PRAKTIKUM HIDRAULIKA
Disusun Oleh:
KELOMPOK 1B
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2021
LEMBAR PENILAIAN
PRAKTIKUM HIDRAULIKA
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan. Tidak lupa pula shalawat beriring salam
kami sanjungkan kepangkuan baginda Rasulullah SAW beserta keluarganya
karena berkat perjuangan beliaulah kita dapat terhindar dari alam kebodohan dan
menuju ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Laporan ini ditulis sebagai perwujudan dari hasil praktikum hidraulika yang
telah penulis laksanakan. Laporan ini penulis susun dengan judul “Praktikum
Hidraulika”.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Laporan ini terwujud atas bantuan,
bimbingan, dan partisipasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada :
Kelompok 1 B
DAFTAR ISI
1.2 Tujuan
Adapun Praktikum Hidraulika ini bertujuan untuk lebih memahami apa yang
dipelajari dari teori, baik di ruang kuliah maupun dari literatur di perpustakaan, dan
membandingkannya dengan perhitungan yang diperoleh, sehingga setelah
melaksanakan praktikum ini sedikit banyak dapat memberi gambaran yang lebih
jelas tentang teori-teori yang dipelajari selama ini.
1.3 Jenis Praktikum
2.1. Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan titik pusat tekanan pada
bidang permukaan yang terendam sebagian.
↑ 8
→ 5 6
7
←3 ↑ ← 11
1
← 12
10
↓
↑
2 13 →
Gambar 2.1. Hydrostatic Pressure Aparatus F1-12
Sumber : Pengamatan langsung
Keterangan :
1. Perspex tank;
2. Nivo kotak;
3. Penghubung lengan neraca dengan piringan anak timbangan;
4. Patok indikasi keseimbangan;
5. Quadrant;
6. Sekrup penjepit kuadrant;
7. Lengan neraca;
8. Poros sumbu;
9. Penyeimbang neraca;
10. Skala;
11. Permukaaan kuadrant;
12. Kran pembuang (Drain cock);
13. Sekrup kaki.
L
y d
Keterangan :
L = Jarak tumpuan (pivot) ke titik beban
a = Jarak dari as lengan neraca ke permukaan quadrant
b = Lebar quadrant
d = Kedalaman permukaan bagian belakang quadrant
m = Beban
y = Tinggi muka air
2 3
m gb y
a d
………………………………………… (2.2)
y2 2L 3
m gb
a d gb y ………………………………………… (2.3)
y2 2L 6L
m gb gb
y
a d ………………………………………… (2.4)
y2 6L 2L
= 1000 kgf/m3
= 1 gr/cm3
g = 9,81 m/det2 = 981 cm/det2
Slope kurva hitungan adalah :
gb .b 1x 7,5 0,045
6L 6L 6 x 27,5
Perpotongan dengan sumbu y adalah:
gb
a d .b a d 1x 7,5 10,5 10 2,795454545
2L 2L 2 x 27,5
60
Tinggi Muka Air (mm)
50
40 y = -932.35x + 79.506
R² = 0.9903
30 Series1
20 Linear (Series1)
10
0
0.02 0.025 0.03 0.035 0.04 0.045 0.05
m/y² (gr/mm²)
Fx Fy Fx
1 1
y y
3 3
Titik pusat tekanan akan berada pada 1 dari dasar bidang benda itu, jika benda
3
yang kita tinjau berada pada bidang vertikal karena dipengaruhi kedalaman air.
Sedangkan jika benda yang kita tinjau berada pada bidang horizontal dan
kedalaman air adalah sama, maka titik pusat tekanan Hydrostatic berada pada
tengah bidang vertikal dan distribusi gaya yang terjadi selalu tegak lurus bidang.
Berdasarkan dari hasil percobaan yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan
bahwa semakin bertambah beban maka titik pusat tekanan akan semakin tinggi.
Pada percobaan Hydrostatic yang kami lakukan, terjadi perbedaan nilai slope dan
intercept antara hasil percobaan dengan hasil perhitungan teoritis. Pada teori, slope
diperoleh sebesar -0,045, sedangkan yang kami dapatkan dari hasil percobaan
sebesar -932,35. Begitupula pada intercept. Pada teori, intercept diperoleh sebesar
2,72727, sedangkan yang kami dapatkan dari hasil percobaan sebesar 79,506.
