Anda di halaman 1dari 18

LABORATORIUM KOROSI

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015

MODUL

: INHIBITOR KOROSI

PEMBIMBING

: Bu Retno Indarti

Praktikum

: 13 November 2014

Penyerahan : 27 November 2014


(Laporan)

Oleh :
Kelompok

: III (Tiga)

Nama

: 1. Dina Soraya

Kelas

121411039

2. FX Angga Sugiyana

121411040

3. Fidihana Noviyanti

121411043

:3B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk melindungi komponen suatu logam dengan menggunakan inhibitor. Bahan inhibitor
menguntungkan untuk menangani logam-logam besi karena dapat menghambat laju korosi.
Di industri, inhibitor berfungsi untuk mengurangi korosivitas lingkungan. Di boiler sering
ditambahkan inhibitor fodfat maupun hidrazine. Hidrazine sering disebut sebagai oksigen
sxavenger yang efektif untuk mengambil oksigen dari lingkungan, sehingga elektrolit dalam
boiler korosivitasnya berkurang dan menyebabkan laju korosi menjadi turun. Karena
pentingnya inhibitor di industri,maka praktikum ini penting untuk dilakukan.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan proses korosi logam baja dalam larutan NaCl.
2. Mahasiswa dapat mempelajari pengaruh inhibitor kalium kromat dan borax terhadap
laju korosi baja dalam larutan NaCl.
3. Mahasiswa dapat menghitung laju korosi logam baja dalam larutan NaCl, NaCl dan
kalium kromat, NaCl dan borax serta NaCl dan kapur

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi

dengan

lingkunganyang korosif. Korosi juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam
karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. (Putri dkk,
2012)
Proses pencegahan korosi dapat dilakukan, di antaranya dengan pelapisan pada
permukaan logam, perlindungan katodik, penambahan inhibitor korosi dan lain-lain.
Sejauh ini, penggunaan inhibitor merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
mencegah korosi, karena biayanya yang >nodic>e murah dan proses yang sederhana.
Inhibitor adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat
suatu reaksi kimia. Inhibitor korosi adalah suatu zat kimia yang bila ditambahkan ke
dalam suatu lingkungan, dapat menurunkan laju penyerangan korosi lingkungan itu
terhadap suatu logam. Umumnya inhibitor berasal dari senyawa-senyawa >nodic> dan
anorganik yang mengandung gugus-gugus yang memiliki pasangan >nodic>e bebas,
seperti nitrit, pospat, dan lain-lain. (Anonim, 2012)
Bahan inhibitor menguntungkan untuk menangani logam-logam besi karena dapat
menghambat laju korosi. Inhibitor merupakan metoda perlindungan yang fleksibel, yaitu
mampu memberikan perlindungan dari lingkungan yang kurang agresif sampai pada
lingkungan yang tingkat korosifitasnya sangat tinggi, mudah diaplikasikan (tinggal tetes),
dan tingkat keefektifan biayanya paling tinggi karena lapisan yang terbentuk sangat tipis
sehingga dalam jumlah kecil mampu memberikan perlindungan yang luas pada logam.
Inhibitor yang saat ini biasa digunakan adalah sodium nitrit, kromat, fosfat, dan garam
seng.
(Putri dkk, 2012)
Sifat-sifat sebuah elektrolit dapat diubah untuk membatasi agresifitas terhadap
permukaan logam. Ion-ion yang paling agresif yang dapat menyerang permukaan
logam baja adalah ion-ion sulfat, tiosulfat, tiosianat, dan klorida. Untuk menghambat
ion-ion

agresif

tersebut

dapat

ditambahkan

inhibitor

nitrit

sehingga

dapat

mengurangi laju korosi pada permukaan logam.


Berdasarkan Bahan Dasarnya :

Inhibitor Organik : Menghambat korosi dengan cara teradsorpsi kimiawi pada


permukaan logam, melalui ikatan logam-heteroatom. Inhibitor ini terbuat dari bahan
>nodic>. Contohnya adalah : gugus amine, tio, fosfo, dan eter. Gugus amine biasa
dipakai di anodic boiler.

Inhibitor Inorganik : Inhibitor yang terbuat dari bahan anorganik.

