Di dalam aliran fluida pada pipa, profil kecepatan di hulu dengan di hilir
tidaklah sama. Dari hulu, profil kecepatan fluida yang merata (uniform) sedikit
demi sedikit kemudian akan berubah menjadi bentuk parabolik di hilir akibat
adanya gesekan dengan bidang pipa. Daerah berkembangnya profil kecepatan
dari linier di hulu menjadi parabolik disebut entrance region, sedangkan daerah.
C. Distribusi Tekanan Pada Nossel Dan Sambungan
Setiap fluida mengalir dalam sebuah pipa harus memasuki pipa pada suatu
lokasi. Daerah aliran di dekat lokasi fluida memasuki pipa disebut sebagai
daerah masuk (entrance region) dan diilustrasikan pada gambar di bawah.
Daerah tersebut mungkin sekitar beberapa kaki permulaan dari sebuah pipa yang
dihubungkan pada sebuah tangki atau bagian awal dari saluraan duct udara panas
yang berasal dari sebuah tungku.
Fluida biasanya memasuki pipa dengan profil kecepatan yang hampir sergam
pada bagian (1). Selagi fluida bergerak melewati pipa, efek viskos
menyebabkannya tetapmenempel pada dinding pipa (kondisi lapisan batas tanpa
slip). Hal ini berlaku baik jila fluida nya adalah udara yang relatif inviscid
ataupun minya yang sangat viskos. Jadim sebuah lapisan batas (boundary layer)
di mana efek viskos menjadi penting timbul disepanjang dinding pipa
sedemikian hingga profil kecepatan awal berubah menurut jarak sepanjang pipa
x, sampai fluida mencapai ujung akhir dari panjang daerah masuk, bagian (2), di
mana setelah di luar itu profil kecepatan tidak berubah lagi menurut x.
= 0,06 Re untuk aliran laminar
= 4,4 1/6 untuk aliran turbulen
=
Dimana:= densitas (kg/3 )
U= kecepatan fluida (m/s)
= viskositas (kg/ms)
D= diameter pipa (m)
Bilangan Reynolds merupakan salah satu bilangan tak berdimensi. Hal ini dapat
dibuktikan sebagai berikut:
Untuk aliran-aliran dengan bilangan Reynolds sangat rendah panjang
masuk dapat sangat pendek (0 = 0,6D jika Re=10), sementara untuk aliran-
aliran dengan bilangan Reynolds besar daerah masuk tersebut dapat sepanjang
berkli-kali diameter pipa sebelum ujung akhir dari daerah masuk dicapai (0 =
120D untuk Re=2000). Untuk banyak masalah-masalah teknik praktis 104 < Re<
105 , sehingga 20D< 0 < 30D.
Dalam daerah aliran yang tidak berkembang penuh, seperti pada daerah
masuk sebuah pipa, fluida mengalami percepatan atau perlambatan selagi
mengalir (profil kecepatan berubah dari profil seragam pada bagian masuk
pipa menjaddi profil berkembang penuhnya pada ujung akhir daerah masuk).
Jadi, di daerah masuk terdapat keseimbangan antara gaya-gaya tekanan,
viskos dan inersi (percepatan). Hasilnya adalah distribusi tekanan sepanjang
pipa horizontal seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4 diatas. Besarnya
gradien tekanan, dp/dx, lebih besar di daerah masuk daripada di daerah
berkembang penuh, di mana gradien tersebut merupakan sebuah konstanta,
= < 0.
Kenyataan bahwa terdapat gradien tekanan yang tidak nol sepanjang pipa
horizontal adalah akibat dari efek-efek viskos. Jika viskositas adalah nol,
tekanan tidak akan bervariasi terhadap x. Perlunya penurunan tekanan dapat
dilihat dari dua sudut pandang yangberbeda. Ditinjau dari kesetimbangan
gaya, gaya tekanan diperlukan untuk mengatasi gaya viskos yang timbul.
Ditinjau dari kesetimbangan energi, kerja yang dilakukan oleh gaya tekanan
diperlukan untuk mengatasi disipasi viskos dari energi di seluruh fluida. Jika
pipa tidak horizontal, gradien tekanan di sepanjang pipa disebabkan sebagian
oleh berat dalam arah tersebut. Konstribusi dari berat ini bisa meningkatkan
atau menghambat aliran, tergantung pada apakah aliran tersebut mengarah
turun atau naik.
Sifat alamiah aliran pipa sangat tergantung pada apakah aliran tersebut
laminar atau turbulen, hal ini merupakan konsekuensi langsung dari
perbedaan-perbedaan dari sifat alamiah tegangan geser di dalam aliran
laminar dan turbulen. Tegangan geser di dalam aliran laminar adalah akibat
langsung dari perpindahan momentum di antar molekul-molekul yang
bergerak secara acak (fenomena mikroskopik). Tegangan geser dalam aliran
turbulen terutama diakibatkan oleh perpindahan momentum di antar bundel-
bundel pertikel fluida berukurang terhingga yang bergerak secara acak (
fenomena makroskopik). Hasil akhirnya adalah bahwa sifat fisika dari
tegangan geser sangat berbed untuk aliran laminar daripada untuk aliran
turbulen.
2
= 2
3. Fitting Tee
Sambungan T (fitting tee) merupakan jenis sambungan yang paling umum
digunakan. Jenios fitting T yaitu tee equal dan fitting tee non equal.
Digunakan untuk menggabungkan dua aliran fluida (split) dari arah yang
berlawanan.
Gambar 6 : Sambungan T
Sumber : https://www.valinonline.com/Products/6-6-6_ST-S
5. Tutup (Cup)
Salah satu jenis sambungan pipa, biasanya digunakan untuk menutup
aliran aliran fluida cair atau gas pada ujung saluran pipa. Sambungan ini dapat
berupa sambungan dengan las, ulir maupun solder.
6. Kopling (Coupling)
Sebuah kopling menghubungkan dua pipa untuk satu sama lain. Jika
ukuran pipa tidak sama, pas dapat disebut kopling mengurangi atau Reducer,
atau Full.Dengan konvensi, istilah "ekspander" umumnya tidak digunakan
untuk coupler yang meningkatkan ukuran pipa, melainkan istilah "Reducer"
digunakan.
c. Latrolet
Sambungan latrolet dengan pengelasan dan membuat sudut yang
umumnya 45.
d. Swepolet
Sweepolet digunakan untuk membuat percabangan 900.Umumnya
dipakai pada pipa transmisi dan distribusi (pipe line. system).