Disusun oleh :
KELOMPOK V
Maulina Zakira (210110001)
Fitra Aulia Azmi (210110032)
Sarah Nadia (210110082)
Syaifuddin Yusuf Harahap (210110139)
Lidia Erianto (210110220)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberi
kekuatan dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Bahan Jalan Raya ini. Dan tak lupa
pula salawat berangkaikan salam kami panjatkan kepangkuan Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju
alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Penyelesaian Laporan Praktikum Bahan Jalan Raya ini selesai atas
bantuan, bimbingan, dan masukan–masukan dari berbagai pihak, untuk itu
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Yulius Rief Alkhaly, ST., MT selaku Ketua Jurusan Teknik
Sipil Universitas Malikussaleh.
2. Said Jalalul Akbar., ST.,MT selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penyusunan laporan ini dari awal sampai selesai.
3. Kepada seluruh Asisten Laboratorium yang telah banyak membantu
dari awal praktikum hingga selesainya praktikum.
4. Rekan-rekan Teknik Sipil yang telah memberikan masukan kepada,
sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
Karena terbatasnya ilmu dan pengetahuan yang kami miliki, kami sangat
menyadari atas kekurangan dalam penyusunan laporan ini dan kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
menjadikan laporan ini jauh lebih sempurna di masa yang akan datang.
Kelompok V
ii
DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Pratikum........................................................................................2
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pratikum................................................2
1.4 Kegiatan Pratikum.....................................................................................2
BAB II DASAR TEORI..........................................................................................3
2.1 Pengertian Umum......................................................................................3
2.2 Aspal..........................................................................................................3
2.2.1 Sifat-sifat Kimia Aspal.......................................................................4
2.2.2 Sifat-Sifat Fisik Aspal........................................................................5
2.3 Agregat......................................................................................................8
2.3.1 Jenis Agregat......................................................................................8
2.3.2 Gradasi Butiran..................................................................................9
2.3.3 Sifat-Sifat Fisik Agregat dan Hubungannya Dengan Kinerja
Campuran Beraspal.........................................................................................11
BAB III PENGUJIAN...........................................................................................15
3.1 Analisa Saringan Agregat........................................................................15
3.1.1 Tujuan Pengujian.............................................................................15
3.1.2 Alat-alat Pengujuan..........................................................................15
3.1.3 Prosedur Pengujian..........................................................................15
3.1.4 Perawatan.........................................................................................16
3.1.5 Hasil Pengujian................................................................................17
iii
3.1.6 Kesimpulan......................................................................................19
iv
3.6.5 Kesimpulan......................................................................................32
v
3.11.5 Kesimpulan......................................................................................47
BAB IV PENUTUP...............................................................................................48
4.1 Kesimpulan..............................................................................................48
4.2 Saran........................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................50
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
2.2 Aspal
Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan
yang bersifat viskoelatis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat
cukup pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal
dapat menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya. Selama proses
produksi dan masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai
hidrokarbon yang disebut bitumen, oleh sebab itu aspal sering disebut aspal keras.
Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada tahapan proses penyulingan akan
menghasilkan aspal dengan sifat-sifat yang khusus yang cocok untuk pemakaian
yang khusus pula, seperti untuk pembuatan campuran beraspal, pelindung atap
dan penggunaan khusus lainnya.
Aspal merupakan suatu produk berbasis minyak yang merupakan turunan
dari proses penyulingan minyak bumi, dan dikenal dengan nama aspal keras.
5
Selain itu, aspal juga terdapat di alam secara ilmiah, aspal ini disebut aspal alam.
Aspal
6
7
modifikasi saat ini juga telah dikenal luas. Aspal ini dibuat dengan menambahkan
bahan tambahan ke dalam aspal yang bertujuan untuk memperbaiki atau
memodifikasi sifat rheolginya sehingga menghasilkan jenis aspal baru yang
disebut aspal modifikasi.
Resin, secara dominan terdiri dari hidrogen dan karbon dan sedikit
mengandung oksigen, sulfur dan nitrogen.
