Anda di halaman 1dari 17

Survey dan Disain Jembatan

BAB X
PENULANGAN LENTUR KOLOM SEGI EMPAT
CARA ELASTIS
10.1 IDENTIFIKASI PROGRAM
Program ini menggunakan satuan kN-meter dalam melakukan analisis penulangan lentur
kolom segi empat. Metode yang digunakan dalam menghitung kebutuhan penulangan
adalah metode elastis dengan referensi dari buku Analysis of Reinforced Concrete
Column Section dari Wiratman Wangsadinata C.E.
Program ini memberikan pilihan apakah momen yang akan dianalisis diklasifikasikan
sebagai beban tetap atau sebagai beban sementara. Program ini juga dapat digunakan untuk
berbagai macam mutu beton dan mutu baja tulangan. Ada dua alternatif penempatan
tulangan lentur kolom segi empat yang bisa digunakan yaitu.
a. Tulangan simetri pada dua sisi kolom
b. Tulangan simetri pada ke empat sisi kolom
Keluaran dari program ini adalah banyaknya kebutuhan tulangan yang diperlukan yang
didasarkan atas diameter tulangan yang digunakan.
Perlu ditegaskan bahwa program ini dibuat untuk tujuan pendidikan dan pelatihan SRRP
(Sumatera Region Road Project) IBRD Loan No. 4307-IND. Tanggung jawab terhadap
pengunaan hasil keluaran program ini 100 % ada di pengguna. Pengguna wajib melakukan
pengecekan terhadap kesahihan hasil keluaran program ini.

10.2 TEORI DASAR


11.2.1 ASUMSI
Bagian ini sama dengan ASUMSI pada bagian 9.2.1

Lampiran : Pedoman Penggunaan Software Komputer

X-1

Survey dan Disain Jembatan

10.2.2 PENAMPANG PERSEGI DENGAN TULANGAN PADA 2 SISI


10.2.2.1 Kasus A : Garis Netral Terletal Pada Penampang ( 1)

N
b
d

Da
1

/2Atotal

/2ht

y=ht
(1+)ht

Db

'a
n

ht
garis netral

ht
1

/2Atotal

a
n

Gambar 10.1 Kasus A : Garis Netral Terletal Pada Penampang


Berdasarkan Gambar 10.1, total gaya pada tulangan dapat dinyatakan sebagai
Na =

'
nAtot a a =
n
n

1
'b bht n 2

(10.1)

Total momen dari tulangan terhadap titik pusat kolom adalah


Ma =

'a a 'b bht


n 2
+
=
2 ht
n
4
n
2

nAtot

(10.2)

Resultan gaya tekan pada beton adalah


Db =

'b bht

Lampiran : Pedoman Penggunaan Software Komputer

(10.3)

X-2

Survey dan Disain Jembatan

Resultante momen dari tegangan tekan beton terhadap titik pusat kolom adalah
Mb =

'b bht n ( 1 2 ht 13 ht ) =

'b bht2
(3 2 2 )
12

(10.4)

Keseimbangan gaya N = Na + Db memberikan


N=

1
'b bht n 2 + 1 2 'b bht

(10.5)

Persamaan (10.5) bisa dinyatakan dalam bentuk


N
=
bht 'b

1
+ n 2

(10.6)

Keseimbangan momen terhadap titik pusat penampang Ne = Ma + Mb akan memberikan


N e =

'b bht2
' bh 2
n 2 + b t (3 2 2 )
4
12

(10.7)

Persamaan (10.7) dapat juga dituliskan sebagai berikut


N e

1
= (3 2 ) +
n 2
bht b ' ht 12
4

(10.8)

Jika persamaan (10.6) dimasukkan ke persamaan (10.7) akan diperoleh persamaan berikut

e
=
ht

(3 2 ) +

3n

1
6 + 6n 2

(10.9)

Misalnya digunakan parameter o dimana

'o =

N
bht

(10.10)

maka persamaan (10.8) dapat dinyatakan sebagai

'o
=
'b

1
+ n 2

Lampiran : Pedoman Penggunaan Software Komputer

(10.11)

