Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

KIMIA INDUSTRI

Diajukan Sebagai Syarat dalam Memperoleh Nilai Praktikum

Disusun Oleh:

Kelompok 1
02TIDE008/2023/GENAP

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023
LEMBAR IDENTITAS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
KIMIA INDUSTRI

Disusun Oleh :

NAMA NIM
Teguh Dwi Saputra 221010800590
Fahar Gusti Dini Saputra 221010800392
Mu Arif Rahman Sidiq 221010800656
Kristian Saputra 221010800638
Gilang Ariangga Putra 221010800586
Fikri Akbar Surya Ilham 221010800627

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun untuk melengkapi salah satu syarat mengikuti pelaksanaan


praktikum Kimia Industri.
Judul laporan : Praktikum Kimia Indusri
Kelompok : 1 (Satu)
Kelas : 02TIDE008

Menyatakan bahwa laporan praktikum Kimia Industri yang kami buat :

1. Merupakan hasil karya tulis (asli) sendiri, bukan merupakan karya yang
pernah diajukan oleh pihak lain, dan bukan merupakan hasil plagiat atau
hasil fotokopi.
2. Kami izinkan untuk dikelola oleh Universitas Pamulag dan
Laboratorium Teknik Industri sesuai dengan norma hukum dan etika
yang berlaku.
Pernyataan ini kami buat dengan penuh tanggung jawab dan kami bersedia
menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku apabila di
kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Ketua Kelompok Assisten Laboratorium

Mu Arif Rahman Sidiq Dhuha Sekar Fitriani

Menyetujui Mengetahui
Dosen Praktikum Ketua Laboratorium Teknik Industri

Niera Feblidiyanti, S.T., M.M Adi Candra, S.T., M.T.


NIDN. 04 220288 03 NIDN. 04 280989 03
LEMBAR PENILAIAN

JUDUL PRAKTIKUM PRAKTIKUM KIMIA INDUSTRI


TANGGAL PRAKTIKUM 5 MARET 2023 – 4 JUNI 2023
Mu Arif Sidiq 221010800656
Teguh Dwi Saputra 221010800590
Kristian Saputra 221010800638
Gilang Ariangga Putra 221010800586
NAMA / NIM
Fahar Gusti Dini Saputra 221010800392
Fikri Akbar Surya Ilham 221010800627
KELAS 02TIDE008
KELOMPOK 1 (Satu)
ASSISTEN Dhuha Sekar Fitriani

LABORATORIUM Carlanda Ifani


DOSEN LABORATORIUM Niera Feblidiyanti, S.T., M.M
NILAI LAPORAN

PRAKTIKUM
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Tugas Praktikum Kimia Industri di Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Industri Universitas Pamulang. Dengan segala
keterbatasan, penulis menyadari pada laporan ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
sebagai penulis menyampaikan ucapan teima kasih kepada:
1. Dr. (H.C). H. Darsono, selaku ketua Yayasan Sasmita Jaya;

2. Dr. E. Nurzaman AM, M.M., M.Si selaku Rektor Universitas Pamulang;

3. Bapak Syaiful Bakhri, S.T., M.Eng, Sc, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Pamulang;
4. Ibu Rini Alfatiyah, S.T., M.T., CMA, selaku Ketua Program Studi Teknik
Industri Universitas Pamulang yang selalu memberikan arahan, dorongan,
dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini dengan baik;
5. Bapak Adi Candra, S.T., M.T, selaku Ketua Laboratorium Teknik
Industri Universitas Pamulang;
6. Ibu Niera Feblidiyanti, S.T., M.M selaku dosen praktikum Kimia Industri
yang telah memberikan berkah ilmu sehingga penulis dapat menyusun
laporan;
7. Dhuha Sekar Fitriani dan Carlanda Ifani selaku Asisten Laboratorium Mata
Kuliah Praktikum Kimia Industri yang telah memberikan masukan, dorongan,
dan pengarahannya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini dengan baik;
8. Teman-teman khususnya kelas 02TIDE008 yang telah membantu dalam
menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Industri;
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan praktikum.
Penulis sadar bahwa dalam laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan.
Kekurangan tersebut tentunya dapat dijadikan peluang untuk peningkatan
laporan selanjutnya. Akhirnya, penulis tetap berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca

Tangerang Selatan, 15 Juni 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................
LEMBAR PENILAIAN............................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................
DAFTAR TABEL......................................................................................................
PERTEMUAN 1 PENGOLAHAN AIR BERSIH.................................................
A. TUJUAN PRAKTIKUM...............................................................................
B. TEORI ATAU PRINSIP DASAR PRAKTIKUM........................................
C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM.......................................
D. LEMBAR KERJA.........................................................................................
E. REFERENSI..................................................................................................
PERTEMUAN 2 PEMBUATAN SABUN PEMBERSIH LANTAI....................
A. TUJUAN PRAKTIKUM...............................................................................
B. TEORI ATAU PRINSIP DASAR PRAKTIKUM........................................
C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM.......................................
D. LEMBAR KERJA.........................................................................................
E. REFERENSI..................................................................................................

PERTEMUAN 3 PEMBUATAN SOFTENER PELEMBUT PAKAIAN..........


A. TUJUAN PRAKTIKUM...............................................................................
B. TEORI ATAU PRINSIP DASAR PRAKTIKUM........................................
C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM.......................................
D. LEMBAR KERJA.........................................................................................
E. REFERENSI..................................................................................................

PERTEMUAN 4 PEMBUATAN PASTA PUTIH SABLON...............................


A. TUJUAN PRAKTIKUM...............................................................................
B. TEORI ATAU PRINSIP DASAR PRAKTIKUM........................................
C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM.......................................
D. LEMBAR KERJA.........................................................................................
E. REFERENSI..................................................................................................

PERTEMUAN 5 PEMBUATAN SABLON BERWARNA..................................


A. TUJUAN PRAKTIKUM...............................................................................
B. TEORI ATAU PRINSIP DASAR PRAKTIKUM .......................................
C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM ......................................
D. LEMBAR KERJA ........................................................................................
E. REFERENSI .................................................................................................

PERTEMUAN 6 TEKNIK PENYABLONAN MANUAL...................................


