HEAT EXCHANGER
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II (A2)
Andre Hanafi Savalena 180140049
Shafiya Rauzah 180140054
Fikri Ananda Pranata 180140065
Thahtia Rahma 180140069
Chalisna Wildani 180140071
Rasmadiana Putri 180140158
Laksita Ika Paksi 180140168
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya yang telah Ia berikan. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Ir. Jalaluddin, MT selaku dosen mata kuliah Perancangan
Alat Proses I yang telah membimbing kami, sehingga kami dapat menyeleasaikan
makalah Perancangan Alat Proses I mengenai Heat Exchanger.
Kami menyadari banyaknya kesalahan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Maka
dari itu, kritik dan saran yang diberikan nantinya bisa membantu untuk mencapai
keinginan kami agar tercapai, dan terwujud tulisan yang bermanfaat dan berguna.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
mahasiswa Teknik Kimia Universitas Malikussaleh dalam melanjutkan proses
pembelajaran Perancangan Alat Proses I.
14 Desember 2020
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Perpindahan Panas.....................................................................................3
2.2 Alat Penukar Panas (Heat Exchanger).......................................................4
2.3 Tipe-Tipe Heat Exchanger........................................................................5
2.4 Komponen-Komponen Heat Exchanger...................................................7
2.5 Perhitungan Nilai Efektivitas Heat Exchanger..........................................9
2.6 Perancangan Alat Heat Exchanger..........................................................10
2.7 Penempatan Fluida pada Shell and Tube Heat Exchanger......................13
BAB II PENUTUP.................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..............................................................................................15
3.2 Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari suatu
fluida ke fluida yang lain. Sebagian besar dari industri-industri yang berkaitan
dengan pemprosesan selalu menggunakan alat ini, sehingga alat penukar kalor ini
mempunyai peran yang penting dalam suatu proses produksi atau operasi. Salah
satu tipe dari alat penukar kalor yang banyak dipakai adalah Shell and Tube Heat
Exchanger. Alat ini terdiri dari sebuah shell silindris di bagian luar dan sejumlah
tube (tube bundle) di bagian dalam, dimana temperatur fluida di dalam tube
bundle berbeda dengan di luar tube (di dalam shell) sehingga terjadi perpindahan
panas antara aliran fluida didalam tube dan di luar tube. Adapun daerah yang
berhubungan dengan bagian dalam tube disebut dengan tube side dan yang di luar
dari tube disebut shell side.
Heat exchanger adalah suatu peralatan yang digunakan untuk melakukan
proses pertukaran kalor antara dua fluida baik cair ( panas atau dingin ), maupun
gas dimana fluida ini mempunyai temperatur yang berbeda. Heat exchanger
banyak digunakan di industri tenaga atau industri lainnya , dikarenakan
mempunyai beberapa keuntungan , antara lain kontruksi sederhana , aman dan
kokoh , Biaya yang digunakan relatif murah dan juga Kemampuan untuk bekerja
pada tekanan dan temperatur yang tinggi serta tidak membutuhkan tempat yang
luas . Dikarenakan , banyak jenis alat penukar kalor , maka alat penukar kalor
dapat di kelompokan berdasarkan pertimbangan – pertimbangan yaitu Proses
perpindahan kalornya, Jumlah fluida yang mengalir dan Kontrruksi dan
pengaturan aliran.
Dalam kehidupan sehari – hari banyak di jumpai peralatan rumah tanggga
maupun Industri yang prinsip kerjanya menggunakan konsep perpindahaan
panas . dari tahun ke tahun maupun zaman ke zaman , alat ini terus mengalami
perkembangan dari berbagai segi . Salah satu contoh pemanfaatan untuk alat
1
penukar kalor adalah pemanfaatan Air panas yang di keluar dari perut bumi pada
daerah tertentu . Pengembangan dan ilmu untuk pemanfaatan Air panas di
kembangkan karena dapat membantu usaha penghematan energi dari segi panas
yang di timbulkan seperti pemanasan air dan lain sebagainya. Berdasarakan
kontruksi Secara umum heat exchanger dapat di kelompokan menjadi 3 yaitu :
Regenarator, Heat Exchanger Type tertutup dan type terbuka Sedangkan , untuk
type heat exchanger berdasarkan aliran fluidanya dapat di kelompokan menjadi
pararel flow ( aliran searah ) , counter flow ( aliran berlawanan ) , dan cross flow (
aliran silang ).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang Heat Exchanger
2. Mengetahui apa saja tipe-tipe Heat Exchanger
3. Mengetahui apa saja komponen pada Heat Exchanger
4. Mengetahui perhitungan nilai efektivitas Heat Exchanger
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perpindahan Panas
Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu
energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan
temperatur. Perpindahan kalor tidak akan terjadi pada sistem yang memiliki
temperatur sama. Perbedaan temperatur menjadi daya penggerak untuk terjadinya
perpindahan kalor. Sama dengan perbedaan tegangan sebagai penggerak arus
listrik. Proses perpindahan kalor terjadi dari suatu system yang memiliki
temperatur lebih tinggi ke temperatur yang lebih rendah. Keseimbangan pada
masing – masing sistem terjadi ketika system memiliki temperatur yang sama.