Pengetahuan dasa rmasalah stabilitas benda terapung seperti sebuah kapal yang mengambang di
permukaan air merupakan hal yang sangat penting. Kondisi kestabilan, netral, atau ketidakstabilannya
dinyatakan berdasarkan tinggi titik berat benda tersebut.
Metasentrik Tinggi (GM) adalah jarak antara pusat gravitasi dari kapal dan metacenter. Suatu
benda terapung dalam keseimbangan stabil apabila pusat beratnya berada di bawah pusat apung.
Namun benda terapung dapat pula dalam keseimbangan stabil meskipun pusat beratnya berada di
atas pusat apung.
3.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui stabilitas dari benda terapung dan menentukan tinggi metacentrum.
2. Membandingkan hasil analitis stabilitas benda terapung dengan hasil percobaan.
Percobaan Metacentric Height dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 Maret 2021 pukul 17.20 -
Selesai WIB.
Keterangan :
1. Ponton;
2. Adjustable mass;
3. Skala derajat;
4. Tiangponton;
5. Massa sorong (sliding mass);
6. Benangpengukur;
7. Skala linear.
Jumlah praktikan pada percobaan ini lima orang, yang masing-masing bertugas:
1 orang mengisi air kedalam bak penampungan air;
1 orang mengamati garis putih sejajar ujung timah;
1 orang mengatur Adjustable mass dan;
1 orang mencatat hasil-hasil pengamatan.
3.6 RingkasanTeori
Gambar di atas menunjukkan kapal terapung di air. Pemberat yang dapat digeser (w), yang diletakkan
pada deck kapal dan W adalah berat total kapal termasuk w. Kapal dalam keadaan seimbang, deck dalam
posisi horizontal. Sekarang w digeser sejarak x tegak lurus deck, oleh karenanya kapal menjadi miring
dengan sudut sebesar . Dalam posisi miring, titik berat G dan titik apung B berpindah tempat pada posisi
tegak lurus garis vertikal. Titik berat G berpindah ke titik G’.
w x = W GG’
GG’ = GM tg
w x = W G M tg
𝑤𝑥
GM = 𝑊𝑡𝑔𝜃
𝐼𝑚𝑖𝑛 1
BM = 𝑉
dengan 𝐼 = 12 𝐿𝑏 3 dan V = L b d …………………….... (3.1)
Dengan:
L = Panjang kapal
b = Lebar kapal
d = Bagian kapal yang berada di bawah muka air
GM = BM – BG..………………………………..……………...... (3.2)
𝑑
BG =y− ………………………………………………….... (3.3)
2
Kondisi stabilitas benda terapung:
Bila M berada di atas G (GM positif) benda stabil
Bila M sama dengan G (GM = 0) benda netral
Bila M berada di bawah G (GM negatif) benda tidak stabil.
