Oleh
NURUL DWI SETYANINGRUM
20183010096
Menyetujui,
(Erika Loniza, S.T., M.Eng.) (Kuat Suriyadi, BE, SE, ST, MM, M.Eng )
Mengetahui,
i
Tugas Akhir ini Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk
Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md)
Tanggal:
3.Sekertaris Penguji : Kuat Suriyadi, BE, SE, ST, MM, M.Eng ………………………
Yogyakarta,
PROGRAM VOKASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
DIREKTUR
ii
PERNYATAAN
Penulis menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh derajat Profesi Ahli Madya atau gelar
kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga
tidak terdapat pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini serta disebutkan dalam daftar
pustaka.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Tugas Akhir yang berjudul “PROTOTIPE ALAT
PENDETEKSI GAS CARBON MONOKSIDA PADA RUANGAN
DILENGKAPI DENGAN MONITORING SISTEM IOT”. Laporan tugas
akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Ahli
Madya pada Program Studi Teknologi Elektro-medis, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Muhammad S.A.W. dan para sahabatnya yang telah membawa kita ke jalan yang
penulis mendapatkan banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis
2. Kepada Ibu tercinta yang telah mencurahkan segala usaha, doa dan motivasi
iv
4. Ibu Erika Loniza, S.T., M.Eng, selaku dosen pembimbing satu, dan Bapak
Kuat Supriyadi BE, SE, ST, ME, M.Eng, selaku dosen pembimbing dua
proses belajar.
8. Keluarga besar TEM C Angkatan 2018, yang selalu mendukung dan telah
Penulis menyadari proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
semua jenis saran, kritik dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis
wawasan tambahan bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.
Aamiin.
v
Nurul Dwi Setyaningrum
DAFTAR IS
I
PERNYATAAN..................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iv
DAFTAR ISI........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xiii
ABSTRAK.........................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Batasan Masalah........................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................................5
1.4.1 Tujuan Umum...........................................................................................5
1.4.2 Tujuan Khusus..........................................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................5
1.5.1 Manfaat Teoritis........................................................................................5
1.5.2 Manfaat Praktis.........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................6
2.1 Penelitian Terdahulu..................................................................................6
2.2 Landasan Teori..........................................................................................7
2.2.1 Gas Karbon Monoksida.........................................................................7
2.2.2 Sensor MQ-2........................................................................................10
2.2.3 Asap.....................................................................................................11
2.2.4 Display.................................................................................................12
2.2.5 ESP 8266.............................................................................................14
2.2.6 Telegram..............................................................................................16
2.2.7 Internet Of Things (IoT)......................................................................17
2.2.8 Teknik Analisis Data...........................................................................18
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...........................................................20
3.1 Diagram Kerangka Kerja.........................................................................20
3.2 Blok Diagram Sistem..............................................................................22
3.3 Diagram Alir............................................................................................23
3.5 Rancangan Alat Implementasi Perangkat Keras.....................................25
3.6 Rangkaian Implementasi Perangkat Lunak.............................................29
3.7 Persiapan Alat..........................................................................................33
3.8 Teknik Kalibrasi Data.............................................................................34
3.9 Metode Pengujian....................................................................................35
3.10 Waktu......................................................................................................35
BAB 4.................................................................................................................20
HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................20
4.1. Spesifikasi Alat........................................................................................20
4.2. Standar Operasional Prosedur.................................................................21
4.3. Kinerja Keseluruhan Alat........................................................................21
4.4. Data Pengujian dan Hasil Pengujian.......................................................22
4.5. Data Uji Fungsi Alat...............................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................20
LAMPIRAN........................................................................................................22
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
PROTOTIPE ALAT PENDETEKSI GAS CARBON MONOKSIDA PADA
RUANGAN DILENGKAPI DENGAN MONITORING SISTEM IOT
ABSTRAK
Karbon Monoksida (CO) merupakan gas yang tidak dapat dirasakan oleh indera
manusia, karena sifatnya tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna. Dampak dari
Karbon Monoksida (CO) dapat mengakibatkan keracunan hingga kematian. Tujuan dari
penelitian ini adalah memberikan informasi kadar gas Karbon MonoksIda (CO) pada
suatu ruangan. Peringatan dilakukan dari pembacaan sensor yang melebihi kadar normal
yaitu 50 ppm dengan adanya buzzer yang berfungsi sebagai alarm. Penggunaan system
Internet Of Things (IoT) diterapkan pada penelitian ini menggunakan aplikasi telegram
untuk memonitoring kadar gas CO secara real time tanpa melihat ke LCD yang terpasang
pada alat. Modul wifi yang digunakan adalah ESP 8266. Hasil penelitian dari
pengambilan data yang dilakukan pada simulasi ruangan 30 cm x 30 cm x 30 cm
menghasilkan nilai kadar terendah adalah 0 ppm dan nilai tertinggi addalah 73,18 ppm.
Nilai error yang didapatkan adalah 3,34% dengan nilai power supply rata-rata adalah 4,8
Volt. Nilai tertinggi pengukuran pada asap rokok tanpa filter adalah 73,15 ppm dengan
nilai error adalah 3,14 %. Nilai terendah pengukuran pada asap pembakaran pembasmi
serangga adalah 8,14 ppm dan nilai error adalah 2,8%. Kesimpulan yang didapatkan pada
penelitian ini adalah alat dapat bekerja dengan baik karena alat dapat membaca kadar gas
CO dengan substansi yang berbeda.
