Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM UNIT

OPERASI BIOPROSES I
Modul Sirkuit Fluida

Kelompok 12
Amirah Amatullah
Haqqyana
Nindya Bestari
Retno Ulfiah

1206262071
1206262090
1206255122
1206262102

Program Studi Teknologi Bioproses


Departemen Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Depok, 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan


1. Mempelajari sifat-sifat aliran fluida dalam beberapa jenis ukuran pipa.
2. Memperoleh pengertian tentang perubahan tekanan yang terjadi pada aliran fluida.
3. Mempelajari karakteristik tekanan alat pengukur flowrate

BAB II
TEORI DASAR

Fluida adalah suatu zat yang mempunyai kemampuan berubah secara kontinyu apabila
mengalami geseran, atau mempunyai reaksi terhadap tegangan geser sekecil apapun. Fluida
terbagi menjadi dua tipe yaitu fluida gas dan cair.Pada gambar 1 di bawah ini terlihat bahwa
dua buah pelat parallel dengan luas A, berjarak y, diantaranya terdapat fluida. Pelat bagian
bawah dibuat diam, sedangkan pelat bagian atas ditarik oleh gaya F sehingga bergerak
dengan kecepatan u.
u

Gambar 2.1 Gradien Kecepatan Aliran Fluida di antara Dua Pelat Paralel

Adanya gaya kohesi menyebabkan fluida ikut bergerak searah F. Apabila jarak y cukup
kecil, fluida seakan bergerak secara berlapis-lapis dengan kecepatan berbeda atau dikatakan
terdapat gradien kecepatan. Dari eksperimen didapatkan bahwa:
=

(1)

Apabila u/y diganti dengan gradien kecepatan du/dy, diperoleh:

(2)

Dimana disebut tegangan geser (shear stress). Hubungan antara dan du/dy menunjukkan
sifat reologi fluida seperti terlihat pada gambar 4 berikut :

Gambar 2.2 Hubungan Tegangan geser dengan gradien kecepatan


2

Pada grafik di atas, hubungan yang paling sederhana ditunjukkan oleh kurva A fluida yang
mengikuti kurva A disebut fluida Newtonian dimana bentuk persamaannya adalah
=

(3)

adalah koefisien viskositas atau viskositas dinamik atau viskositras absolut. Fluida yang
tidak mengikuti kurva A disebut Non-Newtonian Fluid mempunyai tiga sub yaitu:
a)

Fluida dimana tegangan geser hanya tergantung pada gradient kecepatan saja, dan
walaupun hubungan antara tegangan geser dan gradient kecepatan tidak linier, namun
tidak tergantung pada waktu setelah fluida menggeser.

b)

Fluida dimana tegangan geser tidak hanya tergantung pada gradient kecepatan tetapi
tergantung pula pada waktu cairan menggeser atau pada kondisi sebelumnya.

c)

Fluida viscous-elastis yang menunjukkan karakteristik dari zat pada elastic dan fluida
viscous.
Dalam fluida yang mengalir terdapat gaya-gaya yang bekerja antara lain gaya gravitasi,

gaya tekanan, gaya viskositas, gaya inersia, gaya tegangan permukaan, dan lain-lain. Untuk
aliran fluida yang mengalir melalui saluran yang terisi penuh, gaya-gaya yang paling
berpengaruh adalah gaya inersia dan gaya viskositas. Perbandingan antara gaya inersia
terhadap gaya viskositas ini disebut bilangan Reynold. Untuk saluran berbentuk pipa bilangan
Reynold adalah:
=
Dimana:

(4)

Re = bilangan Reynold
D = diameter pipa
= densitas fluida
= Viskositas absolut

Fluida yang mengalir akan selalu mendapatkan tahanan yang disebabkan oleh friksi antara
partikel-partikel fluida maupun friksi antara partikel fluida dengan permukaan saluran.Friksi
merupakan kerugian energi mekanik sehingga tekanan di downstream menjadi berkurang.
Besarnya kehilangan energi karena friksi menurut persamaan Darcy-Weisbach adalah sebagai
berikut :
2

= 2
Dimana :

(5)

f = faktor friksi (blasius-darcy friction factor)


L = panjang pipa
D = diameter dalam pipa
3

V = laju alir volume


gc = konstanta konversi

Hubungan Faktor Friksi dan Bilangan Reynold


Hagen-poiseuille melalui eksperimennya mengenai aliran laminer pada pipa menemukan
hubungan sebagai berikut:

= 32

(6)

Bila persamaan dapat disusun kembali,


=

32 2 2
2

=
=

64 2

64 2
2

(7)
(8)
(9)

Persamaan diatas menunjukkan hubungan linier antara f dan Re pada aliran laminer, pada
dasarnya kehilangan energi pada aliran laminer hanya disebabkan oleh viscous drag saja,
sedangkan pada aliran turbulen disebabkan oleh gerakan turbulen dari arus eddy. Oleh karena
itu friction factor untuk aliran turbulen disamping bergantung pada Re juga pada kekerasan
permukaan pipa.
= (. /)

(10)

/D adalah kekasaran relatif, yaitu perbandingan antara tingginya tonjolan-tojolan di


permukaan bagian dalam pipa terhadap diameter dalam pipa. Hubungan antara f dengan Re
dan /D dapat diperoleh dari chart standard yang disebut Friction factor Chart.

Gambar 2.3 Grafik faktor friksi terhadap Re (Moody Diagram)

Pengukur Flowrate
Jenis alat ukur aliran fluida yang paling banyak digunakan diantaranya alat ukur lainnya
adalah alat ukur fluida jenis aliran fluida. Hal ini dikarenakan oleh konstruksinya yang
sederhana dan pemasangannya yang mudah. Ada beberapa jenis alat untuk mengukur laju
suatu fluida. Beberapa alat yang biasa digunakan diantaranya yaitu venturi flow meter dan
orifice flow meter. Pada dasarnya prinsip kerja dari keempat alat ukur ini adalah sama yaitu
bila aliran fluida yang mengalir melalui alat ukur ini mengalir maka akan terjadi perbedaan
tekanan sebelum sesudah alat ini. Beda tekanan menjadi besar bila laju aliran yang diberikan
kepada alat ini bertambah.

