Anda di halaman 1dari 16

Prinsip Kerja Heat Exchanger

Gambar  – Shell and Tube Heat Exchanger

Heat Exchanger atau sering kita sebut Alat Penukar Panas merupakan alat yang berfungsi untuk
memindahkan energi panas antara dua atau lebih fluida dan terjadi pada temperatur yang berbeda
antara fluida, dimana fluida tersebut ada yang bertindak sebagai fluida panas (hot fluid) dan yang lain
bertindak sebagai fluida dingin (cold fluid).
Heat Exchanger dapat digunakan sebagai pemanas (regenerator) maupun sebagai pendingin
(recuperator) tergantung pada tinjauan perpindahan panas yang terjadi. Dalam kehidupan sehari-hari
kita tidak akan terlepas pada alat ini baik dari skala kecil, seperti: AC (Air Conditioner) maupun
skala besar, seperti: Powerplant. Jenis heat Exchanger sangat bervariasi dan dapat diklasifikasikan
berdasarkan beberapa tinjauan antara lain:
 Proses Perpindahan
 Jumlah Fluida Kerja
 Desain Konstruksi
 Bidang Kontak Perpindahan Panas
 Arah Aliran Fluida
Untuk penjelasan lebih detail terkait jenis-jenis Heat Exchanger berdasarkan tinjauan di atas mari
kita lihat penjelasan berikut.

HEAT EXCHANGER BERDASARKAN PROSES


PERPINDAHAN
Berdasarkan proses perpindahannya heat exchanger dapat dibagi menjadi dua, yaitu: direct contact
dan indirect contact. Direct contact heat exchanger merupakan heat exchanger dimana perpindahan
panas antara fluida panas dan fluida dingin langsung terjadi kontak atau tanpa ada pembatas.
Sebaliknya untuk Indirect heat Exchanger, perpindahan panas antara kedua fluida dibatasi oleh suatu
dinding pembatas.
Gambar 1 – Direct HE vs Indirect HE

HEAT EXCHANGER BERDASARKAN JUMLAH


FLUIDA KERJA
Berdasarkan jumlah fluida kerjanya, heat exchanger dapat dibagi menjadi dua fluida, tiga fuida dan
N-fluida (N>3). Sesuai dengan tinjauannya yang ditinjau merupakan jumlah fluida kerjanya saja,
namun harus sesuai dengan konsep dasar heat exchanger, yaitu harus ada yang bertindak sebagi
fluida panas dan fluida dingin dan untuk jumlah sesuai dengan desain. Pada umumnya terdapat dua
fluida kerja pada heat exchanger baik untuk proses pemanasan, pendinginan, penambahan panas
maupun penyerapan panas. Untuk penggunaan fluida kerja yang lebih dari dua fluida biasanya di-
aplikasikan pada industri yang menggunakan proses kimia seperti proses penghilangan kandungan
nitrogen dari bahan baku gas alam.

Gambar 2 – Heat Exchanger 3 fluida

HEAT EXCHANGER BERDASARKAN ALIRAN FLUIDA


Ditinjau dari aliran fluida yang mengalir di dalam heat exchanger, heat exchanger dapat
dikelompokkan menjadi single pass dan multi pass heat exchanger. Heat exchanger dapat disebut
single pass heat exchanger ketika suatu fluida tepat mengalir hanya satu kali di dalam heat exchanger
tersebut. Sedangkan dikatakan multi-pass apabila fluida mengalir lebih dari satu kali di dalam
sebuah heat exchanger. Untuk single pass heat exchanger terdapat dua jenis arah aliranya itu counter
flow dan parallel flow.
Dikatakan Counter flow heat exchanger ketika arah aliran antara fluida dingin dan fluida
panas saling berlawanan. Pada kondisi ini perbedaan temperature antar fluida tidak terlalu
signifikan sehingga perpindahan panas sepanjang aliran relative konstan. Selain itu, pada
counter flow heat exchanger memungkinkan bahwa temperature keluaran fluida dingin lebih
tinggi dari pada temperature keluaran fluida panas.
Sebaliknya untuk parallel flow heat exchanger, arah aliran dari kedua fluida memiliki arah
aliran yang sama. Heat exchanger tipe ini juga sering disebut cocurrent flow heat
exchanger. Pada heat exchanger ini terjadi perbedaan temperatur yang signifikan antar
kedua fluida pada saat awal kedua fluida masuk. Dan temperature keluaran dari fluida
dingin tidak mungkin lebih besar dari pada temperature fluida panas. Untuk lebih jelasnya
berikut skema heat exchanger berdasarkan aliran fluida.