x
BAB I PENDAHULUAN
faktor supaya masyarakat dapat hidup sehat. Contoh upaya agar dapat hidup sehat
adalah menjaga pola makan, olahraga dan lingkungan yang bersih. Untuk menjaga
lingkungan yang sehat perlu didukung oleh beberapa pihak misalnya diri sendiri,
Lingkungan yang sehat salah satunya ditandai dengan udara yang bersih dan
segar. Pada ruangan yang tertutup, cenderung lebih berbahaya karena tidak
adanya sirkulasi udara yang baik. Misalnya pada ruangan ber AC yang justru
mengurangi adanya ventilasi terbuka. Kondisi ini justru sangat rentan apabila
terdapat kebocoran gas atau adanya gas berbahaya yang dapat menimbulkan
pembakaran atau kebocoran gas. Gas yang memiliki sifat tidak dapat dirasakan
dan tidak berbau itulah yang berbahaya. Salah satu gas yang terkandung dalam
pembakaran adalah gas Karbon Monoksida (CO). Berdasarkan ilmu kimia, gas
Karbon Monoksida (CO) adalah gas yang bersifat mudah terbakar, tidak
berwarna, tidak berasa dan tidak berbau [2]. Gas Karbon Monoksida yang
1
pernapasan. Hal ini karena gas CO akan mengikat Hb yang ada di paru-paru
menghirup gas Karbon Monoksida dalam waktu yang lama dan kadar yang tinggi
Contoh gas yang biasanya terdapat pada ruangan yaitu asap rokok,
konsleting listrik yang menyebabkan kabel terbakar, pembakaran kertas, asap obat
pembunuh serangga dan lain sebagainya. Pada umum nya asap rokok juga dapat
mengganggu aktifitas masyarakat. Karena sebagian orang tidak menyukai bau dari
asap rokok. Dari rokok tersebut terdapat dampak bagi perokok aktif dan perokok
pasif. Perokok aktif adalah orang yang merokok dan perokok pasif adalah orang
yang terpapar asap rokok. Berdasarkan penelitian, perokok pasif memiliki dampak
yang lebih besar dibandingkan dengan perokok aktif. Asap rokok yang terdapat di
Asap tidak hanya berasal dari rokok, akan tetapi dari pembakaran benda-
benda. Pada setiap ruangan, pasti terdapat instalasi listrik dan memiliki
dari terbakarnya kabel juga mengandung gas Karbon Monoksida (CO). Pada
ruangan di rumah sakit tentu memerlukan alat untuk kebutuhan safety disetiap
2
Peraturan dibuat untuk menjaga lingkungan supaya masyarakat menjadi
lebih nyaman, aman dan tentram. Peraturan seperti tidak boleh merokok juga
diterapkan pada toilet kereta, toilet pesawat, kamar hotel dan tempat umum
lainnya. Hal ini karena dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada orang sekitar
serta dapat memicu terjadinya kebakaran. Akan tetapi dari peraturan yang telah
ada satpam atau penjaga yang bertugas, kerap saja petugas kecolongan.
(IoT) dan notifikasi pada telegram. Dengan perkembangan teknologi yang saat ini
juga menjadi hal penting yang perlu ditingkatkan. Masyarakat pada umumnya
sangat bergantung dengan smartphone. Hal ini perlu dapat dijadikan pemanfaatan
sensor MQ-2 yang peka dengan gas Karbon Monoksida (CO). Jika gas Karbon
Monoksida (CO) yang terbaca semakin pekat maka kadar gas semakin besar
begitu pula sebaliknya. Alat akan dihubungkan pada sinyal Wi-fi menggunakan
Node MCU dan hasil dari nilai baca sensor akan ditampilkan pada layar LCD.
Apabila terdapat kadar gas yang tingi maka akan terdapat notifikasi melalui
3
ketika terjadi indikasi bahaya. Sehingga, user akan lebih mudah memonitoring
pemicu kebakaran.
yang kompetibel. Untuk itu digunakan sensor MQ-2 untuk membaca kadar gas
Karbon Monoksida (CO). Supaya alat yang dibuat lebih terintegrasi maka
Telegram untuk memonitoring kadar gas Karbon Monoksida (CO) secara mudah
dan cepat.
pembanding.
4. Point yang akan di capai yaitu terdapat pesan sebagai respon yang akan
4
menggunakan sinyal Wi-fi dengan mengirimkan sinyal kepada alat melalui
dalam asap serta dimonitoring menggunakan LCD yang ada pada alat dilengkapi
3. Perancangan software.
Monoksida dan mengetahui kadar paparan gas Karbon Monoksida (CO) disekitar.
Hasil perancangan alat pendeteksi gas Karbon Monoksida dapat menjadi sebagai
media pembelajaran.
Dengan adanya penelitian alat ini dapat mempermudah masyarakat dan user
5
dalam menjaga lingkungan sehingga paparan kadar gas Karbon Monoksida (CO)
Pada penelitian Sri Suryaningsih dengan judul “Rancang Bangun Alat Ukur
Kelemahan pada penelitian ini memiliki tingkat kesalahan 22,83% yang dikatakan
cukup tinggi. Metode pengambilan data dilakukan pada daerah yang mempunyai
kadar polutan rendah ke tinggi. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah
kadar terendah 1,8 ppm dan kadar tertinggi adalah 103 ppm [5]
Kadar Gas Karbon Monoksida Dalam Ruang Tertutup” ini menghasilkan ujicoba
yang dilakukan dengan alat pendeteksi kadar karbon monoksida tersebut adalah
data terendah dan data tertinggi pengujian hasil rancangan pada sebuah ruangan
dengan maksimal waktu deteksi selama 10 menit antara lain: obat nyamuk bakar
dengan nilai kadar karbon monoksida 31,08 ppm, pembakaran kertas dengan nilai
kadar 30,46 Ppm, pembakaran lilin dengan nilai kadar tertinggi 0 Ppm, dan asap
rokok dengan nilai kadar tertinggi 87,63 Ppm. Dari percobaan yang dilakukan,
monoksida dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan intensitas kadar yang variatif
6
antara satu substansi percobaan dengan substansi yang lain. Penelitian ini
memiliki kelemahan yaitu dalam pengambilan data asap rokok hanya satu merk,
padahal kandungan bahan baku rokok setiap merk itu berbeda. Jadi, kadar gas CO
pada setiap merk rokok juga berbeda. Kelebihan dari penelitian ini adalah dapat
nilai error yang didapatkan pada penelitian ini adalah 19,70%. Penelitian ini
belum dapat dimonitoring secara real time atau hanya menggunakan LCD pada
menggunakan indicator LED sebagai informasi kualitas udara pada ruangan. Akan
tetapi apabila terjadi kelebihan kadar, maka hanya ada indicator dari lampu saja.