𝑠 24𝑚𝑚
2
= 2
= 12 mm
1 3 1
𝐼= 𝑙𝑏 = (351𝑚𝑚)(200𝑚𝑚)3 = 233.333.333,30 𝑚𝑚4
12 12
𝐼 233.333.333,30𝑚𝑚
𝐵𝑀 = = = 138,493 mm
𝑉 1.684.800𝑚𝑚
𝐼 𝑠
GM = BM – BG = 𝑉
− (𝑦 − 2) = 138,493 − (75 − 12) = 75,493mm
Keterangan:
I = Momen inersia (mm4)
V = Volume ponton yang terendam air (mm3)
GM = Tinggi metasentrum (mm)
Sudut
Sudut GM Sudut GM GM rata-
rata-rata
Jarak moveable mass dari (θ) (mm) Jarak moveable mass dari (θ) (mm) rata (mm)
(θ)
titik pusat x (mm) titik pusat x (mm)
10 1.3 91.058 10 1.2 98.649 1.25 94.853
20 2.6 91.011 20 2.9 81.583 2.75 86.297
30 3.9 90.933 30 4 88.653 3.95 89.793
40 5.1 92.614 40 5.3 89.100 5.20 90.857
50 6.4 92.112 50 6.5 90.683 6.45 91.397
60 7.5 94.175 60 7.6 92.921 7.55 93.548
70 8.6 95.644 70 8.7 94.528 8.65 95.086
80 9.8 95.705 80 10 93.753 9.90 94.729
Grafik 3.1.Hubungan Jarak Moveable Mass dari titik pusat dengan Sudut
GRAFIK METASENTRUM
12.00
y = 0.1215x + 0.2429
10.00
R² = 0.9985
Sudut rata-rata (Ѳ)
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Jarak (mm)
Sudut rata-rata
GM rata-rata (mm)
(θ)
Jarak moveable mass dari titik
pusat x (mm)
10 1.11 107.035
20 2.21 106.995
30 3.32 106.929
40 4.42 106.836
50 5.53 106.716
60 6.64 106.570
70 7.74 106.396
80 8.85 106.196
Grafik 3.2. Hubungan sudut rata-rata dengan GM rata-rata
8
6
4
2
0
106.080 106.200 106.320 106.440 106.560 106.680 106.800 106.920 107.040 107.160
GM rata-rata (mm)
3.9 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan Tinggi metasentrum (GM) dipengaruhi oleh posisi titik apung (B) dan titik berat
ponton (G), di mana nilai GM akan besar bila nilai B dan G kecil. Tinggi metasentrum GM juga dipengaruhi
oleh sudut kemiringan yang dibentuk. GM berubah menjadi semakin besar bila sudut kemiringan
semakin kecil.
Dari data yang telah dihitung dengan metode percobaan dapat disimpulkan nilai GM yang
diperoleh adalah GM =106,07 mm (bernilai positif), berarti titik metasentrum (M) berada di atas pusat
berat (G), maka kondisi stabilitas benda adalah stabil.Sedangkan pada perhitungan teoritis diperoleh GM
=𝟕𝟓, 𝟒𝟗𝟑 mm (bernilai positif), berarti terjadi sedikit penyimpangan antara hasil percobaan dengan teori.
Hal ini dapat terjadi karena kurangnya kehati-hatian dan ketelitian dalam pelaksanaan setiap langkah kerja,
serta kurangnya ketelitian saat pembacaan sudut dan titik netral yang tidak pada posisi atau titik O.
BAB IV
IMPACT OF JET
4.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum Impact of Jet adalah menyelidiki kebenaran dari
pernyataan teori tentang gaya pancaran terhadap berbagai bentuk sasaran, dan
untuk menentukan momentum yang terjadi pada suatu benda dari kecepatan
fluida yang menumbuk benda tersebut.
Keterangan :
1. Timah
2. Mur
3. Penahan/sasaran
4. Curat
5. Kaki/penyangga
6. Piringan bawah
7. Lubang pembuang air
8. Pipa inlet
9. Tangki transparan
10. Piringan atas
11. Tempat peletakan beban
4.4 Ringkasan Teori
Keterangan:
Fy = tekanan curat (mpa)
Q = debit aliran (cc/dt)
v = kecepatan (mm/dt)
= massa jenis air (kg/cm3)
A = luas penampang (cm2)
4.5 Langkah Kerja
a. Peralatan Impact of Jet Apparatus diletakkan pada dasar bench;
b. Pipa inlet (inlet pipe) dihubungkan ke bench pada sambungan
pengisi;
c. Plat atas (top plate) dibuka dengan cara membuka mur (knurled
screw) yang terletak pada plat atas;
d. Plat sasaran (target plate) ditempatkan pada tiang yang terhuung
dengan piringan pemberat (weight pan);
e. Plat atas dipasang kembali dengan mengeratkan mur;
f. Peralatan dihorizontalkan dengan bantuan nivo dengan cara
menyetel kaki alat (adjustable feet);
g. Pengukur horizontal (level gauge) disetel hingga sesuai dengan
bidang referensi pada piringan pemberat;
h. Pompa air pada bench dihidupkan;
i. Massa pemberat sebesar 50 gram diletakkan pada piringan
pemberat, atur aliran air melalui pengoperasian keran pada bench.