Perpindahan kalor dapat berlangsung dengan 3 (tiga) cara, yaitu:
1. Perpindahan kalor konduksi
2. Perpindahan kalor konveksi (alami dan paksa)
3. Perpindahan kalor radiasi
Konduksi panas adalah perpindahan atau pergerakan panas antara dua
benda yang saling bersentuhan. Dalam hal ini, panas akan berpindah dari benda
yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah: Laju aliran panas
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain luas permukaan benda yang
saling bersentuhan, perbedaan suhu awal antara kedua benda, dan konduktivitas
panas dari kedua benda tersebut. Konduktivitas panas ialah tingkat kemudahan
untuk mengalirkan panas yang dimiliki suatu benda (Holman, 1987).
Konveksi adalah pengangkutan kalor oleh gerak dari zat yang
dipanaskan. Proses perpindahan kalor secara aliran/konveksi merupakan satu
fenomena permukaan. Proses konveksi hanya terjadi di permukaan bahan. Jadi
dalam proses ini struktur bagian dalam bahan kurang penting. Keadaan
permukaan dan keadaan sekelilingnya serta kedudukan permukaan itu adalah
yang utama. Lazimnya, keadaan keseirnbangan termodinamik di dalam bahan
akibat proses konduksi, suhu permukaan bahan akan berbeda dari suhu
sekelilingnya (Kern, 1950).
Radiasi adalah perpindahan kalor melalui gelombang dari suatu zat ke zat
3
yang lain. Semua benda memancarkan kalor. Keadaan ini baru terbukti setelah
suhu meningkat. Pada hakekatnya proses perpindahan kalor radiasi terjadi
dengan perantaraan foton dan juga gelombang elektromagnet. Terdapat dua teori
yang berbeda untuk menerangkan bagaimana proses radiasi itu terjadi. Semua
bahan pada suhu mutlak tertentu akan menyinari sejumlah energi kalor tertentu.
Semakin tinggi suhu bahan tadi maka semakin tinggi pula energy kalor yang
disinarkan (Masyithah dan Haryanto, 2006).
4
sebuah pipa berbentuk bundar (atau pipa rangkap dua). Pada susunan aliran
sejajar (parallel-flow arrangement) yang ditunjukkan gambar 1 (a) fluida panas
dan dingin masuk pada ujung yang sama, mengalir dalam arah yang sama dan
keluar pada ujung yang sama.
Pada susunan aliran berlawanan (counter flow arrangement) yang
ditunjukkan gambar 1(b), kedua fluida tersebut pada ujung yang berlawanan,
mengalir dalam arah yang berlawanan, dan keluar pada ujung yang berlawanan.
5
B. Shell and tube heat exchanger (penukar panas cangkang dan buluh)
Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam industri
perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana di
dalamnya terdapat suatu bundle (berkas) pipa dengan diameter yang relative kecil.
Satu jenis fluida mengalir di dalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya mengalir
di bagian luar pipa tetapi masih di dalam shell. Alat penukar panas shell and tube
terdiri atas suatu bundel pipa yang dihubungkan secara parallel dan ditempatkan
dalam sebuah pipa mantel (cangkang). Fluida yang satu mengalir di dalam bundel
pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama,
berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang
pipa yang menempel pada mantel. Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran
panas, biasanya pada alat penukar panas shell and tube dipasang sekat (buffle). Ini
bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal
(residence time), namun pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop
operasi dan menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang
dipertukarkan panasnya harus diatur. (Septiani, 2012)
6
penyekat lunak (biasanya terbuat dari karet). Pelat – pelat dan sekat disatukan oleh
suatu perangkat penekan yang pada setiap sudut pelat terdapat lubang pengalir
fluida. Melalui lubang ini, fluida dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain,
sedangkan fluida yang lain mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi
sebelahnya karena ada sekat. (Septiani, 2012)
7
Gambar 5. Jenis shell berdasarkan TEMA
B. Tube (Pipa)
Diameter dalam tube merupakan diameter dalam aktual dalam ukuran inch
dengan toleransi yang sangat cepat. Tube dapat dibuat dari berbagai jenis logam,
seperti besi, tembaga, perunggu, tembaga-nikel, aluminium perunggu, aluminium
dan stainless steel. Ukuran ketebalan pipa berbeda-beda dan dinyatakan dalam
bilangan yang disebut Birmingham Wire Gage (BWG). Ukuran pipa yang secara
8
umum digunakan biasanya mengikuti ukuran-ukuran yang telah baku, semakin
besar bilangan BWG, maka semakin tipis pipanya.