Gambar 3 – SinglePass Heat Exchanger

HEAT EXCHANGER BERDASARKAN DESAIN


KONSTRUKSI
Berdasarkan desain konstruksinya heat exchanger dapat dibagi menjadi tiga,  yaitu: tubular,
plate dan regenerator heat exchanger. Untuk penjelasan lebih detailnya simak bahasan
berikut:

TUBULAR HEAT EXCHANGER


Tubular Heat Exchanger merupakan heat exchanger dimana dalam desain konstruksinya
terdapat komponen tube sebagai wadah aliran dari salah satu fluida. Pada umumnya fluida
yang dialirkan dalam tube merupakan fluida bertekanan tinggi. Sehingga material tube
haruslah mampu menahan beban tekan yang tinggi mulai dari  low carbon steel, Admiralty,
copper, copper-nickel, stainless steel, Hastelloy, Inconel atau titanium. Dengan dimensi
pada umumnya 0,625 hingga 1,5 inchi. Tubular Heat Exchanger terdapat beberapa jenis,
yaitu: shell and tube heat exchanger, double pipe heat exchanger dan Spiral Tube Heat
Exchanger.
Shell and Tube Heat Exchanger pada umumnya terdiri atas kumpulan dari banyak tube
yang dipasang pada selongsong (shell). Dimana tekanan fluida pada sisi tube lebih tinggi
daripada sisi shell. Variasi dari desain shell and tube heat exchanger didasarkan pada
kapasitas perpindahan panas, tegangan thermal, pressure drop dan fluida kerja. Shell and
tube heat exchanger diklasifikasikan dan dikonstruksi berdasarkan standar yang ada,
seperti: standar TEMA (Tubular Exchanger Manufacturers Association), DIN, ASME
(American Society of Mechanical Engineers) dan beberapa standar lainnya. Komponen-
komponen dalam shell and tube heat exchanger secara umum antara lain: tube, shell,
baffle, tubsheet , Front- dan rear-end head dan nozzle.

Gambar 4 – Shell and Tube Heat Exchanger

Double–Heat Exchanger, Heat exchanger pada umumnya terdiri dari dua pipa konsentris
dengan pada pipa dalam datar maupun bersirip. Satu fluida berada pada pipa dalam (inner
tube) dan yang lain pada annulus antara kedua pipa. Merupakan heat exchanger yang
mudah untuk proses perawatannya. Konstruksi ini juga cocok pada kondisi dimana satu
atau kedua fluida bertekanan sangat tinggi. Pada umumnya double pipe heat exchanger
digunakan untuk kapasitas kecil  dimana luas perpindahan panasnya kurang dari sama
dengan 50 m2 (500 ft2). Hal ini dikarenakan biaya pembuatan per satuan luas relatif mahal.
Pada beberapa kondisi jumlah pipa dalam berjumlah lebih dari satu akibat dari dimensi.
Sehingga bentuk konfigurasi dari pipa tersebut dapat berbentuk U tube atau hairpin.

Gambar 5 – Double Pipe Heat Exchanger

Spiral Tube Heat Exchanger, Terdiri atas satu atau lebih spiral koil pada sisi shell. Laju
perpindahan panas menggunakan spiral tube lebih besar daripada pada straight tube. Hal
ini karena pada spiral tube luasan yang terjadi perpindahan panas lebih besar dari pada
straight tube. Namun kelemahan heat exchanger ini ada pada proses pembersihannya.
Gambar 6 – Spiral Tube Heat Exchanger

