Oleh :
Kelompok :7
Nama : Muhammad Fikri Rahmadillah 171424021
Muhammad Helldy Rivaldy 171424022
Kelas : 3A - TKPB
1
BAB II
DASAR TEORI
2
σ = tetapan Stefan-Boltzmann, 5,669 x 10-8 W/m2.K
T = suhu absolute, K
3
3. Cross-flow Heat Exchanger
Dimana satu fluida mengalir tegak lurus dengan fluida yang lain. Biasa dipakai untuk
aplikasi yang melibatkan dua fasa. Misalnya sistem kondensor uap (tube and shell
heat exchanger), di mana uap memasuki shell, air pendingin mengalir di dalam tube
dan menyerap panas dari uap sehingga uap menjadi cair.
2.4 Pemilihan Fluida yang dialirkan ke Shell dan Tube
Untuk mengoperasikan alat penukar panasSebelum dilakukan perhitungan
sebaiknya ditentukan dahulu cairan mana yang harus ditempatkan di bagian pipa dan
cairan mana yang harus ditempatkan di bagian shell.
Ketentuannya adalah sebagai berikut:
Korosi. Cairan yang lebih korosif harus dialokasikan ke bagian tabung. Hal
ini akan mengurangi biaya komponen logam paduan yang mahal.
Fouling. Cairan yang memiliki kecenderungan untuk mengerak pada
permukaan perpindahan panas seharusnya ditempatkan di bagian tabung. Hal
ini akan memberikan kontrol yang lebih baik terhadap desain kecepatan
fluida, dan semakin tinggi kecepatan cairan dalam tabung yang diijinkan akan
mengurangi fouling. Selain itu, apabila terjadi kerak, bagian tabung akan
lebih mudah dibersihkan daripada di bagian shell.
Suhu cairan. Jika suhu yang cukup tinggi membutuhkan pemakaian bahan
logam paduan khusus, penempatan fluida yang memiliki suhu lebih tinggi
akan mengurangi biaya keseluruhan. Jika suhu sedang, penempatan cairan
panas di bagian tabung akan mengurangi suhu permukaan bagian shell. Hal
ini akan mengurangi kehilangan panas, dan mengurangi biaya isolasi serta
untuk alasan keamanan.
Tekanan operasi Aliran cairan dengan tekanan yang lebih tinggi harus
dialokasikan ke bagian tabung. Tabung bertekanan tinggi akan lebih murah
daripada cangkang (shell) bertekanan tinggi.
Penurunan tekanan(pressure drop). Untuk penurunan tekanan yang sama,
koefisien perpindahan panas di sisi tabung lebih tinggi dibandingkan di
bagian cangkang (shell), dan cairan dengan penurunan tekanan terendah harus
dialokasikan ke bagian tabung.
Viskositas. Umumnya, koefisien perpindahan panas yang lebih tinggi akan
diperoleh dengan mengalokasikan bahan yang lebih kental ke sisi cangkang,
4
yang memberikan aliran turbulent. Bilangan Reynolds kritis untuk aliran
turbulen di bagian cangkang (shell) berada di wilayah 200. Jika aliran
turbulent tidak bisa dicapai di bagian cangkang, maka lebih baik
menempatkan cairan viscous tersebut di bagian tabung, karena koefisien
perpindahan panas di bagian tabung dapat diprediksi dengan pasti.
Laju Alir cairan. Mengalokasikan cairan dengan laju aliran terendah ke
bagian cangkang (shell) umumnya memberikan desain yang paling ekonomis.
5
Pada alat ini, mekainsme perpindahan kalor terjadi secara tidak langsung (indirect
contact type), karena terdapat dinding pemisah antara kedua fluida sehingga kedua fluida tidak
bercampur. Fluida yang memiliki suhu lebih rendah (fluida pendingin) mengalir melalui pipa
kecil, sedangkan fluida dengan suhu yang lebih tinggi mengalir pada pipa yang lebih besar
(pipa annulus). Penukar kalor demikian mungkin terdiri dari beberapa lintasan yang disusun
dalam susunan vertical. Perpindahan kalor yang terjadi pada fluida adalah proses konveksi,
sedang proses konduksi terjadi pada dinding pipa. Kalor mengalir dari fluida yang
bertemperatur tinggi ke fluida yang bertemperatur rendah.