Kemudian kecepatan aliran diatur hingga piringan pemberat sesuai
dengan pengukur horizontal (level gauge);
j. Lalu pembacaan waktu menggunakan stopwatch dimulai saat
volume air mengalir setiap 2.000 cc (2 liter) yaitu dari 0 ke 2.000 cc,
hal ini dilakukan sebanyak tiga kali untuk memperoleh debit dan
kecepatan aliran;
k. Langkah poin i dan j diulang dengan menambahkan massa
(70, 90, 100, dan 130 gram) di atas piringan pemberat;
l. langkah dari poin c sampai k diulang kembali dengan
menggunakan jenis sasaran lainnya (sasaran 1200 dan sasaran 1800).
4.6 Analisa Data dan Hasil Perhitungan
= 50,285 𝑚𝑚2
= 0,50285 𝑐𝑚²
Slope teori:
IMPACT OF JET
Plat Datar (Sasaran 90o)
200 y = 1.1945x + 2.204
150
MASSA (gram)
100
50
0
0 20 40 60 80 100 120
MOMENTUM
IMPACT OF JET
(Sasaran 120o)
200 y = 1.5977x + 7.4162
150
MASSA (gram)
100
50
0
0 20 40 60 80
MOMENTUM
IMPACT OF JET
(Sasaran 180o)
y = 1.9357x + 14.482
180
150
MASSA (gram)
120
90
60
30
0
0 10 20 30 40 50 60
MOMENTUM
Slope grafik diperoleh dari hasil percobaan Impact Of Jet yang telah
Penulis lakukan didapatkan dari hasil grafik sebagai berikut:
IMPACT OF JET
200
y = 0,9209x + 2,0643
Sasaran 120°
100
Sasaran 90°
5.1 Definisi
5.2 Tujuan
5.3 WaktuPercobaan
Percobaan Orifice and Jet dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 17 Maret
2021 pukul 9.30 WIB.
Keterangan :
1. Pipa inlet
2. Pipa fleksibel
3. Pipa limpasan
4. Skala
5. Tangki utama
6. Penjepit kertas
7. Backboard
8. Jarum vertikal
9. Sekrup
10. Kaki/penyangga
11. Sekat
5.5 Jumlah Praktikan
x = V . t……………………………………........................…….. (5.1)
1
y= gt2…………………………………....….............................. (5.2)
2
2y
atau t2 =
g
gx 2
V=
2y
V
Cv
Vth
x2
Cv
4hy
x2
4Cv2 y
h
gx 2
2y
Cv
2 gh
4hyCv2 x 2
……………………………………………………………….. (5.3)
x2
diplotkan terhadap y
h
0 0 0 0 0 0
2 50 2500 10.204 1.129 2.476
12 100 10000 40.816 0.922 2.022
25 150 22500 91.837 0.958 2.101
245 46 200 40000 163.265 0.942 2.065
71 250 62500 255.102 0.948 2.078
100 300 90000 367.347 0.958 2.101
133 350 122500 500.000 0.969 2.126
175 400 160000 653.061 0.966 2.118
0.974
Keterangan: *)
C v
2 hy
**) v = Cv
KOEFISIEN DEBIT
700
(ORIFICE d=3mm)
600 y = 3.7379x - 2.947
R² = 0.9996
500
x^2/h (mm)
400
300 Series1
200
100
0
0 50 100 150 200
-100
Y (mm)
x2
Grafik 5.1 Hubungan antara dan y (lubang diameter 3 mm)
h
Slope grafik = 3,7379
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
Cv = √ 4
= 0,966
0 0 0 0 0.000 0.00
4 50 2500 10.204 0.799 1.751
13 100 10000 40.816 0.886 1.942
28 150 22500 91.837 0.906 1,985
245 50 200 40000 163.265 0.904 1.981
77 250 62500 255.102 0.910 1.995
107 300 90000 367.347 0.926 2.031
139 350 122500 500.000 0.948 2.079
178 400 160000 653.061 0.958 2.100
0,905
KOEFISIEN DEBIT
(OFFICE d = 6 mm)
700
600 y = 3.6484x - 10.316
R² = 0.9981
500
x^2/h (mm)
400
300 Series1
200 Linear (Series1)
100
0
-100 0 50 100 150 200
Y(mm)
x2