A. TUJUAN PRAKTIKUM ..............................................................................
B. TEORI ATAU PRINSIP DASAR PRAKTIKUM........................................
C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM.......................................
D. LEMBAR KERJA ........................................................................................
E. REFERENSI..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
FORM KUISIONER PENILAIAN KELOMPOK
DAFTAR GAMBAR

i
x
DAFTAR TABEL
PERTEMUAN 1

PENGELOLAAN AIR BERSIH

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Pada pertemuan ini membahas tentang pengolahan air bersih.


Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui apakah tawas, batu krikil, pasir, dan
ijuk dapat mempengaruhi pengolahan air bersih. Selain itu mahasiswa di
harapkan dapat memanfaatkan serta mengimplementasikan proses pengolahan
air bersih dalam kehidupan sehari-hari.

B. TEORI DAN PRINSIP DASAR PRAKTIKUM

Pengertian Air Bersih Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum, pada Bab 1 tentang pengembangan sistem penyediaan air minum, Pasal 1,
Ayat 1 yang berbunyi “Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya
disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan,
cekungan air tanah dan atau air hujan yangmemenuhi baku mutu tertentu sebagai
air baku untuk air minum”. Ada beberapa persyaratan yang perlu diketahui
mengenai kualitas air tersebut baik secara fisik, kimia dan juga mikrobiologi.
Syarat air bersih persayaratan yang harus dipenuhi dalam sistem penyediaan
air bersih. adalah persyaratan kualitatif, yang meliputi syarat fisik, kimia, biologis
dan radiologist. Syarat kualitatif adalah persyaratan yang menggambarkan kualitas
dari air baku (air bersih). Persyaratan ini meliputi syarat fisik, kimia, biologis dan
radiologis.
Syarat air bersih yaitu:

1. Kejernihan dan karakteristik alirannya.

2. Rasa dalam air yang bersih tidak terdapat seperti rasa asin, manis, pahit dan
asam. Begitu pula terhadap bau.
3. Turbiditas merupakan suatu ukuran yang menyatakan sampai seberapa jauh
cahaya mampu menembus air.
4. Temperatur.
18

5. pH air permukaan air biasanya berkisar antara 6,5–9,0 pada kisaran tersebut air
bersih masih layak untuk diminum dengan dimasak terlebih dahulu.
6. Salinitas, didefinisikan sebagai total padatan dalam air setelah semua karbonat
dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida diganti dengan klorida,
dan semua bahan organik telah dioksidasi.
7. Kelarutan oksigen atmosfer dalam air segar/tawar berkisar dari 14,6mg/liter
pada suhu 0⸰C hingga 7,1mg/ liter pada suhu 35⸰C pada tekanan satu
atmosfer.
8. BOD didefinisikan sebagai jumlah oksigen (mg/l) yang diperlukan oleh
bakteri untuk mendekomposisikan bahan organik (hingga stabil) pada kondisi
aerobik.
9. Suspended Solid adalah padatan yang terkandung dalam air dan bukan
merupakan larutan.
10. Nitrogen, Senyawa Toksik, Zat organic, CO2 Agresif

11. Kesadahan adalah sifat air yang disebabkan oleh air karena adanya ion valensi

12. Kalsium, Besi, Tembaga (Cu), Seng (Zn), Chlorida (Cl), Flourida (F), Nitrit

13. Konduktivitas atau daya hantar panas

14. Pesistivitas

15. PTT atau TDS

Pengolahan Air Bersih Standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia
saat ini menggunakan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air dan PP RI No.82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, sedangkan standar
kualitas air minum menggunakan Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Metode pengolahan
air bersih ini dapat disebut juga sebagai metode filtrasi, yang mana bertujuan
untuk memurnikan kualitas air yang sebelumnya kotor menjadi bersih.
19

C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM

a. Alat dan bahan yang digunakan dalamproses pengelolaan air bersih


Tabel 3 1 alat dan bahan pengelolaan air bersih

No. Nama Alat Fungsi Gambar

Botol Aqua
Ukuran
1. Tempat air kotor
600 ml

Bahan untuk
2 Ijuk menyaring/memfilter
air keruh

Bahan untuk
3 Pasir Bersih menyaring/memfilter
air keruh
20

Bahan untuk
menyaring/memfilter
4 Batu Krikil
air keruh

Untuk
menghilangkan
5 Tawas kandungan penyebab
warna dan kekeruhan
dalam air

Untuk memotong
6 Cutter
botol aqua
21

7 Air Kotor Bahan Uji

Untuk menyaring Air


8 Kain Penyaring
Kotor

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)

b. Prosedur dan Mekanisme dalam proses pengelolaan air bersih

1. Potong botol menjadi 2 bagian

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)


Gambar 1. 1 memotong botol menjadi 2 bagian

2. Susun bagian bawah botol dengan memasukan Pasir, ijuk, krikil dan
saringan kain
22

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)

Gambar 1. 2 menyusun bahan-bahan

3. Campurkan air kotor dengan serbuk tawas

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)

Gambar 1. 3 campuran air kotor dan tawas

4. Susun bagian bawah botol diatas tutup botol, kemudian masukan air
kotor secara perlahan dan lakukan penyaringan

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)

Gambar 1. 4 proses penyaringan

5. Tunggu hingga proses penyaringan air kotor menjadi air bersih


23

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)

Gambar 1. 5 menunggu proses penyaringan air bersih

6. Jika air sudah bersih maka pratikum tersebut berhasil.

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)

Gambar 1. 6 hasil akhir


24

D. LEMBAR KERJA

LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI


UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, TangerangSelatan,
Banten.
Kode Pos 15417 Email: labindustri27@gmail.com

LEMBAR PRAKTIKUM

A. PROSEDUR DAN MEKANISME DALAM PROSES


PENGELOLAAN AIR BERSIH
1. Potong botol menjadi 2 bagian

2. Susun bagian bawah botol dengan memasukan Pasir, Batu, lalu kerikil

3. Campurkan air kotor dengan serbuk tawas

4. Susun bagian bawah botol diatas tutup botol, kemudian masukan air
kotor secara perlahan dan lakukan penyaringan
5. Jika dalam penyaringan air masih kotor maka lakukanlah proses
secara berulang sampai air bersih
6. Hasil berupa air kotor menjadi lebih bersih