Berdasarkan reaksi yang dihambat, maka inhibitor dibedakan menjadi :


1) Inhibitor katodik adalah zat yang dapat menghambat terjadinya reaksi di katoda
(reduksi), karena pada daerah katodik terbentuk logam hidroksida (MOH) yang
sukar larut dan menempel kuat pada permukaan logam sehingga menghambat
laju korosi. Dengan berkurangnya akses ion hidrogen yang menuju permukaan
elektroda, maka hydrogen overvoltage akan meningkat sehingga menghambat reaksi
evolusi hidrogen yang berakibat menurunkan laju korosi. Dan

karena

adanya

inhibitor katodik maka potensial korosi bergeser >nodic> negative. Inhibitor katodik
merupakan kation yang bermigrasi ke permukaan katodik dan diendapkan secara
kimia atau elektrokimia dan mengisolasi permukaan ini, sehingga menghalangi
pembebasan gas hydrogen di permukaan katodik. Reaksi yang terjadi pada
lingkungan netral adalah
2H2O + O2 + 4e

4OH-

Pada reaksi ini, inhibitor bereaksi dengan ion hidroksil menghasilkan senyawa yang
mengendap di permukaan katoda, sehingga menyelimuti katoda dari elektrolit dan
mencegah masuknya oksigen. Inhibitor yang banyak digunakan untuk tipe ini adalah
larutan garam seng dan magnesium yang membentuk hidroksida tidak larut, kalsium
yang menghasilkan karbonat dan polifosfat. Reaksi katodik di lingkungan asam:
2H+ + 2e

H2

Pembentukan gas hidrogen dapat dikendalikan oleh peningkatan sistem seperti


yang
ditunjukkan gambar di bawah ini.

Gambar 1. Polarisasi

Katodik

Contoh: Arsen (AS+3), antimon (Sb+3), fosfor (P), kation positif dari logam divalent
(seperti Zn+2, Pb+2, dan Fe+2), air sadah yang mengandung kalsium bikarbonat,
soda, dan polifosfat.
Inhibitor katodik dibedakan menjadi:
Inhibitor racun : Contohnya As2O3, Sb2O3.
o menghambat penggabungan atom-atom Had menjadi molekul gas H2 di permukaan
logam
o dapat mengakibatkan perapuhan >nodic>e pada baja kekuatan tinggi
o Bersifat racun bagi lingkungan
Inhibitor presipitasi katodik :
o mengendapkan CaCO3, MgCO3, CaSO4, MgSO4 dari dalam air
Contoh : ZnSO4 + dispersan.
Oxygen scavenger :
o mengikat O2 terlarut
Contoh : N2H4 (Hydrazine) + O2 N2 + 2 H2O
Hydrazine diinjeksikan di up stream Deaerator dalam >nodic WHB (Waste Heat
Boiler) dan WHR (Waste Heat Recovery) di unit pabrik Ammonia maupun
Utilitas.
2) Inhibitor anodic adalah zat yang ditambahkan ke dalam elektrolit, sehingga
mampu menahan terjadinya reaksi anodic dioksida. Inhibitor ini berakibat potensial
korosi bergerak ke arah positif.
Contoh : kromat, nitrat, dan nitrit yang merupakan inhibitor anodic oksidator
(efektif tanpa oksigen), sedangkan inhibitor non oksidator (efektif hanya dengan
adanya oksigen terlarut) seperti boraks, fosfat, silikat.

Inhibitor >nodic ini merupakan inhibitor yang sangat efektif dan secara luas
digunakan, tetapi jenis inhibitor ini mempunyai sifat yang tidak diinginkan, yaitu bila
kandungan atau konsentrasi inhibitor tidak cukup melapisi semua permukaan >nodic,
sehingga mengakibatkan terjadinya korosi sumuran (pitting). Dengan demikian,
inhibitor >nodic sering ditunjuk sebagai inhibitor yang berbahaya. Pengaruh
konsentrasi inhibitor terhadap korosinya dapat ditunjukkan seperti gambar berikut.

Gambar 2. Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Anodik


Inhibitor anodik adalah inhibitor yang menghambat reaksi oksidasi.
Fe + OH-

FeOHad + e-

FeOHad + Fe + OH-

FeOHad + FeOH+ + 2e-

Molekul anodic teradsorpsi di permukaan logam, sehingga katalis FeOHad berkurang


akibatnya laju korosi menurun. Contoh inhibitor anodic adalah molibdat, silikat,
fosfat, borat, kromat, nitrit, dan nitrat. Inhibitor jenis ini sering dipakai / ditambahkan
pada saat chemical cleaning peralatan pabrik.
3) Inhibitor campuran : Campuran dari inhibitor katodik dan anodic
Inhibitor campuran merupakan gabungan antara inhibitor anodic dan inhibitor
katodik. Biasanya dalam inhibitor campuran mengandung salah satu bahan oksidator
seperti kromat, nitrit, dan bahan non oksidator. Contoh aplikasi dari inhibitor
campuran adalah senyawa kromat dan ortofosfat dalam air garam, senyawa
kromat dan polifosfat sebagai inhibitor anodic dan katodik.