X-3

Survey dan Disain Jembatan

10.2.2.2 Kasus B : Garis Netral Terletal di Luar Penampang ( 1)


b
Da

d
1

/2Atot

/2ht

Db

'a
n

(1+)

ht
ht
y=ht
1

/2Atot

d
b

'a
n
b

garis netral

Gambar 10.2 Kasus B : Garis Netral Terletak di Luar Penampang


Untuk kasus dimana garis netral terletak diluar penampang, yang berbeda hanyalah gaya
dan momen pada beton. Berdasarkan Gambar 10.2, tegangan tekan pada tepi serat yang
tertekan dekat garis netral dinyatakan dengan persamaan berikut

'b1 =

1
'b

(10.12)

Resultante gaya tekan pada beton adalah


Db =

( 'b + 'b1 )bht

(10.13)

Jika persamaan (10.13) tersebut dimasukkan ke persamaan (10.12) akan didapat


Db =

1
'b bht 2

(10.14)

Lokasi resultante gaya tekan beton Db terhadap titik pusat kolom adalah
eb =

h 1 3 ht

2 t

'b +2 'b1
'b + 'b1

Lampiran : Pedoman Penggunaan Software Komputer

(10.15)

X-4

Survey dan Disain Jembatan

Jika persamaan (10.14) diatas dimasukkan ke persamaan (10.15) akan diperoleh


eb =

ht

(10.16)

6(2 1)

Resultante momen akibat gaya tekan beton terhadap titik pusat penampang beton adalah
Mb = Db*eb. Jika persamaan (10.14) dan (10.16) dimasukkan ke dalamnya akan diperoleh
persamaan berikut.

'b bht2
Mb =
12

(10.17)

Keseimbangan gaya N = Na + Db memberikan


N=

1
1
'b bht n 2 + 1 2 'b bht 2

(10.18)

Persamaan (10.18) bisa dinyatakan dalam bentuk


N
=
bht 'b

1
1
2 + n 2

(10.19)

Keseimbangan momen terhadap titik pusat penampang Ne = Ma + Mb memberikan


N e =

'b bht2
' bh 2
n 2 + b t
4
12

(10.20)

Persamaan diatas dapat juga dituliskan sebagai berikut


N e
1 1 3n 2

= +
bht b ' ht 12

(10.21)

Dari persamaan (10.19) dimasukkan ke persamaan (10.21) diperoleh persamaan berikut


1

3n

=
ht

1
1
6 2 + 6n 2

(10.22)

Misalnya digunakan parameter o dimana

'o =

N
bht

Lampiran : Pedoman Penggunaan Software Komputer

(10.8)

X-5

Survey dan Disain Jembatan

Persamaan (10.22) dapat dinyatakan sebagai

'o
=
'b

1
1
2 + n 2

(10.23)

10.2.2.3. Rumus Umum


Dari kedua kasus diatas didapat 2 buah persamaan yang berlaku secara umum yaitu

2 +

3n

=
ht 6 + 6n (2 1 )
1

(10.24)

'0 1
1
= 1 + n (2 )
'b 2

(10.25)

dimana

1 =
1 = 2

untuk 1
1

2 = (3 2 )
1
2 =

untuk 1
untuk 1
untuk 1

N
bht

'o =

10.2.3 PENAMPANG PERSEGI DENGAN TULANGAN PADA 4 SISI


Dalam analisis kolom persegi dengan tulangan tersebar merata pada keempat sisi, tulangan
yang terletak pada kedua sisi tepi diasumsikan tersebar merata berupa pelat tipis dengan
ketebalan
t=

Atot b
=
4
ht

Lampiran : Pedoman Penggunaan Software Komputer

(10.26)

X-6

Survey dan Disain Jembatan

10.2.3.1 Kasus A : Garis Netral Terletal Pada Penampang ( 1)

nb

N
e

d
1

/4Atot

/2ht
ht

y=ht

(1+

ht
1

/4Atot
1

garis netral

/4Atot

/4Atot

d
t
b

a
n

Gambar 10.3 Kasus A : Garis Netral Terletal Pada Penampang


Dengan mengasumsikan bahwa resultante gaya pada tulangan yang dekat dengan garis
netral sebagai N1, resultante gaya pada tulangan yang jauh dari garis netral sebagai N2, dan
resultante gaya pada tulangan pada tepi penampang sebagai N3, sesuai dengan Gambar
10.3, total gaya pada tulangan dapat dinyatakan sebagai Na = N1 + N2 + N3
Na =

