Dosen Pembimbing :
Ir. Robertus Chandrawidjaja, MS.
Disusun oleh:
KELOMPOK XXXIV
DODI AKBAR GUNAWAN 2010811110001
EDWIN ANDHIKA DHARMA 2010811210038
M. AULIA FATHURRAHMAN 2010811210010
ZIKRI AQMAL FADILAH 2010811110011
DEWI PUSPITA 2010811220049
SITI SALSABILA 2010811220089
Yang bertanda tangan dibawah ini, Dosen Pembimbing Mata Kuliah Praktikum
Mekanika Fluida Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru,
menyatakan bahwa :
KELOMPOK XXXIV
Dodi Akbar Gunawan : 2010811110001
Edwin Andhika Dharma : 2010811210038
M. Aulia Fathurrahman : 2010811210010
Zikri Aqmal Fadilah : 2010811110011
Dewi Puspita : 2010811220049
Siti Salsabila : 2010811220089
Banjarbaru, 2021
Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur praktikan haturkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat menyusun dan
menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Mekanika Fluida dengan baik dan tepat
waktu.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah Praktikum
Mekanika Fluida, yakni Bapak Ir. Robertus Chandrawidjaja, MS. kemudian Kepala
Laboratorium Hidraulika Ibu Dr. Novitasari, S.T., M.T., kakak asisten laboratorium
serta semua pihak yang membantu dalam pembuatan laporan ini.
Kami juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan kami sebagai manusia biasa. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi kami khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Banjarbaru, 2021
Kelompok XXXIV
ii
DAFTAR ISI
iii
2.6 Grafik dan Hasil Perhitungan Percobaan dengan Constant Head ..... 25
2.6.1 Perhitungan Koefisien Debit (Cd)......................................... 25
2.6.2 Perhitungan Koefisien Kecepatan (Cv)................................. 33
2.6.3 Perhitungan Koefisien Kontrakta (Cc) .................................. 37
2.7 Hasil Perhitungan Percobaan dengan Variable Head ....................... 41
2.7.1 Perhitungan Koefisien Debit (Cd) untuk Diameter 0,003 m 41
2.7.2 Perhitungan Koefisien Debit (Cd) untuk Diameter 0,006 m 42
2.8 Kesimpulan ....................................................................................... 43
2.9 Saran ................................................................................................. 43
2.10 Lampiran Foto ................................................................................... 44
2.11 Lampiran Laporan Sementara ........................................................... 45
2.12 Lampiran Grafik Milimeter Blok ...................................................... 58
BAB 3 PERCOBAAN KESTABILAN BENDA APUNG ............................. 66
3.1 Maksud dan Tujuan........................................................................... 66
3.2 Peralatan dan Bahan .......................................................................... 66
3.3 Prosedur Percobaan ........................................................................... 66
3.4 Dasar Teori ........................................................................................ 67
3.5 Hasil Percobaan ................................................................................ 70
3.6 Contoh Perhitungan .......................................................................... 73
3.7 Hasil Perhitungan .............................................................................. 74
3.7.1 Tabel Perhitungan Geseran Sudut ......................................... 74
3.7.2 Tabel Perhitungan Geseran Sudut Rata – Rata ..................... 77
3.7.3 Grafik Hubungan X dan Ө Rata-rata .................................... 79
3.7.4 Tabel perhitungan a ; GMteori ; GMpraktikum ; dan Kesalahan
Relatif .................................................................................... 82
3.7.5 Grafik Hubungan X dengan GM ........................................... 84
3.8 Analisa .............................................................................................. 86
3.9 Kesimpulan ....................................................................................... 87
3.10 Saran ................................................................................................. 87
3.11 Lampiran Foto ................................................................................... 88
3.12 Lampiran Laporan Sementara ........................................................... 90
iv
KELOMPOK XXXIV
BAB I
PERCOBAAN PESAWAT OSBORNE REYNOLDS
Dimana:
Q = debit aliran (m3/s)
V = volume air (m3)
t = waktu pengukuran (s)
𝑣.𝐷
Re = …………………………………………………. 1.2
ʋ
Dimana:
Re = bilangan Reynolds
𝑣 = Kecepatan (m/s)
D = Diameter pipa (m)
ʋ = viskositas kinematik (m2/s)
Bilangan Reynolds mempunyai makna antara lain sebagai perangkat
untuk membedakan sifat aliran laminer, transisi, atau turbulen.