B. KESIMPULAN

Dari praktikum pertemuan 3 ini, kelompok 1 mengambil kesimpulan


bahwa kita dapat membuat air kotor menjadi bersih dengan alat
seadanya melalui proses filtrasi.
Kita simpulkan pada praktikum ini proses penyaringan sederhana
yang dilakukan oleh ijuk, pasir, kerikil akan menghasilkan air yang
lebih bersih dibandingkan sebelumnya dengan bantuan tawas sebagai
penjernih air. Dalam praktikum kali ini, saat penuangan air kotor
kedalam penyaringan air sederhana yang sudah disiapkan
sebelumnya harus dilakukan secara perlahan dikarenakan
penyaringan yang kami buat merupakan penyaringan yang sederhana
sehingga ketika air kotor itu dituangkan ke dalam penyaringan maka
pasir yang termasuk kedalam salah satu komponen penyaringan akan
ikut turun bersama air yang masih kotor.
E.REFERENSI

Kusuma, A. (2015). Rancang Bangun alat pengolah air gambut sederhana


sebagai SOLUSI permasalahan air bersih masyarakat pedesaan.
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, 3(1).
Zulhilmi, Z., & Idawati, I. (2019). Pengelolaan Konsumsi Air Bersih Pada
rumah tangga di kecamatan peudada kabupaten bireun. Jurnal
Serambi Akademica,7(5), 657.

koirunisa, N. (2020, February 18). Pentingnya Air Bersih dan 8 manfaatnya –


Adi, B. (2021). Kegunaan Tawas dalam proses penjernihan air.

UTAMAWATER FILTER. Retrieved October 9, 2022,


Iskandar, Y., Wahyuni, R. S., Rohmat, R., Darwis, R., & Oktaviani, I. (2022).
Filtrasi Air Dengan menggunakan alat sederhana untuk
menghasilkan air bersih bagi warga desa cikurutug kecamatan
Cireunghas. PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada
Masyarakat, 7(1), 74–79.
Noviyanti, E., & Setiawan, R. P. (2014). Penyediaan Air Bersih Pada
Kawasan Rawan Air Bersih di pesisir Utara Lamongan. Jurnal
Tataloka, 16(2), 116.doi:10.14710/tataloka.16.2.116-132

Hadipuro, W. (2007). Dampak privatisasi air bersih perkotaan bagi


Masyarakat Kaitannya Dengan UU Sumber daya air. Unisia,
30(63), 24–38.

50
PERTEMUAN 2

PEMBUATAN SABUN

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari praktikum pembuatan sabun cuci tangan cair adalah untuk
mengetahui proses pembuatan sabun cuci tangan cair dan mengetahui kualitas
sabun cuci tangan cair.dan mengetahi zat zat yg di campurkan apa saja supaya kita
mengetahui dan tau perbedaannya sabun untuk apa saja.

B. TEORI DAN PRINSIP DASAR PRAKTIKUM

Sabun merupakan salah satu kebutuhan penting masyarakat dalam kehidupan


sehari-hari. Sabun bekerja sebagai agen pembersih yang memisahkan dan
melarutkan minyak dan zat pengotor lainnya. Dilihat dari bentuk fisiknya, sabun
yang paling banyak digunakan adalah sabun padat dan cair. Saat ini, sabun
berbentuk cair lebih diminati oleh masyarakat.
Hal ini dapat dilihat berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik, dari tahun 2011 hingga 2012 yang menunjukkan volume ekspor sabun
cair di Indonesia meningkat sebesar 11,32 %. Minat masyarakat yang besar pada
sabun cair dari pada sabun padat disebabkan oleh kelebihan dari sabun cair
sendiri. Sabun cair biasanya ditempatkan dalam wadah sehingga lebih praktis
untuk dibawa, higenis, mudah digunakan, lebih banyak membuat busa, dan
memiliki pH yang cenderung lebih rendah sehigga tidak membuat kulit kering.
Kekurangan dalam penggunaan sabun cair antara lain harga yang lebih mahal dan
pemakaian yang lebih boros. Di sisi lain, sabun batang memiliki harga jual yang
murah dan hemat pada pemakaiannya namun sabun batang memerlukan lebih
banyak air saat penggunaaanya, mudah tercemar karena dipakai bergantian, licin
dan mudah cair, memiliki pH yang tinggi, dan sulit untuk di bawa. Seiring
jalannya waktu, jenis sabun cair yang beredar semakin bervariasi seperti misalnya,
sabun mandi, sabun cuci muka, dan sabun cuci tangan. Sabun cucitangan
termasuk sabun yang paling

51
52

banyak di pakai karena kulit tangan adalah bagian kulit yang paling sering
digunakan sehingga sangat rawan terkontaminasi.
Dalam hal memebersihkan telapak tangan tidak cukup hanya menggunakan
air saja, karena telapak tangan juga butuh sabun khusus agar mendapatkan hasil
yang maksimal. Salah satunya produk sabun cuci tangan merupakan produk yang
menjadi kebutuhan pokok setiap orang. Maka dari itu, perkembangan industri
pembuatan sabun cuci tangan bisa menjadi peluang usaha untuk kedepannya
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan
pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan
senyawaalkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk
menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik.
Bahan pendukung yang umumdipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya
natrium klorida, natriumkarbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.Sabun
dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:Reaksi penyabunan
(saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksitrigliserida dengan
alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi
penyabunan dapat ditulis sebagai berikut: C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3
+ 3 NaOOCR Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun
sebagai produk utamadan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai
produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk
dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan beratmolekul rendah akan lebih mudah
larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras.

52
53

C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM


a. Berikut meruapakan alat serta bahan yang digunakan dalam proses
pembuatan sabun
Tabel 2.1 alat dan bahan pembuatan sabun

No Nama Fungsi Alat dan bahan

Sebagai tempat

1 Wadah mencampurkan bahan-


bahan.

Sebagai alat untuk


mengaduk atau

2 Pengaduk mencampurkan bahan-


bahan.

Sebagai bahan baku

3 Texapon utama dalam pembuatan


sabun.

Sebagai pengental
dalam proses
pembuatan sabun
sekaligus berfungsi
4 NaCl
sebagai pengangkat
kotoran.

Sebagai pengangkat
5 Citric Acid lemak pada tangan.

53
54

Gliserin berfungsi
sebagai pelembab pada
6 Gliserin
tangan.

Sebagai pengawet pada


7 EDTA
sabun.

Sebagai pembunuh
8 Alkohol bakteri pada sabun.

