Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Analisa Konsentrasi


C. Analisa Konsentrasi CO2 dalam Air Mineral
dan Air Keran
D. Analisa konsentrasi NaOH pada Air Garam
dan Air Mineral
1.2 Tanggal Praktikum : 12 Oktober 2015
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. Fajry Juangga
2. Indah Diah Pratiwi
3. Muhammad Saryulis
4. Rina Lestari
1.4 Tujuan Praktikum : 1. Untuk menghitung kadar NaCl dalam air laut
2. Untuk menghitung kadar % HCl
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Larutan adalah campuran serba sama dari dua komponen atau lebih, yang
manatiap-tap komponen dapat beupa gas, cair, atau padat. Dalam larutan dari pada
suatu zat di dalam zat lain, yang di larutkan disebut zat terlarut atau solute(solut).
Zatyang melarutkan zat disebut pelarut di sebut (solvent). Bila suatu zat terdapat
dalam jumlah yang relativ lebih banyak dari yang lain, maka itulah yang biasanya
di anggap sebagai pelarut. Bila kedua zat itu hampir sama banyaknya, maka
tentulah tidah menentukan zat mana yang pelarut, dan biasanya penentuan ini
dilakukan secara sembarang (Mahan,1975).

2.1 Satuan-satuan konsentrasi


Untuk menyatakan larutan pekat atau encer, ada lima macam satuan
konsentrasi yang sering digunakan :
1. Persentase (%)
Yang dimaksud dengan presentasi adalah jumlah gram zat terlarut dalam
100 gram larutan.

2. Fraksi Mol
Fraksi mol (x) suatu komponen dalam larutan didefinisikan sebagai
banyaknya mol (n) komponen itu, dibagi dengan jumlah mol keseluruhan
komponen dalam larutan itu, jumlah frksi m,ol seluruh komponen dalam setiap
larutan ialah 1 dalam dua komponen, dalam persentasi fraksi mol dinyatakan
sebagai mol persen.
Fraksi mol adalah perbandinagan jumlah zat mol suatu zat dalam latutan
terhadap jumlah mol seluruh zat dalam larutan.

3. Molaritas (M)
Moloritas (M) ialah jumlah mol zat terlarut yang terkandung didalam satu
liter larutan.

4. Molalitas (m)
Molalitas (m) suatu larutan ialah banyaknya mol zat terlarut per kilo gram
(Kg) pelarut yang terkandung dalam suatu larutan. Molalitas (m) tidak dapat
dihitung dari konsentrasi molar (M), kecuali jika rapatan (densitas) larutan itu
diketahui.

5. Normalitas (N)
Normalitas (N) suatu larutan ialah jumlah gram ekuivalen zat terlarut yang
terkandung didalam stu liter larutan. Bobot ekuivalen ialah fraksi (bagian) bobot
molekul yang berkenaan dengan sutu satuan tertentu fraksi kimia, dan satu gran
ekuivalen adalah fraksi yang sama dari pada satyu mol.
Bobot ekuivalen didefinisikan sedemikian rupa sehingga dua zat bereaksi
selalu dengan jumlah gram ekuivalen yang persis sama. Hal ini berlaku untuk
reaksi netralisasi karena satu H+ menetralisasi satu OH-, demikian juga untuk
reaksi oksidasi-reduksi karena disini jumlah elektron yang diterima zat
pengoksidasi.
Masalah-masalah konsentrasi :
a. Masalah perhitungan jumlah zat terlarut
b. Masalah pengenceran larutan
c. Masalah pencampuran konsentrasi yang berbeda

2.2 Perbandingan antara berbagai skala konsentrasi


Skala konsentrasi molar dan normalitas sangat bermanfaat untuk
eksperimen-eksperimen volumetrk, dimana kuantitas zat terlarut dalam larutan
dihubungkan dengan volume bagian larutan itu. Skala normalitas sangat
menolong dalam perbandingan volume dua larutan yang diperlukan untuk
bereaksi secara kimia. Keterbatasan dari pada skala normalitas ialah bahwa satu
larutan mungkin mempunyai lebih dari satu nilai normalitas, bergantung pada
reaksi yang menggunakannya. Konsentrasi molar larutan sebaliknya merupakan
suatu bilangan tetap karena bobot molekul zat itu tidak tergantung pada reaksi
yang digunakannya berbeda dengan bobot ekuivalen.
Skala molalitas bermamfaat untuk eksperimen- eksperimen yang
menggunakan pengukuran fisika (seperti titik beku, titik didih, tekanan uap dan
sebagainya), dalam jangkau suhu yang cukup luas. Molalitas suatun larutan yang
ditentukan semata-mata oleh suatu komponen larutan tidak bergantung pada suhu.
Sebaliknya konsentrasi larutan yang didefinisikan dengan volume bergantung
pada suhu (Ewing,1985 ).