Venturi flowmeter
Alat pengukur flowrate ini terbentuk dari bagian masuk yang mempunyai flens, yang
terdiri dari bagian pendek berbentuk silinder dan kerucut terpotong. Bagian leher berflens dan
bagian keluar

juga berflens yang terdiri dari kerucut terpotong yang panjang. Dalam

venturimeter, kecepatan fluida bertambah dan tekanannya berkurang di dalam kerucut


sebelah hulu. Penurunan tekanan di dalam kerucut hulu itu lalu dimanfaatkan untuk
mengukur laju aliran melalui instrument itu. Kecepatan fluida kemudian berkurang lagi dan
5

sebagian besar tekanan awalnya kembali pulih di dalam kerucut sebelah hilir. Agar
pemulihan lapisan batas dapat dicegah dan gesekan minimum. Oleh karena itu pada bagian
penampungnya mengecil tidak ada pemisahan, maka kerucut hulu dapat dibuat lebih pendek
daripada kerucut hilir. Gesekannya pun di sini kecil juga. Dengan demikian ruang dan bahan
pun dapat dihemat. Walaupun meteran venturi dapat digunakan untuk mengukur gas, namun
alat ini biasanya digunakan juga untuk mengukur zat cair terutama air.

Gambar 2.4 Venturi flow meter

Untuk Venturi Meter ini dapat dibagi 3 bagian utama yaitu :


a) Bagian Inlet
Bagian yang berbentuk lurus dengan diameter yang sama seperti diameter pipa atau
cerobong aliran. Lubang tekanan awal ditempatkan pada bagian ini.
b) Inlet Cone
Bagian yang berbentuksepertikerucut, yang berfungsiuntukmenaikkantekananfluida.
c) Throat (leher)
Bagian tempat pengambilan beda tekanan akhir bagian ini berbentuk bulat datar. Hal ini
dimaksudkan agar tidak mengurangi atau menambah kecepatan dari aliran yang keluar
dari inlet cone.
Pada Venturi meter ini fluida masuk melalui bagian inlet dan diteruskan kebagian outlet
cone. Pada bagian inlet ini ditempatkan titik pengambilan tekanan awal. Pada bagian inlet
cone fluida akan mengalami penurunan tekanan yang disebabkan oleh bagian inlet cone yang
berbentuk kerucut atau semakin mengecil kebagian throat. Kemudian fluida masuk kebagian
throat inilah tempat-tempat pengambilan tekanan akhir dimana throat ini berbentuk bulat
datar. Lalu fluida akan melewati bagian akhir dari venturi meter yaitu outlet cone. Outlet
cone ini berbentuk kerucut dimana bagian kecil berada pada throat, dan pada Outlet cone ini
tekanan kembali normal.

Jika aliran melalui venturi meter itubenar-benar tanpa gesekan, maka tekanan fluida yang
meninggalkan meter tentulah sama persis dengan fluida yang memasuki meteran dan
keberadaan meteran dalam jalur tersebut tidak akan menyebabkan kehilangan tekanan yang
bersifat permanen dalam tekanan.
Penurunan tekanan pada inlet cone akan dipulihkan dengan sempurna pada outlet cone.
Gesekan tidak dapat ditiadakan dan juga kehilangan tekanan yang permanen dalam sebuah
meteran yang dirancangan dengan tepat.
Persamaan yang digunakan dalam venturimeter:
Q = v1 x A1
Cv

v=

1 4

2 gc P

(12)
(13)

keterangan:
Cv

: koefisien venturi

: massa jenis fluida

gc

: 32,174

D1
; D1<D0
D0
lbm ft
= 1kg m N-1 det2
2
lb f sec

Profil Kecepatan Pada Aliran dalam Pipa


Pada aliran fluida di dalam pipa, partikel-partikel fluida bergerak dengan kecepatan yang
berbeda. Pada partikel yang berada berdekatan dengan dinding pipa mempunyai kecepatan
yang lebih rendah dibanding partikel yang terletak dibagian tengah pipa dimana
kecepatannya maksimum. Hal ini disebabkan karena perubahan momentum dan gesekangesekan yang terjadi di tiap lapisan. Untuk aliran laminer lapisan-lapisan fluida terdapat dari
dinding pipa sampai sumbu pipa (center line) sehingga profil kecepatan partikel-partikel
fluida berbentuk parabola seperti terlihat pada gambar.

Gambar 2.5 Profil Kecepatan Fliuda pada Aliran Laminer

Semakin besar bilangan Reynold maka momentum yang berpindah antar lapisan fluida
semakin besar. Kenaikan bilangan Reynold sampai melewati batas kritisnya akan
menyebabkan aliran berubah menjadi aliran turbulen dan terjadi dua regional aliran, yaitu
daerah laminer dekat dinding pipa dan daerah turbulen mulai dari batas daerah aliran laminer
hingga sumbu pipa. Akhirnya profile aliran tidak parabola lagi seperti terlihat pada gambar di
bawah.

Gambar 2.6 Profil Aliran Kecepatan Fluida pada Aliran Turbulen

Daerah laminer akan semakin tipis dengan kenaikan bilangan Reynold dan semakin
mempunyai arti dibandingkan dengan kekasaran dinding pipa. Itulah sebabnya faktor friksi
pada aliran laminer hanya bergantung pada bilangan Reynold dan bergeser semakin
bergantung pada kekesaran dinding pipa untuk aliran turbulen.

Kehilangan Energi pada Fitting


Kehilangan energi pada fitting dan kerangan-kerangan secara umum dapat digambarkan
dengan persamaan
=

2
2

(11)

Dimana, = dengan Le merupakan panjang ekivalen dari fitting.

BAB III
METODOLOGI DAN HASIL PENGAMATAN

3.1. Prosedur Percobaan


3.2.1 Percobaan 1 : Kalibrasi Sight Gage
3.2.1.1. Tujuan
Kalibrasi untuk mengetahui volume aktual air yang dialirkan.
3.2.1.2. Prosedur
1. Memastikan tersedia cukup air pada tangki
2. Menutup valve 52 dan membuka valve 45 lalu menyalakan pompa dan tunggu
sampai aliran air yang keluar dari pipa 46 telah stabil.
3. Menampung air yang keluar dengan menggunakan gelas ukur 2000 ml dan catat
nilainya untuk penurunan volume tangki tertentu.
4. Ulangi percobaan untuk nilai penurunan volume tangki yang nampak pada sight
gage dalam interval tertentu minimal 8 data.
5. Membuat kurva kalibrasi (volume ukur vs volume tangki) dan mengamati
kemungkinan terjadi penyimpangan pada sight gage.
3.2.1.3. Data Pengamatan
Percobaan pertama ini dilakukan untuk kalibrasi volume dari sight gage, dengan
mengukur volume yang keluar dari pipa menggunakan gelas ukur 2L.
Tabel 3.1 Data Volume Sight Gage dan Volume Real
Volume Sight