Memberikan wangi
9 Pewangi harum pada
sabun.

Guna mewarnai sabun


yang akan kita buat atau

10 Pewarna untuk menambah kesan


menarik pada sabun.

54
55

Mencampurkan bahan
11 Air bahan agar menjadi
satu.

Wadah untuk
12 Botol Kosong menyimpan sabun yang
sudah jadi.

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)

b. Proses Pembuatan Sabun


1. Siapkan wadah yang akan digunakan

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)


Gambar 2.1 wadah yang digunakan

2. Masukkan 100 gr Txapon dan 50 gr NaCL, lalu aduk hingga tercampur

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)

Gambar 2.2 masukkan texapon dan NaCl

55
56

3. Masukan air 1 Liter secara perlahan, sambal di aduk secara merata

Sumber : Dokumen probadi kelompok 1)

Gambar 2.3 memasukan air ke dalam campuran

4. Campurkan citric acid 2,5 gram dan EDTA 5 gram, lalu aduk hingga
merata

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)

Gambar 2.4 masukkan citric acid dan EDTA

5. Campurkan parfum 10ml, alkohol 2ml, gliserin 5ml. Lalu aduk


kembali hingga merata, selanjutnya masukan pewarna lalu aduk rata.

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)


Gambar 2.5 pencampuran parfum,alcohol, gliserin, dan
pewarna.

56
57

57
58
6. Masukkan larutan ke dalam botol yang sudah dibawa.

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)


Gambar 2.6 Contoh sabun yang sudah jadi

58
59

D. LEMBAR KERJA

LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI


UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, TangerangSelatan,
Banten.
Kode Pos 15417 Email: labindustri27@gmail.com

LEMBAR PRAKTIKUM
A. Proses pembuatan sabun pencuci tangan

1. Siapkan wadah yang akan digunakan

2. Masukkan 100 gr Texapon dan 50 gr NaCL, lalu aduk hingga tercampur

3. Masukan air 1 Liter secara perlahan, sambal di aduk secara merata

4. Campurkan citric acid 2,5 gram dan EDTA 5 gram, lalu aduk hingga
merata

5. Campurkan parfum 10ml, alkohol 2ml, gliserin 5ml. Lalu aduk kembali
hingga merata, selanjutnya masukan pewarna lalu aduk rata.

6. Masukkan larutan ke dalam botol yang sudah dibawa.

B. Kesimpulan

Kita simpulkan pada praktikum pembuatan sabun ini sabun merupakan


produk agroindustri dengan bahan baku texapon. Pembuatan sabun
melibatkan reaksi penggaraman

Asam + Basa → Garam

Bahan-bahan yang digunakan terdapat fungsinya masing-masing. Texapon


sebagai bahan baku utama, garam sebagai bahan pengental, Citric acid dan
sodium sulfat sebagai pembersih, EDTA sebagai pengawet, Gliserin sebagai
pelembab kulit, Pewangi sebagai tambahan wangi sabun, dan Pewarna
sebagai tambahan warna sabun agar terlihat lebih menarik.

59
60

E. REFERENSI
Agustina, L., Yulianti, M., Shoviantari, F., & Sabban, I. F. (2018). Formulasi dan
Evaluasi Sabun Mandi Cair dengan Ekstrak Tomat (Solanum Lycopersicum
L.) sebagai Antioksidan. Jurnal Wiyata: Penelitian Sains dan Kesehatan,
4(2), 104-110.
Dimpudus, S. A. (2017). Formulasi sediaan sabun cair antiseptik ekstrak etanol
bunga pacar air (Impatiens balsamina L.) dan uji efektivitasnya terhadap
bakteri Staphylococcus aureus secara In Vitro. Pharmacon, 6(3).
Muthmainnah, R., Rubiyanto, D., & Julianto, T. S. (2014). Formulasi sabun cair
berbahan aktif minyak kemangi sebagai antibakteri dan pengujian terhadap
Staphylococcus aureus. Indonesian Journal of Chemical Research, 44-50.
Naomi, P., Gaol, A. M., & Toha, M. Y. (2013). Pembuatan sabun lunak dari
minyak goreng bekas ditinjau dari kinetika reaksi kimia. Jurnal Teknik
Kimia, 19(2), 42-48.
Sari, R., & Ferdinan, A. (2017). Pengujian aktivitas antibakteri sabun cair dari
ekstrak kulit daun lidah buaya. Pharmaceutical Sciences and Research, 4(3),
Sinta.unud.ac.id. 2020. [online] Available at: [Accessed 12 Juni 2023].

60
61
PERTEMUAN 3
PEMBUATAN SOFTENER

A. TUJUAN PRATIKUM
Pada pertemuan ini membahas mengenai pembuatan softener pelembut
pakaian,diharapakan para mahasiswa/I yang mengikuti pratikum dapat mengetahui cara
pembuatan softener serta bahan-bahan kimia yang terkandung di dalam softener pelembut
pakaian

B. TEORI DAN PRINSIP DASAR PRATIKUM


Softener merupakan produk yang digunakan untuk melembutkan dan memberikan
aroma segar pada pakaian. Biasanya, softener digunakan sebagai langkah tambahan
setelah mencuci pakaian dengan deterjen. Produk ini berbentuk cairan kental yang mudah
diaplikasikan pada pakaian. Salah satu manfaat utama softener adalah kemampuannya
dalam menghilangkan busa deterjen dengan sekali bilas, sehingga dapat menghemat
penggunaan air.
Bahan utama yang terkandung dalam produk softener untuk memberikan efek
pelembut dan pewangi sekali bilas adalah surfaktan kationik. Surfaktan merupakan
komponen utama yang memiliki tingkat degradabilitas yang rendah secara alami. Pada
awalnya, surfaktan hanya digunakan sebagai bahan pembuat deterjen. Namun, karena
efektivitasnya dalam membersihkan kotoran, surfaktan kationik banyak digunakan
sebagai bahan pembersih dalam berbagai produk.
Surfaktan adalah senyawa aktif yang memiliki kemampuan untuk menurunkan
tegangan permukaan baik melalui sintesis kimia maupun biokimia. Salah satu sifat aktif
permukaan yang dimiliki oleh surfaktan adalah kemampuannya untuk menurunkan
tegangan permukaan dan tegangan antarmuka, serta meningkatkan kestabilan sistem
emulsi. Dalam kasus softener, surfaktan kationik digunakan untuk mencapai efek
pelembut dan pewangi pada pakaian.
Bahan aktif yang terdapat dalam produk pelembut dan pewangi pakaian sekali bilas
adalah surfaktan kationik sebesar 12%. Sedangkan, bahan aktif yang umum digunakan
dalam deterjen di Indonesia adalah linear alkilbenzene sulfonat (LAS) yang termasuk ke
dalam golongan surfaktan anionik. Perlu diketahui bahwa surfaktan kationik memiliki
tingkat toksisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan surfaktan anionik (Singh et al.,
2002).