PLATE HEAT EXCHANGER


Plate heat exchanger biasa terbuat dari plate tipis. Plate ini dapat berupa smooth plate
maupun corrugated plate, dan dapat juga datar mapun spiral yang ditempatkan di dalam
heat exchanger. Pada heat exchanger ini tidak dapat menahan fluida bertekanan tinggi,
temperatur tinggi atau perbedaan temperatur maupun tekanan yang tinggi. Plate heat
exchanger dapat diklasifikasikan sebagai gasketed, welded mapun brazed tergantung pada
sesakan kebocoran yang dibutuhkan pada heat heat exchanger. Plate heat exchanger
dapat juga berupa spiral plate, lamella dan platecoil.
Gasketed Plate Heat Exchanger. Terdiri atas sejumlah rectangular metal plate yang
ditutup pada ujung-unjungnya oleh gasket. Adapun Prinsip kerjanya adalah dua atau lebih
aliran fluida kerja diatur oleh gasket-gasket yang didesain sedemikian rupa sehingga pada
masing-masing fluida dapat mengalir di plat-plat yang berbeda. Kelebihan heat exchanger
ini ada pada proses perawatan yang mudah, koefisien perpindahan panas yang sukup baik
dan relatif murah. Namun hanya fluida-fluida tertentu saja yang dapat diaplikasikan
menggunakan heat exchanger ini.

Gambar 7 – Gasketed Plate Heat Exchanger

Welded Plate Heat Exchanger, Untuk mengatasi kelemahan gasketed plate heat


exchanger digunakan plate heat exchanger yang menggunakan las sebagai ganti dari
gasket. Sehingga mampu menahan fluida kerja yang bertekanan dan bertemperatur yang
tinggi. Karena diganti dengan sistem pengelasan maka heat exchanger ini sulit untuk
dibongkar pasang berbeda dengan gasketed heat exchanger.

Gambar 8 – Welded Plate Heat Exchanger

Spiral Plate Heat Exchanger, Pada Heat exchanger ini digunakan spiral plate dengan
menggunakan sistem sealing las. Dimana aliran kedua fluida dapat berbentuk tiga jenis,
yaitu: parallel flow (aliran searah), counter flow (aliran berlawan arah) dan cross flow
(alirang menyilang). Dengan konfigurasi spiral maka lintasan fluida menjadi semakin
panjang sehingga perpindahan panas semakin banyak yang terjadi.

Gambar 9 – Spiral Plate Heat Exchanger

REGENARTOR HEAT EXCHANGER


Merupakan heat exchanger dengan sistem storage dimana energi panas dari fluida
pertama menyimpan sementara energi tersebut yang kemudian dipindahkan ke fluida
kedua. Permukaan elemen perpindahan panasnya berbentuk matriks yang bergerak secara
periodik masuk dan keluar dari daerah panas (fluida pertama). Fluida kerja yang sering
dipakai pada heat exchanger ini hanya berupa  fluida gas. Pada regenerator pressure drop
yang terjadi relatif rendah, memiliki dimensi yang relatif kecil, sistem yang lebih sederhana
dalam distribusi panas dalam penggunaannya efisiensi dapat mencapai 85%. Regenerator
dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu tipe rotari maupun tipe fix.
Regenerator Tipe Rotari, Pada regenerator ini matriks membentuk lingkaran. Regenerator
ini berputar dengan kecepatan tertentu dan secara periodik akan menyerap dan
memberikan panas antara kedua fluida. Aliran kedua fluida dipisahkan oleh sistem radial
seal. Prinsip kerjanya, fluida panas yang melalui matriksakan diserap energi panasnya.
Selanjutnya perputaran dari rotor akan membuat kedudukan maktriks yang sebelumnya
menerima energi panas sekarang berada pada posisi lintasan yang akan dilalui fluida
dingin. Pada kondisi ini panas yang tersimpan pada matriks akan diberikan pada fluida
dingin. Dan proses ini akan terus berlanjut selama hingga putaran rotor berhenti.

Gambar 10 – Regenerator HE rotary type

Regenerator tipe Fix.  Untuk regenerator ini, matriks tidak bergerak namun terdapat katup
(valve) yang akan mengatur aliran fluuida gas. Pada heat exchanger ini dibutuhkan minimal
dua matriks yang tersusun parallel. Prinsip kerjanya, fluida panas melalui matriks satu
kemudian panas ditangkap matriks dan fluida dingin melalui matriks yang kedua dengan
arah kedua aliran saling berlawanan (counterflow). Setelah interval waktu tertentu, katup
merubah arah aliran fluida  sehingga fluida panas melalui matriks yang kedua dan fluida
dingin melalui matriks yang pertama.

