Anda di halaman 1dari 49

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam meningkatkan kenyamanan dan efektifitas belajar mengajar maka

Universitas Tridinanti Palembang menambah gedung kuliah dengan kapasitas

sembilan lantai, guna menambah 50 ruang belajar, dan kantor administrasi,

serta dimana satu lantai dikhususkan untuk ruang auditorium. Salah satu hal

yang terpenting pada suatu gedung adalah penyediaan sarana yang baik dan

aman dengan tidak mengabaikan segi artistik dari gedung yang akan

dibangun. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan listrik yang baik dan

handal guna dapat melayani pemakaian kebutuhan sehari hari.

Perencanaan sistem instalasi pada suatu bangunan haruslah mengacu

pada PUIL 2000. Pada gedung bertingkat biasanya membutuhkan energi

listrik yang cukup besar, oleh karena itu pendistribusian energi listriknya

harus diperhitungkan sebaik mungkin agar energi listrik dapat terpenuhi

dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Perencanaan titik lampu di gedung bertingkat harus diperhatikan pula

tingkat efisiensi, rugi tegangan harus berbanding lurus dengan panjang

saluran dan beban yang berbanding terbalik dengan penampang saluran.

Perencanaan instalasi penerangan perlu diperhatikan sistem penyalaan lampu

penerangan dengan peralatan listrik yang lain (AC), karena penyalaan

1
2

penerangan pada gedung bertingkat dan sekolahan berbeda dengan instalasi

penerangan pada rumah tinggal.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan dibahas pada tugas akhir ini :

- Daya yang terpakai pada pada gedung kuliah dan auditorium.

- Sistem kelistrikan (besar beban daya listrik, AC, Lift, serta

stopkontak).

- Titik cahaya atau armatur yang akan dipasang.

- Intensitas penerangan rata-rata.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis hanya akan membahas pada

ruang auditorium, yaitu:

- Menghitung banyaknya titik cahaya.

- Menghitung intensitas penerangan rata-rata.

- Menghitung besarnya beban daya listrik (penerangan), AC, dan stop

kontak.

1.4 Tujuan

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :

- Merencanakan jumlah titik cahaya.

- Menentukan intensitas penerangan rata-rata.


3

- Menghitung besar daya yang akan digunakan pada ruang

Auditorium Universitas Tridinanti Palembang.

1.5 Metode Penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam penyusunan skripsi ini

maka metode-metode yang dilakukan yaitu :

- Metode Literatur

Penulis mencari dan megumpulkan data-data dari berbagai buku

yang tentunya berhubungan langsung dengan penyusunan skripsi ini.

- Metode Diskusi

Penulis mengadakan pertanyaan kepada teman kuliah ataupun dosen

yang terkait dengan penyusunan skripsi ini.

- Metode Observasi

Yaitu meninjau langsung ke lapangan.


4

1.6 Sistematika Pembahasan

Dalam penyusunan skripsi yang berjudul Perencanaan Kelistrikan pada

Gedung Kuliah dan Auditorium Universitas Tridinanti Palembang,

penyusun membuat sistematika penulisan sebagai berikut, yaitu :

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan, rumusan

masalah, pembatasan masalah, metode penelitian, sistematika

penulisan.

BAB II. TEORI SISTEM PENERANGAN

Bab ini berisikan tentang umum, sumber cahaya, sistem

penerangan, fluks cahaya, intensitas penerangan, indeks ruangan,

factor refleksi, factor defresiasi dan lain-lain.

BAB III. RENCANA SISTEM PENERANGAN PADA AUDITORIUM

Bab ini membahas tentang gambar gedung, fungsi penerangan

dalam gedung, luas masing-masing ruangan, perancangan sistem

penerangan, dan lain-lain.

BAB IV. PERHITUNGAN PERENCANAAN SISTEM PENERANGAN

Bab ini membahas tentang perhitungan jumlah titik cahaya atau

banyak armatur, menghitung intensitas penerangan rata-rata dan

menghitung besar daya listrik dari jumlah seluruh armatur dan

beban lainnya.

BAB V. PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.


5

BAB II

TEORI SISTEM PENERANGAN

2.1 Umum

Perencanaan suatu sistem penerangan diperlukan untuk kebutuhan

cahaya yang baik pada ruang tertentu di waktu malam hari dan siang hari,

dimana sinar matahari yang memasuki ruangan tersebut tidak mencukupi.

Perencanaan suatu sistem penerangan harus mempunyai pengetahuab

yang luas tentang kualitas dan kuantitas cahaya yang dibutuhkan bagi

penglihatan, sehingga cahaya yang dibutuhkan benar-benar efisiensi serta

memenuhi syarat bagi penerangan.

Beberapa kriteria pokok pada sistem penerangan adalah sebagai berikut :

1. Agar tugas-tugas dapat dilaksanakan secara baik dengan cepat

dan tepat.

2. Agar tercapainya kenyamanan dan suasana santai bagi

penglihatan.

3. Agar perhitungan faktor-faktor ekonomi ekonomi diperhatikan.

2.2 Dasar Suatu Sistem Penerangan

Secara mudah dikatakan bahwa dasar suatu perncanaan sistem

penerangan adalah menghasilakn suatu interior yang efisien dan

menyenangkan. Untuk memperoleh hasil diatas, maka faktor-faktor yang

perlu diperhatikan antara lain :

5
6

1. Tingkat pemasangan harus memadai untuk menghilangan

akesilauan, meskipun tidak harus mutlak satu sama lainnya.

2. Peralatan sistem penerangan seharusnya tidak ditonjolkan akan

tetapi jangan sampai tidak kelihatan sama sekali.

3. Penerangan haruslah mempunyai kualitas tersendiri, sesuai dengan

tempat penerangan itu diperlukan.

4. Memperlihatkan warna dan permukaan, halus atau kasar objek

yang diterangi serta jenis penerangan.

5. Luas daerah yang harus diterangi dimana cahaya tersebut

digunakan.

6. Untuk pengarahan cahaya dari sumber cahaya tidak harus selalu

diarahkan kearah objek yang diterangi tetapi disesuaikan dengan

kebutuhan.

Instalasi penerangan adalah instalasi listrik yang memberi tenaga listrik

untuk keperluan penerangan dan alat-alat yang digunakan. Instalasi

penerangan di dalam gedung mempergunakan sistem radial karena

sederhana, murah dan mudah pengamanannya.

Beban yaitu lampu-lampu dan alat-alat yang digunakan dibagi menjadi

kelompok atau grup. Maksud dari pembagian grup ini ialah untuk

mempertinggi keandalan dari sistem itu, maka apabila terjadi gangguan

hanya grup tersebut tergganggu sedangkan grup lain tidak terganggu.


7

2.3 Fungsi penerangan di Dalam Gedung

Fungsi pokok penerangan di dalam gedung, baik yang diterapkan

secara tersendiri maupun dalam kondisi dengan penerangan alami siang hari

adalah:

- Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat

detail-detail dari tugas dan kegiatan secara mudah dan tepat.

- Memungkinkan penghuni-penghuni bergerak secara mudah dan aman.

- Menciptakan lingkungan yang nyaman dan berpengaruh baik kepada

penghuni serta menghasilkan perestasi yang baik.

