi

bersama sebesar 1 H bila arus yang mengalir pada salah satu

rangkaian tersebut mempunyai perubahan rata-rata sebesar satu

ampere tiap detik yang membangkitkan GGL sebesar satu Volt

pada rangkaian yang lainnya.

2.1.2.3 Induktansi Seri

Dua buah kumparan yang masing-masing mempunyai

induktansi sendiri L1 dan L2, serta induktansi bersama M yang

dihubungkan seri, maka induktansi total dari kedua kumparan

tersebut adalah =

Lt = L1 + L2 + 2M, bila GGL dalam arah yang sama.

Lt = L1 + L2 - 2M, bila GGL dalam arah yang berlainan.

Dimana, Lt = Induktansi total dalam H

L1, L2 = Induktansi yang terpisah H

M = Induktansi bersama dalam H


2.1.3 Dioda

Dioda semikonduktor adalah dioda yang dibangun dari

semikonduktor tipe P dan N yang digabung. Divais elektronik ini

mempunyai dua elektroda dengan sifat tidak simetri. Maksud dari sifat

tidak simetri ini yaitu bahwa arus yang mengalir melewati dioda pada

arah tertentu jauh lebih besar daripada arah berlawanan.

Dioda merupakan penghantar apabila mendapat prategangan maju

(forward bias) dan merupakan isolator apabila mendapat prategangan

balik (reverse bias). Prategangan maju yaitu pemberian polaritas

negatif sumber tegangan pada bahan tipe P dan polaritas negatif pada

bahan tipe N. Prategangan balik yaitu pemberian polaritas negatif

sumber tegangan pada bahan tipe P dan polaritas negatif pada bahan

tipe N.

2.1.3.1 Prategangan Maju (forward bias)

Prategangan maju yaitu pemberian polaritas positif sumber

tegangan pada bahan tipe P dan polaritas negatif pada bahan tipe

N. Pada saat prategangan maju, lubang dari tipe P melewati

persambungan ketipe N. Lubang-lubang ini bergerak dari kiri

kekanan membentuk arus dalam arah arus yang sama dengan arus

elektron yang bergerak dari kanan kekiri. Oleh karena itu arus yang

dihasilkan melewati persambungan adalah jumlah dari arus lubang

elektron.
2.1.3.2 Prategangan Balik (reverse bias)

Prategangan balik yaitu pemberian polaritas negatif sumber

tegangan pada bahan tipe P dan elektron pada tipe N. Dioda dengan

prategangan balik menyebabkan lubang pada tipe P dan elektron

pada tipe N bergerak menjauhi persambungan. Hal ini tidak

berlangsung lama, sebab disebelah tipe N terdapat lubang yang

jumlahnya terbatas.

Berhentinya aliran ion-ion tersebut menyebabkan arus

menurun sampai harga nol. Keadaan ini terjadi karena tegangan

luar yang diterapkan pada dioda bersifat memperbesar potential

barier sehingga menghalangi proses aliran lubang dalam tipe P dan

electron pada tipe N.

(a) (b)

Gambar 2.4 (a)Prategangan Balik.

(b) Prategangan Maju


2.1.4 IC

Rangkaian terintegrasi (Integrated Circuit) didefinisikan sebagai

realisasi secara fisik dari elemen-elemen rangkaian yang secara terpisah

tetapi merupakan kesatuan yang berada diatas atau didalam sebuah

badan yang kontinyu untuk membentuk suatu rangkaian.

IC adalah rangkaian elektronis lengkap yang dimasukkan dalam satu

chip silicon (Frank D. Petruzella, 2002=275). Sering tidak lebih dari

transistor, IC dapat berisi sedikitnya ratusan atau ribuan transistor, dioda,

tahanan, dan kapasitor, bersama-sama penghantar listrik yang diproses

dan diisikan seluruhnya didalam satu silikon. Rangkaian terpadu sering

disebut chip yang sebenarnya adalah bagian komponen dari IC.

Dalam pembuatan alat ukur induktansi dan kapasitansi meter, jenis

IC yang digunakan adalah IC digital 74HC14 sebagai Hex Schimitt

Trigger CMOS 4050 sebagai Hex Schimitt Buffer, dan IC 7805 sebagai

generator.

2.1.4.1 Schimitt Trigger

Schmit trigger adalah suatu rangkaian yang dapat merubah

sinyal masukan berupa gelombang segitiga menjadi gelombang

segiempat (square), ataupun sebagai pengoreksi pulsa cacat pada

gelombang segiempat menjadi pulsa yang sempurna dengan lebar

bergantung pada kapasitansi dan tahanan dari schimitt trigger

tersebut.
Schimitt trigger sangat peka terhadap sinyal, dan sinyal

keluarannya akan terjadi selama dua interval sinyal yang disebut

trigger level bawah (Low Threshold level atau LTL) dan sinyal

trigger level atas (Upper Threshold Level atau UTL).

(a) (b)

Gambar 2.5 karakteristik SchmitTtrigger

(Malvino, 1992:213)

Gambar 2.5a meringkaskan cara kerja sebuah schimit

trigger. Tegangan keluaran adalah salah satu diantara 1 atau 5

V. bila Vout berada pada keadaan rendah, diperlukan untuk

menaikkan Vin sedikit diatas 1,7 V guna menghasilkan

suatuperpindahan. Setelah berada pada keadaan tinggi, Vout

tetap berada pada 5V sampai Vin menurun sedikit dibawah 1,2

V. pada saat ini keluaran meloncat kembali kekeadaan rendah

yakni 1 V. perpindahan yang cepat ini ditunjukkan oleh garis

titik-titik pada gambar.

Gambar 2.5b memperlihatkan grafik bagi setiap schimit

trigger. Nilai Vin yang mengakibatkan keluaran berpindah dari


keadaan tinggi kekeadaan rendah disebut tegangan ambang

menuju negatif yang dilambangkan dengan Vr-.