Atot ( 'a + a ) + 1 2 ht 2t ( 'a + a )

(10.27)

dimana
1

'a = n 'b 1
2

(10.28)

1+

a = n 'b 1
2

(10.29)

Jika persamaan (10.26), persamaan (10.28) dan persamaan (10.29) dimasukkan ke


persamaan (10.27) akan diperoleh persamaan berikut
Na =

1
'b bht n 2

Lampiran : Pedoman Penggunaan Software Komputer

(10.30)

X-7

Survey dan Disain Jembatan

Resultante momen dari gaya-gaya pada tulangan terhadap titik pusat penampang adalah
Ma =

Atot

1
ht ( 'a a ) + 1 2 ht 2t ht ( 'a a )
6

(10.31)

Jika persamaan (10.26), persamaan (10.28) dan persamaan (10.29) dimasukkan ke dalam
persamaan (10.31) akan diperoleh persamaan berikut

'b bht2
n 2
6

Ma =

(10.32)

Resultan gaya tekan pada beton adalah


Db =

'b bht

(10.33)

Resultante momen dari tegangan tekan beton terhadap titik pusat kolom adalah

'b bht2
Mb =
3 2 2 )
(
12

(10.34)

Keseimbangan gaya N = Na + Db memberikan


N=

1
'b bht n 2 + 1 2 'b bht

(10.35)

Persamaan (10.35) bisa dinyatakan dalam bentuk


N
=
bht 'b

1
+ n 2

(10.36)

Keseimbangan momen terhadap titik pusat penampang Ne = Ma + Mb memberikan

'b bht2
'b bht2
2
(
N e =
n +
3 2 2 )
6
12

(10.37)

Persamaan diatas dapat juga dituliskan sebagai berikut


N e

1
= (3 2 ) +
n 2
6
bht b ' ht 12

Lampiran : Pedoman Penggunaan Software Komputer

(10.38)

X-8

Survey dan Disain Jembatan

Dari persamaan (10.36) dimasukkan ke persamaan (10.37) akan diperoleh persamaan


berikut
2 n 2
(3 2 ) +

=
(10.39)
ht

1
6 + 6n 2

Misalnya digunakan parameter o dimana


N
bht

'o =

(10.10)

Persamaan (10.8) dapat dinyatakan sebagai

'o
=
'b

1
+ n 2

(10.40)

10.2.3.2 Kasus B : Garis Netral Terletal di Luar Penampang ( 1)


nb
a

d
1

/4Atot

b
e

/2ht
ht

y=ht

(1+

ht
1

/4Atot
1

/4Atot

/4Atot

d
t

b1

garis netral
Gambar 10.4 Kasus B : Garis Netral Terletak di Luar Penampang
Untuk kasus dimana garis netral terletak diluar penampang, yang berbeda hanyalah gaya
dan momen pada beton. Berdasarkan Gambar 10.4, resultante gaya tekan pada beton
adalah

1
(10.41)
Db = 1 2 'b bht 2

Lampiran : Pedoman Penggunaan Software Komputer

X-9

Survey dan Disain Jembatan

Resultante momen akibat gaya tekan pada beton terhadap titik pusat penampang adalah
Mb = Db*eb yang akan memberikan

'b bht2
12

Mb =

(10.42)

Keseimbangan gaya N = Na + Db memberikan


N=

1
1
'b bht n 2 + 1 2 'b bht 2

(10.43)

Persamaan (10.43) bisa dinyatakan dalam bentuk


N
=
bht 'b

1
1
2 + n 2

(10.44)

Keseimbangan momen terhadap titik pusat penampang Ne = Ma + Mb memberikan


N e =

'b bht2
' bh 2
n 2 + b t
6
12

(10.45)

Persamaan diatas dapat juga dituliskan sebagai berikut


N e
1 1 2n 2

= +

bht b ' ht 12

(10.46)