Instalasi penerangan perlu memenuhi fungsi pokok tersebut secara

baik dalam kondisi pemakaian yang cukup dengan pemeliharaan yang wajar.

Sejak dari awal perencanaan suatu gedung sudah dipikirkan hubungan

timbal balik antar penerangan alami siang hari dengan penerangan listrik.

Rancangan gedung akan menentukan peranan dan bobot dari masing-masing

sumber penerangan tersebut.

Penerangan listrik perlu menunjang dan melengkapi penerangan alami

siang hari secara kesinambungan atau penerangan listrik perlu menunjang

dan melengkapi bila penerangan alami siang hari tidak mencukupi untuk

ruangan yang dirancang supaya diterangi oleh penerangan alami siang hari

sepenuhnya. Penerangan listrik juga dapat menggantikan penerangan siang

hari secara penuh dan berlanjut malam hari. Terutama pada ruang yang

membutuhkan penerangan secara berlanjut dan terus menerus pada malam


8

hari, terutama pada ruang yang membutuhkan penerangan secara berlanjut

seperti pada rumah sakit dan bengkel-.bengkel.

2.4 Ruangan di Dalam Gedung

Sistem penerangan dikatakan berhasil jika tercipta kondisi-kondisi

yang baik. Berhasilnya fungsi penerangan tidak terjamin oleh tersedianya

iluminasi yang cukup saja, karena itu iluminasi yang cukup saja dapat

hilang bila tidak disertai kemyamanan lingkungan visual.

Iluminasi yang direkomendasi dalam standar ini merupakan nilai

minimal ruangan tempat, mengerjakan tugas visual tertentu. Tugas visual

dibedakan derajat kesukarannya seperti detail tersebut. Adanya iluminasi

yang cukup dan tentunya juga disertai dengan lingkungan sekitar yang

sesuai.

Faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan bagi penghuni adalah

adanya kontras yang menyoloknya cahaya dan tentunya kita sesuaikan

dengan menambah iluminasi atau mengurangi. Kita perlu menyesuaikan

daya lihat kita pada ruang pandangan itu.

Akibat kontras yang tinggi, maka perlu diatasi demgam jalan

menambah iluminasi dari bagian yang relatif gelap atau mengurangi

iluminasi dari bagian yang terang ataau kedua-duanya. Inilah salah satu

pertimbangan untuk memilih warna-warna yang muda dan cerahm kita

tempatkan pada langit-langit, dinding serta permukaan-permukaan lainnya

atau lantai.
9

Dengan tidak nyamannya pandangan mata pada saat kita memandang

di suatu ruangan tentunya akan menyebabkan pandangan kita kabur atau

silau dan bahkan dapat menyebabkan mata kita menjadi perih yang lama-

lama mata kita akan berkurang pandangannya dalam hal membaca atau

mengetik. Yang pastinya penghuni tersebut akan memakai kacamata.

2.5 Rancangan Sistem Penerangan

Seorang perancang sistem penerangan harus dapat menjamin bahwa

rancangan yang akan dibuat mengikuti ketentuan-ketentuan pada Persyaratan

Umum Instalasi Listrik (PUIL) berupa peraturan-peraturan pengawatan untuk

instalasi listrik dan peraturan-peraaturan lain yang relevan atau sesuai.

Sebagaai bahan pertimbangan untuk merancang sistem penerangan

tentunya diperlukan gambar-gambar tempat aataupun denah masing-masing

ruang detail konstruksi langit-langit dan dinding, saluran-saluran dan pipa-

pipa yang akan dipasang, warna dan finishing dari langit-langit, dinding

serta lantai. Dengan demikian rencana dekorasi interior, perabot, dan mesin-

mesin. Langkah pertama ialah menentukan tugas-tugas yang akan dilakukan

dalam gedung itu serta persyaratan umum yang diperlukan.

Langkah berikutnya adalah menentukan peranan yang akan dipegang

oleh penerangan, baik dalam menciptakan suasana dan kepribadian dalam

interior gedung tersebut maupun untuk menampakkan dan menonjolkan

bentuk gedung tersebut. Kemungkinan perubahan dalam pemakaian gedung

tersebut di kemudian hari sebaliknya juga dipertimbangkan dengan jalan


10

mengetahui tugas-tugas pokok yang akan dilaksanakan dalam masing-masing

ruang dapatlah dipertimbangkan sistem penerangan yang paling sesuai.

Penerangan dirancang sebagai sub-sistem dari keseluruhan interior dan

perlu diperhatikan hubungan timbal balik dengan penerangan alami siang

hari, begitu pula kemungkinan dengan sistem pertukaran udara.

Pertimbangan antara biaya untuk sistem penerangan perlu diketahui sedini

mungkin. Begitu pula pertimbangan biaya investasi dan biaya operasi

termasuk biaya pemeliharaan arsitek dan ahli penerangan kemudian dapat

mendiskusikan secara detail, misalnya sebagai berikut :

1. Sebarapa jauh penerangan akan digunakan tersendiri ataupun

untuk menunjang dan melengkapi penerangan alami siang hari.

2. Tingkat iluminasi yang diperlukan.

3. Distribusi dan variabel iluminasi yang diperlukan dalam

keseluruhan interior.

4. Arah cahaya yang diperlukan untuk menonjolkan bentuk gedung.

Melihat langsung ke lokasi dengan tujuan mengenal, mengetahui

struktur bangunan.

5. Warna-warna yang akan dipergunakan pada permukaan dinding

gedung dan efek warna pada dinding gedung dari cahaya yang

memantulkan atau menyerapkan.

6. Mencatat tentang kesilauan di dalam keseluruhan ruangan

gedung.
11

Tabel 2.1.Faktor Refleksi Untuk Warna Dinding

Warna Faktor Refleksi

Putih 0,8

Sangat Muda 0,7

Muda 0,5
Sedang 0,3
Gelap 0,1

Iluminasi pada refleksi langit-langit, dinding, dan lantai diatas perlu

direncanakan dalam koordinasinya yang disesuaikan dengan aspek-aspek lain

dari gedung. Perlu juga dipertimbangkan pula segi-segi yang menyangkut

pemeliharaan sistem penerangan kemudian hari, seperti lokasi armatur, berat,

mudah dicapai dan sebagainya.

2.6 Tingkat Penerangan

Tingkat penerangan sangat menentukan dalam sistem penerangan.

Iluminasi yang diperlukan tergantung kepada sifat-sifat pekerjaan, berikut ini

diberikan secara ringkas beberapa contoh standar penerangan untuk beberapa

jenis gedung. Standar ini dibuat dengan memperhatikan bahwa penerangan

alamiah (natural lighting) dapat lebih dimanfaatkan di Indonesia

dibendingkan dengan negara Amerika.

2.7 Cara Menghitung Penerangan di Dalam Gedung

Penerangan suatu ruang kerja pertama-tama harus tidak melelahkan

mata tanpa guna / tidak ada hasil. Karena itu perbedaan intensitas
12

penerangan yang terlalu besar antara bidang kerja dan sekelilingnya harus

dihindari, karena akan memerlukan daya penyesuaian mata yang terlalu

besar sehingga melelahkan.

2.7.1 Satuan-satuan

Dalam teknik penerangan terdapat satuan-satuan yang biasa

digunakan, antara lain satuan dari intensitas cahaya (I) adalah kandela

(cd), satuan untuk fluks cahaya () adalah lumen (lm), dan satuan untuk

intensitas penerangan atau iluminasi (E) adalah lux.