6
Gambar 2.2 Shell and Tube Heat Exchanger
Sumber : Google
Susunan pipa yang ada didalam alat yang digunakan adalah in-line (a) dan rasio antara
Sn/D = Sp/D = 1,25
2.6.2 Tipe Shell and Tube Heat Exchanger
Berikut adalah jenis-jenis STHE :
7
Gambar 2.5 Straight-Tube Two Pass Tube Side STHE
Sumber : Google
△ 𝑇𝑚 = 𝐹𝑇 .△ 𝑇𝑚 (5)
Harga Q dapat dihitung dari :
Kalor yang diberikan fluida panas
Q = (M. Cp. ∆T)1 (6)
8
Kalor yang diterima fluida dingin
Q = (M. Cp. ∆T)2 (7)
Efisiensi kalor yang dipertukarkan :
(M.Cp.△T)2
𝜂 = (M.Cp.△T)1 𝑥 100 % (8)
9
1
𝑈= 𝑟𝑜
1 ln ( 𝑟𝑖 ) 1
⁄ + ⁄ + ⁄
ℎ𝑖. 2𝜋. 𝑟𝑖. 𝐿 𝐾. 2𝜋. 𝐿 ℎ𝑜. 2𝜋. 𝑟𝑜. 𝐿
Keterangan
hi, ho = Koefisien pindah panas konveksi inside dan outside (W/m2K)
ri, ro = Diameter (m) inside dan outside pipa yang kecil
K = Koefisien konduksi (W/m.K)
L = panjang pipa yang diameternya kecil (m)
Harga ri, ro, dan L dapat diukut dari alat, harga K bahan SS-204 dapat diperoleh
dari buku referensi dan hi, ho dihitung dari persamaan empiris
2.7 Flow Arrangement
Terdapat dua jenis Heat Exchanger berdasarkan flow arrangements yakni single pass
dan multiple pass. Pada single pass, kedua fluida melewati sistem hanya satu kali, sedangkan
pada multiple pass, salah satu atau kedua fluida mengalir bolak-balik secara zigzag. Pada single
pass aliran fluida bisa parallel ataupun berlawanan, sedangkan pada multiple pass merupakan
kombinasai keduanya. Fluida juga dapat mengalir secara crossflow. Yang pertama, kedua
fluida tidak bercampur, mereka melewati jalan masing-masing tanpa bercampur. Yang kedua,
kedua fliuda bercampur tanpa terjadi reaksi kimia. Jika luas shell besar, crossflow akan
menghasilkan koefisien perpindahan kalor yang lebih tinggi daripada aliran aksial yang terjadi
di dalam tabung double-pipe.
2.8 Parameter Heat Exchanger
2.8.1 Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD)
Pada awalnya kita mengandaikan U (bisa juga digantikan oleh h ) sebagai nilai konstan
(nilai U dapat dilihat pada tabel pada lampiran). U sendiri merupakan koefisien heat
transfer overall. Aturan untuk nilai U adalah sebagai berikut :
1. Fluida dengan konduktivitas termal rendah seperti tar, minyak atau gas, biasanya
menghasilkan h yang rendah. Ketika fluida tersebut melewati heat exchanger, U
akan cenderung untuk turun
10
4. Untuk fluida dengan konduktivitas yang tinggi , mempunyai nilai U dan h yang
tinggi.
Untuk U pada suhu yang hampir konstan, variasi temperatur dari aliran fluida dapat
dihitung secara overall heat transfer dalam bentuk perbedaan temperatur rata-rata dari
aliran dua fluida, yang dapat dibuat persamaan sebagai berikut :
Q UATmean (3)
Yang menjadi masalah kali ini adalah bagaimana membuat persamaan tersebut menjadi
benar. Kita harus dapat menghitung nilai dari ΔT yang diinginkan. Hal ini disebabkan
karena terlihat pada grafik mengenai kecenderungan perubahan temperatur fluida akan
lebih cepat sejalan dengan posisinya (grafik bisa dilihat dari lampiran). Selain itu pada
counterflow dan pararel flow, perhitungan tersebut bisa berbeda. Oleh karena itu perlu
dicari suatu persamaan yang dapat menyelesaikan masalah ini. Dengan menurunkan
rumus awal sebagai berikut :
dQ U (dA)T (mc p ) h dTh (mc p ) c dTc (4)
11
Perpindahan Kalor pada Alat Penukar Kalor
(9)
Δtm merupakan suhu rata-rata log atau Log Mean Temperature Difference (LMTD).
Untuk shell and tube heat exchanger, nilai LMTD harus dikoreksi dengan faktor yang
dicari dari grafik yang sesuai (Fig 18 s/d Fig 23 Kern). Caranya adalah dengan
menggunakan parameter R dan S.