Nilai rata-rata tertinggi pada penelitian ini adalah 55,7 ppm. [7]
berasa, tidak berwarna, tidak berbau, tetapi menyebabkan kematian. Semua jenis
pembakaran tidak sempurna dari proses alam yang mengandung bahan bakar
7
banyak menghasilkan Karbon Monoksida (CO) adalah pembakaran mesin,
peralatan berbahan bakar gas, minyak, kayu, atau batu bara, dan pembuangan
limbah padat. Penggunaan rokok atau kayu bakar untuk memasak merupakan
Ketika manusia bernafas gas yang ada di udara seperti oksigen, nitrogen,
karbon monoksida, dan gas lainnya akan ikut terhirup masuk ke paru-paru
mengalir ke alveoli dan masuk ke aliran darah. Gas Karbon Monoksida (CO) yang
masuk dalam tubuh melalui sistem pernapasan terdifusi melalui membran alveolar
dan Hb terjadi dalam kecepatan yang sama antara ikatan O2 dan Karbon
Monoksida (CO), tetapi ikatan untuk Karbon Monoksida (CO) 245 kali lebih kuat
daripada O2. Jadi antara Karbon Monoksida (CO) dan O2 bersaing untuk
melepaskan diri dari hemoglobin, Karbon Monoksida (CO) mengikat lebih lama.
Pada alat ini sudah dapat mendeteksi gas Karbon Monoksida (CO) pada suatu
ruangan akan tetapi belum ada waktu yang diperlukan untuk dapat mengurangi
yang diakibatkan oleh adanya udara yang tidak sehat. Kecelakaan yang dimaksud
Sehingga Pada data Index Kualitas Udara konsentrasi kadar gas Karbon
8
Lingkungan (Bapedal) Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997 memiliki ciri-ciri
tersendiri pada setiap kategori dan rentang nilai kadar yang terdapat pada Tabel
2.1.
(PPM)
estetika.
Sehat terpapar.
9
dapat merugikan kesehatan yang serius.
dengan peningkatan jumlah kendaraan. Tidak hanya itu, peningkatan gas Karbon
Monoksida (CO) juga disebabkan oleh faktor meteorologi yaitu kecepatan angin
dan suhu. Berdasarkan analisis regresi linier menunjukkan bahwa beban emisi
48,56% dan kemudian sisanya sebesar 51,44% berasal dari faktor yang tidak
diketahui. Pada jurnal ini sudah dapat mengetahui dampak CO untuk tubuh akan
tetapi belum ada solusi alat untuk mengurangi hal tersebut [9].
Sensor MQ-2 adalah salah satu sensor yang sensitif terhadap asap rokok.
Bahan utama sensor ini adalah SnO2 dengan konduktifitas rendah pada udara
bersih. Jika terdapat kebocoran gas konduktifitas sensor menjadi lebih tinggi,
setiap kenaikan konsentrasi gas maka konduktifitas sensor juga naik. Sensor MQ-
2 sensitif terhadap gas LPG, Propana, Hidrogen, Karbon Monoksida, Metana dan
Alkohol serta gas mudah terbakar diudara lainnya. Spesifikasi sensor MQ-2
adalah sebagai berikut :
10
g. Arus kurang dari 150mA pada 5V
Bentuk fisik dari sensor MQ-2 adalah memiliki 4 pin yang berfungsi sebagai
input (Vcc), Ground, A0 dan D0. Berikut merupakan bentuk dari sensor MQ-2
yang terdapat pada Gambar 2.1
n x Vin
X= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … 2. 4
1023
Keterangan :
X = nilai tegangan sensor (Volt)
n = nilai kadar yang terbaca (ppm)
Vin = nilai tegangan sensor (5 Volt)
2.2.3 Asap
11
Asap adalah gas yang dihasilkan dari hasil pembakaran. Asap pada
umumnya berwarna dengan bentuk fisik gas. Ada beberapa sumber dari asap yaitu
pembakaran kayu, kertas, rokok dan lain sebagainya. Merokok adalah suatu
kebiasaan sejak lama yang dapat menyebabkan efek negatif pada tubuh. Meskipun
tidak merokok, tetapi paparan asap rokok dapat mengakibatkan dampak buruk
pada kesehatan yang cukup signifikan. Paparan asap rokok yang dihirup oleh
perokok pasif memiliki dampak lebih besar sekitar 30%. Asap rokok diduga
menjadi paling berbahaya dari rokok yang dihisap oleh perokok pasif ketimbang
perokok aktif. Kondisi ini terjadi karena asap yang terhidup tidak melalui filter.
jantung hingga kanker. Setelah lima menit asap rokok masuk kedalam tubuh
manusia maka terjadi pembekuan darah di aorta. Sedangkan 20-30 menit bisa
menyebabkan pembekuan darah dan kurun waktu dua jam dapat membuat detak
2.2.4 Display
menggunakan kristal cair atau liquid crystal yang digunakan untuk dapat
menghasilkan gambar yang terlihat. LCD terdiri dari dua bagian utama yaitu
bagian backlight atau lampu latar belakang dan bagian liquid crystal. LCD
mentransmisi cahaya dan juga merefleksi cahaya yang melintasinya. Untuk itu
LCD membutuhkan backlight yang pada umumnya berwarna putih. Liquid crystal
merupakan cairan organic yang berada diantara dual embar kaca yang mempunyai
12
permukaan yang transparan dan konduktif [11]. LCD 16x2 ditunjukkan pada
Gambar 2.2.
tersebut terdiri dari 16 kolom dan 2 baris karakter. Pada modul ini hanya
memerlukan daya yang kecil, modul ini juga dilengkapi panel LCD yang
mempunyai tingkat kontras yang lumayan tinggi. Seluruh fungsi pada display
mikrokontroller. Berikut merupakan penamaan dan fungi dari setiap pin yaitu
13
untuk menghubungkan POT yang dapat diubah
0 : tulis
1 : Baca
0V
memimpikan dekat akan masa depan, di mana benda-benda dari kehidupan sehari-
komunikasi digital, dan tumpukan protokol (protocol stack) yang cocok akan
14
membuat mereka mampu saling berkomunikasi dengan satu sama lain dan dengan
Node MCU pada dasarnya adalah pengembangan dari ESP 8266 dengan
firmware berbasis e-Lua. Pada Node MCU dilengkapi dengan micro usb port
yang berfungsi untuk power supply. Selain itu juga pada Node MCU di lengkapi
dengan push button yaitu tombol reset dan flash. Node MCU menggunakan
bahasa pemograman Lua yang merupakan package dari ESP 8266. Bahasa Lua
memiliki logika dan susunan software yang sama dengan Bahasa C hanya berbeda
syntax. Jika menggunakan bahasa Lua maka dapat menggunakan tool Lua loader
maupun Lua uploder. Selain dengan bahasa Lua Node MCU juga support dengan
software Arduino IDE dengan melakukan sedikit perubahan board manager pada
Arduino IDE. Sebelum digunakan board ini harus di flash terlebih dahulu agar
support terhadap tool yang akan digunakan. Jika menggunakan Arduino IDE
menggunakan firmware yang cocok yaitu firmware keluaran dari Ai-Thinker yang
adalah firmware Node MCU. Pada Gambar 2.3 merupakan gambar tampilan fisik
15
Untuk dapat mengetahui konfigurasi atau kegunaan setiap pin pada Node
MCU maka diperlukan data sheet dari ESP 8266 yang terdapat pada Gambar 2.4
Spesifikasi pada Node MCU ESP 8266 merupakan informasi umum yang
perlu diketahui. Berikut spesifikasi Node MCU ESP 8266 yang terdapat pada
Tabel 2.3.