1
Luas Penampang (A) = 4 πD2
1
= 4 x 3,14 x (0,0185)2
= 2,686 x 10-4 m
Diketahui:
ʋ = 8,34 x 10-7 m2/s
= 102 mL
= 102 x 10-6 m3
= 10,02 s
Penyelesaian :
𝑉
Debit (Q) = 𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
102 𝑥 10−6
= 10,02
= 0,03958 m/s
= 859,049
Karena 859,049 < 2000, maka jenis alirannya adalah laminer, hasil perhitungan
selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 1.4.
1.7 Hasil Perhitungan
Tabel 1.4 Data Hasil Perhitungan
Volume Kecepatan
trata-rata Debit (Q) Jenis Aliran
3
(m ) (v) Re
3
(s) (m /s)
V1 V2 (m/s) Visual Perhitungan
101 x 10-6 103 x 10-6 10,02 10,179 x 10-6 0,03958 859,049 Laminer Laminer
540 x 10-6 530 x 10-6 10,18 52,554 x 10-6 0,20435 4434,981 Turbulen Turbulen
530 x 10-6 520 x 10-6 10,1 51,980 x 10-6 0,20212 4386,556 Turbulen Turbulen
315 x 10-6 317 x 10-6 10,105 31,271 x 10-6 0,12160 2638,982 Transisi Transisi
109 x 10-6 108 x 10-6 10,18 10,658 x 10-6 0,04144 899,431 Laminer Laminer
107 x 10-6 106 x 10-6 10,15 10,492 x 10-6 0,04080 885,461 Laminer Laminer
300 x 10-6 305 x 10-6 10,18 29,920 x 10-6 0,11634 2524,992 Transisi Transisi
528 x 10-6 518 x 10-6 10,08 51,884 x 10-6 0,20175 4378,515 Turbulen Turbulen
Sumber: Hasil Percobaaan dan Perhitungan
1.8 Grafik
Dari data yang telah didapatkan, maka akan diketahui grafik hubungan Re
dan v serta grafik hubungan Re dan Q. Berikut adalah grafik hubungan Re dan
v serta grafik hubungan Re dan Q.
Grafik 1.1 Hubungan Bilangan Reynolds (Re) dan Kecepatan Aliran (v)
Grafik 1.2 Hubungan Bilangan Reynolds (Re) dan Debit Aliran (Q)
1.9 Analisa
Berdasarkan teori formula Osborne Reynolds dan hasil visualisasi tabel
yang diperoleh dari percobaan Osborne Reynolds, terbukti bahwa debit (Q)
berbanding lurus dengan Bilangan Reynolds (Re). Pada nilai debit (Q) = 10,179
x 10-6 m3/s diperoleh bilangan Reynolds sebesar 859,049. Sedangkan pada nilai
(Q) = 10,658 x 10-6 m3/s diperoleh bilangan Reynolds sebesar 899,431. Dapat kita
lihat dari Tabel 1.4 dan formula Osborne Reynolds bahwa kecepatan (v)
berbanding lurus dengan Bilangan Reynolds (Re).
1.10 Kesimpulan
Berdasarkan data-data percobaan dan pembahasan di atas, maka dapat
disimpulkan:
10.8 Hasil pengamatan jenis aliran yang dilakukan sesuai dengan jenis aliran
berdasarkan data perhitungan maupun beradasarkan visual
1.12 Lampiran
H Vena Contrakta
Nappe Line
V
1
𝑌= . 𝑔 . 𝑡2
2
1 𝑋2
𝑌= . 𝑔 . ( 𝑉2)
2
𝑔 .𝑋 2
𝑉 = √ 2 .𝑌 ……………………………………………………………... 2.2
𝑋2 𝑋
𝐶𝑣 = √4 .𝑌 .ℎ = …………………………………………………. 2.3
2 √𝑌 .ℎ
Q = Cc . Cv . a √2 . 𝑔 . ℎ = Cd . a √2 . 𝑔 . ℎ …………………………… 2.5
Dari persamaan diatas akan didapatkan Koefisien Debit ( Cd )
𝑄
𝐶𝑑 = ………………………………………………………….. 2.6
𝑎 √2 .𝑔 .ℎ
𝐶𝑑
𝐶𝑐 = ………………………………………………………………... 2.7
𝐶𝑣
Dimana :
A : Luas tabung silinder percobaan
a : Luas lubang
g : Gravitasi
ℎ1 , ℎ2 : Tercatat pada saat melakukan percobaan
T=t : Waktu tercatat pada saat melakukan percobaan
Dari persamaan diatas akan didapat nilai Koefisien Debit ( Cd ).