Perbedaan antara kedua tegangan ambang ini disebut

histerisis. Pada gambar 2.5a, histerisis bernilai 0,5V. Dengan

adanya histerisis dapat menjamin perpindahan yang cepat

dalam suatu jangkauan temperatur yang luas.

2.1.5 Transistor

Transistor didefinisikan sebagai komponen semikonduktor yang

mempunyai tiga kaki atau lebih sehingga daya dapat diperkuat (Frank

D. Petruzella, 2002:246).

Transistor adalah suatu komponen yang dibentuk oleh hubungan

dua buah semikonduktor PN. Transistor sendiri dibedakan menjadi dua

macam yaitu transistor PNP dan NPN.

a. PNP b. NPN

Gambar 2.6 Simbol transistor bipolar


Daerah kerja transistor dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

1) Daerah jenuh (saturasi)

Keadaan jenuh terjadi pada saat sambungan kolektor basis

mendapat tegangan mundur dan sambungan basis emitor mendapat

mendapat tegangan maju serta arus yang mengalir kebasis cukup

besar untuk membuat kolektor pada keadaan jenuh. Pada saat

terjadi keadaan jenuh ini tegangan antara kolektor dan emitor

adalah nol (VCE = 0) yang berarti antara C dan E terhubung

singkat. Pada saat jenuh ini transistor sering dimanfaatkan sebagai

saklar.

2) Daerah mati (cutt off)

Keadaan mati terjadi pada saat sambungan basis emitor dan

sambungan basis kolektor mendapatkan tegangan mundur atau

pada keadaan ini transistor dalam posisi menyumbat, tegangan

yang mengalir pada kolektor emitor sama dengan tegangan catu

(Vce= V cc). Sama dengan pada kondisi saturasi, pada kondisi cut

off ini transistor dimanfaatkan sebagai saklar.

3) Daerah aktif

Daerah aktif terletak antara daerah jenuh dan daerah mati.

Daerah ini sering disebut juga daerah linear akan diikuti kenaikan

arus dan tegangan pada kolektor. Pada keadaan ini transistor

dimanfaatkan sebagai penguat.


2.1.6 Osilator

Osilator merupakan piranti elektronik yang menghasilkan keluaran

berupa isyarat tegangan, (Sutrisno, 1987:153). Pada osilator tidak ada

isyarat masukan untuk menghasilkan isyarat keluaran saja yang

frekuensi dan amplitudo dapat dikendalikan. Seringkali suatu penguat

secara tidak sengaja menghasilkan keluaran tanpa masukan dengan

frekuensi yang nilainya tidak dapat dikendalikan. Dalam hal ini

penguat dikatakan berisolasi.

Osilator digunakan secara luas sebagai sumber isyarat untuk

menguji suatu rangkaian elektronik. Osilator seperti ini disebut

pembangkit isyarat, atau pembangkit fungsi jika isyarat keluarannya

dapat mempunyai berbagai bentuk.

Secara garis besar osilator dibagi menjadi empat macam yaitu :

1) Osilator RC

Osilator RC menggunakan hambatan R dan kapasitansi C untuk

mengatur frekuensi. Contoh osilator RC antara lain :

a. Osilator jembatan RC

Pada osilator jembatan RC digunakan R1=R2=R dan

C1=C2=C, frekuensi dapat diubah dengan menggunakan R1

dan R2.
Gambar 2.7 Osilator jembatan RC

b. Osilator jembatan wien

Osilator jembatan wien dapat dikendalikan dengan

menggunakan pengatur penguatan otomotik agar mempunyai

amplitudo yang tetap terhadap waktu.

c. Osilator T- kembar

Osilator T- kembar digunakan untuk membuat osilator dengan

frekuensi yang dapat mempunyai satu nilai yaitu osilator yang

tidak variabel, namun memiliki bentuk sinosoida dengan cacat

amat kecil.

2) Osilator LC

Osilator LC digunakan untuk memperoleh isyarat sinosoida

dari frekuensi audio hingga frekuensi radio, bahkan sampai

frekuensi gelombang mikro. Contoh osilator adalah osilator colpits

dan osilator Hartley. Bentuk dasar osilator LC dapat ditunjukkan

gambar dibawah ini


Gambar 2.8 Bentuk dasar osilator LC

a. Osilator Kristal

Osilator kristal tidak akan bergeser lebih dari beberapa

hertz dari frekuensi dasarnya. Kristal ini bersifat piezoelektrik

yaitu sifat beberapa macam kristal yang jika ditekan, maka

antara dua permukaan yang ditekan akan timbul beda tegangan

listrik.

Frekuensi resonansi kristal bergantung pada tebal kristal,

dan arah bidang pemotongan kristal menentukan kekuatan

osilasi dan perubahan frekuensi terhadap suhu.

Gambar 2.9 Lambang Kristal

b. Osilator Relaksasi

Osilator relaksasi menggunakan pengisian dan penguatan

muatan pada suatu kapasitor melalui suatu hambatan. Suatu

perubahan yang terjadi secara eksponensial dalam waktu

disebut relaksasi. (Sutrisno, 1987:169)


Osilator relaksasi dapat dibuat dengan menggunakan lampu

neon, transistor sambungan tunggal (UJT), PUT, Op-Amp, dan

transistor.

2.1.7 Resistor

Resistor merupakan semikonduktor yang berfungsi sebagai

pembagi tegangan dan bisa juga untuk mengurangi arus yang mengalir.

Resistor umumnya terbuat dari bahan karbon/arang, metal film,

gulungan kawat, dan porselin.

Ada dua jenis resistor yaitu resistor tetap dan resistor berubah.

Resistor tetap adalah resistor yang memiliki nilai tetap, nilainya sudah

tertulis atau berupa kode warna. Resistor berubah adalah resistor yang

memiliki nilai bervariasi tergantung jenisnya. Jenis-jenis variable

resistor antara lain = potensiometer, LDR, PTC, NTC. Kerusakan pada

resistor biasanya disebabkan karena putus, terbakar, dan nilai R-nya

membesar.