16
2.2.6 Telegram
Telegram adalah salah satu aplikasi untuk komunikasi yang dapat di instal
pada IoS atau pada system android. Telegram sendiri memiliki tawaran fungsi
seperti chating, telephone, grup dan komunikasi lain nya. System yang disediakan
pada telegram adalah “bot father”. System tersebut dapat digunakan untuk
17
terus menerus yang memungkinkan kita untuk menghubungkan mesin, peralatan,
dan benda fisik lainnya dengan sensor jaringan dan aktuator untuk memperoleh
data dan mengelola kinerjanya sendiri, sehingga memungkinkan mesin untuk
berkolaborasi dan bahkan bertindak berdasarkan informasi baru yang diperoleh
secara independen. Internet Of Things atau sering disebut IoT adalah sebuah
gagasan dimana semua benda di dunia nyata dapat berkomunikasi satu dengan
yang lain sebagai bagian dari satu kesatuan sistem terpadu menggunakan jaringan
internet sebagai penghubung. misalnya CCT yang terpasang di sepanjang jalan
dihubungkan dengan koneksi internet dan disatukan di rung kontrol yang jaraknya
mungkin puluhan kilometer. atau sebuah rumah cerdas yang dapat dimanage lewat
smartphone dengan bantuan koneksi internet. pada dasarnya perangkat IoT terdiri
dari sensor sebagai media pengumpul data, sambungan internet sebagai media
komuniakasi dan server sebagai pengumpul informasi yang diterima sensor dan
untuk analisa. Ide awal Internet of Things pertama kali dimunculkan oleh Kevin
Ashton pada tahun 1999 di salah satu presentasinya. Kini banyak perusahaan
besar mulai mendalami Internet of Things sebut saja Intel, Microsoft, Oracle, dan
banyak lainnya. Banyak yang memprediksi bahwa pengaruh Internet of Things
adalah “the next big thing” di dunia teknologi informasi, hal ini karena IoT
menawarkan banyak potensi yang bisa digali. Contoh sederhana manfaat dan
implementasi dari Internet of Things misalnya adalah kulkas yang dapat
memberitahukan kepada pemiliknya via SMS atau email tentang makanan dan
minuman apa saja yang sudah habis dan harus restok lagi.
18
Perhitungan rata-rata dilakukan dengan menjumlah seluruh nilai
data suatu kelompok sempel, kemudian dibagi persentase error dengan
jumlah sempel tersebut. Rata-rata data dari semple tersebut dirumuskan
dalam Persamaan 2.1 :
n
Χ= ∑
xi
t =1 .......... ........................................................................2. 1
n
Keterangan :
X = Rata-rata.
∑ Xn = Nilai data.
n = banyak data.
2. Persentase Eror (%)
Persentase Eror ( kesalahan ) merupakan nilai yang didapat dari hasil selisih
antara rata-rata terhadap masing-masing data. Penjabaran rumus dari nilai eror
terdapat pada Persamaan 2.2 :
19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
20
1. Studi Literature
dilakukan. Sumber dapat berasal dari jurnal, artikel, atau buku sebagai
penelitian terdahulu.
2. Merancang Skematik
yang akan dibuat sehingga hasil dari alat akan dapat lebih maksimal.
Uji coba alat bertujuan untuk melakukan pengukuran dan pengujian alat
4. Pengambilan Data
Proses ini dapat dilakukan jika alat yang telah dibuat dapat bekerja dengan
Setelah alat berfungsi dengan baik dan didapatkan hasil pengambilan data,
6. Penulisan KTI
KTI berisi tentang latar belakang permasalahan alat, landasan teori dalam
perancangan alat, metode penelitian alat yang berisi diagram sistem, alat
21
3.2 Blok Diagram Sistem
Blok diagram system dibuat agar pembaca lebih mudah dalam memahami alat
yang dirancang. Berikut merupakan diagram sistem pada alat yang dapat dilihat
terdapat pada tegangan 220 Volt yang bersumber dari tegangan PLN.
tegangan keluaran adalah 5 Volt DC. Masukan pada system adalah asap yang
akan dibaca oleh sensor MQ-2 dan akan diteruskan ke Node MCU ESP 8266
dalam bentuk tegangan analog. Supaya sistem internet of things bekerja maka
dibutuhkan sinyal Wi-fi sebagai masukan pada Node MCU. Pada Node MCU
di atur menggunakan SSID dan password pada jaringan wifi yang akan
22
digunakan. Setelah terkoneksi dengan jaringan Wi-fi tersebut maka nilai
kadar gas CO yang diolah oleh Node MCU akan menampilkanya di LCD
Berikut merupakan diagram alir untuk dapat melihat alur kerja pada
23
Gambar 3. 3 Diagram Alir
Berdasarkan diagram alir pada Gambar 3.3 ketika proses dimulai maka
urutan perintah yang akan dilakukan oleh alat. Dengan menggunakan library
yang telah disetting pada software maka alat akan melakukan proses deteksi
asap yang ada pada ruangan. Setelah terdeteksi adanya asap maka sensor MQ-
2 akan melakukan pembacaan dan dikirimkan pada Node MCU ESP 8266
untuk dapat diproses supaya dapat tertampil pada layar LCD. Sinyal wifi yang
akan digunakan harus terdaftar pada software yang suudah diupload pada
Node MCU ESP 8266. Proses yang terjadi pada Node MCU adalah
pengolahan data digital ke analog dari keluaran sensor. Tidak hanya itu,
pembacaan sinyal wifi juga dilakukan oleh Node MCU ESP 8266 dengan
pemindaian nama user ID dan password serta kode token yang akan
dihubungkan pada laman telegram. Setelah nilai dapat tertampil pada layar
LCD maka dapat dilakukan proses selanjutnya yaitu pengiriman data melalui
sinyal wifi ke smartphone. Ketika kondisi data tidak dapat terkirimkan pada
maka pada aplikasi telegram akan menampilkan kondisi dan kadar yang
24
3.4 Diagram Mekanik
Berikut merupakan diagram mekanik sebagai gambaran fisik dari alat yang
yang akan dibuat. Sehingga terdapat gambaran bentuk fisik dari alat ini. Ukuran
yang digunakan untuk membuat kotak tersebut dengan panjang, lebar, tinggi
Pada proses perancangan alat peneliti membuat sebuah skematik yang terdiri
25
merupakan skematik rangkaian keseluruhan dan Gambar 3.6 merupakan
26
Gambar 3. 6 Rangkaian Layout Keseluruhan
27
Gambar 3. 8 Rangkaian Layout Node MCU ESP 8266
Rangkaian minimum sistem berfungsi sebagai otak pemroses dari
semua data. Jenis Node MCU (Mikrokontroller Unit) ini menggunakan jenis
ESP 8266 dengan setting pemograman Arduino IDE. Gambar 3.8 merupakan
gambar layout dari system Node yang dibuat.