Grafik 5.2 Hubungan antara dan y (lubang diameter 6 mm)
h
Slope grafik = 3,6484
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
Cv = √ 4
= 0,955
5.9 Kesimpulan
Dapat dilihat dari tabel di atas, dari perbandingan nilai Cv teori dengan Cv
Percobaan terdapat penyimpangan nilai. Hal ini terjadi karena pembacaan nilai 𝑦
yang tidak teliti dan juga karena penempatan titik yang tidak tepat pada kertas
milimet
BAB VI
OSBORNE REYNOLDS
6.1 Tujuan
Untuk mengamati sifat suatu aliran secara visual dan teoritis serta
meggolongkn aliran berdasarkan pola gerak dan angka reynoldsnya yang terbagi
dalam tiga golongan yaitu aliran laminer, transisi, turbulen
6.2 WaktuPercobaan
Keterangan :
1. Reservoir zat warna
2. Zat warna dalam reservoir
3. Keran pengatur aliran tinta
4. Tangki utama
5. Kelereng
6. Pipa karet inlet
7. Pipa aliran visualisasi
8. Keran pengatur air
9. Pipa pelimpah
10. Jarum suntik
11. Corong
12. Pipa karet outlet
6.4 Ringkasan Teori
V D
Re dengan …………………………………………. (6.1)
Keterangan:
Re = Bilangan Reynold’s
V = Kecepatan aliran (m/dt)
D = Diameter pipa (m)
= Kekentalan kinematik (m2/dt)
= Kekentalan dinamik zat cair (Ndt/m2)
= Rapat massa zat cair (Kg/m3)
Hasil pengamatan waktu per volume air yang ditetapkan pada setiap
kondisi visual aliran diperoleh data hitungan yang dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Keterangan:
Volumeair
*) Q
t
Q
**)
V
A
6.8 Kesimpulan
Kondisi
Jenis
Aliran Zat Re Teori Re Percobaan Percobaan
Aliran
Warna
Lurus Re 2000 1841,2 Laminer Benar
Bergelombang
2000 Re 4000 2753,334 Transisi Benar
(lurus-pecah)
Pecah Re 4000 13756,94 Turbulen Benar
Kondisi aliran zat warna secara visual ternyata sesuai dengan teori. Menurut
Reynolds, apabila nilai Re < 2000 maka aliran tersebut adalah laminer. Ini sesuai
dengan kondisi aliran zat warna secara visual pada percobaan diatas didapat nilai
Re sebesar 1841,2 . Begitu juga halnya dengan nilai Re 2753,334 yang berada
pada range 2000 < Re < 4000, sehingga alirannya dinyatakan transisi. Sedangkan
Re yang didapat sebesar 13756,94 dinyatakan turbulen karena memenuhi
hubungan Re > 4000.
BAB VII
PERCOBAAN VISUALISASI ALIRAN
7.1 Definisi
Visualisasi aliran adalah rekayasa pembuatan aliran yang mengalir
untuk menampilkan suatu informasi dalam bentuk gambar. Visualisasi
aliran merupakan bentuk-bentuk atau perilaku pada suatu aliran air. Perilaku
aliran bermacam-macam. Untuk lebih memahami tipe-tipe aliran, perlu
dilakukan percobaan aliran dengan menggunakan ambang dan hambatan.
7.2 Tujuan
Untuk mengamati profil muka air pada setiap percobaan dengan
memberikan berbagai bentuk jenis hambatan pada aliran tersebut.
Keran pengatur
ketinggian air
Pengatur elevasi
flume
Hydraulics bench
Ambang Lebar
Tabel 7.1 Hasil Percobaan Visualisasi Aliran melalui Ambang Lebar Hulu Bulat
Kecepatan aliran:
𝑞 17.52 × 10−3
𝑉1 = = = 1.030 𝑚/
𝑦 1 0.017
Angka Froude disebelah hulu loncat air:
Type equation here.