2.1.8 Saklar

Saklar adalah alat untuk menghubungkan atau memisahkan bagian-

bagian dari suatu instalasi listrik satu sama lain.

Secara garis besar saklar dapat dibedakan menjadi dua macam

yaitu :
1). Saklar yang dioperasikan secara manual

Saklar yang dioperasikan secara manual yaitu saklar yang

dikontrol dengan tangan. (Petruzella Frank. D, 1986=207). Contoh

saklar ini aantara lain=

a. Saklar Togel

Jenis penghubungan atau susunan kontak pada saklar togel

ditetapkan dengan singkatan sesuai batas kerja listrik

dinyatakan dengan tegangan dan arus interupsi maksimum

b. Saklar Geser

Saklar geser menggunakan aksi penggeseran sederhana untuk

menghasilkan hubungan yang sama dengan saklar togel kecuali

untuk jenis aksi kerja yang berbeda kutub-kutub yang

dihubungkan mencapai hasil yang sama.

Saklar geser sering digunakan sebagai saklar mode untuk

memilih mode tertentu dari operasi seperti HIGH dan LOW.

c. Saklar Rocker

Saklar rocker merupakan saklar geser yang dimodifikasi

d. Saklar DIP (Dual In Line Package)

Saklar DIP adalah saklar yang dirancang untuk dirakit pada

tempat hubungan pada PCB.


e. Saklar Rotan

Saklar rotan digunakan untuk operasi penghubungan yang

kompleks, misal penghubungan yang dijumpai pada osiloskop

dimultimeter.

f. Saklar Thumbweel

Saklar Thumbwell digunakan pada alat numerik dan alat-alat

yang dikontak komputer untuk memberi input informasi dari

operator ke komputer.

g. Saklar pemilih

2). Saklar yang dioperasikan secara mekanik

Saklar yang dioperasikan secara mekanik adalah saklar yang

dikontrol oleh faktor-faktor secara otomatis.

a. Saklar Lime

Saklar ini dirancang hanya untuk beroperasi apabila batas yang

sudah ditentukan sebelumnya sudah dicapai dan saklar-saklar

tersebut biasanya disktifksn kontsk dengsn objek.

b. Saklar suhu

Saklar ini digunakan untuk merasakan perubahan suhu

c. Saklar tekanan

Saklar tekanan digunakan untuk mengontrol tekanan cairan dan

gas. Saklar ini dirancang untuk menjalankan membuka atau

menutup kontak-kontaknya, apabila tekanan tertentu tercapai.


d. Saklar level

Digunakan untuk merasakan fungsi cairan.

Saklar yang diperlukan dalam pembuatan alat ukur

kapasitansi dan induktansi meter adalah saklar tekan yang

digunakan sebagai power dan untuk memilih kapasitansi dan

induktansi, saklar rotary yang digunakan untuk menentukan jarak

ukur kapasitansi dan induktansi

2.1.9. VU Meter

VU meter yang digunakan pada alat ukur ini adalah dengan

menggunakan asas kumparan putar.

Alat ukur kumparan putar adalah alat pengukur yang bekerja atas

dasar prinsip dari adanya suatu kumparan listrik, yang ditempatkan

pada medan magnet dan bergerak dari suatu magnet yang permanen.

2.1.10. Catu Daya

Rangkaian catu daya ini digunakan untuk mensuplai tegangan yang

dibutuhkan oleh rangkaian. Catu daya yang digunakan dalam

pembuatan alat ukur ini dapat menggunakan tegangan masukan

9volt sampai 20 volt, tegangan masukan ini dapat diturunkan

menjadi 5 volt oleh IC 7805, karena tegangan yang dibutuhkan dalam

alat ukur kapasitansi dan induktansi meter sebesar 5 volt.


2.1 Metode Realisasi Tugas Akhir

Metode realisasi Tugas Akhir yang digunakan dalam pembuatan alat

ukur induktansi dan kapasitansi meter adalah dengan metode literature dan uji

laboratories. Metode literature adalah suatu metode berdasarkan atas informasi

yang bersumber dari berbagai literature. Pada kajian tugas akhir ini sumber

utamanya adalah dari buku tentang elektronika dan menggunakan metode

interview yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara bertanya

langsung pada orang yang ahli dalam bidang elektronik. Sedangkan uji

laboratories adalah tahap pra survey dimana dalam metode ini dilakukan

pengujian cara kerja sebenarnya dari alat yang dibuat dan kemungkinan

perbaikan atau perubahan materi yang disebabkan adanya perubahan antara

teori dan praktikum yang dilaksanakan.

2.2.1. Proses Pembuatan

Dalam pembuatan alat pengukur kapasitansi dan induktansi yang

pertama kali dilakukan adalah mempelajari komponen-komponen dan

menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, kemudian merancang

rangkaian, setelah rangkaian dirancang dilanjutkan dengan mendesain

PCB untuk memasang komponen yang diperlukan. Jika PCB telah selesai

dibuat, lalu komponen dipasang. Setelah komponen terpasang dengan

sempurna maka dilakukan uji coba alat tersebut.


2.2.1.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang diperlukan untuk pembuatan alat

pengukur kapasitansi dan induktansi meter adalah sebagai berikut:

1). Alat

Tabel dibawah ini menunjukkan alat yang digunakan

selama penelitian dan pelaksanaan perancangan dan

pembuatan alat ukur Induktansi dan Kapasitansi meter.

Tabel 2.2
Alat yang digunakan dalam proses pembuatan alat ukur
Induktansi dan Kapasitansi meter.