Jika persamaan (10.44) dimasukkan ke persamaan (10.46) diperoleh persamaan berikut


1

2 n

=
ht

1
1
6 2 + 6n 2

(10.47)

Misalnya digunakan parameter o dimana

'o =

N
bht

(10.8)

Persamaan (10.22) dapat dinyatakan sebagai

'o
=
'b

1
1
2 + n 2

Lampiran : Pedoman Penggunaan Software Komputer

(10.48)

X - 10

Survey dan Disain Jembatan

10.2.3.3. Rumus Umum


Dari kedua kasus diatas didapat 2 buah persamaan yang berlaku secara umum yaitu

2 +

2 n

=
ht 6 + 6n (2 1 )
1

(10.49)

'0 1
1
= 1 + n (2 )
'b 2

(10.50)

dimana

1 =
1 = 2

untuk 1
1

untuk 1

2 = (3 2 )
1
2 =

'o =

untuk 1
untuk 1

N
bht

10.2.4 BAHAYA TEKUK PADA LENTUR DENGAN GAYA NORMAL


Menurut Peraturan Beton Indonesia 1971, bahaya tekuk pada lentur dengan gaya normal
diperhitungkan dengan memberikan eksentrisitas tambahan kepada eksentrisitas awal dari
gaya normal yang bekerja.
Jika eksentrisitas awal dari gaya normal adalah e0, maka untuk memperhitungkan bahaya
tekuk, kepada e0 tersebut harus ditambahkan eksentrisitas-eksentrisitas tambahan e1 dan e2.
Jadi, penampang beton harus diperhitungkan terhadap gaya normal N yang mempunyai
eksentrisitas total
e = eo + e1 + e2

(10.51)

Eksentrisitas tambahan e1 dihitung dengan persamaan berikut


l
e1 = C1C2 k
100ht

ht

Lampiran : Pedoman Penggunaan Software Komputer

(10.52)

X - 11

Survey dan Disain Jembatan

lk = Panjang tekuk kolom


C1 = 1 (untuk kolom segi empat)
C1 = 1.15 (untuk kolom bundar)
C2 = Koefisien yang harus diambil dari Tabel 10.1
Tabel 10.1 Koefisien C2 Untuk Menghitung Eksentrisitas Tambahan
eo
ht

C2
untuk baja lunak dan sedang

C2
untuk baja keras

0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00

4.00
5.86
6.32
6.54
6.66
6.74
6.79
6.83
6.86
6.89
6.92
6.94
6.96
6.98
6.99
7.00

4.40
6.45
6.96
7.19
7.32
7.41
7.47
7.52
7.55
7.58
7.60
7.63
7.65
7.67
7.69
7.70

Eksentrisitas tambahan e2 dihitung dengan persamaan berikut


e2 = 0.15ht

(10.53)

Eksentrisitas awal eo terdiri dari 2 komponen yaitu


e0 = e01 + eo 2

(10.54)

dimana
e01 =

M
V

(10.55)

ht
0.02meter
30

(10.56)

dan
e02 =

Lampiran : Pedoman Penggunaan Software Komputer

X - 12

Survey dan Disain Jembatan

Menurut Peraturan Beton Indonesia 1971, panjang tekuk lk dari kolom dan secara umum
diambil seperti pada Tabel 10.1 berikut
Tabel 10.2 Panjang Tekuk
lk = 2 lt
lk = lt
lk = lt
lk = 0.7 lt
lk = 0.7
lk = 0.9 lt

Pada kolom yang terjepit pada satu ujungnya dan bebas pada ujung yang lain
Pada kolom dengan sendi-sendi pada kedua ujungnya
Pada kolom yang terjepit pada kedua ujungnya, tetapi dimana ujung yang
satu terhadap ujung lainnya dapat bergoyang di dalam bidang lentur dalam
arah tegak lurus pada sumbu kolom
Pada kolom yang terjepit pada satu ujungnya dan bersendi pada ujung
lainnya
Pada portal panjang, apabila ujung-ujungnya berhubungan kaku dengan
pondasi dan/atau balok-balok yang mempunyai momeninersia paling sedikit
sama seperti kolom, dalam hal ini balok-balok tersebut juga harus
berhubungan kaku dengan bagian-bagian konstruksi lain
Pada portal panjang untuk keadaan lain