Aromatik, merupakan unsur pelarut, asalten yang paling dominan di
dalam aspal.
Saturated, merupakan bagian dari molekul malten yang berupa
minyak kental yang berwarna putih atau kekuning-kungingan dan
bersifat non-polar. Saturated di dalam aspal berkisar antara 5% -
20% terahdap berat aspal.
2.2.2 Sifat-Sifat Fisik Aspal
Sifat-sifat fisik aspal yang sangat mempengaruhi perencanaan, produksi dan
kinerja campuran aspal antara lain adalah durabilitas, adhesi dan kohesi, kepekaan
terhadap temperatur, pengerasan, dan penuaan.
a. Durabilitas, Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspel tersebut
setelah digunakan sebagai bahan pengikat di dalam campuran beraspal
dan dihampar di lapangan. Hal ini disebabkan karena sifat-sifat aspal
akan berubah secara signifikan akibat oksidasi dan pengeluaran yang
terjadi baik pada saat pencampuran, pengangkutan dan penghamparan
campuran beraspal di lapangan. Perubahan sifat ini akan menyebabkan
aspal menjadi berdaktilitas atau dengan kata lain aspal telah mengalami
penuaan. Kemampuan aspal untuk menghambat laju penuaan ini
disebut durabilitas aspal.
Pengujian durabilitas aspal bertujuan untuk mengetahui seberapa baik
aspal untuk mempertahankan sifat-sifat awalnya akibat proses penuaan.
Walaupun banyak fakta lainnya yang menentukan, aspal dengan
durabilitas yang baik akan menghasilkan campuran dengan kinerja yang
baik pula. Pengujian kuantitatif yang biasanya dilakukan untuk
mengetahui durabilitas asal adalah pengujian penetrasi, titik lembek,
kehilangan berat dan aktivitas.
b. Adhesi dan Kohesi, Adhesi adalah kemampuan partikel aspal untuk
melekat satu sama lainnya, dan kohesi adalah kemampuan aspal untuk
9
melekat dan mengikat agregat. Sifat adhesi dan kohesi aspal sangat
penting diketahui dalam pembuatan campuran beraspal karena sifat ini
sangat mempengaruhi kinerja dan durabilitas campuran. Uji daktalitas
aspal adalah suatu uji kualitatif yang secara tidak langsung dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat adestines atau daktalitas aspal
keras. Aspal keras dengan nilai daktalitas yang rendaha dalah aspal
yang memiliki daya adhesi yang kurang baik digunakan dengan aspal
yang memiliki nilai daktalitas yang tinggi.
c. Kepekaan Aspal Terhadap Temperatur, Seluruh aspal bersifat
termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila temperatur menurun dan
melunak bila temperatur meningkat. Kepekaan aspal untuk berubah
akibat perubahan temperatur ini dikenal sebagai kepekaan aspal
terhadap temperatur. Kepekaan aspal tersebut berasal dari minyak bumi
dengan sumber yang berbeda walaupun aspal tersebut masuk dalam
klasifikasi yang sama.
d. Pengerasan dan Penuaan, Penuaan aspal adalah suatu parameter yang
baik untuk mengetahui durabilitas campuran aspal. Penuaan aspal ini
disebabkan oleh dua faktor utama, suatu penguapan traka minyak
ringan yang terkandung dalam aspal dan oksidasi (penuaan sangat
panjang, short-term aging), dan dioksidasi yang progresif (penunaan
jangka panjang, long-term aging).
Berdasarkan penggunaannya, aspal dibagi dalam beberapa jenis, antara lain:
1. Aspal Keras (Asphalt cement/AC)
Aspal keras adalah suatu jenis aspal minyak yang merupakan residu hasil
destilasi minyak bumi pada keadaan hampa udara, yang ada pada suhu
normal dan tekanan atmosfir berbentuk padat, aspal keras biasa
dikelompokkan berdasarkan kekerasan yang disebut sebagai penetrasi.