No Nama Alat Spesifikasi Jumlah


1. Digital counter LDC 824 1Buah
2. Multimeter 1Buah
3. RLC Meter 1Buah
4. Bor 1Buah
5. Solder 1Buah
6. Catu daya 1Buah
7. Gergaji Besi 1Buah
8. Tang potong 1Buah
9. Tang jepit 1Buah
10. Kikir 1Buah
11. Palu 1 Buah

2). Bahan

Tabel dibawah ini menunjukkan bahan yang digunakan

selama penelitian dan pelaksanaan perancangan dan

pembuatan alat ukur Induktansi dan Kapasitansi meter.


Tabel 2.3
Bahan yang digunakan untuk pembuatan alat induktansi
dan kapasitansi meter .

No Bahan Spesifikasi Jumlah


1. PCB Secukupnya
2. Resistor 10k 2 Buah
12k 1 Buah
470k 1 Buah
2k2 1 Buah
1k 1 Buah
3. Potensiometer 5k Multiturn Cermet 6 Buah
2k2 Miniatur Preset 2 Buah
4. Kapasitor 100p Keramik 1 Buah
1n Mini polyester 1 Buah
10n Mini polyester 1 Buah
100n Mini polyester 1 Buah
1 Tantalum 1 Buah
1 Elect 15v,axal 1 Buah
10 Elect 15v 1 Buah
220n Mini polyester 1 Buah
5. Dioda 1N 4148 2 Buah
6. Transistor BC 184 NPN 1 Buah
7. IC 74HC14 1 Buah
4050 Hex Buffer 1 Buah
7805 5v Regulator 1 Buah
8. Saklar 1 Induk 12 Rotari 1 Buah
2 Induk 6 Rotari 1 Buah
. Toogle 1 Buah
11. VU meter 1 Buah
12. Tenol Secukupnya
13. Kabel Secukupnya

2.2.1.2 Pembuatan PCB

Dalam pembuatan PCB ada tiga tahapan yang diperhatikan

1. Pembuatan PCB diawali dengan pembuatan gambar pada

lempeng PCB.

2. Setelah gambar jadi langkah selanjutnya adalah melarutkan

lempeng PCB dibersihkan dengan air bersih.


3. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengeboran pada

lubang yang akan dipasangi komponen.

4. Untuk menghindari adanya kesalahan dan kerusakan pada

komponen rangkaian maka dipasang terlebih dahulu untuk

komponen pasif seperti resistor dan kapasitor, dan dilanjutkan

dengan komponen aktif seperti transisor.

Gambar 2.10 Lay Out PCB

2.2.1.3 Konstruksi/Desain Rangkaian

1. Diagram Blok

C Test

IC 74HC14 IC 4050 Penguat Alat Ukur

L Test

Gambar 2.11 Blok diagram alat ukur induktansi dan

kapasitansi meter
Keterangan :

a. IC 74HC14 digunakan sebagai osilator sebagai penghasil

frekuensi, frekuensi yang diperlukan dalam pengukuran

induktansi dan kapasitansi meter ini antara lain 1MHz, 100

kHz, 10kHz, 1kHz, 100Hz, 10Hz.

b. IC 4050 digunakan sebagai buffer atau penyangga dari

osilator IC 74HC14.

c. Komponen yang diukur meliputi :

- Induktor dengan jangkah pengukuran 10H, 100H,

1mH, 10mH, 100mH, 1H.

- Kapasitor dirancang dengan jangka pengukuran 100pF,

1nF, 10nF, 100nF, 1F, 10F.

d. Alat ukur dirancang khusus untuk menentukan nilai

induktansi dari suatu induktor dan kapasitansi dari suatu

kapasitor. Alat ukur ini menggunakan test frekuensi osilator

untuk menghasilkan gelombang kotak. Penggunaan

frekuensi ini dapat membatasi komponen untuk diukur.

Pemilihan frekuensi menggunakan saklar. Tampilan alat

ukur ini menggunakan VU meter

e. Penguat

Pada rangakaian alat ukur induktansi dan kapasitansi ini

dibutuhkan penguat yaitu dengan menggunakan transistor.


2. Gambar Rangkaian
VR4
+5V
5k
+9V S3
IN IC3 OUT
VRI
78L05
R1 5K
COM R4
C7 C8
1 2 0V 10 10n 14
10 11

C1 Ica 7
100p 74HC14 1C1g C4
74HC14 100n
0V
1 16 0v
N/C
2 15
VR5
3 14
5k
4 13
N/C
VR2 5 1C2 12
R2 5K 6 4050 11
R5
10K
7 10 10k
3 4 8 9
12 13

ICb IC1f
C2
74HC14 74HC14
1n
0V

0v
S1
1 6 VR6
2
5 5k
3 4
R3 VR3
10k 5K R6
a 12k
VU meter VR8 D1
5 6 C9 2k2 1N4148
k
R7 8 9
C3 ICc 470 IC1e
10n 74HC14
74HC14

7 8 1 2

S2 C test L

R8 C10
c 2k2 220n
b
a
D2 VR7 TR1
e
1N4148 k 2k2 BC184 R9
1k

0V

Gambar 2.12 Rangkaian alat ukur induktansi dan kapasitansi

2.2.1.4 Cara Kerja Rangkaian

Prinsip kerja dari alat ukur induktansi dan kapasitansi meter

adalah IC 74HC14 yang berfungsi sebagai osilator, yaitu untuk

menghasilkan gelombang kotak kira-kira 5 Volt dari puncak ke

puncak. Osilator ini dirancang untuk menghasilkan frekuensi yaitu

: No. 1. 1MHz. No.2. 100kHz. No.3. 10kz. No.4. 1kHz. No.5.

100Hz. No.6. 10Hz. Tiap-tiap sinyal diumpan balik ke IC 4050

(IC2).
Dari gerbang Hex buffer (IC 4050) frekuensi dipilih dengan

menggunakan saklar 1 (S1). Batas ukur ke-1 untuk kapasitor 0-

100pF, induktor 0-10 H dengan frekuensi 1MHz. Batas ukur ke-2

untuk kapasitor 0-1nF, induktor 0- 100 H dan frekuensi 100kHz.