Volume Real

Gage (L)

(L)
1,2

0,9

1,3

1,8

1,5

1,85

1,6

1,9

1,7

3.2.1.4. Pengolahan Data


Tabel 3.2 Data kalibrasi tangki dengan volume aktual
Volume Sight Gage (L)

Volume Real (L)

Volume kalibrasi (L)

1,2

0,9

0,75

1,094314

1,3

0,7692308

1,215904

1,8

1,5

0,8333333

1,823856

1,85

1,6

0,8648649

1,945447

1,9

1,7

0,8947368

2,067037

x bar

0,8224332

Dari data yang terdapat pada tabel di atas. Data tersebut bisa kita plotting menjadi
grafik Y vs X di mana Y adalah volume sigh gage dalam Liter dan X adalah volume hasil
kalibrasi dalam liter. Grafiknya adalah sebagai berikut:

Volume Sight Gauge (L)

Grafik perbandingan Volume Kalibrasi


dengan Volume Sight Gauge
2

y = 0.822x
R = 1

1.5
1
0.5
0
0

0.5

1.5

2.5

Volume Kalibrasi (L)

Gambar 3.1 Kurva Kalibrasi Volume terukur (L) vs Volume sight gage (L)

Grafik ini jika diperhatikan memberikan hubungan linear karena membentuk garis
lurus, sehingga data data grafik ini bisa diregresi linear menggunakan excel sehingga
didapatkan persamaan kalibrasi volume adalah sebagai berikut:
= 0,8224 4 1015

(3.1)

10

Di mana y adalah volume real air yang keluar, diukur dengan menggunakan gelas
ukur 2 L dan x adalah volume yang tampak dari sight gage. Dari tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa 1 L tangki = 0,822 L pada volume ukur.

3.2.2 Karakteristik Orifice Flowmeter


3.2.2.1 Tujuan
Mencari nilai koefisien karakteristik (discharge coefficient) dari orifice flowmeter
yang digunakan dengan menggunakan aliran turbulen dan laminar.
3.2.2.2 Prosedur Percobaan
1) Membuka valve 50 sementara menutup valve lainnya (menggunakan by pass).
Menggunakan valve 45 untuk mengatur pengeluaran air yang melalui pipa aliran
keluar (46).
2) Menyalakan pompa dan buka valve 45 perlahan-lahan.
3) Memasang dua selang manometer pada orifice (tap-pressure 40-41) untuk
mengukur perbedaan tekanan.
4) Mengukur aliran keluar dari tangki dengan mencatat penurunan yang nampak pada
sight gage untuk waktu 30 detik. Secara simultan catat perbedaan ketinggian yang
nampak pada manometer.
5) Mengulangi pengukuran untuk beberapa flowrate (8 data) dengan mengubah
bukaan valve 45 hingga diperoleh data perubahan h dengan inkremen yang sama.
6) Mengeplot P (dalam H2O) dengan laju alir (gph).
7) Menghitung dan membuat grafik Cd (coefficient of discharge) sebagai fungsi dari
laju alir.
3.2.2.3 Data Percobaan dan Pengolahan Data
3.2.2.3.1 Aliran Turbulen
Volume yang didapatkan dari percobaan adalah volume sight gage. Oleh karena itu,
sebelumnya data volume tersebut harus dikonversikan terlebih dahulu menjadi debit
air (Q), yang keluar bisa dhitung denga menggunakan rumus:
= /
11

Tabel 3.2 Q orifice flowmeter


V
(liter)
2,7
3
3,2
3,3
3,5

V real
(liter)

Q (L/s)

t (s)

2,22048
2,4672
2,63168
2,71392
2,8784

0,088819
0,098688
0,105267
0,108557
0,115136

25
25
25
25
25

dan dengan mengubah semua satuan ke dalam Satuan Internasional dan mengakarkan nilai
, maka, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3.3 Data Pengamatan dan Pengolahan Data Aliran Turbulen

Orifice

Orifice

(inchi)

(m)

h (m)

(liter)

real

Q (L/s)

Q (m3/s)

(liter)

0,0762 0,276043

2,7 2,22048 0,088819 8,8819E-05

4,5

0,1143 0,338083

4,7

0,11938 0,345514

3,2 2,63168 0,105267 0,00010527

4,9

0,12446 0,352789

3,3 2,71392 0,108557 0,00010856

0,127 0,356371

3,5

2,4672 0,098688 9,8688E-05

2,8784 0,115136 0,00011514

Untuk mendapatkan hubungan antara debit air yang keluar dengan orrifice, maka
digunakan persamaan
=

1 4

(2.2)

debit akan berbanding lurus dengan akar dari orrifice (yang merupakan penunjuk beda
tekanan tersebut. Hubungan antara h dengan Q dilihat dari plotting grafik di
bawah ini

12

Grafik h vs Q Aliran Turbulen


Orifice Flowmeter
0.00014

Q (m3/s)

0.00012

y = 0.000x + 1E-05
R = 0.829

0.0001
0.00008
0.00006
0.00004
0.00002
0
0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

h (m)

Dari grafik tersebut didapatkan persamaan garis


y = 0,0003x+1E-05
persamaan garis terebut menunjukan hubungan antara debit air (Q) yang keluar dengannilai
h. Selanjutnya untuk memperoleh nilai dari koefisien discharge orifice dari persamaan
tersebut, perlu dihitung terlebih dahulu nilai koefisien karakteristik (faktor koreksi) rata-rata
dari orifice yang dihitung sebagai berikut:

adalah diameter kerongkongan, = 0,625 inch = 0,01587 m orifice flow meter


adalah diameter pipa, = 0,03
=

0,01587
0,03

= 0,529

: luas area kerongkongan orrifice.