61
62
Penggunaan surfaktan kationik dalam produk softener memberikan manfaat berupa
kelembutan ekstra pada serat pakaian, sehingga pakaian terasa lebih halus dan nyaman
saat digunakan. Selain itu, surfaktan kationik juga memiliki kemampuan untuk
menghilangkan listrik statis yang sering muncul pada pakaian setelah dicuci. Dengan
mengurangi listrik statis, softener membantu menghindari penumpukan debu dan kotoran
pada pakaian.
Selain surfaktan kationik, produk softener juga mengandung bahan aktif lainnya
seperti pewangi, pelembut tambahan, dan pengawet. Bahan-bahan ini memberikan aroma
yang segar dan tahan lama pada pakaian, serta menjaga kelembutan serat kain.
Penggunaan softener setelah mencuci pakaian juga dapat mempermudah proses
penyetrikaan, mengurangi kerutan, dan membuat pakaian terlihat lebih rapi.
Penting untuk mencatat bahwa penggunaan softener sebaiknya sesuai dengan
petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan produk. Meskipun softener memiliki
banyak manfaat, penggunaan yang berlebihan atau tidak sesuai instruksi dapat
menyebabkan efek negatif pada pakaian, seperti penumpukan residu dan penurunan daya
serap kain.
Dalam menjaga lingkungan, penting untuk memperhatikan cara pembuangan
produk softener yang benar. Banyak negara telah mengatur aturan terkait penggunaan dan
pembuangan produk pembersih, termasuk softener, guna mengurangi dampaknya pada
ekosistem air. Mengikuti panduan pembuangan yang diberikan oleh produsen atau
berkonsultasi dengan otoritas lingkungan setempat dapat membantu kita berperan dalam
menjaga kelestarian lingkungan.

C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM


1. Berikut meruapakan alat serta bahan yang digunakan dalam proses
pembuatan sabun
Tabel 3.1 alat dan bahan pembuatan sabun

No Nama Fungsi Alat dan bahan

Softener Pelembut dan pewangi


1 pakaian
Concentrate
(10-12 Gram)

62
63

Air panas (100 Untuk melarutkan

2 ml) softener.

Untuk mendinginkan
Air dingin softener yang telah di
larutkan menggunakan
3 (100 ml)
air panas

Sebagai pelarut
4 Alkohol (2
parfum dalam bahan
ml)
softener

Parfum (2
Sebagai pengharum
ml)
5 dalam softener

63
64

menstabilkan
Emulsifier(p campuran dua cairan
olyglycol) 3 yang cenderung
6 ml terpisah.

Agar softener memiliki


Pewarna
warna yang kita inginkan
7

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)

2. Proses Pembuatan Softener


1) Siapkan air panas sebanyak ½ liter, didihkan

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)


Gambar 3.1 air panas

2) Siapkan softener concentrate yang telah ditimbang sesuai resep pada


wadah/baskom

64
65

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)

Gambar 3.2 Softener Concentrate

3) Tambahkan sedikit demi sedikit ½ air panas sambal diaduk sampai softener
terlarut sempurna / tidak menggumpal dan merata

Sumber : Dokumen probadi kelompok 1)

Gambar 3.3 memasukan air panas ke dalam wadah yang sudah disiapkan

4) Setelah terbentuk larutan yang rata, Tambahkan air dingin sebanyak ½ liter, dan
diamkan beberapa saat

65
66

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)


Gambar 3.4 masukkan air dingin sebanyak ½ liter dan diamkan

5) Dalam wadah lainnya, campurkan solvent, emulsifier dan parfum sampai rata

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)


Gambar 3.5 Dari kiri parfum,solvent dan emulsifier

6) Setelah rata tambahkan ke dalam campuran pertama


(larutan softener) dalam keadaan dingin dan
masukkan pewarna

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)


66
67
Gambar 3.6 masukkan pewarna

7) Produk softener telah siap

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)

Gambar 3.7 softener yang telah jadi

D. LEMBAR KERJA

LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI


UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, TangerangSelatan,
Banten.
Kode Pos 15417 Email: labindustri27@gmail.com

LEMBAR PRAKTIKUM

67
68
Proses pembuatan softener pelembut pakaian
1) Siapkan air panas sebanyak ½ liter
2) Siapkan softener concentrate yang telah ditimbang sesuai resep pada
wadah/baskom.

3) Tambahkan sedikit demi sedikit ½ air panas sambal diaduk sampai softener
terlarut sempurna / tidak menggumpal dan merata

4) Setelah terbentuk larutan yang rata, Tambahkan air dingin sebanyak ½ liter,
dan diamkan beberapa saat
5) Dalam wadah lainnya, campurkan solvent, emulsifier dan parfum sampai rata
6) Setelah rata tambahkan ke dalam campuran pertama (larutan softener) dalam
keadaan dingin dan masukkan pewarna
7) Produk softener telah siap

Kesimpulan
Softener concentrate, sebagai bahan utama, mengandung surfaktan
kationik yang berperan dalam memberikan efek pelembut pada serat pakaian.
Emulsifier digunakan untuk mengemulsi bahan-bahan yang tidak saling larut,
sehingga menciptakan konsistensi cairan yang homogen. Pewarna dapat
ditambahkan untuk memberikan warna pada softener, menjadikannya lebih
menarik secara visual. Sementara itu, parfum digunakan untuk memberikan
aroma segar pada pakaian yang telah diolah dengan softener.
Dalam proses pembuatan, formulasi yang tepat dari bahan-bahan ini
perlu dipertimbangkan untuk mencapai konsentrasi dan efek yang diinginkan.
Campuran bahan-bahan tersebut kemudian diuji dalam berbagai pengaturan
untuk memastikan keamanan, kualitas, dan kinerja produk.