(10)
Nilai LMTD dihitung dengan persamaan sbb:
Bila UD konstan
Untuk aliran searah (co-current)
Atau
12
(11)
Nilai LMTD yang diperoleh ini harus dikoreksi dengan faktor FT yang dicari dari grafik
yang sesuai. Caranya yaitu dengan menggunakan parameter R dan S:
(12)
Dan harga Δ tm =FT.LMTD
Bila UD tidak konstan (berubah) terhadap suhu
Untuk aliran searah atau aliran berlawanan arah, maka persamaan LMTD berupa
persamaan implisit:
13
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Steam Air
Kondensat
Preheater
P-7
V4
T1
V13
V1
V19
T1 T1
HE - 1
V20
F1
T1 V5
T1
V12 T1
V3
T1
T1
HE - 2
V15
V16
T1
V2
V10
V9
V6
V14 V17 V8
T11 F1
T10
HE - 3 V7
T12
T13
Kondensat V11
V18
14
Keterangan gambar :
Valves
V1 : valve air dingin menuju HE-1, HE-2 V11 : valve air pendingin keluar HE-3
V2 : valve air dingin menuju HE-3 V12 : valve air pemanas keluar HE-1
V3 : valve air pendingin masuk HE-2 V13 : valve steam menuju preheater-1
V4 : pengatur laju air panas HE-1, HE-2 V14 : valve steam menuju preheater-2
V5 : valve air pendingin masuk HE-1 V15 : valve air pendingin keluar HE-2
V6 : pengatur laju air dingin HE-3 V16 : valve air pendingin keluar HE-2
V7 : valve air pendingin masuk HE-3 V17 : valve air pemanas masuk HE-3
V8 : pengatur laju air panas HE-3 V18 : valve air pemanas keluar HE-3
V9 : valve air pemanas keluar HE-2 V19 : pengatur laju air dingin HE-1,2
V10 : valve air pemanas keluar HE-2 V20 : valve air pemanas keluar HE-1
Temperature Indicators
T1 : suhu air dingin T8 : suhu air pemanas keluar HE-1
T2 : suhu air pendingin masuk HE-2 T9 : suhu air pemanas masuk HE-1
T3 : suhu air pendingin keluar HE-2 T10 : suhu air pendingin masuk HE-3
T4 : suhu air pemanas keluar HE-2 T11 : suhu air pemanas masuk HE-3
T5 : suhu air pemanas masuk HE-2 T12 : suhu air pendingin keluar HE-3
T6 : suhu air pendingin masuk HE-1 T13 : suhu air pemanas keluar HE-3
T7 : suhu air pendingin keluar HE-1
Flow Indicators
F1 : indikator laju alir air dingin masuk HE-1 dan HE-2
F1 : indikator laju alir air panas masuk HE-3
F1 : indikator laju alir air dingin masuk HE-3
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah steam (dicampurkan dengan air sebagai fluida pemanas)
dan air dingin (sebagai fluida dingin)
3.2 Prosedur Kerja
Masing-masing prosedur penggunaan HE terdiri dari empat tahap, yaitu periapan dan
start-up, kalibrasi, pengoperasian, serta pengentian dan shut-down.
15
3.2.1 Double Pipe Heat Exchanger-1 (HE-1)
Prosedur penggunaan HE-1 dijelaskan dalam diagram alir di bawah ini :
A. Pra Pengoperasian
Membuka valve V1, V4, V5, V12, V13, V19, dan V20 kemudian menutup
valve V2, V3, V10, dan V14
Mengambil sejumlah air yang keluar dari V20 dalam gelas ukur pada
waktu tertentu
Mengatur V19 untuk mengatur laju alir lainnya untuk melakukan variasi
bukaan pompa
Membuka V4 satu putaran, tampung air menggunakan gelas ukur dari V12
Membuka16
kurva kalibrasi
B. Pengoperasian
Mengecek suhu panas dan dingin keluar masuk setiap 2 menit dengan 3
menit
Mencatat suhu panas keluar masuk, dingin keluar masuk selama 6 menit,
sebanyak 3 titik
Setelah variasi laju alir air dingin selesai, variasikan laju alir air panas
dan laju alir air dingin tetap lakukan seperti langkah 1-4
C. Pasca Pengoperasian
17