Tabel 2.2 Satuan-satuan Untuk Penerangan

Jenis Lampu Satuan

Suar 2.000.000 cd

pijar 150 W 2.100 lm

TL 36 W 3250 lm

Tabel 2.3 Satuan Untuk Intensitas Penerangan

Jenis Ruang / Intensitas Penerangan


Bidang (Lux)
Ruang Kantor 800

Tengah Musim Panas Siang Hari 50.000

Pekerjaan Sangat Halus 3.000


13

2.7.2 Fluks Cahaya

Fluks cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya ialah seluruh

jumlah cahaya yang dipancarkan dalam satu detik. Setiap sumber cahaya

yang dipancarkan sama kuat ke setiap arah dinamakan sumber cahaya

seragam. Kalau sumber cahaya itu dimisalkan lampu pijar yang ditempatkan

dalam reflektor maka cahayanya akan diarahkan tetapi fluks cahaya tetap

sehingga intensitas cahaya adalah fluks cahaya persatuan ruang yang

dinyatakan dengan rumus :


= ()................................................................. (2.1)

dimana :

I = Intensitas cahaya ( candela, cd )

= Fluks cahaya ( lumen, lm )

= Sudut ruang ( stradian, sr )

Bidang Kerja Untuk Flux Cahaya seperti pada gambar 2.1 dapat dijelaskan

sebagai berikut :

a. Pembagian fluks cahaya dalam ruangan .

Dalam hal ini flux cahayanya sebagian besar menuju langsung ke

bidang kerja.

b. Dalam ruangan tinggi ini hanya sebagian kecil dan flux cahayanya

menuju langsung ke bidang kerja.


14

Bidang Kerja Bidang Kerja


0,8 m

0,8 m
(a) (b)

Gambar 2.1.Bidang Kerja Untuk Flux Cahaya

2.7.3 Intensitas Penerangan

Intensitas penerangan harus ditentukan di tempat di mana

pekerjaannya akan dilakukan. Bidang kerja umumnyadiambil 80 cm di atas

lantai. Bidang kerja ini mungkin sebuah meja atau bangku kerja, atau juga

suatu bidang horizontal khayalan, 80 cm di atas lantai.

Intensitas penerangan E dinyatakan dalam satuan lux, sama dengan

jumlah lm/m2. Jadi flux cahaya yang diperlukan untuk suatu bidang kerja

seluas A m2.

Besarnya fluks cahaya yang jatuh pada satu meter persegi dari suatu bidang

tersebut intensitas penerangan.

1 lux = 1 lumen per m2

Jika suatu bidang yang luasnya A m2 diterangi dengan fluks cahaya maka

intensitas penerangan rata-rata pada bidang tersebut sebesar :


= .......................................................................................... (2.2)

dimana :
15

Er = Intensitas penerangan rata-rata ( lux )

= Fluks cahaya ( lumen )

A = Luas permukaan ( meter persegi, m2 )

Intensitas penerangan Ep di suatu titik p tidak sama untuk setiap dari

bidang tersebut. Jadi intensitas penerangan di suatu bidang adalah

berbanding lurus dengan sumber cahaya dengan intensitas cahaya (I)

berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara sumber cahaya dengan

bidang tersebut. Dengan rumus :


= ....................................................................................... (2.3)
2

dimana :

Ep = Intensitas penerangan di titik p satuan lux

I = Intensitas cahaya satuan candela

r = Jarak dari sumber cahaya ke titik p satuan m

2.7.4 Efisiensi atau Rendemen Armatur

Efisiensi atau rendemen armatur ialah perbandingan fluksi cahaya

yang dipancarkan oleh armatur dengan fluks cahaya yang dipancarkan oleh

sumber cahaya atau dalam bentuk rumus :


= ............. (2.4)

Efisiensi ini dibagi atas bagian fluks cahaya di atas dan di bawah

bidang horizontal, masing-masing 22% dan 65%. Efisiensi sebuah armatur


16

ditentukan oleh konstruksi dan bahan yang digunakan, dalam efisiensi

penerangan selalu diperhitungkan efisiensi armaturnya.

2.7.5 Efisiensi Penerangan

Di dalam menentukan efisiensi penerangan untuk perhitungan jumlah

titik beban dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Cara tabel dan interpolasi

Efisiensi penerangan ini ditentukan oleh jenis armatur lampu yang

digunakan, indeks ruangan, faktor refleksi dinding, langit-langit dan

lantai serta faktor defresiasi karena perencanaan instalasi penerangan

dalam keadaan baru maka faktor defresiasinya adalah 1.

Efisiensi atau rendemen penerangan dapat ditentukan dari tabel.

Setiap tabel hanya berlaku untuk armatur tertentu dengan jenis lampu

tertentu dalam ruang tertentu pula. Apabila nilai efisiensi tidak terdapat

pada daftar tabel, tetapi nilainya berada diantara dua nilai efisiensi,

maka nilai efisiansi ditentukan dengan interpolasi dengan rumus sebagai

berikut yaitu :

(1 )
= 1 + (2 1 ) .............................................. (2.5)
(2 1 )

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi penerangan adalah :

- Efisiensi penerangan dari armatur (v), indeks ruangan (K)

- Faktor refleksi dinding (rw), langit-langit (rp) dan lantai (rm)


17

2. Cara grafik

Penentuan efisiensi ruangan yang mempunyai harga indeks ruang

bernilai antara harga-harga tengah dari tabel dapat ditentukan dengan

cara melihat grafik . hal ini dapat ditentukan dengan memperhatikan

sistem penerangan yang digunakan, faktor refleksi langit-langit dan

dinding.

2.7.6 Faktor Refleksi

Besarnya reflection factor dari ruangan dapat ditentukan berdasarkan

Jika sinar-sinar cahaya sejajar yang mengenai suatu permukaan, dipantulkan

tetap sejajar, maka terjadi refleksi cermin atau refleksi teratur. Refleksi demikian

terjadi pada cermin dan pada permukaan logam yang dipoles.

Jika sinar-sinarnya dipantulkan tersebar ke semua jurusan, maka

terjadi refleksi baur atau refleksi difus, seperti yang terjadi pada suatu

permukaan kasar, misalnya pada langit-langit yang dikapur. Antara dua

bentuk ini masih dijumpai beberapa bentuk refleksi lain, misalnya refleksi

campuran. Yang dapat dikenali dari permukaan yang berkilat. Kalau

bentuk berkas cahaya yang dipantulkan agak lebih teratur, dikatakan bahwa

terjadi refleksi terpencar.

Jumlah cahaya yang dipantulkan tidak ditentukan oleh mengkilatnya

suatu permukaan, tetapi oleh sifat-sifat dan permukaan bahannya.

Permukaan difus kadang-kadang dapat memantulkan lebih banyak cahaya

daripada suatu permukaan yang mengkilat.


18

Bagian fluks cahaya yang dipantulkan ditentukan oleh faktor refleksi

r suatu permukaan:

Faktor refleksi 0,6 atau 60% berarti, bahwa 60% dan flux cahaya yang

mengenai per permukaan dipantulkan.