Partikel zat cair yang mengalir melalui lubang berasal dari segala arah.
Karena zat cair mempunyai kekentalan, maka beberapa partikel yang
mempunyai lintasan membelok akan mengalami kehilangan tenaga. Setelah
melewati lubang pancaran, air mengalami kontraksi yang ditunjukkan oleh
penguncupan aliran. Kontraksi maksimum terjadi pada suatu tampang sedikit
disebelah hilir lubang, dimana pancaran kurang lebih horizontal. Tampang
dengan kontraksi maksimum tersebut dikenal dengan vena kontrakta (Pedoman
Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika, 2019).
Berikut adalah hasil perhitungan dan percobaan Data II Constant Head dengan
diameter 3 mm dan head 0,34 m
Tabel 2.2 Data II Constant Head dengan head 0,34 m dan Diameter 3 mm
Head Jarak Tinggi X^2/h √(X^2/h) √(Y)
H X Y
(m) (m) (m) (m) (m^0.5) (m^0.5)
0,34 0 0 0 0 0
0,34 0.05 0,001 0,00735 0,08575 0,01000
0,34 0.10 0,006 0,02941 0,17150 0,07746
0,34 0.15 0,015 0,06618 0,25725 0,12247
0,34 0.20 0,027 0,11765 0,34300 0,16432
0,34 0.25 0,043 0,18382 0,42875 0,20736
0,34 0.30 0,065 0,26471 0,51450 0,25495
0,34 0.35 0,089 0,36029 0,60025 0,29833
0,34 0.40 0,117 0,47059 0,68599 0,34205
Sumber : Hasil Percobaan dan Perhitungan
Berikut adalah hasil perhitungan dan percobaan Data II Constant Head dengan
diameter 3 mm dan head 0,26 m
Tabel 2.5 Data II Constant Head dengan head 0,26 m dan Diameter 3 mm
Head Jarak Tinggi
X^2/h √(X^2/h) √(Y)
h X Y
(m) (m) (m) (m) (m^0.5) (m^0.5)
0,26 0 0 0 0 0
0,26 0,05 0,001 0,00962 0,09806 0,03162
0,26 0,10 0,009 0,03846 0,19612 0,08949
0,26 0,15 0,022 0,08654 0,29417 0,14832
0,26 0,20 0,038 0,15385 0,39223 0,19494
0,26 0,25 0,062 0,24038 0,49029 0,24900
0,26 0,30 0,089 0,34615 0,58835 0,29833
0,26 0,35 0,122 0,47115 0,68641 0,34928
0,26 0,40 0,160 0,61538 0,78446 0,40000
Sumber : Hasil Percobaan dan Perhitungan
Berikut adalah hasil perhitungan dan percobaan Data III Variable Head dengan
diameter orrifice 3 mm.