Terdapat beberapa persyaratan aspal keras, antara lain:
a. Persyaratan Umum
Berasal dari hasil minyak bumI
10
2. Aspal Cair
Aspal cair adalah aspal yang pada suhu normal dan tekanan atmosfer
berbentuk cair, terdiri dari aspal keras yang diencerkan dengan bahan
pelarut. Tedapat beberapa persyaratan aspal cair, antara lain:
Kadar perafin tidak lebih dari 2%
Kadar perafin tidak lebih dari 2%
Tidak mengandung air dan jika dipakai tidak menunjukkan
pemisahanatau penggumpalan.
Aspal cair dikelompokkan berdasarkan pengencernya, yaitu:
Bila ditambahkan benzeen dinamakan Rapid Curing (RC)
Bila ditambahkan kerosene dinamakan medium curing (MC)
11
3. Aspal Emulsi
Aspal emulsi adalah suatu jenis aspal yang terdiri dari aspal keras, air dan
bahan pengemulsi dimana pada suhu normal dan tekanan atmosfer
berbentuk cair. Aspal emulsi dikelompokkan sebagai berikut:
a. Emulsi chatianic, terdiri dari aspal keras, air dan larutan bata sehingga
akan bermuatan positif (+).
b. Emulsi anionic, terdiri dari aspal keras, air dan larutan asam, sehingga
bermuatan negatif (-).
2.3 Agregat
Agregat atau batu. atau granular material adalah material berbutir yang
keras dan kompak. Setelah agregat mencakup antara lain batu bulat, batu pecah,
abu batu, dan pasir. Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam
prasarana transportasi, khususnya dalam hal ini pada perkerasan jalan. Daya
dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat yang
digunakan. Pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi persyaratan akan sangat
menentukan dalam keberhasilan pembangunan atau pemeliharaan jalan.
2.3.1 Jenis Agregat
Batuan atau agregat untuk campuran beraspal diklasifikasikan
berdasarkansumbernya, seperti contohnya agregat alam, agregat hasil pemrosesan,
agregat buatan atau agregat artifisial.
1. Agregat Alam (Natural Agregat)
Agregat alam adalah yang digunakan dalam bentuk alamiahnya dengan
sedikit atau tanpa pemrosesan sama sekali. Agregat ini terbentuk dari
proses erosi ilmiah atau proses pemisahan akibat angin, air, pergeseran es,
dan reaksi kimia. Aliran gletser dapat menghasilkan agregat dalam bentuk
12
Agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau kental pecah yang
bersih,kering, kuat, awet dan bebas dari bahan lain yang mengganggu serta
memenuhi persyaratan yaitu:
a. Keausan pada 500 puaram maksimum 40%.
b. Kelekatan dengan aspal minimum 95%.
c. Jumlah berat butiran tertahan saringan no. 4 yang mempunyai paling
sedikit dua bidang pecah (usual) minimum 50% untukkembali pecah).
d. Indeks kepipihan/kelonjongan butiran tertahan 9,5 mmatau 3/8” maks
25%.
e. Penyerapan air maksimum 3%.
f. Berat jenis curah (bulk) minimum 2,5.
g. Bagian lunak maksimum 5%.
2. Agregat Halus
Agregat halus terdiri dari bahan-bahan yang berbidang kasar, bersudut
tajam dan bersih dari kotoran atau bahan lain yang mengganggu. Agregat
halus terdiri dari pasir alam atau pasir buatan atau gabungan dari bahan-
bahan tersebut dan dalam keadaan kering. Agregat halus harus memenuhi
persyaratan yaitu:
a. Nilai sand equivalent minimum 50
b. Berat jenis curah (bulk) minimum 2,5
c. Persiapan agregat terhadap air maksimum 3%
d. Pemeriksaan alterber limit harus menunjukkan bahan adalah non plastis
3. Bahan Pengisi
Bahan pengisi terdiri dari abu batu kapur, semen (pc) atau bahan non-
plastis lainnya. Bahan pengisi harus kering dan bebas dari bahan lain yang
mengganggu dan apabila dilakukan pemeriksaan analisa saringan secara
basah, harus memenuhi gradasi sebagai berikut :
c. Kebersihan Agregat
Agregat yang kotor akan memberikan pengaruh yang jelek pada kinerja
perkerasan, seperti berkurangnya ikatan antara aspal dengan agregat
yang disebabkan karena banyaknya kandungan lempung pada agregat
tersebut.
d. Kekerasan (Toughness)
Semua agregat yang digunakan barus kuat, mampu menahan abrasi dan
degradasi selama proses produksi dan operasionalnya dari lapangan.