Pada bagian-bagian ruangan reflection factor dinotasikan dengan

huruf rw, rp, dan rm. Dimana rw dan rp menyatakan baagian yang

dipantulkan dari fluksi cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit

dan kemudian mencapai bidang kerja, sedangkan rm menyatakan reflection

factor semu bidang pengukuran atau bidang kerja yang ditentukan oleh

reflection factor lantai dan reflection factor bagian dinding antara bidang

kerja dan lantai (umumnya untuk rm diambil 0,1)

Pengaruh dinding dan langit-langit pada suatu sistem penerangan

langsung jauh lebih kecil daripada pengaruhnya pada sistem-sistem

penerangan lainnya, sebab cahaya yang jatuh di langit-langit dan dinding

hanya sebagian kecil saja dari fluks cahaya.

Efisiensi penerangan diberikan untuk tiga nilai rp yang berbeda.

Pada setiap rp terdapat tiga nilai rw untuk reflection factor dinding rw ini

dipilih suatu nilai rata-rata sebab pengaruh gorden dan sebagainya sangat

besar.

Pengaruh dinding dan langit-langit pada sistem penerangan jauh lebih

kecil daripada pengaruhnya pada sistem penerangan lainnya sebab cahaya


19

yang dipancarkan dari langit-langit dan dinding hanya sebagian kecil saja

dari fluks cahayanya.

Jika terjadi silau karena cahaya yang dipantulkan dapat dihindari

dengan cara :

- Menggunakan bidang yang tidak mengkilap untuk bidang kerja.

- Menggunakan sumber-sumber cahaya yang permukaannya luas dan

iluminasinya rendah.

- Mengatur tata letak armatur lampu yang sesuai dengan sistem

penerangannya.

Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada

konstruksi sumber cahaya itu sendiri dan konstruksi dari armatur yang

digunakan. Konstruksi armaturnya antara lain ditentukan oleh :

- Cara pemasangan pada dinding dan langit-langit.

- Cara pemasangan fitting pada armatur.

- Perlindungan sumber cahaya.

- Penyesuaian bentuk dan lingkaran serta penyebaran cahaya.

2.7.7 Indeks Ruangan atau Room Indeks

Bentuk dan ukuran suatu ruangan membawa pengaruh besar terhadap

faktor koefisien. Untuk contoh, misalnya ruangan yang sempit dan

mempunyai loteng yang tinggi, maka cahaya yang mengenai dinding-

dinding tersebut disamping mempunyai perbandingan yang besar, juga akan

membawa pengaruh terhadap efek absorbtion dan reflection factornya. Bila


20

reflection faktor dari dinding kecil, maka coefficient of utilization factor

dari ruangan akan menjadi pula hal ini dikatakan atau menunjukkan room

indeks ruangan tersebut lebih baik.

Dari semua ukuran ruangan diklasifikasikan dalam sebelas room

indeks dari room indeks yang terendah (0,5) sampai dengan room indeks

yang paling baik (5).

Kalau room indeks yang diperoleh tidak terdapat maka tabel,

efisiensi penerangannya dapat ditentukan dengan interpolasi, misalnya room

undeks 4,5 maka untuk dapat dapat diambil nilai tengah antar nilai-nilai

room indeks 4 dan room indeks 5, sebab untuk room indeks 5 efisiensi

penerangannya hampir tidak berubah lagi.

Untuk sistem penerangan langsung, semi langsung dan difus /

baurbesarnya room indeks adalah :

.
= .......................................................................... (2.6)
(+)

Untuk sistem penerangan tak langsung dan semi tak langsung besarnya

room indeks adalah :

3.
= ....................................................................... (2.7)
2 (+)

dimana :

K = Room indeks / indeks ruangan

P = Panjang satuan meter (m)

L = Lebar satuan meter (m)

h = Jarak titik cahaya ke bidang kerja (m)


21

untuk besarnya h dalam ruangan adalah :

h = hr - hf ..................................................................................... (2.8)

dimana :

hr = Tinggi ruangan

hf = Jarak bidang kerja ke lantai

2.7.8 Faktor Penyusutan / Depresiasi

Faktor penyusutan atau faktor depresiasi (d) adalah :

Intensitas penerangan E dalam keadaan dipakai adalah intensitas

penerangan rata-rata suatu instalasi dengan lampu-lampu dan armatur-

armatur, yang daya gunanya telah berkurang karena kotor, sudah lama

dipakai atau karena sebab-sebab lain. Efisiensi penerangan yang diberikan

dalam tabel 2.2

Kalau depresiasinya 0,8 suatu instalasi yang dalam keadaaan baru

memberi 150 lux, akan memberi hasil hanya 120 lux saja dalam keadaan

sudah dipakai. Jadi untuk memperoleh efisiensi penerangannya dalam

keadaan dipakai, nilai rendemen yang didapat dari tabel masih harus

dikalikan dengan faktor depresiasinya. Faktor depresiasi ini harus dibagi

atas tiga golongan utama, yaitu untuk :

1. Pengotoran ringan

2. Pengotoran biasa

3. Pengotoran berat
22

Masing-masing golongan utama ini dibagi lagi atas tiga kelompok,

tergantung pada masa pemeliharaan lampu-lampu dan armatur-armaaturnya,

yaitu setelah 1, 2, atau tiga tahun.

Pengotoran ringan terjadi di toko-toko, kantor-kantor dan gedung-

gedung sekolah yang berada di daerah-daerah yang hampir tidak

berdebu.Pengotoran berat akan terjadi di ruangan-ruangan dengan banyak

debu atau pengotoran lain, misalnya di perusahaan-perusahaan cor,

pertambangan, pemintalan dan sebagainya.Pengotoran biasa terjadi di

perusahaan-perusahaan lainnya.Kalau tingkat pengotorannya tidak diketahui,

maka digunakan faktor depresiasi 0,8.

Disamping pengaruh pengotoran, dalam faktor depresiasi telah juga

diperhitungkan pengaruh usia lampu-lampunya. Pengaruh ini tergantung

jumlah jam nyalanya. Untuk lampu TL diperhitungkan 15000 jam nyala

pertahun. Angka-angka ini sesuai dengan angka rata-rata diperusahaan.

2.7.9 Sistem Penerangan

Cahaya yang diarahkaan ke bawah, dianggap langsung ke bidang

kerja. Armatur yang terutama dimaksudkaan sebagai hiasan disini disebut

ornamen. Berdasarkan pembagian fluks cahaya oleh cahaya dan armatur

yang digunakan, maka sistem penerangan dibedakan menjadi :

1. Sistem Penerangan Langsung

Efisiensi penerangan langsung sangat baik, cahaya dari sumber

cahaya seluruhnya diarahkan ke bidang kerja yang harus diberi sistem


23

penerangan, langit-langit hampir tidak ikut berperan tetapi sistem ini

menimbulkan bayang-bayang yang tajam.

Kelemahan ini dapat dikurangi dengan menggunakan sumber

cahaya bentuk tabung (TL). Sistem penerangan ini digunakan ini

digunakan pada ruang-ruang yang tinggi, misalnya dibengkel dan

dipabrik. Armatur yang digunakan adalah armatur pancaran terbatas.