Batas ukur ke-3 untuk kapasitor 0-10nF, induktor 0-1mH dan

frekuensi 10kHz. Batas ukur ke-4 untuk kapasitor 0-100nF,

induktor 0-10 mH dan frekuensi 1kHz. Batas ukur ke-5 untuk

kapasitor 0- F, dan untuk induktor 0-100mH, dan frekuensi

100Hz, Batas ukur ke-6 untuk kapasitor 0-10 F, dan induktor 0-

1H, dan frekuensi 10Hz. Pemilihan batas ukur dengan

menggunakan S1 yaitu dengan memutar batas ukur ke-1 sampai

batas ukur ke-6.

Saklar S1 diumpan balik pada transistor TR1 melalui

resistor R8. Kapasitor C10 dihubungkan pararel dengan R8 untuk

menghasilkan Steep Rise Time (waktu naik agar tidak

mempengaruhi redaman) dalam input gelombang kotak pada basis

transistor TR1. Pengurangan amplitudo disebabkan karena daerah

buffer diberi penguat oleh transistor penguat TR1 kira-kira 5 Volt

dari puncak ke puncak.

Pada saklar S2 pada tes kapasitor posisi kapasitor

dimasukkan diantar emitter TR1 dan terminal positif pada VU

meter. Dioda D2 memastikan kemantapan potensial positif


mewakili terminal positif pada VU meter. Oleh karena itu meter

memerlukan penunjukan dengan arah maju.

Kapasitor C9 dipasang sebagai filter tegangan dan VR8

disesuaikan untuk kalibrasi atau membatasi simpangan penuh pada

semua batas pengukuran pada kapasitor.

Dengan saklar 2 dalam tes induktor posisi induktor

dihubungkan dalam kolektor transistor secara seri pada R7.

kolektor TR1 juga dihubungkan untuk mengatur ulang VR7 dan

terminal positif pada VU meter. VR7 digunakan untuk kalibrasi

atau pembacaan skala penuh untuk semua batas pengukuran

induktor.

Dioda D1 memastikan arus mengalir pada arah yang sama

melewati meter saat kapasitor diuji. Dioda D1 juga melindungi

TR1 dari kerusakan disebabkan nilai transient yang tinggi yangbisa

berbahaya dalam pengujian induktor.

Pada alat ukur ini menggunakan tegangan masukan antara

9Volt sampai 20 volt. Kemudian distabilkan oleh IC 78L05

yang digunakan sebagai penstabil tegangan 5Volt.

2.2.1.5 Perencanaan kotak alat ukur

Perencanaan perangkat keras ini bertujuan untuk membuktikan

dan mengaplikasikan secara nyata dan riil dari sebuah alat ukur

yang berbentuk miniatur sehingga dapat dipahami dengan mudah


dan jelas. Dalam pembuatan kotak alat ukur ini bahan utama yang

digunakan adalah aluminium.bahan yang digunakan dalam

pembuatan kotak alat ukur adalah :

a. Gergaji besi

b. Bor

c. Kikir

d. Mata bor

e. Alat pemotong

2.2.2. Metode Pengambilan Data

Pengujian alat kapasitansi dan induktansi meter ini

dilakukan dengan mengukur beberapa kapasitansi dari kapasitor

dan induktansi dari induktor. Hasil pengukuran ini selanjutnya

dibandingkan dengan suatu alat ukur LCR meter dengan no seri

780180 sebagai alat ukur pembanding.

1. Mengkalibrasi frekuensi dalam pengukuran kapasitor dan

induktor.

Jika suatu konstruksi mudah diakses dengan menggunakan

osiloscop satau frekuensi meter. Alat ukur induktansi dan

kaapasitansi meter dapat dikalibrasi dengan menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut.

a. Hubungkan osciloscope atau frekuensi meter menuju ke

fitting tes kapasitor (C).


b. Set semua frekuensi osilator dengan mengatur VR1=1MHz,

VR2=100kHz, VR3 =10 kHz, VR4 =1kHz, VR5 =100Hz,

dan VR6 =10Hz.

c. Set saklar S2 ke C dan saklar S1 ke posisi 10 nF.

d. Masukkan kapasitor 10 nF dalam fitting tes kapasitor (C).

e. Atur VR8 untuk kalibrasi atau membaca skala penuh dalam

meter untuk semua batas pengukuran kapasitor.

f. Set saklar S2 keposisi L (tes induktor).

g. Masukkan induktor 1mH dalam fitting tes L ( tes induktor).

h. Atur VR7 untuk kalibrasi atau membaca skala dalam

meter untuk semua batas pengukuran induktor.

2. Menguji kapasitor dan induktor

Pada saat akan melakukan eksperimen dengan

menggunakan alat pengukur induktansi dan kapasitansi, maka

perlu diketahui terlebih dahulu besarnya faktor kesalahan atau

keakuratannya agar tidak ada penyimpangan nilai pada alat

ukur tersebut.

Sebelum melakukan pengukuran, langkah-langkah yang

harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Mempersiapkan alat pengukur dengan kapasitor dan

induktor yang akan diukur, alat ukur diletakkan tegak lurus

di depan kita..
b. Mengkalibrasi alat ukur dengan memutar VR8 untuk

kapasitor dan memutar VR7 untuk induktor.

c. Menghubungkan induktor atau kapasitor yang akan diukur

yaitu dengan mengeset S2 dari alat pengukur induktansi dan

kapasitansi meter dan membaca penunjukannya.

d. Memilih batas ukur dengan memutar saklar S1 sampai nilai

induktor dan kapasitor terbaca.

e. Membaca nilai kapasitansi atau induktansi yang sebenarnya

pada komponen kemudian mencatatnya dalam tabel

pengujian.

f. Menempatkan kapasitor dan induktor yang akan diukur pada

alat ukur kemudian melihat penunjukannya dalam jarum

penunjuk kapasitor dan induktor pada VU meter dan

mencatatnya.

g. Melakukan pengukuran dengan alat ukur LCR Meter

sebagai alat ukur pembanding yaitu dengan tujuan

membandingkan hasil pengukuran dengan alat yang diteliti

dengan hasil pengukuran alat ukur standar untuk mengetahui

linieritas alat ukur yang dibuat.

h. Membandingkan hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya

dari kebesaran yang diukur kemudian menghitung faktor

kesalahan dengan rumus = M T, dimana = ratio

kesalahan pengukuran, M = harga yang didapat dari


pengukuran, T = harga sebenarnya dari kebesaran yang

diukur.

i. Mencatat hasil pengamatan dalam tabel pengamatan.

j. Mengulangi langkah a sampai g.