Agregat yang akan digunakan sebagai lapis permukaan perkerasan
harus lebih keras (lebih tahan) daripada agregat yang digunakan untuk
lapis bawahnya.
17
GambarGambar
0-i 0-ii Foto alat pengujian analisa saringan agregat
3.1.3 Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian untuk analisa saringan agregat adalah sebagai berikut :
a. Ambil benda uji secukupnya masukkan ke dalam sample spliter untuk
pembagian butir agregat yang merata.
18
19
3.1.6 Kesimpulan
Dari hasil percobaan pada analisa saringan agregat kasar (3/4") di peroleh
madulus halus butiran (MHB) yaitu tertinggal komulatif 9,41% dan lolos
komulatif 2,58%. Agregat kasar (3/8") di peroleh madulus halus butiran (MHB)
yaitu tertinggal komulatif 7,95% dan lolos komulatif 4,04% . Agregat halus
(Dust) di peroleh madulus halus butiran (MHB) yaitu tertinggal komulatif 5,58%
dan lolos komulatif 6,41%. Agregat halus (Pasir) di peroleh madulus halus butiran
(MHB) yaitu tertinggal komulatif 4,19% dan lolos komulatif 7,80%.
Gambar 0-iii Foto alat pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar MA (3/8”)
23
1500−1467
: x 100 % = 0,02 %=
1467
0,02 %
3.2.5 Kesimpulan
Dari pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar MA (3/8") rata-rata
BJ (OD) sebesar 2,13, BJ (SSD) sebesar 2,18, dan BJ (APP) sebesar 2,24, dan
absorbsi air adalah 0,02 %.
b. Saringan no.4
c. Oven
d. Pan
3.3.3 Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian untuk pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat
kasar adalah sebagai berikut :
a. Siapkan benda uji yang tertahan saringan no 4 kurang lebih 5 kg.
b. Cuci benda uji tersebut lalu keringkan dalam oven selama 24 jam pada
suhu 110°C.
c. Dinginkan dalam ruangan terbuka selama 2 jam lalu rendam dalam air
selama 24 jam.
d. Buang air perendamnya lalu tumpahkan benda uji tersebut diatas kain
yang menyerap air. Keringkan masing-masing benda uji tersebut dengan
lap agar tercapai kondisi kering permukaan (SSD). Lakukan hal ini
diruangan tertutup sehingga penguapan yang terjadi bisa dihindarkan.
e. Timbang benda uji yang telah kering permukaannya itu (A).
f. Masukkan kedalam keranjang dunagan kemudian celupkan kedalam
container yang berisi air. Goyang-goyangkan keranjang tersebut dalam air
untuk mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang terperangkap.
g. Timbang berat agregat dalam air (B).
h. Keringkan agregat dalam oven selama 24 jam pada suhu 110°C.setelah
didinginkan timbang berat keringnya (C).
i. Setelah didinginkan. Hitung :
Bulk spesific gravity = C/(A-B)
Bulk spesific gravity (SSD) = A/(A-B)
3.3.4 Hasil Pengujian
Data sampel I
Berat benda uji kering jenuh (Bj) : 1500 gr
Berat benda uji kering oven (Bk) : 1478 gr
Berat benda uji dalam air (Ba) : 812,1 gr
27
Bk
Berat jenis bulk :
Bj−Ba
1478
: = 2,15 gr/cm3
1500−812 , 6
Bj
Berat jenis kering permukaan jenuh :
Bj−Ba
1500
: = 2,18 gr/cm3
1500−812 , 6
Bk
Berat jenis semu (apparent) :
Bk−Ba
1478
: = 2,22 gr/cm3
1478−812 , 6
Bj−Bk
Penyerapan air (absorbs) : x 100 %
Bk
1500−1478
: x 100 % = 0,01 %
1478
Bk
Berat Jenis Semu Bk−Ba
3 2,22 2,22 2,22 2,22
(Apparent)
3.3.5 Kesimpulan
Dari pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar MA (3/4") rata-rata
BJ (OD) sebesar 2,15, BJ (SSD) sebesar 2,18, dan BJ (APP) sebesar 2,2, dan
absorbsi air adalah 0,01 %.