Berdasarkan Mekanisme (Cara Kerja) Inhibisi :

Inhibitor Pasivator : menghambat korosi dengan cara menghambat reaksi >nodic


melalui pembentukan lapisan pasif, sehingga merupakan inhibitor berbahaya, bila
jumlah yang ditambahkan tidak mencukupi. Inhibitor Pasivator terdiri dari : Inhibitor
Pasivator Oksidator, misalnya, Cr2O72-, , CrO42-, ClO3-, ClO4-. Cr2O72- mempasivasi
baja dengan peningkatan reaksi katodik dari Cr2O72- menjadi Cr2O3, dan menghasilkan
lapisan pasif Cr2O3 dan FeOOH. Inhibitor Pasivator non oksidator, contohnya ion
metalat (>nodic>e, ortovanadat, metavanadat), NO2-. Inhibitor vanadium dipakai di
Unit CO2 Removal Pabrik Ammonia, karena larutan Benfield yang bersifat korosif.
Molybdat (MoO42-) menginhibisi dengan cara membentuk lapisan pelindung yang

terdiri dari senyawa ferro-molybdat.


Inhibitor Presipitasi : Membentuk kompleks tak larut dengan logam atau lingkungan
sehingga menutup permukaan logam dan menghambat reaksi >nodic dan katodik.

Contoh : Na3PO4, Na2HPO4.


Inhibitor Adsorpsi : Agar teradsorpsi harus ada gugus aktif (gugus heteroatom). Gugus
ini akan teradsorpsi di permukaan logam. Contoh : Senyawa asetilen, senyawa sulfur,

senyawa amine dan senyawa aldehid.


Inhibitor Aman dan Inhibitor Berbahaya :
Inhibitor aman (tidak berbahaya) adalah inhibitor yang bila ditambahkan
dalam jumlah yang kurang (terlalu sedikit) dari konsentrasi kritisnya, tetap akan
mengurangi laju korosi. Inhibitor aman ini umumnya adalah inhibitor katodik,
contohnya adalah garam-garam seng dan magnesium, calcium, dan polifosfat.
Inhibitor berbahaya adalah inhibitor apabila ditambahkan di bawah harga
kritis akan mengurangi daerah anodic, namun luas daerah katodik tidak terpengaruh.
Sehingga kebutuhan arus dari anoda yang masih aktif bertambah hingga mencapai
harga maksimum sedikit di bawah konsentrasi kritis. Laju korosi di anoda-anoda yang

aktif itu meningkat dan memperhebat serangan korosi sumuran. Yang termasuk
inhibitor berbahaya adalah inhibitor anodic, contohnya adalah molibdat, silikat, fosfat,
borat, kromat, nitrit, dan nitrat.
(Choerunnisa dkk, 2012)

BAB III
3.1

Alat dan bahan

METODOLOGI

No.
1.

Alat
Gelas kimia 1000 mL 6

Bahan
Kertas amplas

2.

buah
Logam baja 2x10 cm 6

Larutan NaCl

buah
3.
4.
5.
6.

Larutan
Larutan
Larutan
Larutan

Asam nitrit
Asam borax
etanol
CaCO3

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Persiapan Benda Kerja

menyiapkan 6 buah
plat baja dengan
ukuran 2x10 cm

mengamplas semua
plat baja dari grade
500 sampai 1000
hingga bersih dari
kotoran

Mencelupkan benda
kerja ke etanol
selama 3 menit untuk
menghilangkan
lemak

mengukur luas
permukaan masingmasing logam

mengeringkan dan
timbang semua benda
kerja

menyuci dengan air


sampai bersih

3.2.2 Persiapan Larutan

Membuat larutan
NaCl 3,56 gpl 4
buah masingmasing 250 mL

Membuat larutan
asam nitrit 5% 50
mL

Membuat larutan
borax 1% 50mL

Menambahkan
inhibitor borax ke
dalam larutan
NaCl

Menambahkan
inhibitor asam
nitrit ke dalam
larutan NaCl

Membuat larutan
CaCO3

Menambahkan
inhibitor CaCO3
ke dalam larutan
NaCl
3.2.3 Proses Korosi
Mencelupkan logam
yang disiapkan ke
dalam larutan