𝑉1 1.030
𝐹𝑟1 = = = 2.522
√𝑔𝑦1 √9.81 × 0.017
Kedalaman air di hilir:
𝑦1 0.017
𝑦= (√1 + 8𝐹𝑟12 − 1) = (√1 + 8(2.522)2 − 1) = 0.060𝑚
2 2 2
Panjang loncat air:
𝐿 = (𝑦2 − 𝑦1) = 5(0.060 − 0.017) = 0.21𝑚
Kesimpulan :
Profil muka air di hulu dan di atas hambatan untuk ambang lebar
hulu bulat sama seperti profil muka air pada ambang lebar hulu vertikal.
Namun ketika air mencapai bagian hilir ambang lebar yang berbentuk siku,
air yang mengalir tidak bisa mengikuti bentuk dari hilir ambang lebar,
sehingga air mengalir membentuk parabolis yang mengakibatkan
terbentuknya rongga udara di antara hilir ambang lebar dan di daerah bawah
aliran jatuhan air serta diperoleh tinggi y1 = 0,017 m, y2= 0,060 m dan
panjang loncat air L = 0,21 m. Dari hasil pengukuran loncat air pada kertas
kalkir didapatkan L = 0,21 m dan y2 = 0,066 m .
Ambang Lebar Terbalik
Tabel 7.2 Hasil Percobaan Visualisasi Aliran melalui Ambang Lebar Hulu Vertikal
Kesimpulan :
Pada saat air mendekati ambang lebar di bagian hulu yang berbentuk
siku, muka air menjadi turun, kemudian ketika air mengalir di atas hambatan
ambang lebar, garis muka air mendekati datar. Ketika air mencapai bagian
hilir ambang lebar yang berbentuk lengkungan, air mengalir dan jatuh
mengikuti bentuk lengkung dari ambang lebar tersebut serta diperoleh tinggi
y1 = 0,018 m, y2 = 0,048 m dan panjang loncat air L = 0,21 m. Dari hasil
pengukuran loncat air pada kertas kalkir didapatkan L = 0,259 m dan y2 =
0,062 m.
Kesimpulan :
Pada aliran melalui ambang tipis, tinggi muka air di bagian hulu (di
belakang ambal tipis) relatif sama, tapi aliran menjadi berubah cepat
(rapidly varied flow) sewaktu melewati hambatan ambang tipis, karena
kondisinya berupa terjunan serta diperoleh tinggi y1 = 0,021 m, y2= 0,057m
dan panjang loncat air L = 0,18 m. Dari hasil pengukuran loncat air pada
kertas kalkir didapatkan L = 0,182 m, dan y2 = 0,059 m.
Kecepatan aliran:
𝑞 7.666 × 10−3
𝑉1 = = = 0.638 𝑚/𝑑
𝑦 1 0.012
Angka Froude disebelah hulu loncat air:
𝑉1 0.638
𝐹𝑟1 = = = 1.859
√𝑔𝑦1 √9.81 × 0.012
Kedalaman air di hilir:
𝑦1 0.012
𝑦= (√1 + 8𝐹𝑟12 – 1) = (√1 + 8(1.859)2 – 1) = 0.031 𝑚
2 2 2
Koefisien loncat air:
𝐿 = (𝑦2 – 𝑦1) = 7(0.031 – 0.012) = 0.133 𝑚
Kesimpulan :
Pada aliran air melalui pintu sorong dengan bukaan 1cm dapat dilihat
bahwa semakin tinggi head hulu maka semakin besar pula debit alirannya
dan panjang loncat air juga semakin besar. Selain itu pada bagian hilir
terbentuk olakan air yang terjadi sebelum muka air menjadi stabil kembali
serta diperoleh tinggi y1 = 0,012 m, y2 = 0,031 m dan panjang loncat air L
= 0,133 m. Dari hasil pengukuran loncat air pada kertas kalkir didapatkan L
= 0,236 m dan y2 = 0,047 m.