r. Cari berat kering benda uji dengan memanaskannya dalam oven selama 24
jam pada suhu 110°C (A).
s. Isi labu ukur tadi dengan air suling sampai tanda batas lalu timbang
dengan ketelitian 0,1 gram (B).
t. Hitung :
Bulk spccific gravity = A/(B+500-C)
Bulk specific gravity ( SSD ) = 500/(B+500-C)
Apparent'specific Eravity = A/(B+A-C)
Absorption ( Penyerapan ) = (500-A)/A
3.4.4 Hasil Pengujian
Data sampel I
Berat benda uji kering jenuh (SSD) : 500 gr
Berat benda uji kering oven (Bk) : 478 gr
Berat piknometer + air (B) : 2075 gr
Berat piknometer + benda uji + air (Bt) : 2378 gr
Bk
Berat jenis bulk :
B+500−Bt
478
: = 2,426 gr/cm3
2075+500−2378
500
Berat jenis kering permukaan jenuh :
B+500−Bt
500
: = 2,538 gr/cm3
2075+500−2378
Bk
Berat jenis semu (apparent) :
B+ Bk−Bt
478
: = 2,731 gr/cm3
2078+478−2378
500−Bk
Penyerapan air (absorbs) : x 100 %
Bk
500−478
: x 100 % = 0,046 %
478
31
3.4.5 Kesimpulan
Dari pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus (Dust) rata-rata BJ
(OD) sebesar 2,487, BJ (SSD) sebesar 2,569, dan BJ (APP) sebesar 2,710, dan
absorbsi air adalah 0,033 %.
Untuk menentukan berat jenis agregat halus serta penyerapan agregat halus
pasir.
3.5.2 Alat-alat pengujian
a. Timbangan ketelitian 0,1 gram
b. Labu ukur 500 ml
c. Kerucut kuningan (cone)
d. Penumbuk (tamper)
e. Talam
f. Sendok pengaduk
g. Oven
h. Alat penisah (sample splitter)
i. Saringan No. 4
j. Vacuum pump
3.5.3 Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian berat jenis serta penyerapan agregat halus pasir adalah
sebagai berikut :
a. Ambil benda uji yang lolos saringan No. 4 sebanyak sekitar 1000 gram.
b. Masukkan ke dalam alat pemisah (sample spliter), sehingga benda uji
tersebut terbagi menjadi dua bagian. Atau gunakan metoda seperempat.
c. Keringkan dalam oven pada suhu 110°C selama 24 jam, lalu dinginkan.
d. Rendam selama kurang lebih 24 jam.
e. Buang air perendam tersebut dengan hati-hati.
f. Tebarkan benda uji tersebut ke dalam loyang, lalu aduk-aduk sehinga
terjadi proses-proses pengeringan yang merata.
g. Letakkan kerucut kuningan pada suatu permukaan yang rata dan tidak
menyerap air. Masukkan benda uji tadi ke dalam kerucut tersebut sampai
batas atasnya.
h. Padatkan benda uji tadi dengan menggunakan alat penumbuk, sebanyak 25
kali, dan tinggi jatuh 5 mm secara jatuh bebas.
i. Bersihkan daerah disekitar kerucut dari butiran agregat yang tercecer.