28
Gambar 3. 10 Layout Power supply
29
2. Coding tampilan LCD ketika baru di ON kan
Sebelum alat mulai membaca nilai kadar ppm gas Karbon Monoksida
(CO) ditampilkan nama beserta NIM serta nama alat sebagai mode awal
alat saat menyala dan juga sebagai indicator proses koneksi sinyal Wi-Fi.
Code yang digunakan terdapat pada Tabel 3.2.
lcd.begin();
lcd.setCursor(0, 0);
lcd.print(" MONITORING ");
lcd.setCursor(0, 1);
lcd.print("CARBON MONOKSIDA");
delay(2000);
lcd.clear();
lcd.begin();
lcd.setCursor(0, 0);
lcd.print(" NURUL DWI S ");
lcd.setCursor(0, 1);
lcd.print(" 20183010096 ");
delay(2000);
lcd.clear();
Bot.set_debug(DEBUG_LEVEL_UTLGBOT);
Serial.begin(9600);
MQ-2.begin();
pinMode(BUZZER, OUTPUT);
// CONNECT WLAN:
WiFi.mode(WIFI_OFF);
delay(1000);
WiFi.mode(WIFI_STA);
WiFi.begin(WIFI_SSID, WIFI_PASS);
Serial.println("");
Serial.print("Connecting");
// Wait for connection ...
while (WiFi.status() != WL_CONNECTED) {
30
delay(500);
Serial.print(".");
}
Serial.println("");
Serial.print("Connected SSID: ");
Serial.println(WIFI_SSID);
Serial.print("Lokal-IP: ");
Serial.println(WiFi.localIP());
Bot.getMe();
31
Serial.println("V");
delay(1000);
lcd.setCursor(0, 1);
lcd.print("CO : ");
lcd.print(co);
lcd.print(" PPM");
lcd.setCursor(0, 0);
lcd.print("KADAR GAS CO");
// Check for Bot received messages
while (Bot.getUpdates())
{
if (strncmp(Bot.received_msg.text, "/start",
strlen("/start")) == 0)
{
Bot.sendMessage(Bot.received_msg.chat.id,
TEXT_START);
}
else if (strncmp(Bot.received_msg.text,
"/help", strlen("/help")) == 0)
{
Bot.sendMessage(Bot.received_msg.chat.id,
32
TEXT_HELP);
}
else if (strncmp(Bot.received_msg.text,
"/statusco", strlen("/statusco")) == 0)
{
String msg = "Statusco: ";
msg += co;
msg += " *ppm";
msg.toCharArray(buff, 100);
Bot.sendMessage(Bot.received_msg.chat.id,
buff);
if (co > 50) {
digitalWrite(BUZZER, HIGH);
Bot.sendMessage(Bot.received_msg.chat.id,
"Awas!!!");
}
if (co <= 50) {
digitalWrite(BUZZER, LOW);
Bot.sendMessage(Bot.received_msg.chat.id,
"Aman");
}
}
}
// Wait 1s for next iteration
delay(1000);
}
Untuk melakukan penelitian tugas akhir dibutuhkan beberapa alat dan bahan
Tertutup Dengan Monitoring Sistem IoT tersebut terdapat pada Tabel 3.6.
33
Tabel 3. 6 Alat
1. Bor 1 Buah
2. Toolset 1 Buah
3. Laptop 1 Buah
4. Solder 1 Buah
5. Gerinda 1 Buah
Tabel 3. 7 Bahan
1. PCB Secukupnya
3. Timah 1 Buah
5. Finil Secukupnya
6. Buzzer 1 buah
8. Smartphone 1 Buah
34
3.8 Teknik Kalibrasi Data
Sistem kalibrasi menggunakan dua metode dengan alat smart sensor carbon
monoksida sebagai alat kalibrator yaitu dengan metode karakterisasi sensor MQ-
Metode pengujian alat dilakukan untuk melihat peforma alat yang dibuat.
1. Pengujian sensor
Sensor diuji dengan melihat nilai tegangan yang dibaca sensor. Dan
dibandingkan dengan data sheet sensor.
2. Pengujian alat dilakukan dengan melihat dengan alat yang sebenarnya
yaitu Carbonmonoxide Analyzer. Pengambilan data dilakukan dengan
asap rokok yang berbeda merk.
3.10 Waktu
35
Literature
Merancang
Skematik
Uji Coba
Alat
Pengambilan
Data
Analisis
Kesimpulan
Penulisan
KTI
36
BAB 4
Penjelasan detail spesifikasi alat dan bentuk tampilan dari alat pendeteksi
gas Karbon Monoksida dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan 4.2 yang dirancang
oleh penulis dijelaskan sebagai berikut.
20
4.2. Standar Operasional Prosedur
Standar Operasional Prosedur merupakan langkah pengoperasian alat
sesuai yang dilakukan untuk memastikan dan menjaga alat agar tetap dalam
kondisi terbaik. Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam
mengoperasikan Alat Pendeteksi Gas Kabon Monoksida adalah sebagai
berikut:
A. Persiapan
a) Siapkan korek api, dan bahan uji.
b) Letakkan alat pada tempat yang datar.
c) Hubungkan kabel power pada sumber tegangan 220 VAC/50 Hz.
d) Hidupkan alat dengan menekan tombol power pada alat.