68
69

E. REFERENSI
Supriyadi, E., Dewanti, R. N., Shobur, M., & Handayani, E. T. (2020). Penyuluhan Dan
Pelatihan Pembuatan Detergen Cair Pakaian di Sawangan Depok.
Rana, S., dan Shahid-ul-Islam (2018). Fabric Softeners. Dalam Textile Chemical
Processing: An Introduction. Woodhead Publishing.
Singh, A., Goyal, A., dan Goyal, S. (2018). A Comprehensive Review on Textile
Softeners. Journal of Cleaner Production, 172, 2396-2411.
Sivakumar, K., dan Senthilkumar, S. (2016). Fabric Softeners. Dalam Handbook of
Functional Textiles, Volume 2: Technical Textiles. CRC Press.
Scheibel, J.J. 2004 the evolution of anionic Surfactants Technology to meet
the requirements of the Laundry deterjent industry, J. Surfactants. Deterg., 7(4),
319-328
Hussain, T., Gupta, R., dan Ahuja, M. (2014). Fabric Softeners. Dalam Textile
Chemicals: Environmental Data and Facts. Springer.
Kroschwitz, J. I., dan Howe-Grant, M. (2012). Fabric Softeners. Dalam Kirk-Othmer
Encyclopedia of Chemical Technology. John Wiley & Sons.

PERTEMUAN 4

PEMBUATAN PASTA PUTIH SABLON

A. TUJUAN PRATIKUM

Pada pertemuan ini membahas tentang pembuatan pasta putih sablon.


Pratikum ini bertujuan untuk mengathui proses pembuatan pasta putih sablon dan
70
untuk mengatahui bahan – bahan apa saja atau zat – zat apa saja yang ada didalam
pembuatan pasta putih sablon ini.

B. TEORI DAN PRINSIP DASAR PRATIKUM

Tinta rubber merupakan salah satu jenis tinta yang larut dalam air atau dikenal
dengan istilah waterbase.  Tinta yang terbuat dari komposisi karet ini memiliki
karakteristik yang pekat dan lentur.  Jenis tinta ini  banyak digunakan untuk
aplikasi sablon pada kain berwarna gelap seperti misalnya hitam, merah tua, dan
ungu tua.  Sablon kaos dengan pasta rubber biasanya memberikan hasil sablon
yang mampu menutup permukaan kain secara merata. Dengan karateristik pasta
rubber yang elastis dan menutup kain dengan baik, tinta rubber juga banyak
digunakan sebagai underbase.  Yang berfungsi sebagai penutup kain pada lapisan
dasar sebelum mengaplikasikan sablon warna terang di atasnya.  Berdasarkan
fungsi dan kegunaannya, tinta rubber dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:

1. Tinta rubber white


Biasanya digunakan sebagai underbase dan bisa terdiri dari beberapa warna
pastel yang lembut seperti pink, hijau muda dll.
2. Tinta rubber color
Digunakan untuk menampilkan warna-warna yang lebih tua, seperti hitam,
navy, merah dll.

Untuk penggunaan kedua jenis tinta tersebut, Anda tidak bisa mendapatkan hasil
warna merah terang dengan tinta rubber white.  Karena komposisi campuran
titanium (bubuk putih) yang lebih dominan jika dibandingkan dengan tinta rubber
color. Jika Anda ingin sablon kaos dengan pasta rubber menghasilkan warna
merah terang, maka dibutuhkan pigmen yang lebih dominan dari tinta rubber
white.  Perlu diketahui bahwa dengan tinta rubber white, tinta cenderung
mengalami over-pigment.  Akibatnya hasil sablon menjadi kurang awet dan
mudah luntur ketika dicuci. Tinta rubber white hanya efektif untuk fungsi
underbase pada kaos atau hanya menghasilkan warna-warna pastel saja.  Sebagai
catatan, jika Anda ingin mendapatkan hasil sablon dengan warna putih bersih
maka disarankan untuk mencampur tinta dengan sedikit pigmen ungu atau nila.

Sablon atau printing adalah kegiatan mencetak objek dalam bentuk gambar atau
tulisan yang dilakukan dengan menggunakan screen atau template di permukaan
yang dasar dengan media apa saja. Media yang biasa digunakan dalam sablon ini
bisa datar dengan media apa saja. Media yang biasanya digunakan dalam sablon
ini bisa media yang memiliki daya serap tinggi seperti kain, daya serap menengah
seperti spanduk dan daya serap minimal seperti plastic. Kain biasanya di print
dengan menggunakan pewarna pigment. Pigment ini tidak larut dalam air dan
tidak meresap pada kain. Agar dapat meresap, diperlukan binder pada pasta
printing. Kmponen kedua yang juga penting adalah thinkener atau pengental,
karna thinkener ini memastikan warna akan tetap menempel pada daerah yang
diinginkan hingga dilakukan pengeringan. Jika thinkener tidak diguanakan maka,
pasta akan menyebar hingga hasilnya tidak baik.Terdapat beberapa kelebihan
yang akan diperoleh ketika memilih jenis sablon rubber untuk menyablon kaos.
Untuk semakin jelasnya, berikut ini kelebihan dari sablon rubber adalah:
1. Harganya yang lebih terjangkau
Terdapat beberapa kelebihan yang akan diperoleh ketika memilih jenis
sablon rubber untuk menyablon kaos. Untuk semakin jelasnya, berikut ini
kelebihan dari sablon rubber adalah:
A. Mudah kering
Karakteristik tinta sablon ini juga termasuk penting untuk diperhitungkan
bagi yang ingin membuka usaha sablon. Kecepatan tinta sablon saat
71
pengeringan dapat mempengaruhi seberapa cepat pakaian disablon dalam
satu hari. Semakin lama tinta sablon mengering, semakin sedikit pula
pakaian yang bisa disablon dalam satu hari. Semakin sedikit pakaian yang
dapat disablon, maka semakin sedikit pula profit yang bisa dihasilkan.
B. Mudah diperbaiki
Ini dia karakteristik yang tidak kalah penting untuk diperhitungkan. Tinta
sablon rubber merupakan tinta sablon yang mudah diperbaiki. Dengan
begitu, jika ada kesalahan dalam proses penyablonan, Anda dapat
mengoreksinya selagi basah. Karakteristik ini penting untuk dimiliki oleh
tinta sablon karena proses sablon, terutama sablon manual, tidak terlepas
dari human error.
C. Perawatan mudah
Tidak hanya menguntungkan pihak tukang sablon, sablon rubber juga
menguntungkan konsumen yang memakai pakaian dengan sablon rubber.
Pasalnya, sablon ini sangat mudah perawatannya. Saat disetrika, bagian
tinta sablon rubber pada pakaian tidak mudah lengket dan pecah. Namun,
hal ini bisa berhasil bergantung pada kualitas tinta sablon rubber yang
digunakan dan juga suhu panas setrika. Untuk lebih amannya, Anda bisa
menurunkan suhu setrika saat menggosok bagian pakaian yang ada
sablon rubber. Anda juga bisa tetap menggunakan suhu setrika yang tidak
terlalu panas namun dengan melapisi pakaian yang disetrika dengan
lapisan tambahan. Kain yang digunakan untuk lapisan tambahan ini
sebaiknya tidak terlalu tebal maupun tipis agar baju bisa licin disetrika
dengan sempurna.