Tabel 2.6 Data Percobaan Variable Head dengan Diameter 3 mm
Waktu
Head Head h1 - h2 √h1 - Waktu
Kumulatif
√h2
h1 h2 h t t
(m) (m) (m) (m^0,5) (detik) (detik)
0,36 0,35 0,01 0,00839 10,29 10,29
0,35 0,34 0,01 0,00851 10,34 20,63
0,34 0,33 0,01 0,00864 10,45 31,08
0,33 0,32 0,01 0,00877 10,63 41,71
0,32 0,31 0,01 0,00891 10,91 52,62
0,31 0,30 0,01 0,00905 11,22 63,74
0,30 0,29 0,01 0,00921 11,23 74,97
0,29 0,28 0,01 0,00937 11,34 86,31
0,28 0,27 0,01 0,00954 11,48 97,79
0,27 0,26 0,01 0,00971 11,53 109,32
Berikut adalah hasil perhitungan dan percobaan Variable Head dengan diameter 6 mm
Tabel 2.13 Data Percobaan Variable Head dengan Diameter 6 mm
Head Head h1 - h2 Waktu Waktu Kumulatif
h1 h2 h √h1 - √h2 t t
(m) (m) (m) (m^0,5) (detik) (detik)
0,36 0,35 0,01 0,00839 5,11 5,11
0,35 0,34 0,01 0,00851 5,34 10,45
0,34 0,33 0,01 0,00864 5,49 15,94
0,33 0,32 0,01 0,00877 5,72 21,66
0,32 0,31 0,01 0,00891 6,03 27,69
0,31 0,30 0,01 0,00905 6,27 33,96
0,30 0,29 0,01 0,00921 6,46 40,42
0,29 0,28 0,01 0,00937 6,83 47,25
0,28 0,27 0,01 0,00954 7,15 54,40
0,27 0,26 0,01 0,00971 7,35 61,75
Sumber : Hasil Percobaan dan Perhitungan
R² = 0,9965
0,50
0,40
0,30 Series1
0,20
0,10 Linear (Series1)
0,00
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40
sqrt Y
Grafik 2.1 Hubungan √(X2/h) dan √Y pada diameter 0,003 m head 0,34 m
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
Cv = 2
1,855
Cv =
2
Cv = 0, 927
0,50
0,40
0,30 Series1
0,20
0,10 Linear (Series1)
0,00
-0,10 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40
sqrt Y
Grafik 2.2 Hubungan X dan √ℎ. 𝑌 pada diameter 0,006 m head 0,34 m
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
Cv = 2
2,0178
Cv =
2
Cv = 1,0089
0,60
0,50 R² = 0,9994
0,40
0,30 Series1
0,20
0,10 Linear (Series1)
0,00
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40
sqrt Y
Grafik 2.3 Hubungan √(X2/h) dan √Y pada diameter 0,003 m head 0,310 m
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
Cv = 2
1,8531
Cv =
2
Cv = 0,9265
0,50
0,40
0,30 Series1
0,20 Linear (Series1)
0,10
0,00
-0,10 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40
sqrt Y
Grafik 2.4 Hubungan √(X2/h) dan √Y pada diameter 0,006 m head 0,31 m
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
Cv = 2
1,958
Cv =
2
Cv = 0,979
3) Head 0,28 m
Tabel 2.18 Data Perhitungan pada Diameter 0,003 m head 0,28 m
0,60 R² = 0,9993
0,50
0,40
0,30 Series1
0,20
0,10 Linear (Series1)
0,00
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50
sqrt Y
Cv = 0,9373
0,50
0,40
0,30 Series1
0,20 Linear (Series1)
0,10
0,00
-0,10 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50
sqrt Y
Cv = 0,9885
4) Head 0,26 m
Tabel 2.20 Data Perhitungan pada Diameter 0,003 m head 0,26 m
Head Jarak Tinggi
√(X^2/h) √(Y)
h X Y
(m) (m) (m) (m^0.5) (m^0.5)
0,26 0 0 0 0
0,26 0,05 0,001 0,09806 0,03162
0,26 0,10 0,009 0,19612 0,08949
0,26 0,15 0,022 0,29417 0,14832
0,26 0,20 0,038 0,39223 0,19494
0,26 0,25 0,062 0,49029 0,24900
0,26 0,30 0,089 0,58835 0,29833
0,26 0,35 0,122 0,68641 0,34928
0,26 0,40 0,160 0,78446 0,40000
0,60 R² = 0,999
0,50
0,40
0,30 Series1
0,20
0,10 Linear (Series1)
0,00
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50
sqrt Y
Grafik 2.7 Hubungan √(X2/h) dan √Y pada diameter 0,003 m head 0,26 m
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
Cv = 2
1,8896
Cv =
2
Cv = 0,9448
0,50
0,40 Series1
0,30
0,20 Linear (Series1)
0,10
0,00
-0,10 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50
sqrt Y
Grafik 2.8 Hubungan √(X2/h) dan √Y pada diameter 0,006 m head 0,26 m
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
Cv = 2
1,9622
Cv =
2
Cv = 0,9811
1,4E-05
1,4E-05 Diameter 3 mm
1,3E-05 Linear (Diameter 3 mm)
1,3E-05
Power (Diameter 3 mm)
1,2E-05
0,28 0,3 0,32 0,34 0,36 0,38
√h
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
Cd = A0√2𝑔
4×10−5
Cd = 7,065×10−6√2×9,81
Cd = 1,2782
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
Cd = A0√2𝑔
1×10−4
Cd = 28,26×10−6√2×9,81
Cd = 0,7988
Dari gambar garif 2.9 dan 2,10 hubungan antara debit actual
dengan √h menunjukan bahwa debit actual berbanding lurus dengan
akar dari ketinggian air. Dengan demikian semakin besar ketinggian
air maka debit actual juga akan semakin besat. Nilai Cd tergantug
pada nilai slope yang ada pada grafik.