B. Pelaksanaan
a) Ketika alat sudah dalam keadaan hidup, maka layar LCD akan
menampilkan data.
b) Buatlah asap dengan melakukan pembakaran dari bahan yang
disiapkan.
c) Arahkan asap pada ruangan simulasi.
d) Sensor akan membaca kadar gas dan menampilkan pada laar LCD
e) Keadaan ketika kadar gas tinggi, maka buzzer akan berbunyi.
f) Alat akan berhenti berbunyi ketika kadar gas kembali normal
C. Pengemasan
a) Bersihkan asap pada ruang simulasi.
b) Matikan alat dengan menekan tombol power.
c) Lepaskan kabel power dari sumber listrik PLN 220 VAC/50 Hz.
d) Bersihkan alat dengan kain bersih.
Pada saat alat dihubungkan ke sumber tegangan 220 Volt, maka alat
tersebut siap untuk digunakan. Terdapat tombol ON/OFF yang berfungsi
untuk menyalakan alat. Ketika tombola tau switch di-On kan maka system alat
akan berfungsi. Tegangan 220 Volt akan mensuply trafo dan dialirkan untuk
21
dapat merubah tegangan AC 220 Volt menjadi tegangan DC dengan keluaran
atau output 5 Volt.
Buzzer yang terpasang pada kaki D3 yaitu pada Node MCU, akan
menjadi alarm ketika terdapat indikasi bahaya asap dengan kandungan CO
(Karbon Monoksida) yang mmelebihi ambang batas. buzzer akan berbunyi
selama kadar masih tinggi, dan ketika kadar sudah normal maka buzzer akan
mati sendiri, tidak ada tombol yang dapat mematikan bunyi buzzer. Tujuanya
adalah untuk menjadi life saving pada ruangan yang digunakan.
LCD akan memunculkan data yang dibaca oleh sensor dan telah diolah
oleh Node MCU. Tampilan pada LCD adalah “KADAR GAS CO” pada baris
pertama. Pada baris kedua terdapat tulisan kadar dengan satuan ppm.
22
4.4. Data Pengujian dan Hasil Pengujian
Data berikut ini adalah data yang diperoleh dari nilai pengukuran kadar asap
dari beberapa sumber asap yang diindikasi dapat terjadi pada ruangan yang
dibandingkan dengan alat Carbonmonoksida Analizer.
Pembahasan :
n
Rata-rata ¿ ∑ n ; jumlah data
k=0
23
= 4,833 Volt
5−4,833
= x100%
5
= 3,34 %
Nilai rata-rata pengukuran pada power supply adalah 4,833 Volt dengan
nilai error yaitu 3,34%.
24
10. 28 18,07 ppm 0,09 Volt
Pada grafik, memiliki bentuk yang terus meningkat setiap 2 detiknya. Hal
ini dipengaruhi oleh peningkatan nilai kadar gas Karbon Monoksida (CO) dengan
satuan ppm yang tertulis pada tabel diatas. Maka nilai tegangan sensor akan
meningkat berbanding lurus dengan peningkatan kadar gas Karbon Monoksida
(CO). Jadi, semakin tinggi nilai tegangan maka akan semakin tinggi nilai kadar
gas Karbon Monoksida (CO) yang terbaca oleh sensor. Berdasarkan teori, terdapat
perhitungan secara matematis yang dibahas pada dibawah ini.
Pembahasan :
n x Vin
X=
1023
2 ppm x 5 Volt
X=
1023
10
X=
1023
X = 0,0097 Volt
25
Berdasarkan hasil perhitungan matematis, menghasilkan nilai tegangan sensor
0,01 Volt.
Untuk dapat mengetahui nilai kadar gas Karbon Monoksida (CO) maka
diperlukan indikator yaitu asap. Terdapat beberapa indikator asap yang
digunakan yaitu asap rokok filter, asap rokok non filter, asap pembasmi
serangga dan asap pembakaran kertas. Data uji fungsi alat ditampilkan dalam
bentuk tabel dan grafik untuk memudahkan menganalisa data.
26
6. 12 detik 12,50 ppm 13 ppm Tidak 3,8 % Terkoneksi
7. 14 detik 14,45 ppm 15 ppm Tidak 3,6 % Terkoneksi
8. 16 detik 27,10 ppm 28 ppm Tidak 3,2 % Terkoneksi
9. 18 detik 35,60 ppm 37 ppm Tidak 3,7% Terkoneksi
10. 20 detik 48,00 ppm 47 ppm Tidak 2,0 % Terkoneksi
Rata- rata error 3,24 %
40
30
20
10
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Waktu (detik)
Alat TA CO Analizer
Pembahasan :
Nilai error dari data diatas yaitu dengan nilai ukur kadar (ppm) pada
alat pembanding adalah 2 ppm. Sedangkan pada alat yang dibuat
mengukur kadar gas CO sebesar 2,03 ppm.
nilai ukur alat −nilai Sebenarnya
Persentase(%) = x100%
nilai sebenarnya
27
2 ,03−2
= x100%
2
= 1,5 %
Jadi, nilai eror pada pembacaan gas Karbon Monoksida dengan asap
rokok filter pada kadar 2 ppm adalah 1,5%.
28
Grafik Pembacaan Kadar CO Asap Rokok non Filter
80
70
Nilai Kadar CO (ppm)
60
50
40
30
20
10
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Waktu (detik)
Alat TA Series 2
29
(detik) pada alat pada CO
analyzer
1. 2 detik 0,02 ppm 0 Ppm Tidak 2% Terkoneksi
2. 4 detik 0,03 ppm 0 Ppm Tidak 3% Terkoneksi
3. 6 detik 2,10 ppm 2 Ppm Tidak 4,7 % Terkoneksi
4. 8 detik 3,13 ppm 3 Ppm Tidak 4,15 % Terkoneksi
5. 10 detik 4,84 ppm 5 Ppm Tidak 3,2 % Terkoneksi
6. 12 detik 5,00 ppm 5 Ppm Tidak 0% Terkoneksi
7. 14 detik 5,72 ppm 6 Ppm Tidak 4,6 % Terkoneksi
8. 16 detik 6,10 ppm 6 Ppm Tidak 1,6 % Terkoneksi
9. 18 detik 7,20 ppm 7 Ppm Tidak 2,7 % Terkoneksi
10. 20 detik 8,14 ppm 8 Ppm Tidak 1,7 % Terkoneksi
Rata-rata error 2,8%
5
4
3
2
1
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Waktu (detik)
Alat TA CO Analizer
30
rata-rata error adalah 2,8 %.