1

= 4 2 = 4 0,01587

= 1,977 104 2

Maka nilai koefisien karakteristik rata rata dari orrifice adalah

13

()

1 4

0,003 3

1,977

1 0,5294

= 0,329
104 2

9,8
2

Sehingga didapatkan nilai koefisien untuk orfice flowmeter pada aliran turbulen adalah
= 0,329
3.2.2.3.2 Aliran Laminer
Dengan menggunakan prinsip perhitungan yang sama dengan data pada aliran turbulen, maka
didapat data sebagai berikut:
Tabel 3.4 Data Pengamatan dan Pengolahan Data Aliran Laminer

Orifice

Orifice

(inchi)

(m)

h (m)

(liter)

real

Q (L/s)

Q (m3/s)

(liter)

0,0254 0,159374

1,6448 0,065792 6,5792E-05

1,7

0,04318 0,207798

2,15 1,76816 0,070726 7,0726E-05

0,0508 0,225389

2,2 1,80928 0,072371 7,2371E-05

2,4

0,06096 0,246901

2,4 1,97376

0,07895

2,6

0,06604 0,256982

2,5

0,08224 0,00008224

2,056

7,895E-05

Dari data tersebut maka didapat grafik berikut:

Grafik h vs Q Aliran Laminer Orifice


Flowmeter
Q (m3/s)

0.0001

y = 0.000x + 4E-05
R = 0.908

0.00008
0.00006
0.00004
0.00002
0
0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

h (m)

Gambar 3.2 Grafik. Q vs pada orifice flowmeter dalam keadaan aliran laminer
14

Dari grafik tersebut didapatkan persamaan garis


y = 0,0001x + 5 105
persamaan garis terebut menunjukan hubungan antara debit air (Q) yang keluar dengan nilai
h. Selanjutnya untuk memperoleh nilai dari koefisien dischargeorifice dari persamaan
tersebut, perlu dihitung terlebih dahulu nilai koefisien karakteristik (faktor koreksi) rata-rata
dari orifice yang dihitung sebagai berikut:
=

adalah diameter kerongkongan, = 0,625 inch = 0,01587 m orifice flowmeter


adalah diameter pipa, = 0,03
=

0,01587
0,03

= 0,529

: luas area kerongkongan orrifice.


1
1
= 2 = 0,01587
4
4

= 1,977 104 2

Maka nilai koefisien karakteristik rata rata dari orrifice adalah

()

1 4

0,0002 3

1 0,5294

1,977 104 2 2

= 0,217
9,8
2

Sehingga didapatkan nilai koefisien untuk orofice flowmeter pada aliran laminer adalah
= 0,217
3.2.3 Karakteristik Venturi Flowmeter
3.2.3.1 Tujuan
Mencari nilai koefisien karakteristik (discharge coefficient) dari venturi flow meter
yang digunakan dengan menggunakan aliran turbulen dan laminar.
3.2.3.2 Prosedur Percobaan
1) Menutup valve 44, 45, 48, 50 dan 52 sementara buka valve lainnya. Gunakan valve
45 untuk mengatur pengeluaran air yang melalui pipa aliran keluar (46).
2) Menyalakan pompa dan buka valve 45 perlahan-lahan.
15

3) Memasang dua selang manometer pada venturi dan orifice (tap-pressure 38-39)
untuk mengukur perbedaan tekanan.
4) Mencatat perbedaan ketinggian yang nampak pada manometer, baik perbedaan
ketinggian venturi maupun orifice.
5) Mengulangi pengukuran untuk beberapa flowrate (8 data) dengan mengubah
bukaan valve 45 hingga diperoleh data perubahan h dengan inkremen yang sama.
6) Mengeplot P (dalam H2O) dengan laju alir (gph).
7) Menghitung dan membuat grafik Cd (coefisien of discharge) sebagai fungsi dari
laju alir.
8) Membuat grafik hubungan Cd (coefisien of discharge) pada venturi dengan Cd
(coefficient of discharge) pada orifice.

3.2.3.3 Data Percobaan dan Pengolahan Data


3.2.3.3.1 Aliran Turbulen
Volume yang didapatkan dari percobaan adalah volume sight gage. Oleh karena itu,
sebelumnya data volume tersebut harus dikonversikan terlebih dahulu menjadi debit
air (Q), yang keluar bisa dhitung denga menggunakan rumus:
= /
Tabel 3.6 Data Pengamatan dan Pengolahan Data Aliran Turbulen
h Venturi
(inchi)
6
6,5
6,6
7
7,5

h
Venturi
(m)
0,1524
0,1651
0,16764
0,1778
0,1905

h (m)

0,390384
0,406325
0,409439
0,421663
0,436463

V
(liter)
2,7
3
3,2
3,3
3,5

V real
(liter)

Q (L/s)

Q (m3/s)

2,22048
2,4672
2,63168
2,71392
2,8784

0,088819 8,8819E-05
0,098688 9,8688E-05
0,105267 0,00010527
0,108557 0,00010856
0,115136 0,00011514

Debit akan berbanding lurus dengan Orifice (yang merupakan penunjuk beda
tekanan( ) tersebut. Hubungannya bisa dilihat dari plotting grafik di bawah ini

16

Q (m3/s)

Grafik h vs Q Aliran Turbulen


Venturi Flowmeter
0.00014
0.00012
0.0001
0.00008
0.00006
0.00004
0.00002
0

y = 0.000x - 0.000
R = 0.946

0.38

0.39

0.4

0.41

0.42

0.43

0.44

h (m)

Gambar 3.3 Grafik Q vs pada venturi flowmeter dalam keadaan aliran turbulen

Pada percobaan ini, akan dihitung karakteristik venturimeter berdasarkan koefisien


discharge dari alat tersebut. Menurut persamaan Bernoulli yaitu:
= .
=

1 2

Dimana:
Cv: koefisien venturi

:1 ; 1 < 1
0

: massa jenis fluida


gc: 1 Kg m N-1 det2
Selanjutnya nilai Cv dapat dihitung dengan persamaan diatas yang termodifikasi:
=

(1 2 )

Dengan mengetahui bahwa nilai adalah dan disubtitusikan ke persamaan


diatas.
=

(1 2 )

Dari kurva diatas diketahui bahwa nilai slope kurva adalah nilai antara Q/ dan
gravitasi spesifik adalah 1. Maka dapat disederhanakan nilai koefisien venturimeter
adalah
=

1 4

. 2

17

1 4

. 2

A = 0.0007065 m2
=

0,0006 (10,529 4 )
0.0007065 . 2.9,80

= 0,184

Sehingga didapatkan nilai koefisien untuk venturimeter adalah


= 0,184
3.2.3.3.2 Aliran Laminer
Volume yang didapatkan dari percobaan adalah volume sight gage. Oleh karena itu,
sebelumnya data volume tersebut harus dikonversikan terlebih dahulu menjadi debit air (Q),
yang keluar bisa dhitung denga menggunakan rumus:
= /u
Tabel 3.7 Data Pengamatan dan Pengolahan Data Aliran Laminer
h Venturi
(inchi)
5,5
5,75
6
6,5
6,8

h
Venturi
(m)
0,1397
0,14605
0,1524
0,1651
0,17272

h (m)

0,373765
0,382165
0,390384
0,406325
0,415596

V
(liter)
2
2,15
2,2
2,4
2,5

V real
(liter)