2.3 Hasil dan Pembahasan

2.3.1 Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran dalam beberapa orde pengukuran diperlihatkan

pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1
Tabel Hasil Pengukuran Kapasitansi Kapasitor.

Skala Nilai Alat Ukur Alat Ukur Ratio


Ukur Kapasitansi Induktansi dan Standar Kesalahan
yang diukur Kapasitansi (%)
Meter
0-100pF 30pF 31pF 30,01 3,3%
0-1nF 0,3nF 0,29nF 0,31 3,4%
0-10nF 3nF 3,05nF 3,01 1,67%
0-100nF 20nF 20,25nF 20,1 1,25%
0-1F 0,47F 0,48F 0,472 2,12%
0-10F 4,7F 4,8F 4,71 2,12%

Tabel 3.2
Hasil Pengukuran Induktansi Induktor.

Skala Nilai Alat Ukur Alat Ukur Ratio


Ukur Kapasitansi Induktansi dan Standar Kesalahan
yang Kapasitansi (%)
diukur Meter
0-10H 1H 1,02.H 1,01 2%
1-100H 33H 33,4H 33,2 1,2%
0-1mH 0,53mH 0,54mH 0,532 1,8%
0-1mH 0,025mH 0,026mH 0,025 4%
0-1mH 0,35mH 0,36mH 0,352 2,8%
Untuk mengetahui kelayakan kerja alat pengukur induktansi dan

kapasitansi maka faktor kesalahan (ratio kesalahan) alat ukur menjadi

masalah yang sangat penting, oleh karena dari hasil pengujian dapat

dicari kesalahan dan ratio kesalahan alat ukur antara lain:

a. Ratio kesalahan pada pengujian kapasitor.

1. Misalkan bahwa batas ukur ke-1 alat pengukur dengan skala

maksimal 100pF, frekuenai 1MHz menunjukkan (M) = 31 pF

pada waktu alat tersebut digunakan untuk mengukur kapasitor

yang mempunyai harga sebenarnya (T) = 30pF maka

kesalahan dalam hal ini adalah :

= M-T

= 31pF 30pF

= 1 pF

Dengan demikian ratio kesalahan relatif terhadap skala

maksimal adalah :

(%) = / skala maksimal x 100%

= 1pF / 100pFx100%

= 1%

Dan ratio kesalahan terhadap harga penunjukan adalah :

% = / T x 100%

= 1 pF / 30pF x 100%

= 3,3%
2. Misalkan bahwa batas ukur ke-2 alat pengukur dengan skala

maksimal 1nF, frekuensi 100kHz menunjukkan (M) = 0,29nF

pada waktu alat tersebut digunakan untuk mengukur kapasitor

yang mempunyai harga sebenarnya (T) = 0,3nF maka

kesalahan dalam hal ini adalah :

= M-T

= 0,3nF-0,29nF

= 0,01nF

Dengan demikian ratio kesalahan relatif terhadap skala

maksimal adalah :

(%) = / skala maksimal x 100%

= 0,01nF / 1nFx100%

= 1%

Dan ratio kesalahan terhadap harga penunjukan adalah :

% = / Tx100

= 0,01 nF / 0,29nFx100

= 3,4 %

3. Misalkan bahwa batas ukur ke-3 alat pengukur dengan skala

maksimal 10 nF, frekuensi 10kHz menunjukkan (M) = 3,05

nF pada waktu alat tersebut digunakan untuk mengukur

kapasitor yang mempunyai harga sebenarnya (T) = 3nF maka

kesalahan dalam hal ini adalah :


= M-T

= 3,05nF - 3nF

= 0,05 nF

Dengan demikian ratio kesalahan relatif terhadap skala

maksimal adalah :

(%) = / skala maksimal x 100%

= 0,05nF / 10nFx100%

= 0,5%

Dan ratio kesalahan terhadap harga penunjukan adalah :

% = / T x 100

= 0,05nF / 3nF x 100%

= 1,67 %

4. Misalkan bahwa batas ukur ke-1 alat pengukur dengan skala

maks 100nF, 1Khz menunjukkan (M) = 20,25nF pada waktu

alat tersebut digunakan untuk mengukur kapasitor yang

mempunyai harga sebenarnya (T) = 20nF maka kesalahan

dalam hal ini adalah :

= M-T

= 20,25nF- 20nF

= 0,25nF
Dengan demikian ratio kesalahan relatif terhadap skala

maksimal adalah :

(%) = / skala maksimal x 100%

= 0,25nF / 100x100%

= 0,25%

Dan ratio kesalahan terhadap harga penunjukan adalah :

% = / Tx10

= 0,25 nF / 20nF x 100%

= 1,25%

5. Misalkan bahwa batas ukur ke-1 alat pengukur dengan skala

maksimal 1F, frekuensi 100Hz menunjukkan (M) = 0,48F

pada waktu alat tersebut digunakan untuk mengukur kapasitor

yang mempunyai harga sebenarnya (T) = 0,47F maka

kesalahan dalam hal ini adalah :

= M-T

= 0,48F - 0,47F

= 0,01F

Dengan demikian ratio kesalahan relatif terhadap skala

maksimal adalah :