Gambar 11 – Regenerator HE fix type

HEAT EXCHANGER BERDASARKAN BIDANG


KONTAK PERPINDAHAN PANAS
Pada pengelompokkan heat exchanger ini, parameter utama yang digunakan dalam
mengklasifikasikan adalah seberapa besar luasan bidang kontak yang terjadi proses
perpindahan panas tiap satuan volume. Hal ini mengakibatkan pengurangan berat, ruang,
peralatan pendukung, penyangga, energi yang dibutuhkan dan biaya. Semakin luas
permukaan bidang kontak perpindahan panas per satuan volume, maka akan semakin
besar efisiensi perpindahan panas yang dihasilkan. Namun harus tetap memperhatikan
jenis, tekanan dan temperatur fluida.
Pengklasifikasian heat exchanger berdasarkan bidang kontak antara lain adalah Compact
Heat Exchanger dengan luas bidang kontak minimal 700 m2/m3; Laminar Flow Heat
Exchanger dengan luas bidang permukaan minimal 3000 m2/m3; serta Micro Heat
Exchanger dengan luas bidang kontak minimal 15000 m2/m3
HEAT EXCHANGER DAN JENISNYA

Heat exchanger adalah :


alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa
perpindahan massa dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin.
Biasanya, medium pemanas dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas
dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water).

Jenis-Jenis Heat Exchanger


1)     Double Pipe Heat Exchanger
2)    Plate and Frame Heat Exchanger
3)    Shell and Tube Heat Exchanger
4)    Adiabatic Wheel Heat Exchanger
5)    Pillow Plate Heat Exchanger
6)    Dynamic Scraped Surface Heat Exchanger
7)    Phase-change Heat Exchanger

1. Double Pipe HE
Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang dikedua
ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat. Fluida yang
satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di dalam ruang anulus
antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis ini dapat digunakan pada
laju alir fluida yang kecil dan tekanan operasi yang tinggi

Gambar Double Pipe HE

- Kelebihan dan Kekurangan Double Pipe :


Kelebihan :
Ø  Mampu beroperasi pada tekanan yang tinggi
Ø  Resiko tercampurnya fluida sangat kecil
Ø  Mudah dibersihkan pada bagian Fitting
Ø  Fleksibel dalam berbagai aplikasi dan pengaturan pipa
Ø  Dapat dipasang sri atu paralel
Ø  Pressure drop dan LMTD bisa diatur
Kekurangan :
Ø  Kapasitas perpindan panasnya sangat kecil
Ø  Mahal
Ø  Area perpindahan kalornya kecil ( <50 m2)
Ø  Jumlah fluida yang bisa dipakai kecil

2. Plate and Frame Heat Exchanger


Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat-pelat tegak lurus,
bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang penyekat
lunak (biasanya terbuat dari karet). Pelat-pelat dan sekat disatukan oleh suatu
perangkat penekan yang pada setiap sudut pelat (kebanyakan segi empat) terdapat
lubang pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida dialirkan masuk dan keluar
pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain mengalir melalui lubang dan ruang pada
sisi sebelahnya karena ada sekat.

Gambar Plate and Frame HE

- Kelebihan dan Kekurangan Plate and Frame:


Kelebihan :
Ø Koefisien perpindan panas tinggi
Ø Area perpindahan panas luas
Ø Penurunan tekanan rendah
Ø Efektivitas tinggi

Kekurangan :
Ø Kemampuan tekanan rendah
Ø Ada banyak jenis exchanger plate yang permanen atau tipe close

3. Shell and Tube Heat Exchanger


Terdiri atas suatu bundel pipa yang dihubungkan secara parallel dan ditempatkan
dalam sebuah pipa mantel (cangkang ). Fluida yang satu mengalir di dalam bundel
pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama,
berlawanan, atau bersilangan. Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran panas,
biasanya dipasang sekat (buffle). Ini bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida
dan menambah waktu tinggal (residence time), namun pemasangan sekat akan
memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban kerja pompa, sehingga laju
alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.