Jenis-jenis tube pitch yang utama adalah:
a. Square pitch
b. Triangular pitch
c. Square pitch rotated
d. Triangular pitch with cleaning lanes (Kern, 1950)
C. Sekat (Baffle)
Adapun fungsi dari pemasangan sekat (baffle) pada heat exchanger ini
antara lain adalah untuk:
Sebagai penahan dari tube bundle.
Untuk mengurangi atau menambah terjadinya getaran.
Sebagai alat untuk mengarahkan aliran fluida yang berada di dalam tube.
9
menyertakan perpindahan panas maksimum antara cairan bekerja selama
perhitungan.
10
Sejumlah besar parameter yang terlibat dalam merancang alat penukar
panas shell and tube ditentukan oleh kondisi termal dan nilai ekonomi yang
diinginkan, termasuk diameter tube, ketebalan, panjang, jumlah pass, pitch,
square atau triangular; ukuran shell, jumlah baffle shell, jenis baffle, jarak baffle,
dan sebagainya.
11
Gambar 8. Data Shell dan Tube pada Heat Exchanger
Dari data tersebut juga dapat dicari diameter shell dari sesuai dengan
pilihan diameter tube, panjang, pitch, dan jumlah pass.
Setelah langkah tersebut dilakukan, asumsikan nilai koefisien
perpindahan panas keseluruhan. Desain penukar tentatif sekarang siap
mengevaluasi dengan rinci perpindahan panas yang optimal dan penurunan
tekanan data. Hasil dari perhitungan akan menyarankan perubahan apa yang
mungkin diperlukan untuk memenuhi persyaratan termal, dan nilai ekonomi
yang sesuai untuk peralatan. (Walas, 1988)
12
Gambar 9. Diagram Blok Prosedur Perancangan Heat Exchanger
13
Fluida dengan viskositas yang lebih rendah dialirkan di dalam tube
karena pengaliran fluida dengan viskositas tinggi di dalam penampang
alir yang kecil membutuhkan energi yang lebih besar.
Fluida dengan viskositas tinggi ditempatkan di shell karena dapat
digunakan baffle untuk menambah laju perpindahan.
Fluida dengan laju alir rendah dialirkan di dalam tube. Diameter tube
yang kecil menyebabkan kecepatan linier fluida (velocity) masih cukup
tinggi, sehingga menghambat fouling dan mempercepat perpindahan
panas.
Fluida yang mempunyai volume besar dilewatkan melalui tube, karena
adanya cukup ruangan. (Indra, 2012).
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapat dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Perpindahan kalor dapat berlangsung dengan 3 (tiga) cara, yaitu:
- Perpindahan kalor konduksi
- Perpindahan kalor konveksi (alami dan paksa)
- Perpindahan kalor radiasi
2. Heat exchanger merupakan peralatan yang digunakan untuk perpindahan
panas antara dua atau lebih fluida.
3. Beberapa tipe Heat Exchanger, yaitu :
- Double pipe heat exchanger (penukar panas pipa rangkap)
- Shell and tube heat exchanger (penukar panas cangkang dan buluh)
- Plate and frame heat exchanger
4. Beberapa komponen dari heat exchanger jenis shell and tube, yaitu:
- Shell
- Tube (pipa)
- Sekat (Baffle)
3.2 Saran
Berdasarkan performa dari heat exchanger terdapat beberapa saran guna
meningkatkan kinerja alat tersebut.
1. Melakukan pembersihan alat penukar panas secara berkalan yang
bertujuan untuk menghidari terbentuknya endapan yang sangat banyak
sehingga menggangu kinerja alat tersebut.
2. Pemberian jeda saat pengoperasian alat penukar panas. Alat yang
digunakan secara terus menerus dapat mengakibatkan menurunnya
kinerja alat tersebut.
3. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan performa dari heat
15
exchanger yaitu dengan penggantian bahan. Bahan shell dapat diganti
dengan stainless steel yang dilapisi isolator sedangkan bahan tube diganti
dengan tembaga. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan nilai koefisien
perpindahan kalor.
16
DAFTAR PUSTAKA
Cengel, Yunus A., 2003. Heat Transfer: A Practical Approach Second Edition.
New York: McGraw-Hill.
Branan, Carl. 2002. Rules Of Thumb for Chemical Engineers - Third Edition.
Amsterdam: Gulf Professional Publishing an imprint of Elsevier Science.
Susanto, Budi. 2011. Metode LMTD dan NTU pada Heat Exchanger. http://java-
borneo.blogspot.co.id/2011/05/metode-lmtd-dan-ntu-pada-heat-
exchanger.html (Diakses pada 18 Mei 2016)
17