Q (L/s)

Q (m3/s)

1,6448 0,065792 6,5792E-05


1,76816 0,070726 7,0726E-05
1,80928 0,072371 7,2371E-05
1,97376 0,07895
7,895E-05
2,056 0,08224 0,00008224

dengan menggunakan prinsip perhitungan yang sama dengan data pada aliran turbulen, maka
didapat grafik dan hasil sebagai berikut:

18

Grafik h vs Q Aliran Laminer


Venturi Flowmeter
Q (m3/s)

0.0001
0.00008
0.00006

y = 0.000x - 8E-05
R = 0.989

0.00004
0.00002
0
0.37

0.38

0.39

0.4

0.41

0.42

h (m)

Gambar 3.4 Grafik Q vs pada venturi flowmeter dalam keadaan aliran laminer

Maka nilai cv yang didapat adalah


=

0,0004 (1 0,5294 )
0.0007065. 2.9,80

= 0,1228

Sehingga didapatkan nilai koefisien untuk venturimeter adalah


= 0,1228
3.2.4 Aliran Laminer dan Turbulen
3.2.4.1 Tujuan
Mengetahui pola aliran laminar dan turbulen dengan laju yang berbeda.
3.2.4.2 Prosedur Percobaan
1) Memastikan visual box bersih sehingga praktikan mudah melakukan pengamatan
pola aliran.
2) Menggunakan venturi sebagai flowmeter.
3) Membuka valve 10, 11, 12, 16, dan 52 dan menutup valve lainnya.
4) Memvariasikan bukaan valve, lalu mengamati dan mencatat pola aliran yang
terjadi (minimal 8 data).
3.2.4.3 Data Percobaan dan Pengolahan Data
Secara teoritis, jenis aliran dipengaruhi oleh bilangan Reynoldnya. Aliran laminar
berada pada nilai Reynold < 2000.Sementara jika aliran memiliki bilangan Reynold
antara 2000 dan 4000 maka aliran dikatakan aliran transien dan bilangan Reynold
19

diatas 4000 aliran tersebut merupakan jenis aliran turbulen. Bilangan Reynold
adalah perbandingan antara inersia dan viskositas. Atau dinyatakan dengan:

. .

Atau bisa dituliskan


=

. .
.

Dalam percobaan ini, masing-masing jenis aliran diambil dalam 5 variasi data.
Diameter dari pipa adalah 0,03 m. Sehingga luas permukaan adalah:

1
2
4

= 0.0007065 m2

Berikut adalah tabel pengolahan data ketika visual box menunjukkan pengamatan
aliran turbulen:
Tabel 3.8 Bilangan Reynold pada aliran turbulen
Q (m3/s)
8,88E-05
9,87E-05
0,000105
0,000109
0,000115

Re
2,664576
2,96064
3,158016
3,256704
3,45408

serta tabel pengolahan data ketika visual box menunjukkan pengamatan aliran
laminer:
Tabel 3.9 Bilangan Reynold pada aliran laminer
Q (m3/s)
6,5792E-05
7,0726E-05
7,2371E-05
7,895E-05
0,00008224

Re
584,0551
648,9501
692,2134
713,8451
757,1084

20

3.2.5 Friction Loss


3.2.5.1 Tujuan
Membandingkan besarnya kehilangan energi karena friksi antara data eksperimental
dan data teoritis pada aliran dalam pipa serta menganalisis faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap besarnya friksi
3.2.5.2 Prosedur Percobaan
1) Menghubungkan dua selang manometer pada pipa 1 dan dua lainnya pada orifice.
2) Memvariasikan laju alir dengan mengatur bukaan upstream valve sehingga
diperoleh data perbedaan ketinggian di manometer baik dari pipa maupun dari
orifice.
3.2.5.3 Data Percobaan dan Pengolahan Data
Berikut merupakan data perbedaan tekanan (yang digambarkan oleh h) pada pipa
satu inchi pengukuran friction loss.
h Pipa
(inch)

h Pipa
(m)

1
1,1
1,1
1,5
1,5

0,0254
0,02794
0,02794
0,0381
0,0381

Langkah-langkah yang digunakan untuk melakukan pengolahan data adalah sebagai


berikut. Yang pertama, mengkonversi nilai hventuri maupun hpipa menjadi satuan
meter yang digunakan untuk standard. Lalu menghitung nilai hventuri yang
nantinya digunakan untuk menghitung nilai Q dengan menggunakan persamaan
regresi linier dari perobaan venturi. Kemudian mencari pressure loss dengan
menggunakan hpipa sebagai head loss
= . .
2

Setelahnya, mencari nilai kecepatan aliran dengan rumus

21

( 4 )2

Lalu menentukan nilai bilangan Reynold dengan menggunakan persamaan


=

. .

Kemudian menentukan nilai Faktor friksi dengan rumus sebagai berikut


=

2
2

2
=
2

= .

Rumus faktor friksi yang digunakan adalah dengan persamaan Darcy-Weisbach


yang

telah

dipergunakan

dalam

perhitungan-perhitungan

pada

percobaan

sebelumnya.
Menentukan nilai Friction loss
= . .
=

..

= .
Membuat plot untuk nilai faktor friksi teoritis dan eksperimen pada pipa 1 in.
Tabel 2.14 Data h, v, dan q pada fitting pipa

v(L)

v kalibrasi

t(s)

q(L/s)

h pipa (m)

3.3
3.5
4
5
7

2.71392
2.8784
3.2896
4.112
5.7568

25
25
25
25
25

0.1085568
0.115136
0.131584
0.16448
0.230272

0.0254
0.02794
0.02794
0.0381
0.0381

22

untuk mencari friksi teoritis digunakan rumus:

= 0.001375 1 + 20000 +

10 6

1
3

Tabel 2.15 Pengolahan data menghitung f eksperimen dan f teoritis


v

Re

0.21434825
0.227339053
0.259816061
0.324770076
0.454678107

5444.446
5774.412
6599.328
8249.16
11548.82

0.181067
0.177062
0.135563
0.118309
0.060362

f teori

0.038146 0.24892
0.037535 0.273812
0.036214 0.273812
0.034193 0.37338
0.03154 0.37338

Sehingga didapatkan grafik hubungan reynold number dengan f eksperimen dan f


teoritis adalah sebagai berikut:

Re

Grafik f vs Re
0.2
0.18
0.16
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0

f
f teori

5000

10000

15000

Faktor friksi

Gambar 3.4 Grafik f vs Re dalam keadaan aliran turbuler

3.2.6 Fitting Pipa


3.2.6.2 Tujuan
Menentukan friction factor dan panjang ekuivalen (Le) pada fitting yang berupa valve
serta menentukan hubungan antara bilangan Reynold (Re) dengan panjang ekuivalen (Le).
3.2.6.3 Prosedur Percobaan
1. Membuka valve 1, 2, 3, 8 dan 6 serta menutup valve lainnya. Valve 5 dibuka sedikit
untuk memastikan aliran total tidak terlalu kecil
2. Menghubungkan dua selang manometer pada elbow 6 dan dua lainnya pada venturi.
23

3. Menvariasikan laju alir dengan mengatur bukaan valve 3 berdasarkan perbedaan


ketinggian di manometer venturi sehingga didapatkan data ketinggian di manometer
elbow. Digunakan variasi h venturi sebanyak 5 data turbular.
4. Menentukan panjang ekuivalen Le.
3.2.6.4 Data Percobaan dan Pengolahan Data
Dari data volum terhadap waktu, didapatkan nilai debit Q (m3/s) dengan membagi selisih
nilai volum awal. dan akhir dari masing-masing bukaan, dengan interval waktu 25 detik.
Data h pada manometer venturi flowmeter dan fitting valve (telah dikonversi ke meter)
Dilakukan pada 3 kali percobaan yang berbeda.
Tabel 3.17 Data h venture dan hfitting untuk setiap bukaan valve

h Fitting(m)

h venturi(m)

0,33782

0,04572

0,32766

0,03048

0,3048

0,02794

Kemudian menghitung nilai bilangan Reynold (Re atau NR), friction factor eksperimen
(feksperimen), dan panjang ekuivalen fitting valve (Le)
Menggunakan persamaan berikut ini:
=

2
2

2
2

Dengan menggunakan bantuan Ms. Excel. didapatkan nilai berikut ini:

Tabel 3.18 Data h venture, h fitting, dan perhitungan v

h
Fitting(m)
0,33782
0,32766
0,3048

h
venturi(m)
0,04572
0,03048
0,02794

Re

Le

0,149320703
0,155812907
0,162305112

3792,746
3957,648
4122,55

0,671603
0,411201
0,347383

11,231111
16,340000
16,581818
24

Grafik hubungan antara Re terhadap Le

Grafik Le vs Re
Lebar Ekivalen (m)

12.000000
10.000000
8.000000
6.000000
eksperimen

4.000000

teoretis

2.000000
0.000000
0

2000

4000

6000

8000

10000

Bilangan Reynolds

Gambar 3.5 Grafik Le vs Re dalam keadaan aliran turbuler

25

BAB IV
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Kalibrasi Sight Gage


Tabel 4.1 Hasil dan Pengolahan Data Kalibrasi Sight Gage

volume
tangki
1.2
1.3
1.8
1.85
1.9

volume
ukur
0.9
1
1.5
1.6
1.7

x = (v ukur / v
tangki)
0.75
0.7692308
0.8333333
0.8648649
0.8947368
0.8224332

Data pengamatan yang diperoleh praktikan menunjukkan selisih yang relatif kecil antara
volume ukur dan volume tangki, yakni tidak lebih dari 0,3 L pada masing-masing percobaan.
Rata-rata hasil perhitungan rasio volume ukur terhadap volume tangki menunjukkan angka
0,8224. Hal ini menunjukkan bahwa untuk setiap 1 liter perubahan volume pada tangki,
perubahan volume yang terukur oleh gelas ukur adalah 0,8224 liter.

Karakteristik Orifice Flowmeter & Venturimeter


Tabel 4.2 Data Pengamatan dan Pengolahan Data Aliran Turbulen Pada Orifice Flowmeter

v(L)
2.7
3
3.2
3.3
3.5

v
kalibrasi
2.22048
2.4672
2.63168
2.71392
2.8784

t(s)

q(L/s)

h(in)

h(m)

25
25
25
25
25

0.0888192
0.098688
0.1052672
0.1085568
0.115136

3
4.5
4.7
4.9
5

0.0762
0.1143
0.11938
0.12446
0.127

Debit(m3/s)

0.276043475 8.88192x10-5
0.33808283 0.000098688
0.34551411 0.000105267
0.352788889 0.000108557
0.356370594 0.000115136

Tabel 4.3 Data Pengamatan dan Pengolahan Data Aliran Laminar Pada Orifice Flowmeter

v
kalibrasi
1.6448

2.2

1.80928

v(L)

t(s)

q(L/s)

h(in)

h(m)

Debit(m3/s)

25

0.065792

0.0254

0.159373775

0.000065792

25

0.0723712

2.2

0.05588

0.236389509 7.23712x10-5

26

2.4

1.97376

25

0.0789504

2.4

0.06096

0.24690079

7.89504x10-5

Tabel 4.4 Data Pengamatan dan Pengolahan Data Aliran Turbulen Pada Venturimeter

v(L)
2.7
3
3.2
3.3
3.5

v
kalibrasi
2.22048
2.4672
2.63168
2.71392
2.8784

t(s)

q(L/s)

h(in)

h(m)

Debit(m3/s)

25
25
25
25
25

0.0888192
0.098688
0.1052672
0.1085568
0.115136

6
6.5
6.6
7
7.5

0.1524
0.1651
0.16764
0.1778
0.1905

0.390384
0.406325
0.409439
0.421663
0.436463

8.88192x10-5
0.000098688
0.000105267
0.000108557
0.000115136

Tabel 4.5 Data Pengamatan dan Pengolahan Data Aliran Laminer Pada Venturimeter

v(L)
2
2.2
2.4

v
kalibrasi
1.6448
1.80928
1.97376

t(s)

q(L/s)

h(in)

25
25
25

0.065792
0.0723712
0.0789504

6
6.5
6.8

h(m)

0.1524 0.390384
0.1651 0.406325
0.17272 0.415596

Debit(m3/s)
0.000065792
7.23712x10-5
7.89504x10-5

Dari data yang di dapatkan, dilakukan perhitungan seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Maka didapatkan pada aliran turbuler, nilai koefisien karakter orifice (Co)
adalah 0.329 , dan nilai koefisien karakter venturi (Cv) adalah 0.184. Sedangkan pada aliran
laminer, Co adalah 0.217, dan Cv adalah 0.1228. Dari hasil perhitungan laminar dan turbulen
tersebut, nilai Co lebih besar daripada nilai Cv. Hal ini disebabkan oleh energy loss pada
venturi lebih kecil dibanding orifice. Pada venturi, kehilangan energi karena friksi dengan
dinding venturi dapat diabaikan karena dinding venturi sangat halus. Ketika aliran memasuki
throat menyempit pada venturimeter, energi kinetik aliran akan semakin besar secara
perlahan (tidak seperti pada orifice dimana perubahan kecepatan aliran terjadi secara tiba-tiba
sehingga terdapat kehilangan energi) sehingga saat memasuki throat venturi (tabung slinder)
kecepatannya mencapai maksimum.
Aliran Laminer dan Turbuler
Tabel 4.6 Data Pengamatan dan Pengolahan Data Aliran Laminer