2. Sistem Penerangan semi Langsung

Efisiensi penerangan ini sudah cukup baik dibandingkan dengan

sistem penerangan langsung, pembentukan bayang-bayang dan kilaunya

agak berkurang. Sejumlah kecil cahaya dipancarkan ke atas, karena itu

mengenai ukuran ruangannya menjadi lebih baik. Seolah-olah langit-langit

lebih tinggi. Sistem penerangan ini cocok digunakan di gedung tempat

ibadah, tangga dalam ruang.

3. Sistem Penerangan Difus

Sistem penerangan difus ini disebut juga sistem penerangan

campuran atau penerangan baur. Efisiensi penerangan difus lebih rendah

daripada efisiensi kedua sistem yang telah dibahas lebih dahulu. Sebagian

cahaya dari sumber-sumber cahaya sekarang diarahkan ke dinding dan

langit-langit. Pembentukan bayang-bayang dan kilaunya banyak berkurang.

Penerangan difus digunakan di ruang-ruang sekolah, ruang kantor dan di

tempat-tempat kerja. Armatur untuk penerangan difus ialah armatur-

armatur balon misalnya armatur gantung memakai pipa.


24

4. Sistem Penerangan Semi Tak Langsung

Bayang-bayang dan kilau yang ditimbulkan pada sistem penerangan

ini hanya sedikit. Sebagian besar cahaya diarahkan keatas. Karena itu

langit-langit dan dinding harus diberi warna terang. Penerangan sebagian

besar tak langsung ini dapat digunakan di rumah sakit, ruang baca, toko-

toko dan kamar tamu.

5. Sistem Penerangan Tak Langsung

Pada sistem penerangan ini cahaya dipantulkan oleh langit-langit

dan dinding warnanya harus terang. Bayang-bayang hampir tidak ada

lagi. Sistem penerangan ini digunakan pada ruang membaca dan menulis,

serta ruangan untuk melakukan pekerjaan halus lainnya.

Tabel 2.4 Sistem Penerangan

Langsung ke
No. Sistem Penerangan Bidang Kerja
(%)
1 Penerangan langsung 90 - 100

2 Penerangan semi langsung 60 - 90

3 Penerangan difusi 40 - 60

4 Penerangan semi tak langsung 10 - 40

5 Penerangan tak langsung 0 - 10

2.7.10 Menentukan Jumlah Titik Cahaya

Perencanaan pemasangan jumlah titik cahaya pada suatu ruangan,

dapat ditentukan dengan mengukur terlebih dahulu panjang, lebar, dan tinggi
25

ruangan yang akan dipasang, setelah mengetahui ukuran ruang tersebut,

maka tahap selanjutnya adalah sebagai berikut :

- Menentukan jenis lampu dan armatur yang akan digunakan pada

ruangan.

- Menentukan reflection factor berdasarkan warna dinding dan langit-

langit ruangan.

- Menentukan room indeks pada ruangan yang akan dipasang.

- Menentukan efisiensi penerangannya dengan nilai-nilai room indeks

(k), reflection factor langit-langit (rp), reflection factor dinding (rw),

dan reflection factor semu bidang pengukuran atau bidang kerja

(rm).

- Intensitas penerangan yang diperlukan dapat ditentukan.


= .................................................................... (2.9)

dimana :

ar = Banyaknya titik cahaya

ar = Fluks armatur (lumen)

= Efisiensi penerangan

2.7.11 Menentukan Tata Letak Lampu

Luas suatu ruangan yang akan dipasang titik cahaya, harus dihitung dengan

ukuran bujur sangkar. Bila sebagian dari ruangan tersebut digunakan untuk

keperluan lain maka luas ruangan tersebut tetap dihitung dari panjang dan
26

lebar bujur sangkar. Kalau kemudian ternyata ditempat tersebut tidak

mungkin dipasang titik cahaya, maka titik cahaya tersebut dapat ditiadakan.

Untuk menentukan jarak antar titik cahaya yaitu :

dY

dL

dX dP

Gambar 2.2 Tata Letak Lampu


= ...................................................................................... (2.10)


= ............................................................................................... (2.11)


= ............................................................................... (2.12)


= ................................................................................. (2.13)


= ............................................................................... (2.14)
2


= ................................................................................ (2.15)
2
27

Dimana :

NP = Jumlah armatur sejajar panjang

NL = Jumlah armatur sejajar lebar

dp = Jarak armatur sejajar panjang

dL = Jarak armatur sejajar lebar

dX = Jarak titik cahaya dengan dinding sejajar lebar

dY = Jarak titik cahaya dengan dinding sejajar panjang

N = Jumlah titik cahaya

h = Tinggi cahaya ke bidang kerja

P = Panjang ruangan

L = Lebar ruangan

2.7.12 Lampu Tabung Fluoresen

Saat ini dimasyarakat paling banyak menggunakan lampu fluoresen

untuk penerangan, lampu fluoresen ini tidak menyebabkan panas. Energi

listrik diubah menjadi energi cahaya sebesar 80% dan energi panas 20%.

Lampu tabung fluoresen dipasarkan oleh philips dengan kode TL. Memiliki

ukuran diameter 38 mm, dan panjang tergantung pada daya tabung. Di

dalam tabung diberi lapisan serbuk fluoresen.

2.8 Kebutuhan Daya Penerangan

Daya listrik yang dibutuhkan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan

rata-rata tertentu pada bidang kerja dihitung dengan menghitung terlebih

dahulu jumlah lampu yang diperlukan dengan persamaan :


28

= (2.15)

Dimana :

Nlampu = Jumlah lampu

Narmatur = Jumlah armatur

n = Jumlah lampu dalam satu armatur

Daya yang dibutuhkan untuk semua armatur dapat dihitung dengan

persamaan :

= 1 (2.16)

Dimana :

Wtotal = Daya total yang dibutuhkan (Watt)

W1 = Daya setiap lampu (Watt)

Dengan membagi daya total dengan luas bidang kerja, didapatkan kepadatan

daya (Watt/m2) yang dibutuhkan untuk sistem pencahayaan tersebut.

2.9 Instalasi Daya L:istrik

2.9.1 Penghantar

Kabel merupakan msalah satu sarana penting dalam instalasi listrik

karena kabel menghantarkan arus ke beban yang terpasang. Oleh karena itu

perlu diketahui secara pasti berapa beban yang terpasang agar kapasitas

kabel memadai. Pemilihan jenis dan ukuran kabel mempertimbangkan

beberapa hal :
29

1. Electrical, meliputi ukuran konduktor, type dan tebal isolasi; bahan yang

tepat untuk desain tegangan menengah dan rendah, mempertimbangkan

kekuatan listri, bahan isolasi, konstanta dielektrik dan faktor daya.

2. Suhi, menyesuaikan dengan suhu liongkungan dan kondisi kelebihan

beban, pengembangan dan tahanan termal.