Menutup gelas
plastik menggunakan
alumuniun foil

Menimbang logam
yang sudah bebas
produk korosi dan
kering

Mengkorosikan
logam selama 7 hari

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
Lingkungan

Panjang x lebar

Luas penampang

Berat awal

Berat akhir

elektrolit
Hanya NaCl
NaCl + nitrit
NaCl + borax
NaCl + kapur

(dm)
0,55 x 0,18
0,56 x 0,2
0,55 x 0,19
0,55 x 0,18

logam (dm2)
0,198
0,224
0,209
0,198

logam (mg)
8190
8270
8270
7290

logam (mg)
8160
8250
8240
7280

4.2 Perhitungan laju korosi


Larutan elektrolit hanya NaCl
r=

w
A.t

r=

( 81908160)
( 0,198 ) (7)

r=21,645 mdd
Larutan elektrolit NaCl + Nitrit
r=

w
A.t

r=

( 82708250)
( 0,224 ) (7)

r=12,755 mdd

Larutan elektrolit NaCl + kapur


r=

w
A.t

r=

( 82708240)
( 0,209 ) (7)

r=20,506 mdd
Larutan elektrolit NaCl + boraks

r=

w
A.t

r=

(72907280)
( 0,198 ) (7)

r=7,215 mdd
4.3 Perhitungan efisiensi inhibitor
Larutan NaCl + nitrit
=

laju korosi hanya NaCllaju korosi NaCl dan nitrit


100
laju korosihanya NaCl

21,64512,755
100
21,645

=41,07

Larutan NaCl + kapur


=

laju korosi hanya NaCllaj u korosi NaCl dan kapur


100
laju korosi hanya NaCl

21,64520,506
100
21,645

=5,26
Larutan NaCl + borax
=

laju korosi hanya NaCllaju korosi NaCl dan borax


100
laju korosi hanya NaCl

21,6457,215
100
21,645

=66,67

4.4 Grafik laju korosi dan efisiensi terhadap lingkungan

80
70
60
50

efisiensi (%)

40

laju korosi (mdd)

30
20
10
0

Pembahasan oleh Dina Soraya (121411040)


Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap logam yang berada pada
larutan yang ditambahkan inhibitor. Inhibitor korosi adalah zat organic maupun anorganik
yang ditambahkan ke dalam suatu lingkungan untuk membatasi agresifitas terhadap
permukaan logam. Specimen yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah logam Fe.
Logam Fe dimasukkan ke dalam empat larutan berbeda yaitu larutan NaCl, larutan NaCl dan
asam nitrit, larutan NaCl dan borax serta larutan NaCl dan CaCO 3. Asam nitrit, borax dan
CaCO3 berfungsi sebagai inhibitor korosi logam Fe. Logam Fe diamplas terlebih dahulu
sebelum dimasukkan ke dalam larutan agar terbebas dari kotoran. Waktu tinggal logam Fe
dalam larutan dilakukan selama tujuh hari dan parameter yang diukur adalah kehilangan
beratnya. Kehilangan berat dapat menentukan besar laju korosinya.
Logam Fe yang berada di larutan NaCl tanpa inhibitor memiliki laju korosi sebesar
21,645

mdd. Nilai laju korosi ini merupakan yang paling tinggi karena larutan NaCl

merupakan larutan yang korosif. Selain itu larutan NaCl mengandung ion Cl- yang merupakan
ion agresif.
Logam Fe yang berada pada di larutan NaCl dengan inhibitor Asam nitrit memiliki
laju korosi sebesar

12,755 mdd. Nitrit merupakan inhibitor anodic oksidator. Inhibitor

anodic dapat menghambat reaksi oksidasi. Cara kerja dari inhibitor ini adalah suatu anion
bermigrasi ke permukaan anodik dan membantu proses pasivasi selanjutnya dengan oksigen

terlarut. Karena merupakan inhibitor yang oksidator maka efektif tanpa oksigen. Efisiensi
inhibitornya sebesar 41,07

%.