Debit(m3/s)
0.000065792
7.23712x10-5
7.89504x10-5

V(m/s)
0.129908031
0.142898834
0.155889637

Re
3897.240916
4286.965007
4676.689099

27

Tabel 4.7 Data Pengamatan dan Pengolahan Data Aliran Turbulen

Debit(m3/s)
8.88192x10-5
0.000098688
0.000105267
0.000108557
0.000115136

V(m/s)
0.175376
0.194862
0.207853
0.214348
0.227339

Re
5261.275
5845.861
6235.585
6430.448
6820.172

Tujuan dari percobaan adalah mengetahui pola aliran dengan laju yang berbeda pada
pipa lurus. Data pengamatan yang diperoleh untuk mengetahui pola aliran turbulen berupa
pengamatan visual pada visual box. Aliran turbulen ditandai dengan terjadinya aliran yang
deras bergejolak dan terbentuk pusaran, selain itu perbedaan ketinggian yang terlihat pada
manometer sangat jauh. Hal ini menunjukan nilai pressure drop yang terjadi di sepanjang
pipa sangat besar.
Maka untuk membuktikan apakah dugaan tersebut benar, dilakukan pengolahan data
untuk menghitung bilangan Reynold. Bilangan Reynold yang merupakan bilangan tak
berdimensi menunjukkan karakter dari suatu aliran. Bilangan Reynold dihitung berdasarkan
volume air yang terukur pada tangki sehingga diperoleh debit ataupun laju alirnya. Bilangan
Reynold untuk aliran turbulen bernilai diatas 4000.
Jika dilihat dari nilai yang diperoleh, semakin besar bukaan valve yang tentunya
memperbesar debit, akan menyebabkan bilangan Reynold semakin tinggi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa percobaan ini sesuai dengan literatur, dimana v berbanding lurus dengan
Re. Pada bukaan valve maksimum diperoleh bilangan Reynold sebesar 6820,72.
Aliran laminer ditandai dengan aliran yang tenang dan tidak bergejolak. Selain itu nilai
selisih ketinggian yang terbaca pada manometer sangatlah kecil.Untuk membuktikan asumsi
tersebut maka dilakukan perhitungan bilangan Reynold, dimana untuk aliran laminer
bilangan Reynold bernilai kurang dari 2000.
Pada percobaan laminar, hasil penghitungan bilangan Reynold tidak menunjukkan
sepenuhnya aliran laminar melainkan aliran transisi karena berada diantara 2000 sampai
4000. Faktor-faktor yang kemungkinan menyebabkan hal ini akan dibahas pada analisis
kesalahan. Namun dari segi lain, percobaan laminar menghasilkan pengolahan data yang
menunjukkan bahwa semakin kecil bukaan valve maka selisih antara volume awal dan
volume akhirpada tangki akan semakin kecil pula, sehingga debit yang diperoleh semakin
menurun. Hal tersebut dijelaskan oleh rumus bilangan Reynold, dimana besar debit dan laju
28

alir berbanding lurus dengan bilangan Reynold. Selain itu, perbedaan ketinggian yang terukur
pada manometer orifice serta venture bernilai lebih kecil jika dibandingkan dengan perbedaan
ketinggian pada aliran turbulen pada percobaan sebelumnya, dimana perbedaan ketinggian
yang terbaca pada skala manometer menunjukkanbesarnya pressure drop yang terjadi dalam
pipa di setiap bukaan valve. Sehingga dapat dikatakan bahwa pressure drop yang terjadi di
sepanjang pipa dan flowmeter bernilai lebih kecil untuk aliran laminar. (h berbanding lurus
dengan besar debit Q,dimana besar Q berbanding lurus pula dengan bilangan Reynold,
sehingga dapat pula dituliskan bahwa Re).

Friction Loss
Tabel 4.8 Data Pengamatan dan Pengolahan Data Pengukuran Friction Loss

v(L)

v
kalibrasi

t(s)

3.3
3.5
4
5
7

2.71392
2.8784
3.2896
4.112
5.7568

25
25
25
25
25

h
pipa
(m)
0.1085568 0.0254
0.115136 0.02794
0.131584 0.02794
0.16448
0.0381
0.230272 0.0381
q(L/s)

Re

f teori

0.21434825
0.227339053
0.259816061
0.324770076
0.454678107

5444.446
5774.412
6599.328
8249.16
11548.82

0.181067
0.177062
0.135563
0.118309
0.060362

0.038146 0.24892
0.037535 0.273812
0.036214 0.273812
0.034193 0.37338
0.03154 0.37338

Re

Grafik f vs Re
0.2
0.18
0.16
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0

f
f teori

5000

10000

15000

Faktor friksi

Gambar 4.4 Grafik f vs Re dalam keadaan aliran turbuler

Perhitungan yang pertama didapatkan adalah besar debit (q) dengan membagi perubahan
volume yang telah dikalibrasi dengan waktu, dimana waktu telah ditetapkan untuk semua
percobaan 25 detik. Dari perhitungan didapatkan bahwa semakin besar nilai h pada
29