Pembahasan :
Nilai error dari data diatas yaitu dengan nilai ukur kadar (ppm) pada
alat pembanding adalah 8 ppm. sedangkan pada alat yang dibuat
mengukur kadar gas CO sebesar 8,14 ppm.
nilai ukur alat −nilai Sebenarnya
Persentase(%) = x100%
nilai sebenarnya
8−8 ,14
= x100%
8 ,14
= 1,7 %
Jadi, presentase nilai eror pembacaan gas Karbon Monoksida dengan
asap pembasmi serangga adalah 1,7% pada kadar 8 ppm.
31
Chart Title
30
25
20
15
10
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Berdasarkan data tabel dan grafik nilai tertinggi pada pembacaan kadar gas
CO dengan asap pembakaran kertas adalah 23 ppm yang dibaca oleh alat Tugas
Akhir. Dan nilai terendah adalah 1,02 ppm pada pembacaan alat Tugas Akhir.
Rata-rata error pada pembacaan kadar gas CO adalah 1,75%
Pembahasan :
Nilai error dari data diatas yaitu dengan nilai ukur kadar (ppm) pada
alat pembanding adalah 5 ppm.. sedangkan pada alat yang dibuat
mengukur kadar gas CO sebesar 4,95 ppm.
nilai ukur alat −nilai Sebenarnya
Persentase(%) = x100%
nilai sebenarnya
5−4 , 95
= x100%
5
=1%
Jadi, nilai presentase pembacaan gas Karbon Monoksida pada asap
pembakaran kertas adalah 1 % pada kadar 23 ppm.
32
4.6. Data Uji Kelayakan Alat
Untuk dapat mengetahui kelayakan alat maka dilakukan pengukuran gas
dengan menggunakan asap rokok dengan filter. Perlakuan pada penelitian ini
adalah jarak 2 cm antara sensor MQ-2 dengan sumber asap dan diukur selama
20 kali dengan rentan waktu 2 detik. Data uji kelayakan alat terdapat pada
Tabel 4.7.
33
6. 12 detik 12,60 ppm 13 ppm Tidak 3,0 % Terkoneksi
7. 14 detik 14,45 ppm 15 ppm Tidak 3,6 % Terkoneksi
8. 16 detik 20,10 ppm 22 ppm Tidak 3,2 % Terkoneksi
9. 18 detik 25,60 ppm 28 ppm Tidak 4.8 % Terkoneksi
10. 20 detik 31,76 ppm 33 ppm Tidak 3,7 % Terkoneksi
11. 22 detik 35,00 ppm 36 ppm Tidak 2,7 % Terkoneksi
12. 24 detik 36,45 ppm 38 ppm Tidak 4,0 % Terkoneksi
13. 26 detik 42,98 ppm 45 ppm Tidak 4,4 % Terkoneksi
14. 28 detik 47,32 ppm 48 ppm Tidak 1,4 % Terkoneksi
15. 30 detik 47,73 ppm 49 ppm Tidak 2,5 % Terkoneksi
16. 32 detik 49,66 ppm 52 ppm Tidak 4,5 % Terkoneksi
17. 34 detik 54,78 ppm 56 ppm Nyala 2,1 % Terkoneksi
18. 36 detik 59,90 ppm 63 ppm Nyala 4,9 % Terkoneksi
19. 38 detik 61,89 ppm 65 ppm Nyala 4,7 % Terkoneksi
20. 40 detik 69,63 ppm 72 ppm Nyala 3,2 % Terkoneksi
Berdasarkan pengambilan data yang disajikan pada tabel diatas, nilai kadar
gas Karbon Monoksida semakin lama semakin meningkat. Nilai kadar gas Karbon
Monoksida terkecil yang terbaca oleh alat pembanding adalah 2 ppm dan pada
alat Tugas Akhir adalh 2,03 ppm. Nilai kadar gas Karbon Monoksida tertinggi
selama 40 detik pada alat pembanding adalah 72 ppm dan pada alat Tugas Akhir
adalah 69,63 ppm. Nilai selisih dari pembacaan gas Karbon Monoksida dapat
dikatakan kecil dengan nillai dibawah 5%.
34
Gambar 4. 8 Proses Connecing ke Wi-Fi
Untuk dapat digunakan, alat harus terhubung dengan sinyal Wi-Fi terlebih dahulu.
Username dan password Wi-Fi terlebih dahulu di tambahkan pada coding. Setelah
itu, ketika alat dalam kondisi ON maka secara otomatis alat akan menghubungkan
ke sinyal Wi-Fi tersebut. Pada Gambar 4.8 yaitu proses mengkoneksikan alat
dengan sinyal Wi-Fi`
Gambar 4. 9 Terkoneksi
Setelah alat terkoneksi, maka tertampil pada layar LCD yaitu “Connected” dan
siap untuk digunakan. Lamanya pengkoneksian tergantung pada kecepatan sinyal
Wi-Fi yang dihubungkan dengan alat.
35
Gambar 4. 11 Tampilan pada Telegram
Setelah terkoneksi maka layar LCD akan menampilkan kadar yang dibaca
oleh sensor seperti tampilan pada Gambar 4.10. Nilai kadar tersebut juga
dapat dilihat menggunakan aplikasi telegram dengan mencari username
“Kadar Gas CO”. dan tampilan pada laman Telegram tersebut terdapat pada
Gambar 4.11.
Pembahasan :
n
Rata-rata error : ∑ n ; jumlah data
k=0
: 66,8 : 20
: 3,34%
Error yang didapatkan dari pengambilan data dengan menggunakan asap
rokok filter adalah 3,34%. Nilai kadar gas Karbon Monoksida (CO) semakin
lama maka akan semakin meningkat. Pada detik ke 40 terdapat nilai kadar
tertinggi yaitu 69,63 ppm untuk pembacaan nilai alat dan pada kadar 72 ppm
pembacaan pada alat CO analizer. Nilai rata-rata error tersebut merupakan
nilai presentase selisih antara alat pendeteksi dan alat pembanding atau CO
analizer.
4.7. Analisa
Berdasarkan pengujian diatas, menghasilkan data dengan beberapa
36
indicator asap yang berbeda. Pengujian tersebut dilakukan dengan
menggunakan asap rokok filter, asap rokok non-filter, asap pembasmi
serangga (kertas) dan asap kertas. Dengan menggunakan perlakuan yang
sama yaitu dilakukan sebanyak 10 kali untuk setiap indicator dan pencatatan
dengan delay atau jeda wwaktu selama 2 detik, dihasilkan beberapa analisa.