Gambar Shell and Tube HE

- Kelebihan dan Kekurangan Shell and Tube:


Kelebihan :
§  Ø Thermal performance lebih tinggi dari tipe HE lain
§  Ø Tekanan lebih tinggi dari HE Plate and Frame
§  Ø Efisiensi tinggi
§  Ø Memerlukan tempat yang minim dan mudah diraawat
§  Ø Mudah beradaptasi hampir semua tipe liquid chilling

Kekurangan :
§  Ø Thermal performance lebih rendah dari HE Plate and Frame
§  Ø Tekanan Lebeih rendah dari HE Double Pipa 

      4. Adiabatic Wheel Heat Exchanger


Jenis keempat penukar panas menggunakan intermediate cairan atau toko yang solid
untuk menahan panas, yang kemudian pindah ke sisi lain dari penukar panas akan
dirilis. Dua contoh ini adalah roda adiabatik, yang terdiri dari roda besar dengan benang
halus berputar melalui cairan panas dan dingin, dan penukar panas cairan

5.   Pillow Plate Heat Exchanger


Sebuah pelat penukar bantal umumnya digunakan dalam industri susu untuk susu
pendingin dalam jumlah besar langsung ekspansi tank massal stainless steel. Pelat
bantal memungkinkan untuk pendinginan di hampir daerah seluruh permukaan tangki,
tanpa sela yang akan terjadi antara pipa dilas ke bagian luar tangki. Pelat bantal
dibangun menggunakan lembaran tipis dari logam-spot dilas ke permukaan selembar
tebal dari logam

6. Dynamic Scraped Surface Heat Exchanger.


Tipe lain dari penukar panas disebut "(dinamis) besot permukaan heat exchanger". Ini
terutama digunakan untuk pemanasan atau pendinginan dengan tinggi viskositas
produk, proses kristalisasi, penguapan tinggi dan fouling aplikasi. Kali berjalan panjang
yang dicapai karena terus menerus menggores permukaan, sehingga menghindari
pengotoran dan mencapai kecepatan transfer panas yang berkelanjutan selama proses
tersebut.
7.   Phase-change Heat Exchanger.
Selain memanas atau pendinginan cairan hanya dalam satu fasa, penukar panas dapat
digunakan baik untuk memanaskan cairan menguap (atau mendidih) atau digunakan
sebagai kondensor untuk mendinginkan uap dan mengembun ke cairan.

Bahan/Material Pembuatan HE:


1.   Cast Iron : Murah, Tahan Korosi
2.   Baja : Rawan Korosi, Tahan Lama
3.   Campuran (Coating Baja & Cast Iron) : Mahal
4.   Tembaga : Konduktivitasnya bagus, Life-timenya lebih singkat
    
   Faktor yang Mempengaruhi Perpindahan Panas HE :
Ø Tipe HE yang dipakai
Ø Jenis bahan penyusun HE
Ø Fluida yang digunakan
Ø LMTD fluida, dll

Analisa Kerja HE:


1)     Koefisien overall perpindahan panas (U) : Mudah atau tidaknya panas berpindah dari
fluida panas ke fluida dingin dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai
gabungan proses konduksi dan konveksi.
2)    Fouling factor (Rd) : Angka yang menunjukkan hambatan akibat adanya kotoran yang
terbawa fluida yang mengalir di dalam HE
3)    Pressure drop : Untuk mengetahui sejauh mana fluida dapat memepertahankan
tekanan yang dimilikinya selama fluida mengalir.

fouling
fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak diinginkan dipermukaan
heat exchanger yang berkontak dengan fluida kerja , termasuk permukaan heat
transfer.
fouling factor. fouling factor adalah angka yang menunjukkan hambatan akibat adanya
pengotor yang terbawa fluida yang mengalir pada heat exchanger

Akibat terjadinya fouling :


Økenaikan tahanan heat transfer.
Ø kehilangan energi meningkat.
Ø waktu shut down menjadi panjang.
Ø biaya operasional & perawatan meningkat.
Ø biaya investasi meningkat
—       apabila menginginkan transfer panas yang sama seperti sebelum terjadi fouling
maka harus menambah ukuran heat transfernya