3. Mechanical, meliputi kekerasan dan fleksibelitas serta

mempertimbangkan terhadap kehancuran, abrasi dan kelembapan

4. Kimiawi stabilitas dari bahan terhadap bahan kimiawi dan cahaya

matahari

Untuk pemilihan kabel di dasarkan pada arus yang mengalir

padapenghantar tersebut. Ada dua macam arus, yaitu :

Arus bolak-balik 1 Fasa :



= () (2.17)

Arus bolak-balik 3 Fasa :



= () (2.18)
3

dimana :

I = Arus (Ampere)

P = Daya/Beban (Watt)

E = Tegangan antar phasa (Volt)

Cos = Faktor Daya (standar PLN 0,8)


30

2.9.2 Kotak Kontak (Stop Kontak)

Stop kontak yang digunakan harus memenuhi standar SNI dan sesuai

dengan ketentuan PUIL. Dimana dalam PUIL dijelaskan, bahwa untuk kotak

kontak biasa, kebutuhan maksimum diambil 3520 VA atau 2000 Watt untuk

kotak kontak dengan kemampuan setinggi-tingginya 16 A atau 16 A per

fasa. Stop kontak ditempatkan didekat ujung dinding hal ini di maksudkan

untuk menghindari terhalang karena penempatan mebel atau lemari.

Stop kontak sebaiknya dipasang kurang lebih 30 cm di atas lantai

dengan dilengkapi penutup atau 30 cm diatas landasan bidang kerja meja.

Pemasangan kotak kontak harus dipasang sedemikian rupa sehingga ketika

dihubungkan tidak mungkin terjadi sentuhan tak sengaja dengan bagian

aktif. Pemasangan tata letak stop kontak harus sesuai dengan gambar pada

perancangan.

2.9.3 Sistem Pendingin Ruangan

Definisi penyegaran udara adalah suatu proses mendinginkan udara

sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

yang dipersyaratkan terhadap kondisi udara dan kebersihannya. Sistem

penyegaran udara pada umumnya dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu:

- Penyegaran udara untuk kenyamanan menyegarkan udara dari ruangan

untuk memberikan kenyamanan kerja bagi orang yang melakukan

kegiatan tertentu.
31

- Penyegaran udara untuk industri menyegarkan udara dari ruangan karena

diperlukan proses, bahan, peralatan atau barang yang ada di dalamnya.

Jika seseorang berada di dalam suatu ruangan tertutup untuk jangka

waktu yang lama, maka pada suatu saat ia akan merasa kurang nyaman.

Rasa nyaman atau disebut dengan kenyamanan termal dipengaruhi oleh

banyak faktor sebagai berikut :

- Kondisi fisik seseorang, yaitu gemuk atau kurus seseorang serta

kebiasaan sehari-hari seorang terhadap lingkungan dingin, sejuk,

maupun panas.

- Pakaian yang digunakan tipis, sedang, atau pakaian lengkap

mempengaruhi rasa nyaman terhadap lingkungan.

- Aktifitas yang dilakukan seseorang dalam ruangan. Aktivitas berat

memerlukan rasa nyaman yang berbeda dengan aktivitas biasa.

Tabel 2.5. Kebutuhan AC

Setara dengan Ukuran


Kapasitas
No Koefisien Daya Ruangan
AC (PK)
(Btu/ hr) (Watt) (m)
1 5.000 373,00 3x3
2 7.000 559,50 3x4
3 1 9.000 746,00 4x4
4 1,5 12.000 1.119,00 4x6
5 2 18.000 1.492,00 6x8
6 2,5 24.000 1,865,00 8x8
7 3 27.000 2.238,00 10 x 8
8 5 45.000 3.730,00 10 x 10
32

Kebutuhan AC = Luas Ruangan x Koeffisien (2.18)

dimana : Koeffisien 1 m2 = 500 BTU/hr, ukuran tersebut untuk ruangan dengan

tinggi standard 2.5 - 3.5m.

Rasa nyaman di samping faktor-faktor tersebut di atas sangat

dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara di dalam ruangan. Rasa

nyaman dapat diperoleh apabila suhu berkisar antara 75F atau sekitrtar

23C pada kelembaban 50% sampai 78F atau sekitar 26C pada

kelembaban 70%.
33

BAB III

PERENCANAAAN SISTEM PENERANGAN GEDUNG UTP

3.1. Fungsi Ruang Auditorium

Ruang auditorium pada Universitas Tridinnanti Palembang adalah ruang

ataupun Aula yang mengganti / memperbarui aula flamboyant pada sebelumnya.

Fungsi dan kegunaannya masih sama seperti aula sebelumnya, hanya saja pada

gedung ini ditambah ruang kelas serta kantor-kantor administrasi. Ruang

auditorium difungsikan untuk kegiatan massal, seperti : seminar, serta dapat

digunakan untuk acara pesta yang berkapasitas lebih kurang 1000 orang.

3.2. Perencanaan Sistem Penerangan Gedung UTP

Sistem penerangan di dalam gedung diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan cahaya bagi ruangan-ruangan tertentu di waktu malam hari

ataupun di siang hari apabila cahaya matahari kurang mencukupi.Seorang

perancang sistem penerangan haruslah mempunyai pengetahuan yang luas

akan kuantitas serta kualitas cahaya yang diperlukan bagi tugas-tugas

penglihatan tertentu sehingga cahaya yang dihasilkan benar-benar efisien

serta memenuhi syarat-syarat bagi indera penglihatan.Disamping itu juga

harus dipastikan kondisi cahaya untuk pemakaian tertentu, sehingga tingkat

iluminasi yang diinginkan serta kontinuitaspenyediaan cahaya tersebut selalu

dapat dipenuhi.

33
34

Data-data penting yang diperlukan untuk melaksanakan rancangan sistem

penerangan suatu ruangan ialah :

- Dimensi ruang

- Koefisien refleksi kangit-langit, dinding dan lantai

- Lampu-lampu yang akan digunakan

- Sistem penerangan yang akan dikehendaki

- Hal-hal yang perlu diperhatikan :

- Kuat penerangan yang dibutuhkan

- Kekontrasan dari beberapa bagian

- Kemungkinan adanya penyilauan

- Jenis sistem penerangan

- Ekonomis sistem penerangan yang digunakan

3.3. Menentukan Tingkat Penerangan

Menentukan tingkat terang dalam ruangan perlu diperhatikan jumlah,

posisi dan kekuatan lampu agaar terlihat rapi, aman dan menimbulkan

kesan nyaman, indah dan tidak menyilaukan mata terutama dalam

peningktan kerja, hal ini tergantung pada fungsi ruangan yang disesuaikan

menurut keperluan penglihatan di dalam ruangan itu.

Bila didapat tingkat terang yang baik dalam suatu ruangan, maka

akan memberikan efek terhadap fungsi ruangan itu. Misalnya di dalam

ruangan baca, orang akan senang membaca pada ruangan itu bila tingkat

penerangannya baik, sebaliknya bil tingkat terang dalam ruangan tiu jauh
35

dari sebagaimana mestinya, maka akan menimbulkan kelesuan atau

ketidaksenangan dalam membaca.

Tingkat terang yang serasi membawaa pengaruh yaang baik terhadap

mata juga terhadap hasil pekerjaan yang dilakukan. Hal ini sangat

diperlukan pada ruangan kerja seperti : di kantor, ruang belajar, pabrik, dan

sebagainya, yang memerlukan tingkat penerangan merata pada permukaan

kerjanya. Sedangkan untuk tempat-tempat seperti : hotel, bar, teater dan

sebagainya diperlukan tingkat penerangan yang kecil, agar menimbulkan

kesan nyaman dan santai bagi para pengguna jasa tersebut.Berdasarkan

standar besarnya tingkat terang yang diperlukan dalam suatu ruangan

menurut fungsi masing-masing ruangan tersebut.