33
Bk
Berat jenis bulk :
B+500−Bt
482
: = 2,537 gr/cm3
2075+500−2385
500
Berat jenis kering permukaan jenuh :
B+500−Bt
500
: = 2,632 gr/cm3
2075+500−2385
Bk
Berat jenis semu (apparent) :
B+ Bk−Bt
482
: = 2,802 gr/cm3
2078+482−2385
500−Bk
Penyerapan air (absorbs) : x 100 %
Bk
500−482
: x 100 % = 0,037 %
482
3.5.5 Kesimpulan
Dari pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus dust rata-rata BJ
(OD) sebesar 2,565, BJ (SSD) sebesar 2,632, dan BJ (APP) sebesar 2,749, dan
absorpasi air adalah 0,026 %.
N GEMBUR PADAT
URAIAN
O I II III I II III
Berat tempat + 820 819 820 829 829 826
1 gram
Agregat 4 8 6 0 7 3
410 410 410 410 410 410
2 Berat tempat gram
0 0 0 0 0 0
410 409 410 419 419 416
3 Berat Agregat gram
4 8 6 0 7 3
305 305 305 305 305 305
4 Isi tempat cm³
0 0 0 0 0 0
gram/
5 Berat isi 1,35 1,34 1,35 1,37 1,38 1,36
cm³
Berat isi rata-rata 1,35 1,37
3.6.5 Kesimpulan
Dari hasil pengujian berat volume padat rata-rata pada agregat kasar (3/8")
adalah 1,37 gr/cm3 dan berat gembur agregat kasar (3/8") adalah 1,35 gr/cm3.
37
N GEMBUR PADAT
URAIAN
O I II III I II III
Berat tempat + 826 824 827 855 853 856
1 gram
Agregat 1 4 2 1 5 2
410 410 410 410 410 410
2 Berat tempat gram
0 0 0 0 0 0
416 414 417 445 443 446
3 Berat Agregat gram
1 4 2 1 5 2
305 305 305 305 305 305
4 Isi tempat cm³
0 0 0 0 0 0
gram/
5 Berat isi 1,36 1,36 1,37 1,46 1,45 1,46
cm³
Berat isi rata-rata 1,36 1,46
3.7.5 Kesimpulan
Dari hasil pengujian berat volume padat rata-rata pada agregat kasar (3/4")
adalah 1,46 gr/cm3 dan berat gembur agregat kasar (3/4") adalah 1,36 gr/cm3.
b. Batang pemadat.
c. Container pengukur volume (kapasitas 5 liter).
d. Meja getar
e. Mistar perata
3.8.3 Prosedur Pengujian
a. Berat isi gembur:
1. Timbang berat container (A) yang telah diketahui volumenya (v).
2. Masukkan benda uji ke dalam container denqan hati-hati agar tidak
terjadi pemisahan butir, dari ketinggian maksimun 5 cm diatas
container dengan menggunakan sendok/sekop sampai penuh.
3. Ratakan permukaan container dengan mistar perata.
4. Timbang berat container + isi (c).
5. Hitung berat benda uji = C – A.
6. Hitung : Berat Isi = (C-A)/V.
b. Barat isi padat:
1. Timbang container (A).
2. Masukkan benda uji kedalam container tersebut kurang lebih 1/3 bagian
lalu tusuk - tusuk dengan batang pemadat sebanyak 25 kali.
3. Ulangi hal yang sama untuk lepisan kedua.
4. Untuk lapisan terakhir, masukkan benda uji sampai melebihi permukaan
atas container lalu tusuk-tusuk kembali sebanyak 25 kali.
5. Letak diatas meja getar lalu pasang penjepitnya.
6. Hidupkan motor penggerak 5 menit sampai mencapai pemadatan
maksimum.
7. Ratakan permukaan benda uji dengan alat perata.
8. Timbang container berikut beserta benda ujinya (C).
9. Hitung : Berat Isi = (C-A)/ V.
3.8.4 Hasil Pengujian
Tabel 3.8.4 Bobot Isi Agregat Halus (Dust)
Agregat Halus Dust
40
N GEMBUR PADAT
URAIAN
O I II III I II III
Berat tempat + 875 897
1 gram 8732 8770 8992 8969
Agregat 9 8
410 410
2 Berat tempat gram 4100 4100 4100 4100
0 0
465 487
3 Berat Agregat gram 4632 4670 4892 4869
9 8
305 305
4 Isi tempat cm³ 3050 3050 3050 3050
0 0
5 Berat isi gram/cm³ 1,52 1,53 1,53 1,60 1,60 1,60
Berat isi rata-rata 1,53 1,60
3.8.5 Kesimpulan
Dari hasil pengujian berat volume padat rata-rata pada agregat halus (Dust)
adalah 1,60 gr/cm3 dan berat gembur agregat kasar (Dust) adalah 1,53 gr/cm3.