(%) = / skala maksimal x 100%

= -0,2F / 1Fx100%

= 0,1%
Dan ratio kesalahan terhadap harga penunjukan adalah :

% = / T x100%

= 0,01F / 0,47F x100%

= 2,12%

6. Misalkan bahwa batas ukur ke-6 alat pengukur dengan skala

maks 10 F, frekuensi 10Hz menunjukkan (M) = 4,8F pada

waktu alat tersebut digunakan untuk mengukur kapasitor yang

mempunyai harga sebenarnya (T) = 4,7F maka kesalahan

dalam hal ini adalah :

= M-T

= 4,8F - 4,7F

= 0,1F

Dengan demikian ratio kesalahan relatif terhadap skala

maksimal adalah :

(%) = / skala maksimal x 100%

= 0,1F / 10Fx100%

= 0,1%

Dan ratio kesalahan terhadap harga penunjukan adalah :

% = / T x 100%

= 0,1 F/4,7F x 100%

= 2,12%
b. Ratio kesalahan pada pengujian induktor.

1. Misalkan bahwa batas ukur ke-1 alat pengukur dengan skala

maksimal 10H, frekuensi 100Mhz menunjukkan (M) =

1,02H pada waktu alat tersebut digunakan untuk mengukur

kapasitor yang mempunyai harga sebenarnya (T) = 1H

maka kesalahan dalam hal ini adalah :

= M-T

= 1,02H -1H

= 0,02H

Dengan demikian ratio kesalahan relatif terhadap skala

maksimal adalah :

(%) = / skala maksimal x 100%

= 0,02H / 10H x 100%

= 0,2%

Dan ratio kesalahan terhadap harga penunjukan adalah :

% = / T x 100%

= 0,02H / 1,02H x 100%

= 2%

2. Misalkan bahwa batas ukur ke-2 alat pengukur dengan skala

maksimal 100H, frekuensi 100kHz menunjukkan (M) =

33,4H pada waktu alat tersebut digunakan untuk mengukur

kapasitor yang mempunyai harga sebenarnya (T) = 33H

maka kesalahan dalam hal ini adalah :


= M-T

= 33,4H - 33H

= 0,4H

Dengan demikian ratio kesalahan relatif terhadap skala

maksimal adalah :

(%) = / skala maksimal x 100%

= 0,4H / 100H x 100%

= 0,4%

Dan ratio kesalahan terhadap harga penunjukan adalah :

% = / T x 100%

= 0,4H / 33,4H x 100%

= 1,2 %

3. Misalkan bahwa batas ukur ke-3 alat pengukur dengan skala

maksimal 1mH, frekuensi 10kHz menunjukkan (M) =

0,54mH pada waktu alat tersebut digunakan untuk mengukur

kapasitor yang mempunyai harga sebenarnya (T) = 0,53mH

maka kesalahan dalam hal ini adalah :

= M-T

= 0,54mH 0,53mH

= 0,01mH
Dengan demikian ratio kesalahan relatif terhadap skala

maksimal adalah :

(%) = / skala maksimal x 100%

= 0,01mH / 1mH x 100%

= 1%

Dan ratio kesalahan terhadap harga penunjukan adalah :

% = / T x 100

= 0,01mH /0,53mH x 100

=1,85%

4. Misalkan alat pengukur dengan skala maksikan 10mH,

frekuensi 10kHz menunjukkan (M) = 0,026mH pada waktu

alat tersebut digunakan untuk mengukur kapasitor yang

mempunyai harga sebenarnya (T) = 0,025mH maka kesalahan

dalam hal ini adalah :

= M-T

= 0,026mH 0,025mH

=0,001mH

Dengan demikian ratio kesalahan relatif terhadap skala

maksimal adalah :

(%) = / skala maksimal x 100%

= 0,001mH / 1mHx100%

= 0,1%
Dan ratio kesalahan terhadap harga penunjukan adalah :

% = / T x 100

= 0,001mH / 0,025mH x100

= 4%

5. Misalkan bahwa batas ukur alat pengukur dengan skala

maksimal 100mH, frekuensi 10kHz menunjukkan (M) =

0,36mH pada waktu alat tersebut digunakan untuk mengukur

kapasitor yang mempunyai harga sebenarnya (T) = 0,35 maka

kesalahan dalam hal ini adalah :

= M-T

= 0,36mH-0,35mH

= 0.01mH

Dengan demikian ratio kesalahan relatif terhadap skala

maksimal adalah :

(%) = / skala maksimal x 100%

= 0,01mH / 1mHx100%

= 1%

Dan ratio kesalahan terhadap harga penunjukan adalah :

% = / T x 100

= 0,01mH / 0,35mH x 100

= 2,85 %
2.3.2 Pembahasan

Dari data pengamatan pengukuran kapasitor dan induktor secara

teoritis maupun dengan menggunakan alat pengukur kapasitansi dan

induktansi secara praktikum tidak terpaut jauh tetapi masih

mendekati kepresisian. Hampir tidak mungkin adalah membuat agar

kesalahan yang ada sekecil mungkin. Makin kecil kesalahan makin

mahal biaya pembuatan alat ukur tersebut. Kesalahan dapat terjadi

karena berbagai sebab dan umumnya dibagi dalam 3 jenis utama

yaitu :

1. Kesalahan umum

Kebanyakan disebabkan oleh kesalahan manusia, diantaranya

adalah kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak

tepat dan pemakaian instrumen yang tidak sesuai dan kesalahan

praktikum

2. Kesalahan sistematis

Disebabkan oleh kekurangan-kekurangan pada instrument itu

sendiri seperti kerusakan atau adanya bagian-bagian yang aus dan

pengaruh lingkungan terhadap peralatan atau pengukuran

3. Kesalahan yang tidak disengaja

Diakibatkan oleh penyebab-penyebab yang tidak dapat langsung

diketahui sebab perubahan-perubahan parameter atau sistem

pengukuran terjadi secara acak


Alat pengukur induktansi dan kapasitansi meter ini

menggunakan penunjuk pada VU meter dengan tipe kumparan

putar. VU meter ini dipergunakan untuk arus searah. Alat

pengukur induktansi dan kapasitansi meter ini dikalibrasi dengan

menggunakan frekuensi counter dan dibandingkan dengan alat

ukur LCR meter. Dalam pengukuran induktansi dan kapasitansi

ini harus memilih batas pengukuran dengan memutar saklar S1

dari batas ukur ke-1, batas ukur ke-2 , batas ukur ke-3 , batas ukur

ke-4, batas ukur ke-5 sampai batas ukur ke-6. Bila nilai induktansi

dan kapasitansi yang diukur tidak sesuai dengan batas ukur dalam

pengukuran maka jarum penunjuk pada meter tidak bergerak.