manometer, maka debit yang dihasilkan juga semakin besar. Dari nilai ini kemudian akan
didapatkan nilai atau besar laju alir fluidanya, yang juga menunjukkan nilai yang lebih tinggi
pada h yang tinggi. Hal ini dikarenakan pada h yang tinggi, maka bukaan valve akan
semakin besar (semakin terbuka penuh). Kondisi ini mengakibatkan area cross-section fluida
menjadi lebih besar untuk fluida lewat sehingga volume fluida yang dapat melewati valve
tersebut pun semakin besar untuk waktu yang sama, atau dengan kata lain didapatkan laju alir
yang lebih besar.
Perhitungan selanjutnya adalah mencari nilai bilangan Reynold (Re). Dari perhitungan
didapat bahwa seluruh pengamatan menujukkan nilai bilangan Reynold yang lebih dari 4000.
Hal ini menunjukkan bahwa aliran yang terjadi saat pengamatan adalah aliran turbulen.
Seperti halnya laju alir, perhitungan data menunjukkan nilai h yang lebih tinggi akan
menghasilkan nilai Reynold yang lebih tinggi pula. Nilai bilangan Reynold tertinggi adalah
11.548,8 pada saat h pipa 0,0381 m sedangkan nilai bilangan Reynold terkecil adalah
5.444,45 pada saat h pipa 0,0254 m.
Perhitungan selanjutnya adalah friction loss (F). Dari perhitungan didapatkan bahwa F
berbanding lurus dengan laju alir, semakin besar laju alir maka semakin besar pula friction
loss. Selain friction loss, perhitungan juga dilakukan dengan menghitung faktor friksi dari
data eksperimen dan faktor friksi teoritis. Hasil perhitungan faktor friksi, baik pada
eksperimen maupun teoritis, menunjukkan bahwa faktor friksi berbanding terbalik dengan
laju alir, semakin kecil laju alir maka faktor friksi akan semakin besar. Hal ini dikarenakan
tahanan pada aliran yang dengan laju yang lebih rendah bernilai lebih besar dibanding pada
aliran mempunyai laju yang lebih tinggi.

Fitting Pipa
Tabel 4.9 Data Pengamatan dan Pengolahan Data Pengukuran Fitting Pipa

h
Fitting(m)
0,33782
0,32766
0,3048

h
venturi(m)
0,04572
0,03048
0,02794

Re

Le

0,149320703
0,155812907
0,162305112

3792,746
3957,648
4122,55

0,671603
0,411201
0,347383

11,231111
16,340000
16,581818

30

Grafik Le vs Re
Lebar Ekivalen (m)

12.000000
10.000000
8.000000
6.000000
eksperimen

4.000000

teoretis

2.000000
0.000000
0

2000

4000

6000

8000

10000

Bilangan Reynolds

Gambar 4.5 Grafik Le vs Re dalam keadaan aliran turbuler

Data yang diperoleh dalam percobaan berupa H venturi dan Hfitting valve serta
volume tangki dengan waktu 25 detik. Data tersebut diolah untuk mencari nilai faktor friksi,
panjang ekuivalen (Le) dan memperoleh hubungan antara bilangan Reynold (Re) dengan
panjang ekuivalen (Le).
Kecepatan didapatkan dengan cara seperti pada penghitungan-penghitungan sebelumnya.
Langkah selanjutnya yaitu mencari bilangan Reynold dari percobaan. Bilangan Reynold
untuk aliran laminar secara teoritis adalah < 2000. Dari pengolahan data diatas, bilangan
Reynold pada percobaan fitting pipa dalam aliran laminar berada diantara 2000 hingga 4000
sehingga dapat dikatakan merupakan aliran transisi. Bilangan Reynold pada percobaan
semakin tinggi karena bilangan Reynold berbanding lurus kecepatan, sehingga apabila
kecepatan naik maka bilangan Reynold juga akan naik.
Setelah itu, nilai faktor friksi dan panjang ekuivalen dicari dengan menggunakan rumus
yang terdapat pengolahan data. Bilangan Reynold yang semakin besar berpengaruh pada
semakin meningkatnya pressure drop aliran di dalam fitting. Sehingga tegangan geser pun
akan semakin meningkat, akibatnya faktor friksi pun juga akan meningkat. Friksi terjadi pada
fitting, sehingga menyebabkan kehilangan energi. Kehilangan energi pada fitting lebih besar
dibanding dibanding dengan kehilangan energi pada pipa lurus tanpa keberadaan fitting
walaupun dengan diameter yang sama. Hal ini dikarenakan sifat inersia fluida yang
mempertahankan arah gerak fluida sehingga fluida akan menubruk dinding terlebih dahulu
baru kemudian berbelok dan ketika fluida menumbuk dinding kemungkinan terjadi friksi

31

karena tumbukan antar partikel maupun dengan dinding yang akan membuat kehilangan
energi gerak aliran.
Analisis Kesalahan
Berdasarkan hasil data yang kami peroleh dan kami olah, beberapa data memberikan hasil
yang kurang sesuai dengan teori. Pada percobaan friction loss hasil data eksperimen dan data
teoritis memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Berdasarkan analisis kami, hal tersebut
diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:
1. Kurangnya ketelitian praktikan dalam mengoperasikan alat, sedangkan variasi bukaan
alat membutuhkan akurasi yang tinggi. Sehingga menghasilkan data yang kurang
akurat dan sempurna dari data teoritis.
2. Kerusakan alat, misalnya adanya kebocoran pada bagian tertentu pada pipa,
mengakibatkan sistem tidak berjalan sesuai sehingga mempengaruhi keakuratan data.
3. Ketidakstabilan perngukuran percobaan menggunakan manometer sehingga hasil
kurang akurat.

32

BAB V
KESIMPULAN

1. Beda ketinggian manometer menunjukan besarnya pressure drop pada aliran fluida
2. dalam pipa.
3. Bilangan Reynold berbanding lurus dengan laju alir dan debit.
4. Aliran fluida berdasarkan bilangan Reynold dibagi menjadi 3, yaitu :
-

Aliran laminar : Re < 2000

Aliran transisi : 2000 < Re < 4000

Aliran turbulen : Re > 4000

5. Beda ketinggian manometer berbanding lurus dengan laju alir, dengan demikian
pressure drop akan berbanding lurus pula dengan bilangan Reynold.
6. Nilai karakteristik orifice meter adalah sebagai berikut :
-

Pada aliran Turbuler: 0,329

Pada aliran Laminer: 0,217

7. Nilai karakteristik venturi meter adalah sebagai berikut :


-

Pada aliran Turbuler: 0,184

Pada aliran Laminer: 0,1228

8. Faktor friksi eksperimen yang didapat relatif lebih besar jika dibandingkan dengan
9. faktor friksi secara teoritis.
10. Hubungan faktor friksi dan bilangan Reynold adalah berbanding terbalik.

33

DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Praktikum Unit Operasi Bioproses. Departemen Teknik Kimia Universitas
Indonesia
Brown, Nigel P. 1991. Slurry Handling Design of Solid-Liquid System. New York : Elsevier
Science Publishing.
De Nevers, Noel. 1991. Fluid Mechanics for Chemical Engineers. Singapore: McGraw-Hill
Book, Co.
Geankoplis, C.J. 1991. Transport Process and Unit Operations Third Edition. New Jersey :
Prentice Hall International. Inc

34

Anda mungkin juga menyukai