Kadar pada asap rokok non-filter memiliki nilai yang cukup tinggi
dibandingkan dengan indicator yang lain pada detik ke-20 yaitu 73,13 ppm
yang terbaca pada alat Tugas akhir dan 75 ppm yang terbacaa pada CO
analyzer. Sedangkan nilai yang terendah untuk pengukuran pada detik ke-20
adalah adalah asap pembasmi serangga. Tercatat dengan nilai yang dibaca
pada alat Tugas Akhir adalah 8,14 ppm dan 18 ppm pada CO analyzer. Hal
ini dikarenakan kadar pada asap pembakaran pembasmi serangga lebih
rendah. Berdasarkan penelitian sebelumnya, kadar gas CO dari asap
pembakaran pembasmi serangga lebih kecil dibandingkan dengan asap
pembakaran rokok. Kadar gas CO dari asap pembakaran kertas lebih besar
dari kadar gas dari pembakaran pembasmi serangga. Dari penelitian diatas
nilai error yang dihasilkan masih dalam range yaitu dibawah 5%.
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan maka dapat diambil kesimpulan
yaitu :
1. Alat pendeteksi gas Karbon Monoksida (CO) dapat bekerja dengan
baik. Dengan menggunakan system IoT dapat dioperasikan sesuai
dengan kerjanya.
2. Alat dapat terkoneksi dengan sinyal Wi-Fi.
3. Alat dapat memonitoring gas Karbon Monoksida (CO) dengan baik
yang ditampilkan pada layar LCD.
4. Sistem Bot Telegram dapat bekerja dengan baik sesuai dengan
fungsinya yaitu menyediakan laman untuk mengakses nilai kadar gas
Karbon Monoksida (CO) yang terbaca.
5. Alat dapat memberikan nilai kadar gas Karbon Monoksida (CO) yang
terbaca ke dalam aplikasi Telegram.
6. Berdasarkan data penelitian, asap rokok non-filter lebih banyak
mengandung gas Karbon Monoksida (CO).
5.2. Saran
Saran dari penelitian ini adalah :
1. Gunakan sensor yang lebih peka terhadap gas Karbon Monoksida.
2. Dapat menggunakan aplikasi khusus untuk mengakses nilai kadar gas
Karbon Monoksida (CO) sekitar.
3. Dapat dilakukan efisiensi tampilan fisik supaya lebih efektif dalam
penempatan dan juga penggunaan.
4. Dapat ditambahkan menggunakan jaringan nirkabel untuk
menyalakan alat, seperti penggunaan baterai.
20
DAFTAR PUSTAKA
Alat Monitoring Kadar Udara Bersih Dan Gas Berbahaya Co, Co2, Dan
Berbasis Arduino Dan Android,” Pros. Semin. Nas. Penelit. dan Pengabdi.
2018.
20
Karbon Monoksida,” vol. 2, no. 3, pp. 62–71, 2018.
10.20473/jkl.v10i1.2018.59-69.
[10] A. I. Press et al., “Jurnal Ilmiah Setrum,” vol. 8, no. 1, pp. 134–143, 2019.
[11] Muhammad Jaffar Siddiq, “Pengertian dan Prinsip Kerja dari LCD (Liquid
[12] “Mobile Application , arduino NodeMCU ESP8266.,” vol. 16, no. 1, 2020.
21
LAMPIRAN
1. Coding Keseluruhan
#include <LiquidCrystal_I2C.h>
char buff[100];
#include <MQ2.h>
MQ2 mq2(pin);
float co;
float smoke;
// Custom libraries
#include <utlgbotlib.h>
#define DEBUG_LEVEL_UTLGBOT 0
"\n"
22
// Telegram Bot /help text message
"Available Commands:\n"
"\n"
uTLGBot Bot(TLG_TOKEN);
void setup(void)
//lcd
lcd.begin();
lcd.setCursor(0, 0);
lcd.setCursor(0, 1);
delay(5000);
lcd.clear();
lcd.setCursor(0, 0);
lcd.print("ALAT PENDETEKSI");
lcd.setCursor(0, 1);
lcd.print("CARBON MONOKSIDA");
delay (5000);
lcd.clear();
Bot.set_debug(DEBUG_LEVEL_UTLGBOT);
Serial.begin(9600);
mq2.begin();
pinMode(BUZZER, OUTPUT);
23
//pinMode(BUZZER1, OUTPUT);
// CONNECT WLAN:
WiFi.mode(WIFI_OFF);
delay(1000);
WiFi.mode(WIFI_STA);
WiFi.begin(WIFI_SSID, WIFI_PASS);
Serial.println("");
Serial.print("Connecting");
lcd.setCursor(0, 0);
lcd.print("Connecting......");
lcd.setCursor(0, 1);
lcd.print("Waiting Please!!");
delay(500);
Serial.print(".");
Serial.println("");
Serial.println(WIFI_SSID);
Serial.print("Lokal-IP: ");
Serial.println(WiFi.localIP());
lcd.setCursor(0, 0);
lcd.setCursor(0, 1);
Bot.getMe();
24
void loop()
co = mq2.readCO();
//rumus voltase
Serial.print(X);
Serial.println("V");
Serial.print(Y);
Serial.println("V");
delay(1000);
//program lcd
//lcd.setCursor(0, 0);
lcd.setCursor(0, 0);
lcd.print("CO : ");
lcd.print(co);
lcd.print(" PPM");
lcd.setCursor(0, 1);
lcd.print("ASAP : ");
lcd.print(smoke);
lcd.print(" PPM");
while (Bot.getUpdates())
25
Serial.println("");
Serial.println("Received message:");
Serial.println(Bot.received_msg.text);
Serial.println("");
Bot.sendMessage(Bot.received_msg.chat.id, TEXT_START);
Bot.sendMessage(Bot.received_msg.chat.id, TEXT_HELP);
//program co
msg += co;
msg += smoke;
msg.toCharArray(buff, 100);
Bot.sendMessage(Bot.received_msg.chat.id, buff);
digitalWrite(BUZZER, HIGH);
26
digitalWrite(BUZZER, LOW);
digitalWrite(BUZZER, HIGH);
digitalWrite(BUZZER, LOW);
delay(1000);
2. Proses Pembuatan
27
3. Hasil
28
29