3.2.2 Double Pipe Heat Exchanger-2 (HE-2)
Prosedur penggunaan HE-2 dijelaskan dalam diagram alir di bawah ini :
A. Pra Pengoperasian
Membuka valve V1, V3, V15, dan V19 kemudian menutup valve V2, V4,
V5, dan V16
Mengatur V19 untuk mengatur laju alir lainnya untuk melakukan variasi
bukaan pompa
Mengambil sejumlah air yang keluar dari V15 dalam gelas ukur pada
waktu tertentu
Membuka valve V1, V4, dan V10 kemudian menutup valve V2 dan V9
Mengambil sejumlah air yang keluar dari V10 dalam gelas ukur pada
waktu tertentu
18
B. Pengoperasian
Membuka valve V1, V19, V3’,dan V15 dan menutup valve V2, V4, V5, dan
V16 agar air mengalir ke bagian dalam pipa bagian dalam HE-2
Membuka valve V4, dan V10 lalu menutup valve V9 agar air dingin
mengalir ke bagian pipa luar HE-2
Membuka V13 setelah air dingin mengalir ke bagian pipa dalam dan pipa
luar HE-2 untuk memanaskan air dingin yang masuk ke bagian luar pipa
Mengatur V13 agar suhu air panas yang mengalir ke bagian pipa luar HE-
2 tidak melebihi 80°C (lihat indikator suhu)
Mencatat suhu masuk dan keluar fluida dingin dan fluida panas serta
besarnya laju alir fluida dingin dan fluida panas pada HE-2
Melakukan pencatatan kurang lebih 3-4 kali dengan selang waktu 3-5
menit
C. Pasca Pengoperasian
Menutup V13 lalu menutup valve V1, V4, dan V5 sehingga tidak ada air
yang mengalir ke HE-2
Mematikan alat dengan mencabut kabel dari stop kontak untuk memutus
aliran listrik
19
3.2.3 Shell and Tube Heat Exchanger (HE-3)
Prosedur penggunaan HE-2 dijelaskan dalam diagram alir di bawah ini :
A. Pra Pengoperasian
Kalibrasi Laju Alir Dingin
Mengatur V8 untuk laju alir lainnya. Menutup valve pompa untuk persiapan
kalibrasi berikutnya
20
B. Pengoperasian
Membuka Valve Pompa dan Valve Steam. Atur bukaan Valve steam dan
laju alir air dingin
Melakukan pengecekan terhadap suhu masuk dan keluar air dingin, serta
suhu masuk dan keluar air panas. Dengan rentang waktu tertentu, lalu lihat
indikator temperatur agar tidak lebih dari 80oC
Melakukan Variasi (laju alir dingin tetap atau laju air panas tetap) lainnya.
Mengukur laju steam dan total steam yang digunakan, menggunakan ember
lalu menimbangnya
C. Pasca Pengoperasian
Menutup Valve steam dan Valve Pompa, Menutup valve V14, V8, V17, V2,
V6, V7
21
3.3 Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja yang harus dipenuhi selama melakukan percobaan adalah :
1. Menggunakan alat pelindung diri (APD)
2. Berhati-hati saat membuka valve
3. Berhati-hati saat melakukan kegiatan yang berhubungan dengan steam
4. Mengawasi selang-selang air dan valvenya agar tidak ada kebocoran
22
BAB IV
DATA DAN PENGOLAHAN
4.1 Heat Exchanger-1 (DPHE)
4.1.1 Spesifikasi
Berikut adalah spesifikasi peralatan Double Pipe Heat Exchanger-1 (HE-1)
Tabel 4.1 Spesifikasi Peralatan HE-1
Spesifikasi Ukuran Ukuran
Panjang Pipa m 1,4
Diameter Shell (pipa bagian luar) m 0,09
Diameter Tube (pipa bagian dalam) m 0,036
2
Luas Perpindahan Panas m 0,1583
Jenis Aliran - Counter Current
4.1.2 Data Pengamatan
Data pengamatan yang diperoleh dari praktikum adalah sebagai berikut :
a. Kalibrasi
1) Laju Alir Air Dingin
Tabel 4.2 Data Pengamatan Kalibrasi Laju Alir Air Dingin HE-1
No. Laju Alir Waktu Volume Laju Alir Laju Alir Laju Alir
Rotameter (s) (mL) Terukur Aktual Massa (Kg/s)