Sebagai misal pengukuran kapasitansi kapasitor sebesar

47nF. Pengukuran kapasitansi diukur pada posisi saklar tes

kapasitor, lalu dipilih dengan menggunakan S1 dari batas ukur 1

hingga batas ukur ke-6. Posisi saklar pada batas ukur ke-1 jarum

tidak bergerak, batas ukur ke-2 jarum tidak bergerak batas ukur

ke-3 jarum tidak bergerak, batas ukur ke-4 jarum bergerak sesuai

dengan nilai kapasitansi yang diukur yaitu : 47,02nF, batas ukur

ke-5 jarum tidak bergerak atau kembali ke posisi awal, pada posisi

ke-6 jarum tidak bergerak. Dari contoh pengukuran dapat diambil

kesimpulan jika posisi saklar sesuai batas ukur dari nilai

kapasitansi yang diharapkan maka jarum penunjuk pada meter

akan bergerak. Jika saklar tidak sesuai pada batas ukur nilai
kapasitansi dan induktansi yang diharapkan maka jarum tidak

bergerak dan kembali pada posisi awal.

Setelah melakukan pengujian dan pengamatan, maka telah

terbukti bahwa dengan meletakkan komponen kapasitor dan

induktor kita dapat mengetahui baik atau tidaknya kapasitor dan

induktor dari penunjukan jarum penunjuk pada papan skala. Jika

kondisi baik maka jarum akan menunjuk pada harga tertentu sesuai

kapasitansi dari kapasitor dan induktansi dari induktor. Pada

kondisi rusak maka jarum tidak akan menunjuk pada harga tertentu

(jarum tetap diam tidak akan bergerak.).

Dari hasil pengukuran dapat dilihat bahwa unjuk kerja alat

ukur induktansi dan kapaasitansi meter cukup linier dalam batas

ukur 1 sampai batas ukur ke-6

2.3.3 Keterbatasan alat

Alat ini mempunyai tingkat kesalahan dalam penunjukan skala

antara 1,25% sampai 4%. Dan alat ini hanya digunakan untuk

mengukur nilai kapasitansi kapasitor dari 100pF sampai10F dan

nilai induktansi induktor 10H sampai 1H, karena keterbatasan

induktor dalam penelitian ini hanya dilakukan contoh pengujian

untuk induktor antara 10H sampai 1mH. Dengan keterbatasan alat

ini tidak dapat digunakan untuk mengukur kapasitor dan induktor

diatas atau dibawah standar yang ditentukan. Selain itu


kekurangan yang ada pada penunjukan secara analog adalah

penunjukan yang tidak cermat dan range pengukuran yang kurang

tepat.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengukuran, analisis hasil pengukuran dan

pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Besarnya induktansi dan kapasitansi suatu induktor dan kapasitor

ditunjukkan dengan penunjukan VU meter dengan tipe kumparan putar

2. Prinsip kerja alat ukur induktansi dan kapasitansi ini menggunakan

osilator sebagai penghasil frekuensi.

3. Pengukuran induktansi dan kapasitansi ini harus memilih batas ukur yang

tepat yaitu dengan memutar saklar S1. Pada saat batas ukur belum tepat

sesuai dengan nilai kapasitansi dan induktansi yang diukur maka jarum

penunjuk VU meter tidak mau bergerak.

4. Dari analisis data diperoleh bahwa linieritas alat cukup baik pada batas

ukur induktansi dan kapasitansi yang telah ditentukan.

3.2 SARAN

Alat ukur induktansi dan kapasitansi meter yang telah terealisasi masih

banyak kekurangansnya, oleh karena itu penulis memberikan saran agar

dikemudian hari dapat dikembangkan dan digunakan.


1. Pengkalibrasian perlu dilakukan secara tepat dan teliti sehingga

kepresisian alat pengukur ini cukup dihandalkan dengan melihat kembali

penggunaan komponen-komponen dengan toleransi kepresisian yang

cukup tinggi.

2. Pembuatan alat pengukur ini diharapkan jauh lebih sempurna dan dapat

dilakukan pengembangan lebih lanjut untuk lebih sempurnanya dalam

ketelitian dan ketepatan dalam pengukuran yaitu dikembangkan dengan

sistem digital.
DAFTAR PUSTAKA

Achyanto.D. 1991. Komunikasi Elektronika. Jakarta :Erlangga.

Barmawi.M.. 1987. Prinsip-prinsip elektronika jilid. Jakarta : Erlangga.

Daryanto. 2002. Pengetahuan Teknik Elektronika. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumanto. 2002. Elektronika Industri . Yogyakarta: Andi.

Sutrisno.1987. Elektronika Teori dan Penerapanya jilid 2. Bandung : ITB.

Tadius Uria. 1988. Dasar-Dasar transistor. Jakarta : Depdikbud.

Wasito.S. 1985. Vademekum Elektronika. Jakarta : Elex Media Komputindo.


LAMPIRAN

Gambar alat tampak luar

Gambar alat tampak dalam


LAMPIRAN

Gambar alat tampak luar

Gambar alat tampak dalam

Anda mungkin juga menyukai