C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRATIKUM


A. Berikut merupakan alat serta bahan yang digunakan dalam proses pembuatan
pasta putih sablon
Tabel 4.1 alat dan bahan pembuatan pasta putih sablon
No. Nama Alat Fungsi Gambar

Wadah, sendok Tempat untuk bahan


1. plastic yang sudah jadi
72

2 Mixer Untuk mengaduk


bahan

Titanimum Bahan aktif bewarna


dioxide putih
3

Aquades Air murni untuk


4 proses distilasi

Sodium Polimer penyerap


73
5 polyacrylate

Latex binder Resin


6

Pengental Untuk pengental


7 sablon
74

Larutan Pengatur keaseman

8 amonia

( Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1 )

B. Prosedur dan mekanisme dalam proses pembuatan pasta putih sablon

1. Siapkan wadah dan sendok plastic


75

( Sumber : Dokumen kelompok 1 )


Gambar 1.1 menyiapkan wadah dan sendok plastic

2. Takar titanimum dioxide sebanyak 25 gram dan masukan kedalam wadah

( Sumber : Dokumen kelompok 1 )


Gambar 1.2 menyiapkan bahan titanimum dioxide sebanyak 25 gram

3. Masukan kedalam wadah aquades sebanyak 22,3 gram

( Sumber : Dokumen kelompok 1 )


Gambar 1.3 Tuangkan aquades sebanyak 22,3 gram

4. Masukan sodium polyarcrylate sebanyak 0,2 gram


76

( Sumber : Dokumen kelompok 1 )


Gambar 1.4 Tuangkan sodium polyarcrylate

5. Masukan latex binder sebanyak 50 gram

( Sumber : Dokumen kelompok 1 )


Gambar 1.5 Tuangkan latex binder

6. Masukan bahan pengentalan kurang lebih 2 gram

( Sumber : Dokumen kelompok 1 )


Gambar 1.6 tuangkan pengetal

7. Masukan larutan amonia sebanyak 0,5 gram


77

( Sumber : Dokumen kelompok 1 )


Gambar 1.7 tuangkan larutan amonia

8. Lalu dimixer menggunakan alat mixer utnuk mengaduk semua bahan

( Sumber : Dokumen kelompok 1 )


Gambar 1,7 Bahan diaduk semua menggunakan mixer
78

D. LEMBAR KERJA

LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI


UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, TangerangSelatan,
Banten.
Kode Pos 15417 Email: labindustri27@gmail.com

LEMBAR PRAKTIKUM

A. PROSEDUR DAN MEKANISME DALAM PROSES


PENGELOLAAN PASTA SABLON PUTIH
1. Siapkan wadah dan sendok plastik

2. Tuangkan bahan Titanimum Dioxide

3. Tuangkan bahan Aquades

4. Tuangkan bahan Sodium polyarylate


5. Tuangkan bahan latex Binder
6. Tuangkan bahan pengental supaya hasil jadi untuk pasta tersebut
bersifat kental
7. Tuangkan larutan amonia
8. Aduk semua bahan yang sudah masuk diwadah menggunakan mixer

B. KESIMPULAN

Dari praktikum pertemuan 4 ini, kelompok 1 mengambil kesimpulan


bahwa kita dapat membuat pasta sablon putih,
Kita simpulkan pada praktikum ini proses pembuatan pasta sablon
putih adalah untuk membuat bahan sablon yang digunakan untuk
sablon baju maupun bahan kain lainnya. Dalam pembuatan sablon
ini yang harus diperhatikan adalah komposisi takaran untuk
bahannya supaya akhir hasilnya maksimal dan bisa merekat ke bahan
yang ingin kita sablon.
79

E. REFERENSI
Achmad.R, M., Airlangga, F., & M. Yusuf, I. F. (2019). Formulasi Pembuatan
bahan pasta sablon
Yosi.F (2016). Bahan pigment atau pasta sablon dan fungsi kegunanaan Tinta
rubber pada sablon
T.shirtbar (2018). Kelebihan memilih menggunakan sablon rubber atau tinta
rubber dalam pasta sablon
Widewalls ( 2019 ) Teknik cetang saring di era dinasti song Tahun 960 Untuk
pembuatan cetak atau sablon, 6(3)
80
PERTEMUAN 5

PEMBUATAN PASTA PIGMENT


PRINTING

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Pada pertemuan ini membahas mengenai pembuatan pasta pigment


printing, setelah pertemuan ini diharapkan mahasiswa/I dapat memahami
langakah-langkah serta fungsi bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan
pasta pigment printing.