(LPM) (LPM) (LPM)
1 1,8 240 1,44 2,09 0,03
2 3 410 2,46 3,14 0,05
3 6 10 910 5,46 6,20 0,10
4 9 1330 7,98 8,77 0,15
5 12 2000 12 12,87 0,21
y = 0,9796x + 0,6119
10 R² = 0,9928
8
6
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Laju Terukur
23
2) Laju Alir Air Panas
Tabel 4.3 Data Pengamatan Kalibrasi Laju Alir Air Panas HE-1
No. Bukaan Waktu Volume Laju Alir Laju Alir Laju Alir
Valve (s) (mL) Terukur Aktual Massa
(LPM (LPM) (Kg/s)
1 0,125 390 2,34 29,22 0,49
2 0,25 700 4,2 51,73 0,86
3 0,375 5 900 5,4 66,26 1,10
4 0,5 1090 6,54 80,06 1,33
5 0,625 1440 8,64 105,49 1,76
b. Pengoperasian
1) Laju Alir Air Dingin Tetap
Tabel 4.4 Data Pengamatan Laju Alir Air Dingin Tetap pada HE-1
Laju Dingin Tetap = 9 LPM
No. Bukaan Valve Waktu Tc in Tc Th Th Konsumsi Steam
(Putaran) (menit) out in out (kg)
2 25,5 30 61 54
1 0,25 4 26 31 64,5 57 3,7
6 26 30 65 55
2 25,5 29 50 47
2 0,5 4 25,5 29 41,5 43,5 3,96
6 25,5 28 43 41
2 25 27 36,5 34
3 0,75 4 25,5 26 33 31 2,08
6 26 26 32 30
24
2) Laju Alir Air Panas Tetap
Tabel 4.5 Data Pengamatan Laju Alir Panas Tetap pada HE-1
Bukaan Valve Panas Tetap = 0,25 putaran
No. Laju Dingin Waktu Tc in Tc Th Th Konsumsi Steam
(LPM) (menit) out in out (kg)
2 26 28,5 38,5 36
1 6 4 25,5 28 36,5 35 1,54
6 25,5 27,5 35 34
2 25,5 28 35,5 32,5
2 9 4 25 28 37,5 35 1,74
6 25 27 41 38
2 25 27 46 42
3 12 4 25 27 48 43,5 3,36
6 25,5 27,5 50,5 45,5
25
4.2 Heat Exchanger-2 (DPHE)
4.2.1 Spesifikasi
Berikut adalah spesifikasi peralatan Double Pipe Heat Exchanger-2 (HE-2)
Tabel 4.8 Spesifikasi Peralatan HE-2
Spesifikasi Ukuran Ukuran
Panjang Pipa m 1,4
Diameter Shell (pipa bagian luar) m 0,116
Diameter Tube (pipa bagian dalam) m 0,044
Luas Perpindahan Panas m2 0,1936
Jenis Aliran - Co - Current
4.2.2 Data Pengamatan
Data pengamatan yang diperoleh dari praktikum adalah sebagai berikut :
a. Kalibrasi
1) Laju Alir Air Dingin
Tabel 4.9 Data Pengamatan Kalibrasi Laju Alir Air Dingin HE-2
No. Laju Alir Waktu Volume Laju Alir Laju Alir Laju Alir
Rotameter (s) (mL) Terukur Aktual Massa
(LPM) (LPM) (LPM) (kg/s)
1 1,8 230 1,38 1,84 0,03
2 3 420 2,52 2,95 0,05
3 6 10 870 5,22 5,59 0,09
4 9 1330 7,98 8,28 0,14
5 12 1910 11,46 11,67 0,19
R² = 0,9971
10
8
6
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Laju Terukur
26
2) Laju Alir Air Panas
Tabel 4.10 Data Pengamatan Kalibrasi Laju Alir Air Panas HE-2
No. Bukaan Waktu Volume Laju Alir Laju Alir Laju Alir
Valve (s) (mL) Terukur Aktual Massa
(putaran) (LPM) (LPM) (kg/h)
1 0,125 10 790 4,74 118,08 1,97
2 0,25 1250 7,5 185,89 3,09
3 0,375 920 11,04 272,87 4,54
4 0,5 5 1270 15,24 376,06 6,26
5 0,625 1300 15,6 384,91 6,41
0,5 R² = 0,9598
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 5 10 15 20
Laju Terukur
b. Pengoperasian
1) Laju Alir Air Dingin Tetap
Tabel 4.11 Data Pengamatan Laju Alir Air Dingin Tetap pada HE-2
Laju Dingin Tetap = 9 LPM
Bukaan Valve Waktu Konsumsi Steam
No. Tc in Tc out Th in Th out
(Putaran) (menit) (kg)
2 24 28,5 28,5 30
1 0,25 4 24 28,5 28,5 30 0,68
6 24 25 28 30
2 24 24 24 24
2 0,5 4 24 24 24 24 0,82
6 24 24 24 24
2 24 24 24 24
3 0,75 4 24 24 24 24 0
6 24 24 24 24
27
2) Laju Alir Air Panas Tetap
Tabel 4.12 Data Pengamatan Laju Alir Panas Tetap pada HE-2
Bukaan Valve Panas Tetap = 0,5 putaran