2.7 Kesimpulan
Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai X berbanding lurus dengan Y dan D, tetapi berbanding terbalik
dengan ketinggian.
2. Volume berbanding lurus dengan debit dan diameter, tetapi berbanding
terbalik dengan ketinggian.
3. Nilai Cv dan Cc bervariasi untuk setiap head dan Cd adalah konstan untuk
setiap head.
4. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh nilai Cv, Cd, dan Cc
untuk tiap head 0,34 m; 0,31 m; 0,28 m; 0,26 m sebagai berikut :
Cv = 0,927; 0,9265; 0,9373; 0,9448 (untuk diameter 3 mm)
1,0089; 0,979; 0,9885; 0,9811 (untuk diameter 6 mm
Cd = 1,2782 (untuk diameter 3 mm) dan 0,9788 (untuk diameter 6 mm)
Cc = 1,3788; 1,3796; 1,3637; 1,3528 (untuk diameter 3 mm)
0,9701; 0,9997; 0,9901; 0,9976 (untuk diameter 6 mm)
2.9 Lampiran
Fg
h A P E
G
d
B t
Dimana:
G = Pusat berat benda
B = Pusat apung
d = Kedalaman benda (draft)
APE = Bidang potong muka air
V = Volume yang terendam
Dimana:
M = Metasentrum
dFb = x.tan( ).dA. ………………………………………….. 3.2
dM = x.tan( ).dA. .x atau dM = .tan( ).x 2 ………………..… 3.3
Diintegralkan:
M = .tan( ). x 2 .dA atau M = . tan( ).I o …………………......…… 3.4
d d1
d2
1
p
2 1
p
2
(a) (b)
Gambar 3.3 Gaya yang Terjadi pada Benda Apung
Sumber : Anonim2
• Data 1
Tinggi geseran Sliding Mass (a) = 0 mm
Tinggi pusat berat dari dasar ponton (Y) = a + t/2 = 32,5 mm
Kedalaman ponton yang terendam (d) = 19 mm
Posisi titik apung (d/2) = 9,5 mm
• Data II
Tinggi geseran Sliding Mass (a) = 70 mm
Tinggi pusat berat dari dasar ponton (Y) = a + t/2 = 67,5 mm
Kedalaman ponton yang terendam (d) = 23 mm
Posisi titik apung (d/2) = 11,5 mm
1 5 1 5 1,1
2 10 1,5 10 1,4
3 15 2,5 15 2,4
4 20 3,2 20 3,2
5 25 4,3 25 4,2
6 30 4,5 30 4,6
7 35 5 35 5
Sumber : Hasil Percobaan
• Data III
Tinggi geseran Sliding Mass (a) = 140 mm
Tinggi pusat berat dari dasar ponton (Y) = a + t/2 = 172,5 mm
Kedalaman ponton yang terendam (d) = 25 mm
Tabel 3.3 Data Percobaan Benda Apung untuk Percobaan III (a = 140 mm)
No Ke Kiri Ke Kanan
X 𝜽 X 𝜽
1 5 1,4 5 1,5
2 10 2,1 10 2,1
3 15 2,8 15 2,7
4 20 3,5 20 3,5
5 25 4,5 25 4,6
6 30 5 30 5,1
7 35 5,5 35 5,6
Sumber : Hasil Percobaan
• Data IV
Tinggi geseran Sliding Mass (a) = 210 mm
Tinggi pusat berat dari dasar ponton (Y) = a + t/2 = 137,5 mm
Kedalaman ponton yang terendam (d) = 28 mm
Posisi titik apung (d/2) = 14 mm
Tabel 3.4 Data Percobaan Benda Apung untuk Percobaan II (a = 210 mm)
No Ke Kiri Ke Kanan
X 𝜽 X 𝜽
1. 5 1,8 5 1,9
2. 10 2,4 10 2,5
3. 15 3 15 3
4. 20 3,8 20 3,9
5. 25 4,8 25 4,9
6. 30 5,3 30 5,4
7. 35 6 35 6,1