Dimana lt adalah tinggi atau panjang teoritis dari kolom

10.3 INPUT DATA


a. Mutu Beton (kg/cm2)
Berdasarkan Peraturan Beton Indonesia 1971, Beton untuk konstruksi beton bertulang
dibagi dalam mutu dan kelas seperti tercantum dalam Table 9.1. Mutu beton sebagai
parameter input dinyatakan dengan nilai bk (kg/cm2) = kekuatan karakteristik dari
beton tersebut
b. Mutu Baja Tulangan
Peraturan Beton Indonesia 1971 menyatakan bahwa pada umumnya baja tulangan yang
terdapat di Indonesia dapat dibagi dalam mutu-mutu yang tercantum dalam Tabel 9.4.
c. Tipe Pembebanan
Berdasarkan peraturan Beton Indonesia 1971, ada 2 tipe pembebanan yaitu
Pembebanan Tetap
Pembebanan Sementara
Semua kombinasi beban tanpa beban angin atau gempa disebut pembebanan tetap,
sedangkan setiap kombinasi pembebanan dengan beban angin atau gempa disebut
pembebanan sementara.
d. Tipe Penempatan/lay-out tulangan
Program ini memberikan pilihan 2 tipe penempatan-lay-out tulangan yaitu
Tulangan hanya diletakkan pada kedua sisi kolom segi empat secara merata
Tulangan diletakkan pada keempat sisi kolom segi empat secara merata

Lampiran : Pedoman Penggunaan Software Komputer

X - 13

Survey dan Disain Jembatan

e. Diameter Tulangan (mm)


Dari hasil penulangan kolom dapat diketahui kebutuhan luasan tulangan. Kebutuhan
jumlah tulangan bisa dihitung jika kita menentukan terlebih dahulu diameter tulangn
yang akan dipakai.
f. Data Penampang (meter)
Data penampang yang diperlukan dalam menghitunag kebutuhan penulangan adalah
tinggi penampang total (ht), lebar penampang (b) dan tebal selimut beton (d)

ht

selimut beton
b
Gambar 10.5 Data Penampang
g. Gaya Aksial Disain Tak-Terfaktor (kN)
Karena analisa penulangan ini adalah analis secara elastis, maka gaya aksial disain yang
dimasukkan sebagai input data tidak boleh memasukkan faktor beban. Tanda positif
menunjukkan bahwa gaya aksial tersebut adalah gaya tekan.
h. Momen Disain Tak-Terfaktor (kN-m)
Karena analisa penulangan ini adalah analis secara elastis, maka momen disain yang
dimasukkan tidak boleh memasukkan faktor beban.
i. Panjang Tekuk Kolom (meter)
Panjnag tekuk dari kolom digunakan untuk menghitung eksentrisitas total dari gayagaya disain pada penampang kolom. Tabel 10.2 mencantumkan aturan untuk
menentukan panjang tekuk suatu kolom.

10.4 CARA PEMAKAIAN PROGRAM


a. Langkah Pertama adalah mengaktifkan program/software dengan meng-klik file
program yaitu NKOLOM.EXE. Pada layar monitor akan muncul Lembar Input
Data.
b.

Pada Lembar Input Data masukkan parameter-parameter Input Data. Jika ingin
menganalisis data yang sudah pernah disimpan, gunakan tombol BUKA FILE

c. Pada Lembar Input Data, jika ingin menyimpan data kasus yang sedang dianalisis,
klik tombol SIMPAN FILE dan tuliskan nama file yang akan digunakan.
d. Pada Lembar Input Data melakukan analisis penulangan kolom segi empat klik
tombol HITUNG, sehingga akan berada pada Lembar Analisis dan Output.
Lampiran : Pedoman Penggunaan Software Komputer

X - 14

Survey dan Disain Jembatan

e. Pada Lembar Analisis dan Output ini ditampilkan dimensi tiap penampang, momen
disain, kebutuhan tulangan serta parameter-parameter yang digunakan dalam perses
analisis yang bisa digunakan untuak melakukan validasi hasil perhitungan.
f.