Laju Dingin Waktu Konsumsi Steam
No. Tc in Tc out Th in Th out
(LPM) (menit) (kg)
2 25 26 35 36
1 6 4 24 25 32 33 1,32
6 25 25 31 32
2 24 25 30 31
2 9 4 24 25 30 30,5 1,9
6 24 25 32 30,5
2 24 25 28,5 30
3 12 4 24 25 28,5 30 0,78
6 24 24,5 30 30
4.2.3 Pengolahan Data
Hasil dari pengolahan data adalah sebagai berikut :
1) Laju Alir Air Dingin Tetap (9 LPM)
Tabel 4.13 Hasil Pengolahan Data Operasi HE-2 dengan Laju Alir Air Dingin Tetap
Laju Alir Air Metode LMTD Metode NTU
Panas (kg/h) Ƞ (%) U ɛ NTU U
(kW/m2°C) (kW/m2°C)
3,09 9,65 34,41 0,231 0,210 0,63
6,26 0 0 0 0 0
6,41 0 0 0 0 0
2) Laju Alir Air Panas Tetap (bukaan valve 0,5 putaran)
Tabel 4.14 Hasil Pengolahan Data Operasi HE-2 dengan Laju Alir Air Panas Tetap
Laju Alir Air Metode LMTD Metode NTU
Panas (kg/h) Ƞ (%) U ɛ NTU U
(kW/m2°C) (kW/m2°C)
0,09 1,49 6,95 0,075 0,064 0,13
0,14 2,69 14,05 0,153 0,141 0,42
0,19 2,07 24,48 0,204 0,192 0,80
28
4.3 Heat Exchanger-3 (STHE)
4.3.1 Spesifikasi
Berikut adalah spesifikasi peralatan Shell and Tube Heat Exchanger (HE-3)
Tabel 4.15 Spesifikasi Peralatan HE-3
Spesifikasi Ukuran Ukuran
Panjang Pipa m 1,2
Diameter Shell (pipa bagian luar) m 0,375
Diameter dalam Tube m 0,027
Diameter luar Tube m 0,032
Jumlah Tube buah 24
Jumlah Sekat (baffle) buah 13
2
Luas Perpindahan Panas m 2,67017
Jenis Aliran - Counter Current
4.3.2 Data Pengamatan
Data pengamatan yang diperoleh dari praktikum adalah sebagai berikut :
a. Kalibrasi
1) Laju Alir Air Dingin
Tabel 4.16 Data Pengamatan Kalibrasi Laju Alir Air Dingin HE-3
No. Laju Alir Waktu Volume Laju Alir Laju Alir Laju Alir
Rotameter (s) (mL) Terukur Aktual Massa
(LPM) (LPM) (LPM) (kg/h)
1 2 10 280 1,68 1,92 0,03
2 4 690 4,14 4,56 0,08
3 6 810 4,86 5,33 0,09
4 8 1220 7,32 7,97 0,13
5 10 1570 9,42 10,22 0,17
R² = 0,98
6
0
0 2 4 6 8 10 12
Laju Terukur
29
2) Laju Alir Air Panas
Tabel 4.17 Data Pengamatan Kalibrasi Laju Alir Air Panas HE-3
No. Laju Alir Waktu Volume Laju Alir Laju Alir Laju Alir
Rotameter (s) (mL) Terukur Aktual Massa
(LPM) (LPM) (LPM) (kg/h)
1 2 305 1,83 5,59 0,09
2 4 660 3,96 9,31 0,15
3 6 10 945 5,67 12,29 0,20
4 8 1020 6,12 13,08 0,22
5 10 1080 6,48 13,71 0,23
5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12
Laju Terukur
b. Pengoperasian
1) Laju Alir Air Dingin Tetap
Tabel 4.18 Data Pengamatan Laju Alir Air Dingin Tetap pada HE-3
Laju Dingin Tetap = 6 LPM
Laju Panas Waktu Konsumsi Steam
No. Tc in Tc out Th in Th out
(LPM) (menit) (kg)
3 26 32 60 42
1 4 6 26 32 61 45 2,46
9 26 32,8 52 42
3 26 32 43 38
2 6 6 26 31,8 44 36 2,02
9 26 31,8 48 38
3 26 31 44 37
3 8 6 26 31,8 41 37 2,4
9 26 31 36,5 34
30
2) Laju Alir Air Panas Tetap
Tabel 4.19 Data Pengamatan Laju Alir Panas Tetap pada HE-3
Laju Panas Tetap = 6 LPM
Laju Dingin Waktu Konsumsi Steam
No. Tc in Tc out Th in Th out
(LPM) (menit) (kg)
3 23 27 36 30
1 4 6 23 27,8 39,5 32 1,28
9 23 28 34 32
3 23 26 36 35
2 6 6 23 27 49 38 2,72
9 24 30 51 40
3 24 31 49 42
3 8 6 25 30 44 38 2,62
9 26 30 46 37
4.3.3 Pengolahan Data
Hasil dari pengolahan data adalah sebagai berikut :
1) Laju Alir Air Dingin Tetap (6 LPM)
Tabel 4.20 Hasil Pengolahan Data Operasi HE-3 dengan Laju Alir Air Dingin Tetap
Laju Alir Air Metode LMTD Metode NTU
Panas (kg/h) Ƞ (%) U ɛ NTU U
(kW/m2°C) (kW/m2°C)