Sumber : Hasil Percobaan
Tabel 3.5 Data Percobaan Benda Apung untuk Percobaan II (a = 280 mm)
No Ke Kiri Ke Kanan
X 𝜽 X 𝜽
1 5 2,1 5 2,2
2 10 2,8 10 2,9
3 15 3,5 15 3,5
4 20 4,2 20 4,1
5 25 5,2 25 5,3
6. 30 5,7 30 5,6
7. 35 6,5 35 6,4
Sumber : Hasil Percobaan
= 124,047 mm
2. GM teoritis :
3
𝑃.𝑙
BM =
12.𝑝.𝑙.𝑑
350 𝑥 2003
= 12𝑥 350 𝑥 200 𝑥 19
= 175,4385 mm
𝑑
BG = y -
2
19
= 32,5 -
2
= 23 mm
GM teoritis = BM – BG
= 175,4385 –23
= 152,4385
0,10000 0,112336116
Sin Ꝋ rata-rata (Y)
0,098451362
0,08000 0,091501619
0,06000 0,072367848
0,06104854
0,04000 0,049721374
0,037515773
0,02000
0,00000
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Jarak (X)
0,10000
0,105396307
0,00000
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Jarak (X)
0,10000
Sin Ꝋ rata-rata (Y)
0,08000 0,096714363
0,088025053
0,07932904
0,06000
0,06104854
0,04000
0,047978129
0,02000 0,036643709
0,025304573
0,00000
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Jarak (X)
0,08000
Sin Ꝋ rata-rata (Y)
0,087155743
0,07932904
0,06000 0,07410849
0,055821505
0,04000
0,042747537
0,02000
0,025304573
0,018324931
0,00000
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Jarak (X)
0,08000
Sin Ꝋ rata-rata (Y)
0,07498 0,07759
0,06000 0,06889
0,04000 0,05146
0,03839
0,02000
0,02007
0,00000 0,00960
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Jarak (X)
GRAFIK HUBUNGAN X Vs GM
140,000
120,000
100,000
80,000
Kiri
60,000
Kanan
40,000
20,000
0,000
0 10 20 30 40
GRAFIK HUBUNGAN X Vs GM
100,000
90,000
80,000
70,000
60,000
50,000 Kiri
40,000 Kanan
30,000
20,000
10,000
0,000
0 10 20 30 40
GRAFIK HUBUNGAN X Vs GM
90,000
80,000
70,000
60,000
50,000 Kiri
40,000
Kanan
30,000
20,000
10,000
0,000
0 10 20 30 40
GRAFIK HUBUNGAN X Vs GM
80,000
70,000
60,000
50,000
40,000 Kiri
30,000 Kanan
20,000
10,000
0,000
0 10 20 30 40
GRAFIK HUBUNGAN X Vs GM
80,000
70,000
60,000
50,000
40,000 Kiri
30,000 Kanan
20,000
10,000
0,000
0 10 20 30 40
3.8 Analisa
Berdasarkan hasil perhitungan dan grafik diperoleh analisa sebagai
berikut.
1. Dari tabel dan grafik bisa dilihat bahwa besar dan kecilnya GM
(metasentrum) yang terjadi bergantung pada kenaikan titik berat dan
pergeseran adjustable.
2. Semakin tinggi kenaikan Sliding mass (titik berat) maka GM yang terjadi
akan semakin kecil.
3. Pergeseran pada beban adjustable mass sangat berpengaruh terhadap
kesetimbangan benda tersebut.
3.10 Saran
Saran untuk percobaan ini adalah agar kedepannya praktikan lebih teliti lagi
dalam praktikum supaya tidak terjadi kesalahan pada hasil pengamatan.