Pada Lembar Analisis dan Output, jika ingin memodifikasi data input dapat
menggunakan tombol KEMBALI untuk menuju ke Lembar Input Data.

g. Pada Lembar Analisis dan Output, jika ingin menyimpan file laporan perhitungan
gunakan tombol LAPORAN dan masukkan nama file yang akan digunakan untuk
menyimpan data laporan yang berbentuk file dengan extension TXT.

10.5 INTERPRETASI HASIL KELUARAN.


Jika ternyata hasil analisa menunjukkan jumlah tulangan terlalu banyak, maka untuk
mengurangi kebutuhan tulangan dapat dilakukan dengan menaikkan dimensi kolom, atau
menaikkan mutu baja tulangan.

10.6 CONTOH KASUS


Kolom segi empat dengan dimensi 50 cm x 70 cm, direncanakan untuk memikul momen
sebesar 40000 kg-m = 400 kN-mm dan gaya aksial tekan sebesar 50000 kg = 500 kN,
akibat pembebanan sementara. Mutu beton yang digunakan adalah K-175 dan mutu baja
adalah U-24. Jika panjang tekuk kolom adalah 315 cm dan selimut beton = 5 cm, hitung
kebutuhan penulangan lentur kolom.
10.6.1 CARA ELASTIS MENGGUNAKAN NOMOGRAM
10.6.1.1 Menentukan Eksentrisitas Kolom
e01 =

M 40000
=
= 0.8 meter
V
50000

e02 =

ht 0.7
= 0.023 meter
=
30 30

(10.55)

(10.56)
eo = e01 + e02 = 0.8 + 0.023 = 0.823 meter
eo 0.823
=
= 1.176 sehingga nilai C2 dari Tabel 10.1 = 7. Nilai
ht
0.7
C1 = 1 (penampang persegi)
l
e1 = C1C 2 k
100ht

3.15
ht = 1 7
0.7 =0.0099 m
100 0.70

e2 = 0.15ht =0.15*0.7 = 0.105 meter


Lampiran : Pedoman Penggunaan Software Komputer

(10.52)
(10.53)
X - 15

Survey dan Disain Jembatan

e = eo + e1 + e2 = 0.823 + 0.009 + 0.105 = 0.9379 meter

(10.51)

10.6.1.2 Pembacaan Pada Nomogram (Tulangan Pada 2 Sisi)


e 0.9379
=
= 1.34
ht
0.7

'o =

N 50000
=
= 14.29 kg/cm2
bh 50 70

' o 14.29
=
= 0.143
'b
100
Dari nomogram untuk tulangan pada 2 sisi penampang didapat
ntotal = 0.4
0.4
total =
= 0.01875
16
10.6.1.3 Kebutuhan Tulangan Lentur Kolom Untuk ke 2 Sisi
Atotal = total*b*h = 0.01875*50*70 = 65.5 cm2
Jika digunakan diameter tulangan 22 mm dengan luas 1 tulangan = 3.801 cm2 diperlukan
17.3 = 18 buah tulangan
10.6.2

OUTPUT DARI PROGRAM UNTUK TULANGAN PADA 2 SISI

Jika digunakan program diatas akan didapat keluaran sebagai berikut


a.
b.
c.
d.
e.

o
= 0.146
b
e
= 1.340
ht
= 0.413
= 0.018
Jumlah kebutuhan tulangan dengan diameter 22 mm = 17 buah

Lampiran : Pedoman Penggunaan Software Komputer

X - 16

Survey dan Disain Jembatan

10.6.3

OUTPUT DARI PROGRAM UNTUK TULANGAN PADA 4 SISI

Jika tulangan akan disebar merata pada ke empat sisi, maka dari program/software diatas
akan didapat keluaran sebagai berikut
a.
b.
c.
d.
e.

o
= 0.146
b
e
= 1.340
ht
= 0.431
= 0.027
Jumlah kebutuhan tulangan dengan diameter 22 mm = 25 buah

Lampiran : Pedoman Penggunaan Software Komputer

X - 17

Anda mungkin juga menyukai