0,15 26,50 0,18 0,203 0,246 0,03
0,20 36,21 0,21 0,313 0,413 0,06
0,22 56,58 0,16 0,380 0,550 0,08
2) Laju Alir Air Panas Tetap (6 LPM)
Tabel 4.21 Hasil Pengolahan Data Operasi HE-3 dengan Laju Alir Air Panas Tetap
Laju Alir Air Metode LMTD Metode NTU
Dingin Ƞ (%) U ɛ NTU U
(kg/h) (kW/m2°C) (kW/m2°C)
0,08 47,06 0,20 0,351 0,484 0,06
0,09 56,51 0,14 0,202 0,239 0,03
0,13 49,21 0,12 0,248 0,317 0,07
31
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan oleh M Fikri Rahmadillah (171424021)
Pada Praktikum penukar panas kali ini pada dua jenis alat penukar panas, yaitu
Shell and Tube Heat Exchanger (STHE) dan Double Pipe Heat Exchanger (DPHE) tipe
co – curret (DPHE2) dan tipe counter current (DPHE1). Dapat diperoleh faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi perpindahan panas yaitu luas permukaan perpindahan panas,
jenis fluida yang digunakan, dan tipe laju aliran yang digunakan Kedua jenis alat ini
diamati nilai konduktivitas/penyerapan panasnya dan juga nilai efisiensinya dengan
metode LMTD dan NTU.
Berdasarkan data DPHE 1 diatas nilai efisiensi yang tertinggi adalah pada laju
alir panas pada tetap bukaan valve 0,75 putaran dan laju alir dingin terendah 0.092 kg/h
Hal ini dikarenakan pada laju alir air dingin & laju alir air panas yang rendah dapat
memberikan waktu kontak yang relatif lebih lama. Waktu kontak yang lebih lama ini
pun dapat mengakibatkan panas yang terserap akan lebih banyak, sehingga efisiensi
perpindahan panas pada DPHE akan lebih tinggi. Akan tetapi yang terjadi pada variasi
laju alir air dingin tetap dan laju alir air panas berubah-ubah. Efisiensi rata-rata yang
tertinggi adalah pada kurva laju air dingin tetap 9 liter/menit dan laju alir air panas 0,115
kg/h hal ini disebabkan karena panas yang diberikan tidak stabil karena adanya
penurunan steam. Hal berbeda terlihat pada DPHE 2 dimana nilai efisiensi nya sangat
kecil bahkan bernilai nol, ini terjadi karena pada saat praktikum DPHE 2 sudah tidak
ada steam yang dialirkan pada HE sehingga perpindahan panas yang terjadi hanya
dengan sisa sisa dari steam yang ada sehingga Nilai koefisien perpindahan panas total
(U) pada DPHE 2 hanya didapatkan satu variasi nilai dan tidak dapat diketahui
pengaruh laju alirnya
Nilai koefisien perpindahan panas total (U) yang tertinggi dari data DPHE 1
diatas yaitu 24361,60 kW/m2°C (laju alir panas tetap pada bukaan 0,75 putaran). Hal
ini dikarenakan kalor yang dilepas untuk menaikkan suhu air yang lebih dingin lebih
banyak. Pada Variasi laju alir air dingin tetap dan laju alir air panas berubah-ubah U
yang tertinggi adalah 55494,43 kW/m2°C (laju alir air dingin tetap 9 liter/menit & laju
32
alir air panas 0,165 kg/h), hal ini dikarenakan pada laju alir air dingin yang lebih tinggi
memiliki efisiensi yang rendah, sehingga panas yang diserap akan lebih sedikit.
Pada perhitungan NTU nilai efisiensi maksimum ketika laju alir massanya
tinggi pada kedua jenis penukar panas. Pada STHE nilai efisiensinya lebih tinggi
dibandingkan dengan DPHE, hal ini dikarenakan terdapat buffle yang membuat aliran
fluida bersifat turbulen dan menambah waktu tinggal sehingga panas yang diterima
lebih tinggi Hal ini bergantung pula pada kondisi suhu masuk dan keluaran heat
exchanger.