Logam Fe yang berada pada larutan NaCl dengan inhibitor borax memiliki laju korosi
sebesar

7,215

mdd. Boraks merupakan inhibitor anodic non oksidator. Inhibitor boraks

inhibitor non oksidator yang hanya efektif dengan adanya oksigen terlarut. Efisiensi
inhibitornya sebesar

66,67 %. Efisiensi ini merupakan nilai yang paling tinggi diantara

inhibitor yang lain karena di dalam larutan NaCl mengandung oksigen terlarut.
Logam Fe yang berada pada larutan NaCl dengan inhibitor CaCO3 memiliki laju
korosi sebesar

20,506

mdd. Inhibitor CaCO3 merupakan inhibitor katodik karena

mengandung garam kalsium (Ca). Inhibitor ini menghambat adalah reaksi reduksi. Karena
adanya inhibitor katodik maka potensial korosi bergeser ke arah negative. Cara kerjanya
adalah inhibitor bereaksi dengan ion hidroksil menghasilkan senyawa yang mengendap di
permukaan katoda, sehingga menyelimuti katoda dari elektrolit dan mencegah masuknya
oksigen. Selain itu inhibitor katodik juga mengurangi akses ion hidrogen menuju permukaan
elektroda sehinnga menghambat reaksi evolusi hidrogen yang berakibat menurunkan laju
korosi. Efisiensi inhibitornya sebesar 5,26 %.
Pembahasan oleh F X Angga Sugiyana (121411041)
Proses korosi adalah salah satu proses kerusakan pada logam yang diakibatkan adanya
proses oksidasi dan reduksi yang terjadi pada logam dan lingkungan elektrolitnya. Proses
korosi tidak bisa dihindarkan terutama pada lingkungan yang memiliki agresifitas yang tinggi
misalnya air laut. Salah satu cara untuk mengurangi dampak korosi adalah memperlambat
laju korosi dengan cara penambahan inhibitor. Inhibitor yang biasa digunakan adalah
inhibitor anodic oksidator dan inhibitor anodic non oksidator yang menghambat reaksi
oksidasi dimana anion bermigrasi ke permukaan anodik dan membantu proses pasivasi
logam. Selain inhibitor anodik, digunakan juga inhibitor katodik yang menghambat reaksi
reduksi dimana inhibitor bereaksi dengan ion hidroksil yang kemudian membentuk senyawa
yang mengendap di permukaan katoda, sehingga menyelimuti katoda dari elektrolit dan
mencegah masuknya oksigen. Selain itu inhibitor katodik juga mengurangi akses ion

hidrogen menuju permukaan elektroda sehinnga menghambat reaksi evolusi hidrogen yang
berakibat menurunkan laju korosi.
Pada praktikum ini, dilakukan pengukuran laju korosi pada logam dengan
menggunakan inhibitor dan proses praktikum dilakukan tanpa aerasi yang berarti proses
berjalan secara tertutup atau tidak disuplai oleh oksigen. Inhibitor anodic oksidator yang
digunakan adalah

nitrit, inhibitor anodic non oksidator yang digunakan adalah borax

sedangkan inhibitor katodik yang digunakan adalah kapur. Laju korosi pada larutan yang
ditambah nitrit adalah 12,755 mdd dengan efisiensi 41,07 %. Laju korosi pada larutan yang
ditambah borax adalah 7,215 mdd dengan efisiensi 66,67 %. Laju korosi larutan yang
ditambah kapur adalah 20,506 dengan efisiensi 5,26 %.
Dari hasil praktikum yang dilakukan tanpa adanya proses aerasi dapat dilihat bahwa
larutan yang ditambah kapur efisiensinya paling kecil yang menunjukan bahwa inhibitor
katodik memiliki efisiensi yang lebih rendah dibandingkan dengan inhibitor anodic. Efisiensi
larutan yang ditambah borax lebih tinggi dibandingkan dengan larutan yang ditambah nitrit.
Hal ini bertolak belakang dengan teori yang mengatakan bahwa inhibitor oksidator dapat
efektif tanpa oksigen, sedangkam inhibitor non oksidatorhanya efektif dengan adanya
oksigen terlarut. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya lubang-lubang kecil pada
aluminium foil yang dilipat pada mulut gelas yang berpotensi menjadi suplai oksigen untuk
masuk ke dalam gelas.