3.9.5 Kesimpulan
42
Dari hasil pengujian berat volume padat rata-rata pada agregat halus (Pasir)
adalah 1,51 gr/cm3 dan berat gembur agregat kasar (Pasir) adalah 1,42 gr/cm3.
52.09 60.00
45.69
37.48 40.00
27.85
19.95
20.00
5.94 6.43
0.00
0.15 0.3 0.5 1.16 1.15 2.36 4.75 9.52 12.7 19.1 25.4
3.10.5 Kesimpulan
Dari hasil percobaan didapat campuran aspal sebagai berikut CA(3/4")
adalah 26%, MA (3/8") adalah 23%, Dust adalah 12%, Pasir adalah 34% dan
Filler adalah 5%.
CA : 26 Pasir : 34
MA : 23 Dust : 12
Filler 5%
Pb = 0,035 CA + 0,045 MA + 0,18 Filler + 0,5
Pb = 0,035(49) + 0,045(46) + 0,18(5%) +0,5 = 5,185
48
{ (
h= 100 :
% Agr
+
% Aspal
Bj Agr Eff BJ Aspal )}
I : Volume aspal terhadap b.u = (b x g) / BJ Aspal (%)
Jeff : Volume agregat terhadap b.u = ((100 – b) x g) / BJ Agr eff (%)
Jcur : Volume agregat terhadap b.u = ((100 – b) x g) / BJ Agr curah (%)
K : Kadar rongga dalam agregat (VMA) = (100 – Jcur) (%)
L : Rongga terhadap campuran (VITM) = (100 x (h – g) / h) (%)
M : Rongga yang terisi aspal (VFWA) = (100 x (VMA – VITM) / VMA) (%)
N : Nilai pembacaan arloji stabilitas
o : n x kalibrasi proving ring
p : Tebal koreksi benda uji
q : Stabilitas = o x p (kg)
s : Marshall quotient (kg/mm)
- Temperatur pencampuran : ± 150ºC
- Temperatur pemadatan : ± 130ºC
- Temperatur water bath : ± 60ºC
- Berat jenis aspal : 1,022
- Berat jenis agregat curah : 2,390
- Berat jenis agregat semu : 2,480
- Berat jenis agregat efektif : 2,435
- Kalibrasi proving ring : 13,617 Kg
49
2.260 DENSITY
2.240
2.220
2.200
2.180
2.160
2.140
2.120
4.5 5 5.5
16.000 VMA
14.000
12.000
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
0.000
4.5 5 5.5
6.000 VIM
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0.000
4.5 5 5.5
100.000
90.000
WFA
80.000
70.000
60.000
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0.000
4.5 5 5.5
2500.000 STABILITY
2000.000
1500.000
1000.000
500.000
0.000
4.5 5 5.5
5
4.5
FLOW
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
4.5 5 5.5
1200.00 MQ
1000.00
800.00
600.00
400.00
200.00
0.00
4.5 5 5.5
3.11.5 Kesimpulan
Kadar Aspal(%)
No Kriteria Spesifikasi
4,5 5 5,5
1 Density -
2 VMA min 14
3 VIM 3,5-5,0
4 WFA min 63
5 Stability min 800
6 Flow min 3
7 MQ min 250
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan pada analisa saringan agregat kasar (3/4") di peroleh
madulus halus butiran (MHB) yaitu tertinggal komulatif 9,41% dan lolos
komulatif 2,58%. Agregat kasar (3/8") di peroleh madulus halus butiran
(MHB) yaitu tertinggal komulatif 7,95% dan lolos komulatif 4,04% .