33
5.2 Pembahasan oleh M Helldy Rivaldy (171424022)
Praktikum kali ini dilakukan percobaan perpindahan panas antara fluida air
dingin dan fluida air panas dengan menggunakan alat Heat Exchanger. Terdapat dua
jenis HE yang digunakan yaitu Double Pipe Heat Exchanger dan Shell and Tube Heat
Exchanger. Kemudian dilakukan evaluasi kinerja alat penukar panas dengan
mengkalkulasi koefisien perpindahan panas overall serta menghitung efisiensi setiap
jenis alat Penukar Panas.
Prinsip alat penukar panas ini yaitu terjadi nya perpindahan panas secara
konduksi antara permukaan logam pipa aliran fluida panas dan aliran fluida dingin.
Sehingga terjadi perpindahan panas, perpindahan energi antara fluida panas dan fluida
dingin. Berdasarkan hukum fourier, koefisien perpindahan panas diinterpretasikan
secara overall atau keseluruhan. Karena terdapat perbedaan suhu antara fluida panas
dan fluida dingin maka terjadilah Driving Force sehingga energi bertukar, panas
bertukar antara fluida dingin dan fluida panas.
Untuk penukar panas jenis DPHE. Terdiri dari dua buah pipa dengan diameter
yang lebih kecil disimpan di dalam pipa yang diameter nya lebih besar, fluida panas
dialirkan di dalam pipa yang berukuran kecil, karena fluida panas yang dialirkan di
dalam pipa yang kecil, panas yang keluar akibat konveksi, panas tidak akan terbuang
ke lingkungan melainkan menuju pipa besar yang di dalam nya terdapat fluida dingin.
Pemilihan bahan atau fluida harus diperhatikan, untuk jenis DPHE itu sendiri tidak
boleh menempatkan fluida yang Viskos, karena akan menyumbat saluran pipa dan akan
merusak struktur dalam pipa.
Untuk penukar panas jenis STHE. Terdiri dari Shell dan Tube. Bagian cangkang
ditempatkan di luar menyelimuti atau menutup bagian Tub atau pipa. Seperti prinsip
pada DPHE . Aliran fluida panas dialirkan didalam tube, sehingga proses perpindahan
panas terjadi secara optimal. Di dalam STHE ini terdapat Baffle atau sekat guna
mengefektifkan perpindahan panas antara fluida dingin dan fluida panas.
Evaluasi kinerja alat penukar panas ini dapat dilihat dari nilai keefektifan atau
efektivitas dari alat penukar panas. Nilai efisiensi perpindahan panas berdasarkan hasil
pengolahan data yang didapatkan memiliki nilai yang fluktuatif. Sementara itu terdapat
pula efisiensi yang tidak bisa ditentukan, karena pada saat praktikum tidak ada
34
perbedaan antara suhu masuk dan suhu keluar baik fluida dingin maupun fluida panas.
Hal ini karena praktikum dilakukan pada saat terakhir, kemungkinan steam yang
dipasok dari ruang Boiler sudah sedikit atau bahkan tidak ada. Nilai efisiensi terbesar
ada pada alat penukar panas jenis STHE. Seperti yang dipaparkan sebelumnya di dalam
STHE terdapat Baffle sehinga mengefektifkan perpindahan panas, sedangkan pada
DPHE tidak terdapat sekat atau Baffle.
Saran untuk praktikum kali ini, untuk instrumentasi alat ukur sebaiknya
menggunakan yang Digital, sehingga mengakuratkan hasil pengamatan pada saat
praktikum.
35
BAB VI
SIMPULAN
6.1 Simpulan
36
DAFTAR PUSTAKA
37
LAMPIRAN
Perhitungan
Metode NTU
38
- Laju alir air panas tetap
Metode LMTD
Metode NTU
39
2. Penukar Panas Double Pipe (Heat Exchanger-2)
Cp = 4,18 kJ/kg.K A = 0,1936 m2
Metode NTU
40
- Laju alir air panas tetap
Metode LMTD
- Metode NTU
41
3. Penukar Panas Shell & Tube
Cp = 4,18 kJ/kg.K A = 2,67017 m2
Metode NTU
42
Cmax Cmin c Qmax ɛ NTU U
0,648 0,371 0,573 12,61 0,176 0,206 0,03
0,648 0,371 0,573 12,98 0,171 0,199 0,03
0,648 0,371 0,573 9,64 0,262 0,333 0,05
0,855 0,371 0,434 6,31 0,353 0,483 0,07
0,855 0,371 0,434 6,68 0,322 0,427 0,06
0,855 0,371 0,434 8,16 0,264 0,329 0,05
0,910 0,371 0,408 6,68 0,278 0,349 0,05
0,910 0,371 0,408 5,56 0,387 0,547 0,08
0,910 0,371 0,408 3,90 0,476 0,756 0,10
43
- Metode LMTD
44