Variabel operasi yang mempengaruhi fouling


a. Kecepatan linier fluida (velocity)
Semakin tinggi kecepatan linier fluida, semakin rendah kemungkinan terbentuknya
fouling pada heat exchanger. 
b. Temperatur
Semakin tinggi temperatur fluida dalam heat exchanger akan semakin mempercepat
terbentuknya fouling. 
c. Masa kerja alat
Semakin lama alat digunakan maka akan semakin mudah terbentuknya fouling pada
alat tersebut sehingga dibutuhkan treatment lebih terhadap alat- alat yang masa
pemakaiannya sudah cukup lama.

Fouling mekanisme:
1.     1. Kristalisasi
            kalsium dan magnesium dari bikarbonat dapat membentuk scale, kristalisasi
pada permukaan di awali pembentukan nukleasi. Kecepatan fluida dapt mengatasi
terjadinya fouling. Untuk air pendingin 1,8- 2 m/s.
2. Dekomposisi produk organik
            terbentuknya tar sebagai akibat adanya produk dari reaksi kimia
3. Polimerisasi atau oksidasi
4. Pengendapan lumpur ,atau debu partikel
5. Deposit biologi
Disebabkan adanya bakteri yang menempel pada permukaan sehingga membentuk
scale
6. Korosi

Pembersihan pada HE:


1. Chemical / Physical Cleaning
—  metode pembersihan dengan mensirkulasikan agent melalui peralatan
—  biasanya menggunakan HCl 5-10%.
2. Mechanical Cleaning
a.  Drilling atau Turbining
—        Pembersihan dilakukan dengan mendrill deposit yang menempel pada
dinding tube.
b. Hydrojeting
—     Pembersihan dilakukan dengan cara  menginjeksikan air ke dalam tube pada tekanan
yang tinggi, untuk jenis deposit yang lunak.
—        c. Pemilihan bahan kontruksi
—         Memilih bahan yang tahan terhadap korosi , reaksi kimia, (paduan tembaga dan
nikel)

Pressure drop pada Heat Exchanger:


A. Penyebab terjadinya pressure drop
1.     -   Fraksi aliran pada dinding
     -  Pembelokan aliran
B. Jika ∆P terlalu besar :
1. Disebabkan jarak antar buffle yang terlalu dekat
2. Aliran menjadi lambat
3. Perlu tenaga pompa yang besar
C. Jika ΔP terlalu rendah 
Perpindahan panas tidak sempurna
Besar kecilnya nilai pressure drop alat penukar panas menyatakan sejauh mana fluida
tersebut dapat mempertahankan tekanan yang dimiliki selama fluida
tersebut    mengalir.

Komponen Dasar Penyusun HE( shell and Tube):


—  1.Tube
a.  Merupakan pipa kecil yang tersusun di dalam shell
b.  Aliran di dalam tube sering dibuat melintas lebih dari 1 kali dengan tujuan untuk
memeperbesar koefisisen perpindahan panas lapiasan film fluidadalam tube.

Tipe susunan tube


1.     Ø Susunan Segitiga (Triangular Pitch).
a.  Keuntungan :
—  Film koeffisien lebih tinggi daripada square pitch.
—  Dapat dibuat jumlah tube yang lebih banyak sebab susunannya
—  kompak.
b.  Kerugian :
—  Pressure drop yang terjadi antara menengah ke atas.
—  Tidak baik untuk fluida fouling
—  Pembersihan secara kimia

Ø Susunan Segitiga Diputar 30(Rotated Triangular Pitch)


a.  Keuntungan :
—  Film koeffisisennya tidak sebesar susunan triangular pitch, tetapi
—  lebih besar dari susunan square pitch.
—  Dapat digunakan pada fluida fouling
b.  Kerugian :
—  Pressure drop yang terjadi antara menengah ke atas.
Pembersihan secara kimia

—       Ø Susunan Bujur sangkar yang Diputar 45 (Diamond Square Pitch).


a. Keuntungan :
—  Film koeffisiennya lebih baik dari susunan square pitch, tetapi
—  tidak sebaik triangular pitch dan rotated triangular pitch.
—  untuk pembersihan dengan mekanik
—  Baik untuk fluida fouling.
b. Kerugian :
—  Film koeffisisen relatif rendah
—  Pressure drop tidak serendah square pitch. 
  