B. TEORI DAN PRINSIP DASAR PRAKTIKUM


Pasta cetak dibuat dengan melarutkan pewarna dalam air panas yang
ditambahkan pelarut dan urea. Jenis larutan ini diaduk menjadi pengental yang
mudah dihilangkan dengan mencuci. Sejumlah kecil zat pengoksidasi
ditambahkan di sini. Pasta cetak dibuat dengan menggunakan empat komponen
utama seperti bahan pewarna yang digunakan ( pewarna atau pigmen), bahan
pengikat, pelarut, dan bahan pembantu. Syarat air bersih persayaratan yang harus
dipenuhi dalam sistem penyediaan air bersih. adalah persyaratan kualitatif, yang
meliputi syarat fisik, kimia, biologis dan radiologist.
Pigmen adalah bahan organik terutama sintetis yang tidak memiliki afinitas
pada cotton fabric. Untuk ini, pengikat digunakan untuk membuat film pada
permukaan pigmen sehingga menghasilkan silang 3-dimensi antara serat dan
pigmen. Setelah pengeringan, curing dilakukan di bawah 150-180℃ untuk
memperbaiki pigmen pada permukaan kain katun. Harga pencetakan pigmen lebih
rendah dibandingkan dengan proses cetak lainnya.
Sablon atau printing adalah kegiatan mencetak objek dalam bentuk gambar
atau tulisan yang dilakukan dengan mengunakan screen atau template di
permukaan yang datar dengan media apa saja. Media yang biasanya digunakan
dalam sablon ini bisa media yang memiliki daya serap tinggi seperti kain, daya
serap menengah seperti spanduk dan daya serap minimal seperti plastik. Kain
biasanya diprint dengan menggunakan pewarna pigment. Pigment ini tidak larut
dalam air dan tidak meresap pada kain. Agar dapat meresap, diperlukan binder
pada pasta printing. Komponen kedua yang juga penting adalah thickener
(pengental), karena thickener ini memastikan warna akan tetap menempel pada
daerah yang diinginkan hingga dilakukannya pengeringan. Jika thickener tidak
digunakan, pasta akan menyebar sehingga hasilnya tidak akan baik
81
C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM

a. Berikut merupakan alat dan bahan dalam membuat pasta pigment printing.
Tabel 5 1 alat dan bahan pasta pigment printing.

No. Nama Alat Fungsi Gambar

Pigment/
Agar pasta pigment
pewarna :
printing memiliki
5% (dark); 1-
warna yang kita
2% (light);
1. inginkan
3%
(medium)

sebagai pengikat
2 Binder latex pigment merekatkan.
(5 Gram)

Untuk
3 Synthetic memadatkan/pengen
thickener/pen tal pasta pigment
gental (2 printing.
Gram)
Amonia/
Untuk pelarut atau
larutan alkali
penguat
4 (secukupnya)

Air suling atau


membersihkan alat-
5 Aquades (22 alat laboratorium
Gram) dari zat pengotor.

Untuk menaruh
6 Gelas plastik
atau
menempatkan
pasta pigment
printing.
83

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)

b. Prosedur dan Mekanisme dalam proses pembuatan pasta pigment printing

1. Timbang synthetic thickener pada gelas atau wadah sebanyak 2 Gram.

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)


Gambar 5. 1 menimbang thickener pada awal proses.

2. Masukan aquades seberat 22 Gram pada gelas yang telah ada thickener
84

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)

Gambar 5. 2 memberi atau menambah air aquades pada


wadah.

3. Tambahkan amonia pada wadah secukupnya

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)

Gambar 5. 3 menyampurkan amonia pada wadah.

4. Aduk merata dengan menggunakan mixer kue atau aduk manual


menggunakan sendok sampai tercampur merata dan mengental

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)

Gambar 5. 4 proses pengadukan dengan menggunakan


mixer.

5. Tambahkan latex binder sebanyak 5 Gram lalu diaduk kembali sampai


merata
85

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)

Gambar 5. 5 menambahkan latex binder kedalam wadah yang sudah tercampur merata.

6. Jika sudah tercampur merata semua tambahkan pingment/pewarna


sesuai selera.

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)

Gambar 5. 6 mencampurkan pewarna.

7. Cek viscovitas pasta pigment printing

(Sumber : Dokumen pribadi kelompok 1)


Gambar 5. 7 Hasil akhir.
86

D. LEMBAR KERJA

LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI


UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, TangerangSelatan,
Banten.
Kode Pos 15417 Email: labindustri27@gmail.com

LEMBAR PRAKTIKUM

A. PROSEDUR DAN MEKANISME DALAM PROSES


PENGELOLAAN PASTA PIGMENT PRINTING
7. Siapkan timbangan dan wadah untuk menimbang bahan thickener
sebanyak 2 Gram

8. Tambahkan bahan aquades pada wadah

9. Tambahkan larutan Amonia secukupnya

10. Tambahkan bahan latex binder sebanyak 5 Gram


11. Tambahkan pigment atau bahan pengental agar hasil pasta
tersebut menjadi kental dan padat
12. Aduk semua bahan hingga merata dengan menggunakan mixer
13. Setelah itu masukan pewarna secukupnya atau sesuai selera kita
14. Tahap terakhir aduk kembali hingga bahan berubah warnanya dan
apliksikan pada kain atau baju yang polos

B. KESIMPULAN

Dari praktikum pertemuan 5 ini, kelompok 1 mengambil kesimpulan


bahwa kita dapat membuat pasta pigment printing, Kita simpulkan
pada praktikum ini proses pembuatan pasta pigment printing kita
dapat mencetak objek yang kita mau dalam bentuk gambar atau
tulisan yang biasanya digunakan dalam teknik pesablonan kain
maupun baju dan bahan kain lainnya. Dalam pembuatan bahan pasta
pigment ini kita harus benar-benar teliti dann mengikuti langkah-
langkahnya dengan benar, untuk mendapatkan hasil yang bagus dan
maksimal agar dapat bisa merekat dengan baik pada baju yang kita
sablon ataupun kain.
87

E.REFERENSI
Yani, A. (2004). Mencetak dengan Teknik Cetak Saring/Sablon. Modul,
Departemen Pendidikan Nasional.
Poespo, G. (2005). Pemilihan Bahan Tekstil. Yogyakarta: Kanisius.
Dewanti, Rully Nur, et al. "Penyuluhan Dan Pelatihan Keterampilan
Sablon Pigment Pasta Manual Di Karang Taruna 03 Desa
Cisauk." Jurnal PADMA: Pengabdian Dharma
Masyarakat 1.1 (2021).
TAUFIQ, Agus; NURMANSYAH, Riski Ayu; AIN, Nisrina Qurotu. Penggunaan
Pasta Cap Bebas Minyak Pada Pencapan Kain Kapas Dengan Zat
Warna Acramine. Teknoin, 2016, 22.11.
SABLON, Karang Taruna. PENYULUHAN DAN PELATIHAN KETERAMPILAN
SABLON PIGMENT PASTA MANUAL DI KARANG TARUNA 03
DESA CISAUK.

Anda mungkin juga menyukai