Tabel 3.1. Tingkat Penerangan Dalam Ruangan

Penerangan
Penerangan Baik
Ruangan Sifat Pekerjaan Sangat Baik
(lux)
(lux)
Ruang Gambar 2000 1000
Ruang Kantor (untuk pekerjaan
kantor biasa, pembukuan,
mengetik, surat-menyurat, 1000 500
membaca, menulis, melayani
Kantor
mesin-mesin kantor)
Ruangan yang tidak digunakan
terus-menerus untuk pekerjaan
250 150
(ruangan arsip, ruang tunggu,
tangga, gang)
Ruangan Kelas 500 250
Ruangan Gambar 1000 500
Sekolah
Ruangan untuk pelajaran jahit-
1000 500
menjahit
36

Penerangan
Penerangan Baik
Ruangan Sifat Pekerjaan Sangat Baik
(lux)
(lux)
Pekerjaan sangat halus (pembuatan
jam tangan, instrumen kecil dan 5000 2500
halus, mengukir)
Pekerjaan halus (pekerjaan
pemasangan halus, menyetel mesin
2000 1000
Industri bubut otomatis, pekerjaan bubut
halus, kempa halus, poles)
Pekerjaan biasa (pekerjaan bor,
1000 500
bubut kasar, pemasangan biasa)
Pekerjaan kasar (menempa dan
500 250
menggiling)
Ruangan jual dan pamer :
Toko-toko besar 1000 500
Toko Toko-toko lain 500 250
Etalase :
Toko-toko besar 2000 1000
Tempat Mesjid, gereja dan sebagainya 250 125
beribadah
Kamar tamu :
Rumah Penerangan setempat (bidang kerja) 1000 500
tinggal Penerangan umum, suasana 100 50
Dapur :
Penerangan setempat 500 250
Penerangan umum 250 125
Ruangan-ruangan lain :
Rumah Kamar tidur, kamar mandi, kamar
500 250
Tinggal rias (penerangan setempat)
Gang, tangga, gudang, dan garasi 250 125
Penerangan setempat untuk
pekerjaan-pekerjaan ringan (hobby, 500 250
dan sebagainya)
Penerangan umum 250 125
Kamar hotel, restoran 120
Hotel Hall, sell service restoran 250
Dapur hotel 500
37

Gambar 3.1 Tampak depan gedung kuliah dan auditorium UTP

Gambar 3.2 Tampak atas gedung kuliah dan auditorium UTP


38

BAB IV

PERHITUNGAN PERENCANAAN SISTEM PENERANGAN

4.1 Data-data

Penentuan titik cahaya dalam Perencanaan Penerangan Ruang

Auditorium Universitas Tridinanti Palembang ini dapat dihitung tiap-tiap

ruangan, namun pada skripsi ini hanya membahas pada ruang auditorium

dengan memperhatikan faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang

mempengaruhi dalam penentuan titik cahaya ini adalah faktor refleksi dan

faktor depresiasi. Dalam perencanaan sistem penerangan ruang auditorium

ini yang digunakan adalah sistem penerangan difus.

Adapun ruang auditorium dihitung dengan perencanaan jumlah titik

cahayanya pada gedung Universitas Tridinanti Palembang adalah sebagai

berikut :

diketahui :

Panjang(P) = 34,8 m

Lebar(L) = 27,6 m

Luas(A) = P X L = 34,8 m X 27,6 m

= 960,48 m2

Tinggi (T) =8m

38
39

T=8m

Hr 7,2 m

Bidang Kerja ,8
Hb 0,8 m 34
P=
L = 27,6 m

Gambar 4.1.Ukuran bidang kerja

Tinggi(Hr) = 7,2 m

Tinggi Bidang Kerja(Hb) = 0,8 m

4.2. Perhitungan Penerangan

Indeks ruangan dapat ditentukan dengan persamaan :


=
( + )

34,8 27,6
=
7,2 (34,8 + 27,6)

= 2,1

Dari data yang didapat untuk sistem penerangan dapat diketahui :

K = 2,1; K1 = 2

K2 = 2,5: 1 = 0,68

2 = 0,71
40

Maka efisiensi penerangan :

1
= 1 + (2 1 )
2 1

2,1 2
= 0,68 + (0,71 0,68)
2,5 2

0,1
= 0,68 + (0,03)
0,5

= 0,68 + (0,2 (0,03))

= 0,68 + 0,006

= 0,69

Jumlah flux cahaya yang terpakai yaitu :

= 0,69 351.000

= 242.190

Intensitas penerangan rata-rata yaitu :


=

242.190
=
960,48

= 252,15

4.2.1. Lampu Hias (Gantung)

Flux armature (table efisiensi jenis lampu LED 7 Watt = 470 lumen.

Dikarenakan fungsi lampu gantung adalah sebagai hiasan dan juga

intensitas penerangan (lumen) yang sangat kecil dibandingkan dengan


41

lampu LED khusus untuk penerangan mapun lampu TL, dimana jumlah

lampu pada lampu hias tersebut berjumlah 9 buah, maka :

Daya yang terpakaiuntuk lampu hias :

P = Jumlah titik lampu X daya lampu

= 9 x 7Watt

= 63 Watt

63
=
0,8

= 78,75 VA

4.2.2. Lampu Penerangan TL 36 Watt.

Diketahui E (intensitas penerangan rata-rata) 252,15 lux. Flux

armature(table efisiensi jenis lampu TL 36 Watt) = 3.250

lumen.

1) Menghitung jumlah titik cahaya :

252,15 34,8 27,6


=
3.250 0,69 1

242.185,032
=
2.242,5

= 108 titik lampu


42

2) Menghitungan daya yang Terpakai

Dikarenakan jumlah keseluruhan daya lampu gantung diasumsikan

setara dengan 2 buah lampu TL 36 Watt, maka jumlah lampu

penerangan TL 36 Watt sebanyak (108 2) = 106 titik lampu.

P = Jumlah titik lampu x daya lampu

= 106x 36 Watt

= 3.816 Watt

3.816
=
0,8

= 4.770 VA

4.2.3. Alternatif Lampu Penerangan LED Philip 22,5 Watt.

Diketahui E (intensitas penerangan rata-rata) 252,15 lux. Flux armature

(table efisiensi jenis lampu LED 22,5 Watt) = 2.500 lumen.

1) Menghitung jumlah titik cahaya dengan persamaan :

252,15 34,8 27,6


=
2.500 0,69 1

242.185,032
=
1.725

= 140 titik lampu


43

Juga hal yang sama daya lampu gantung diasumsikan setara dengan 2

buah lampu LED 22,5 Watt, maka jumlah lampu penerangan (140 2)

= 138 titik lampu.

2) Menghitung daya yang terpakai.

Untuk mendapatkan daya semu (S) dalam VA, maka daya aktif

P harus di bagi dengan Cos sehingga :

P = Jumlah titik lampu X daya lampu

= 138 x 22,5Watt

= 3.105 Watt

3.105
=
0,8

= 3.881,25 VA

4.2.4. Perhitungan Kapasitas AC

Data-data ruangan Auditorium :

P = 34,8 m

L = 27,6 m

T=8m

Kebutuhan AC = Luas Ruangan x Koeffisien

dimana : Koeffisien 1 m2 = 500 BTU/hr, ukuran tersebut untuk ruangan

dengan tinggi standard 2.5 - 3.5m. sedangkan Auditorium


44

tingginya 8 m, maka koefisien ruangan diasumsikan 2 x 500

BTU/hr = 1000 BTU/hr.