Kesimpulan :
Bentuk profil aliran pada muka air tanpa hambatan sangat tergantung
pada kecepatan aliran, slope dasar saluran, debit, hambatan yang dilalui dan
tailgate. Pada aliran bebas hambatan, tidak terjadi loncat air L karena
ketiadaan hambatan, dan tinggi head hulunya 3.8 serta tinggi y1 = y2 =
0,033 m.
DAFTAR PUSTAKA
Data percobaan
b= 7,5 cm L= 27,5 cm = 1000kgf/m3
d= 10 cm a= 10 cm
Data percobaan
Panjang ponton = 350 mm. Lebar ponton = 200 Mm
Tinggi ponton = 75 Mm Berat moveablemass = 0,305 kg.
Massa ponton terpasang = 1.476 kg. Jarak titikberat ponton dari dasar, y = 76 mm.
Jarak slidingmass dari dasar = 180 mm. Bagian ponton di bawah muka air, s = 24 Mm
10 1,3 10 1,2
20 2,6 20 2,9
30 3,9 30 4,0
40 5,1 40 5,3
50 6,4 50 6,5
60 7,5 60 7,6
70 8,6 70 8,7
80 9,8 80 10,0
dto dto
Data percobaan
Diameter curat = 8 mm. Luas penampang curat = 50,265 mm2
Plat datar
Massa di atas Volume Waktu
piringan pemberat air (detik) Gambarsketsa
(gram) (liter)
2 14,35
50 2 14,55
2 14,83
2 11,72
70 2 11,84
2 12,20
2 10,33
90 2 10,67
2 10,36
2 09,47
100 2 09,43
2 09,76
2 09,06
130 2 09,31
2 08,53
dto dto
Data percobaan
Diameter curat = 8 mm. Luas penampang curat = 50,265 mm2
Sasaran 120o
Massa di atas Volume
Waktu
piringan pemberat air Gambar sketsa
(detik)
(gram) (liter)
2
17,45
20 2
17,53
2 17,81
2
14,40
30 2
14,55
2 14,80
2
12,04
40 2
12,31
2 12,41
2
11,45
50 2
11,82
2 11,99
2
10,38
60 2
10,36
2 10,42
Dto dto
Data percobaan
Diameter curat = 8 mm. Luas penampang curat = 50,265 mm2
Sasaran 180o
Massa di atas Volume
Waktu
piringan pemberat air Gambar sketsa
(detik)
(gram) (liter)
2 20,48
20 2 20,55
2 20,78
2 17,40
30 2 17,43
2 17,68
2 14,25
40 2 14,35
2 14,50
2 12,36
50 2 12,90
2 13,18
2 12,03
60 2 12,08
2 12,10
Dto dto
Data percobaan
Head h = 245 mm.
Diameter orifice 3 mm
Jarak x Tinggi y
Gambar sketsa
(mm) (mm)
0 0
50 2
100 12
150 25
200 46
250 71
300 100
350 133
400 175
Dto dto
Data percobaan
Head h = 245 mm.
Diameter orifice 6 mm
Jarak x Tinggi y
Gambar sketsa
(mm) (mm)
0 0
50 4
100 13
150 28
200 50
250 70
300 107
350 139
400 178
Dto dto
Data percobaan
Diameter dalam pipa 15 Mm Suhu air = 26,5 ºC
visualisasi = .
Kinematic Viscosity () = 0,8176 x 10-6 m2 / s
Volume
Kondisi aliran zat Waktu
air Gambar Sketsa
warna (detik)
(ml)
250 13,92
Dto dto
Data percobaan
Slope = 1:100
Ambang lebar Head hulu = 11,5 cm Tinggi tailgate = 11 cm
Slope = 1:100
Ambang lebar terbalik Head hulu =11,5 cm Tinggi tailgate = 10,5 cm
Slope = 1:100
Ambang tipis Head hulu = 11,5 cm Tinggi tailgate = 11 cm
Slope = 1:100
Pintu sorong Head hulu = 11,5 cm Tinggi tailgate = 11 cm
Slope = 1:100
BebasHambatan Head hulu = 11,5 cm Tinggi tailgate = 10,5 cm
Dto dto