Pembahasan Oleh Fidihana Noviyanti (121411043)


Inhibitor adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat suatu
reaksi kimia. inhibitor korosi adalah suatu zat kimia yang bila ditambahkan ke dalam suatu
lingkungan, dapat menurunkan laju penyerangan korosi lingkungan itu terhadap suatu logam.
Adapun inhibitor yang digunakan adalah larutan nitrit, larutan borax dan larutan CaCO 3.
Jenis inhibitor yang digunakan pada praktikum ini adalah inhibitor anodik oksidator (larutan
nitrit), inhibitor anodik non-oksidator (larutan borax) dan inhibitor katodik (Larutan CaCO3).
Pengamatan dilakukan selama 7 hari dengan melihat perubahan secara visual serta
menghitung berat spesimen antara sebelum dengan sesudah direaksikan. Percobaan inhibitor
dilakukan tanpa aerasi. Spesimen dimasukkan kedalam gelas akua yang berisi larutan NaCl,
larutan NaCl dan nitrit 5%, larutan NaCl dengan CaCO 3 1% dan larutan NaCl dengan borax

1%. Kemudian gelas akua di isolasi menggunakan aluminium foil guna mencegah masuknya
oksigen kedalam larutan.
Hasil percobaan setelah 7 hari menunjukkan bahwa setiap larutan menghasilkan
kondisi lingkungan dan logam yang sama, yaitu logam terlapisi oleh produk korosi berwarna
kuning karena terbentuk ion Fe sehingga larutan pun berubah menjadi berwarna kuning dan
terbentuk endapan. Pada larutan hanya NaCl saja memiliki laju korosi yang paling besar. Hal
tersebut dikarenakan tidak adanya penghambat (inhibitor) korosi.
Berdasarkan hasil praktikum, yang memiliki laju korosi paling tinggi adalah larutan
NaCl saja, kemudian yang memiliki laju korosi paling kecil adalah larutan NaCl denga borax
1%. Menurut literatur, borax merupakan inhibitor anodik non-oksidator yang artinya akan
bekerja secara optimal apabila terdapat oksigen terlarut. Tetapi pada praktikum ini dilakukan
percobaan tanpa aerasi sehingga di dalam gelas diperkirakan ada oksigen terlarut. Sedangkan
pada larutan NaCl dengan Nitrit memiliki laju korosi terbesar kedua. Yaitu 12,755 mdd.
Berdasarkan teori, asam Nitrit merupakan jenis inhibitor anodik oksidator artinya suatu anion
yang bermigrasi ke permukaan anodic dan membantu proses pasivasi, karena oksidator maka
inhibitor ini efektif bekerja tanpa oksigen. Hal ini tidak sesuai dengan percobaan, seharusnya
dengan penambahan inhibitor nitrit, laju korosinya akan menjadi kecil. Hal ini mungkin
dikarenakan jumlah inhibitor yang ditambahkan tidak tepat sehingga konsentrasinya kecil dan
menyebabkan inhibitor tersebut tidak bekerja optimal membentuk lapisan pasif sehingga
memunculkan korosi. Pada larutan NaCl dengan CaCO 3 memiliki laju korosi yang relatif
besar, seharusnya penambahan inhibitor ini mampu menghambat proses reaksi karena kapur
membentuk lapisan pasif. Tetapi pada percobaan ini penambahan inhibitor kapur memiliki
laju korosi yang cukup tinggi. Hal ini mungkin dikarenakan tidak tepatnya jumlah inhibitor
yang ditambahkan, sehingga tidak bekerja optimal.

BAB V
SIMPULAN
5.1 Simpulan
1. Laju korosi logam Fe berdasarkan perhitungan adalah
No.

Larutan

1.

NaCl

Laju (mdd)
21,645

2.

NaCl + Asam nitrit

12,755

3.

NaCl + Borax

7,215

4.

NaCl + CaCO3

20,506

2. Nilai efisiensi inhibitor berdasarkan perhitungan adalah


No.

Larutan

1.

NaCl + Asam nitrit

Efisiensi (%)
41,07

2.

NaCl + Borax

66,67

3.

NaCl + CaCO3

5,26

DAFTAR PUSTAKA
Jones, Denny A., (1992), Principle and Prevention of Corrosion, Macmillan Publishing
Company, New York.
Rozenfeld, I.L., (1981), Corrosion Inhibitors, McGraw-Hill Inc., New York.
Priandani, Manik, (2001), Studi Pengaruh Inhibitor Formaldehid Terhadap Korosi Baja
Karbon ASTM A 283 oleh Bakteri Pereduksi Sulfat (SRB) di dalam Air Laut, Master
Thesis, Program Khusus Rekayasa Korosi, Program Studi Rekayasa Pertambangan,
ITB.
Anonim.2013. Inhibitor Koros https://www.academia.edu/5493762/114755146-DasterInhibitor-Korosi [diakses pada 26 Oktober 2014]

Anda mungkin juga menyukai