Kebutuhan AC= (P x L) x Koefisien

= (34,8 m x 27,6 m) x1000 BTU/hr

= 960,48 m2x1000 BTU/hr

= 960.480 BTU/hr.

Jika Aula Auditorium menggunakan AC kapasitas 5 PK, maka berdasarkan

tabel 2.5 setara 45.000 Btu./hr, dengan demikian :

960.480 Btu/hr
Total AC 5 PK = = 21,34
45.000 Btu/hr

= 21 buah

Untuk penempatan AC dapat dilihat pada lampiran (denah gambar

penempatan AC) agar udara keluaran AC dapat menyebar meratan di ruang

auditorium.

Kebutuhan daya AC ruang Auditorium adalah :

PAC = 21 x 3.730 Watt

= 78.330 Watt

78.330
= =
0,8

= 97.912,5 VA
45

4.2.5. Daya untuk Stop Kontak

Kebutuhan daya untuk stop kontak ruang Auditorium disesuaikan dengan

kegunaan, antara lain :

1. Panggung Auditorium disediakan 1 stop kontak (10A), dimana

kegunaannya adalah untuk dipakai sound system (band, orgen tunggal,

dan kebutuhan lainnya).

2. Sebelah kiri auditorium disediakan 1 stop kontak (10 A), dimana

kegunaannya adalah untuk dipakai jika dipasang lampu sorot (warna

warni yang mengarah ke panggung, biasanya digunakan untuk

perkawinan.

3. Sebelah kiri kanan Auditorium disediakan 1 stop kontak (10 A), dimana

kegunaannya adalah untuk dipakai sebagai charger vidio kameraman, dan

kegunaan lainnya.

Jumlah keseluruhan daya untuk kebutuhan stop kontak ruang Auditorium

P =VxI

= 220 V x 10A x 3

= 6.600 VA
46

Tabel 4.3. Hasil Perhitungan beban ruang Auditorium, Jika menggunakan


lampu TL,Lampu Hias AC dan Stop Kontak

Jumlah Fasa (VA) Jumlah


No Beban
(Unit) R S T (VA)
36 1.620 - -
Lampu TL 36 Watt 36 - 1.620 -
1 4.770
106 buah
34 - - 1.530
2 Lampu Hias
1 buah 9 - - 78,75 78,75
7 Watt @ 9 buah
7 32.637,5 - -
AC 5 PK
2 7 - 32.637,5 - 97.912,5
21 buah
7 - - 32.637,5
1 2.200 - -
Stop Kontak
3 1 - 2.200 - 6.600
3 buah
1 - - 2.200
Jumlah . 36.457,5 36.457,5 36.446,25 109.361,25

Tabel 4.4. Hasil Perhitungan beban ruang Auditorium, Jika menggunakan


lampuLED, Lampu Hias AC dan Stop Kontak

Jumlah Fasa (VA) Jumlah


No Beban
(Unit) R S T (VA)
47 1.321,875 - -
Lampu LED 22,5 Watt 47 - 1.321,875 -
1 3.881,25
138 buah
44 - - 1.237,5
2 Lampu Hias
1 buah 16 - - 78,75 78,75
7 Watt @ 9 buah
7 32.637,5 - -
AC 5 PK
2 7 - 32.637,5 - 97.912,5
21 buah
7 - - 32.637,5
1 2.200 - -
Stop Kontak
3 1 - 2.200 - 6.600
3 buah
1 - - 2.200
Jumlah . 36.159,375 36.159,375 36.153,75 108.472,5
47

4.3. Pembahasan

Dari data-data yang ada dan dari hasil perhitungan beban kelistrikan untuk

kebutuhan ruang auditorium didapatkan :

1. Kebutuhan Lampu

Dari data yang didapatkan dilapangan, gedung auditorium dengan

Panjang 34,8 m, lebar 27,6 m, Luas 960,48 m2.Tinggi 8 m. Jarak titik lampu

ke bidang kerja 7,2 m dan Tinggi bidang kerja 0,8 m. Indeks ruangan 2,1 dan

nilai efisiensi 0,69 %. Jumlah fluk cahaya 242.190 lm sedangkan intensitas

penerangan rata-rata 252,15 lux

- Daya yang terpakai untuk lampu hias 78,75 VA

- Berdasarkan intensitas penerangan rata-rata 252,15 lux. Flux armature

jenis lampu TL 36 Watt) 3.250 lumen.Dari hasil perhitungan jumlah

lampu yang diperlukan 106 titik lampu. Jumlah daya yang dibutuhkan

4.770 VA.

- Alternative jika dipasang lampu LED 22,5 Watt. Berdasarkan (intensitas

penerangan rata-rata) 252,15 lux. Flux armature jenis lampu 2.500 lm.

Dari hasil perhitungan jumlah lampu yang diperlukan 138 titik lampu.

Jumlah daya yang dibutuhkan 3.881,25 VA.

2. Kebutuhan AC

Dari data ruangan auditorium luas ruangan 960,48 m2, tinggi 8 meter,

maka koefisien 960.480 BTU/hr.Jika Aula Auditorium menggunakan AC

kapasitas 5 PK, maka berdasarkan tabel 2.5 setara 45.000 Btu./hr, dengan
48

demikian jumlah AC yang dibutuhkan 21 buah. Daya yang dibutuhkan

97.9125,5 VA

3. Kebutuhan daya untuk Stop Kontak

Jumlah Stop kontak ruang Auditorium disesuaikan dengan kebutuhan.

Panggung 1 stop kontak (10 A), sebelah kiri 1 stop kontak (10 A), sebelah

kiri kanan Auditorium 1 stop kontak (10A). Jumlah daya untuk kebutuhan

stop kontak ruang Auditorium 6.600 VA


49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari data-data yang ada dan dari hasil perhitungan beban kelistrikan untuk

ruang Auditorium Universitas Tridinanti Palembang, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Daya yang terpakai untuk lampu gantung (hias) 78,75 A. Dari hasil

perhitungan jumlah lampu TL 36 Watt dipasang 106 titik lampu. Jumlah daya

yang dibutuhkan 4.770 VA. Jika dipasang lampu LED 22,5 Watt. Dan dari

hasil perhitungan jumlah lampu yang diperlukan 138 titik lampu. Jumlah daya

yang dibutuhkan 3.881,25 VA.

2. Jika Aula Auditorium menggunakan AC kapasitas 5 PK, maka berdasarkan

hasil perhitungan jumlah AC yang dibutuhkan 21 buah dengan total daya

97.9125,5 VA.

3. Kebutuhan daya untuk Stop Kontak disesuaikan dengan kebutuhan, dimana

Jumlah daya untuk kebutuhan stop kontak ruang Auditorium 6.600 VA.

5.2. Saran.

Untuk penerarngan lampu auditorium sebaiknya menggunakan lampu LED,

dimana dari hasil perhitungan besar daya lampu LED 22,5 Watt membutuhkan

daya 3.881,25 VA serta cahaya yang digunakan Cool Daylight dibandingkan

menggunakan lampu TL 36 Watt kebutuhan daya 4.770.

49

Anda mungkin juga menyukai