 2.Tube pitch
—  Lubang yang tidak dapat dibor dengan jarak yang sangat dekat, karena
—  jarak tube yang terlalu dekat akan melemahkan struktur penyangga tube.
—  Tube Pitch
1.  Clearance
Jarak terdekat antara 2 tube yang berdekatan
2.Tube Sheet
—  Suatu flat lingkaran yang fungsinya memegang ujung-ujung tube dan juga
—  sebagai pembatas. 

   3.Baffle
—  Sekat-sekat yang digunakan untuk :
—   Mengatur aliran lewat shell sehingga turbulensi yang tinggi akan diperoleh
—   Menahan struktur tube bundle
—   Menahan atau mencegah terjadinya getaran pada tube

    4.Shell
—  Merupakan bagian tengah alat penukar panas
—   Merupakan tempat untuk tube bundle

5.Tube Side Channel dan Nozzle


—  Mengatur aliran fluida di tube

6.Channel Cover
—  Tutup yang dapat dibuka saat pemeriksaan dan pembersihan
 BWG (Birmingham Wire Gage) yaitu menyatakan ukutan tebal. BWG
kecil berarti tube semakin tebal dan sebaliknya.

Menentukan zat mana yang melalui tube and shell:


1. Fluida bertekanan tinggi di alrkan dalam tube
2. Fluida berpotensi fouling dialirkan dalam tube
3. Fluida korosif dialirkan dalam tube
4. Fluida yang bertemperatur tinggi dialirkan dalam tube
5. Fluida dengan viskositas rendah dialirkan dalm tube
6. Fluida yang mempunyai volume besar dilewtkan dalm tube
Langkah – langkah Perancangan HE:
a. Mencari Q, beban HE dicari dengan data paling lengakap dari kedua aliran
fluida(pemanas dan pendingin)
b. Menentukan ∆LMTD
c. Kebutuhan steam / air pendingin
Tipe aliran pada exchanger ditentukan dengan RE (N Re)
Aliran Turbulen dan Laminar:
—  Aliran turbulen lebih baik dalam perpindahan panasnya karena fliuda bercampur
—  Aliran laminar, proses perpindahan panas bergantung seluruhnya pada konduktifitas
termal dari fluida untuk perpindahan panas dari dalam aliran ke dinding exchanger
—  Aliran laminar menghasilkan kerugian kecil, yang hasilnya berbanding lurus dengan
kenaikan kecepatan. contohnya : dua kali lipat kecepatan aliran, menggandakan
kehilangan tekanan
Arah Alirannya Heat Exchanger:
1.   Heat Exchanger dengan aliran searah (co-current/parallel flow) Pertukaran panas
jenis ini, kedua fluida (dingin dan panas) masuk pada sisi Heat Exchanger yang sama,
mengalir dengan arah yang sama, dan keluar pada sisi yang sama. Karakter Heat
Exchanger jenis ini, temperatur fluida dingin yang keluar dari Heat Exchanger (Tco)
tidak dapat melebihi temperatur fluida panas yang keluar (Tho), sehingga diperlukan
media pendingin atau media pemanas yang banyak.

2.   Pertukaran panas dengan aliran berlawanan arah ( counter flow ) Penukar panas


jenis ini, kedua fluida ( panas dan dingin ) masuk penukar panas dengan arah
berlawanan, mengalir dengan arah berlawanan dan keluar pada sisi yang berlawanan .
Temperatur fluida dingin yang keluar penukar panas (Tcb ) lebih tinggi dibandingkan
temperatur fluida panas yang keluar penukar panas ( Thb ).

3. Cross flow
—  Dimana satu fluida mengalir tegak lurus dengan fluida yang lain. Biasa dipakai untuk
aplikasi yang melibatkan dua fasa. Misalnya sistem kondensor uap (tube and shell heat
exchanger), di mana uap memasuki shell, air pendingin mengalir di dalam tube dan
menyerap panas dari uap sehingga uap menjadi cair. 

Anda mungkin juga menyukai