Agregat halus (Dust) di peroleh madulus halus butiran (MHB) yaitu
tertinggal komulatif 5,58% dan lolos komulatif 6,41%. Agregat halus
(Pasir) di peroleh madulus halus butiran (MHB) yaitu tertinggal komulatif
4,19% dan lolos komulatif 7,80%.
2. Dari pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar MA (3/8") rata-
rata BJ (OD) sebesar 2,13, BJ (SSD) sebesar 2,18, dan BJ (APP) sebesar
2,24, dan absorbsi air adalah 0,02 %. Berat jenis dan penyerapan agregat
kasar MA (3/4") rata-rata BJ (OD) sebesar 2,15, BJ (SSD) sebesar 2,18,
dan BJ (APP) sebesar 2,2, dan absorbsi air adalah 0,01 %. Berat jenis dan
penyerapan agregat halus (Dust) rata-rata BJ (OD) sebesar 2,487, BJ
(SSD) sebesar 2,569, dan BJ (APP) sebesar 2,710, dan absorbsi air adalah
0,033 %. Berat jenis dan penyerapan agregat halus dust rata-rata BJ (OD)
sebesar 2,565, BJ (SSD) sebesar 2,632, dan BJ (APP) sebesar 2,749, dan
absorpasi air adalah 0,026 %.
3. Dari hasil pengujian berat volume padat rata-rata pada agregat kasar
(3/8") adalah 1,37 gr/cm3 dan berat gembur agregat kasar (3/8") adalah
1,35 gr/cm3. Berat volume padat rata-rata pada agregat kasar (3/4") adalah
1,46 gr/cm3 dan berat gembur agregat kasar (3/4") adalah 1,36 gr/cm3.
Berat volume padat rata-rata pada agregat halus (Dust) adalah 1,60 gr/cm 3
dan berat gembur agregat kasar (Dust) adalah 1,53 gr/cm3. Berat volume
53
padat rata-rata pada agregat halus (Pasir) adalah 1,51 gr/cm3 dan berat
gembur agregat kasar (Pasir) adalah 1,42 gr/cm3.
54
55
6. Dari hasil percobaan didapat marshall test dengan hasil stability pada
sampel 1 yaitu 162 mm, sampel 2 yaitu128 mm dan sampel 3 yaitu 168
mm. Dan pada flow pada sampel 1 yaitu 464 mm, sampel 2 yaitu150 mm
dan sampel 3 yaitu 344 mm
7. Dari hasil percobaan didapat kadar KAO dengan kadar aspal yang
digunakan yaitu 4,5%, 5% dan 5,5 % pada density ketiganya memenuhi
memenuhi spesifikasi. Untuk kriteria VMA dengan spesifikasi min 14
hanya pada kadar aspal 5,5% yang memenuhi spesifikasi. Untuk kriteria
VIM dengan spesifikasi 3,5-5,0 hanya pada kadar aspal 5,5% yang
memenuhi spesifikasi. Untuk kriteria WFA dengan spesifikasi min 63
hanya pada kadar aspal 5,5% yang memenuhi spesifikasi. Untuk kriteria
stability dengan spesifikasi min 800 ketiga kadar aspal tersebut memenuhi
spesifikasi. Untuk kriteria flow dengan spesifikasi min 3 hanya pada kadar
aspal 4% dan 5,5% yang memenuhi spesifikasi. Untuk kriteria MQ dengan
spesifikasi min 250 ketiga kadar aspal tersebut memenuhi spesifikasi.
4.2 Saran
Dalam pembahasan laporan diatas dapat kami sampaikan bebarapa saran
seperti :
1. Kepada mahasiswa yang melaksanakan praktikum sebaiknya menjaga
alat-alat yang digunakan dan bertanggung jawab atas barang yang
digunakan agar tidak hilang ataupun rusak.
2. Kepada para mahasiswa diharapkan dapat mengikuti segala peraturan
yang berlaku selama masa praktikum berlangsung dan fokus dengan apa
yang dilakukan pada saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
56
57