2.3 Macam-macam larutan.


Larutan adalah campuran serba sama dari dua komponen atau lebih yang
mana tiap-tiap komponen dapat berupa gas, cair ataupun berupa benda padat.
Komponen yang lebih banyak disebut pelarut sedangkan komponen yang lebih
sedikit disebut zat terlarut. Ada beberapa macam larutan, yaitu:
 Larutan padat, pelarutnya padat. Contoh : kuningan (Zn dalam Cu)
 Larutan cair, pelarutnya cair. Contoh : gula dalam air
 Larutan gas, pelarutnya gas. Contoh : uap dalam air

Berdasarkan daya hantar larutan dapat dibedakan 2 macam, yaitu:
 Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
 Larutan Non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus
listrik.

Larutan dapat terjadi secara:


 Reaksi kimia
 Solvasi seperti HCl dalam H2O
 Dispersi seperti CCl4 dalam benzene

2.4 Jumlah zat terlarut


Rumus :
Massa mol zat terlarut= Liter x M........................................................(2.1)
M mol zat terlarut = ML x M................................................................(2.2)

2.5 Pengenceran larutan


Pengenceran larutan adalah penambahan pelarut terhadap jumlah zat
terlarut yang tetap. Setiap pengenceran berarti memperkecil konsentrasi. Rumus
pengeceran :
V1 M1 = V2 M2...................................................................(2.3)
Keterangan : V1 = Volume sebelum pengenceran
V2 = Volume sesudah pengenceran
M1= Konsentrasi sebelum pengenceran
M2= Konsentrasi sesudah pengenceran

2.6 Pencampuran konsentrasi yang berbeda


Suatu reaksi yang mana zat-zat ruas kanan (hasil reaksi) tidak dapat
bereaksi kembali untuk membentuk zat-zat diruas kiri (pereaksi) disebut reaksi
berkesudahan atau reaksi irreversibel (tidak dapat bolak-balik). Suatu reaksi yang
mana zat-zat diruas kanan (hasil reaksi) dapat beraksi atau terurai kembali
membentuk zat-zat diruas kiri (pereaksi) disebut reaksi kesetimbanganatau reaksu
reversibel (dapat balik).

2.7 Pergeseran kesetimbangan


Suatu sistem bila telah mencapai keadaan kesetimbangan akan berusaha
mempertahankan kesetimbangannya dari pengaruh luar. Suatu reaksi
kesetimbangan dapat kita geser kearah yang kita kehendaki dengan cara
melakukan aksi-aksi (tindakan-tindakan tertentu).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan pergeseran kesetimbangan antara
lain:
 Perubahan konsentrasi salah satu zat.
 Perubahan volume atau tekanan.
 Perubahan suhu.

2.8 Arah pergeseran kesetimbangan


1. Perubahan konsentrasi suatu zat
Contoh reaksi : AB C
 Bila zat A ditambahkan ke dalam campuran yang bereaksi
memperbesar konsentrasi zat A maka terjadi pergeserah kearah kanan
sehingga zat C lebih banyak terbentuk.
 Bila zat B sebagian diambil (dipisahkan) dari campuran yang berarti
memperkecil konsentrasi zat B, maka reaksi akan bergeser kekiri
sehingga zat C yang terbentuk akan berkurang.
Jadi pengaruh konsentrasi terhadap suatu kesetimbangan adalah:
 Bila suatu zat konsentrasinya di perbesar (di tambah) maka, reaksi akan
bergeser ke arah zat tersebut.
 Bila salah satu konsentrasinya di perkecil (di kurang) maka, reaksinya
akan bergeser kearah zat terlarut.
Kesetimbangan asam basa dalam sistem komplek titrasi karbonat bila CO 2
diserap oleh larutan standar NaOH, maka normalitasnya dipengaruhi. Jika
digunakan indikator Penoftalein dan Metil Orange ataupun CO 2 dihilangkan
dengan mendidihkan larutan dan basa berlebih dititrasikan dengan basa standar
(Brady,1995 ).

2.9 Konsentrasi
Konsetrasi larutan menyatakan zat terlarut dalam suatu larutan, Apabila
zat terlarut banyak sekali. Maka dapat di katakana bahwa larutan itu pekat dan
konsentrasi sangat tinggi. Sebaliknya yang terlarut sedikit sedangkan pelarutnya
sangat banyak. Maka dapat di katak larutan itu enceratau konsentrasinya sangat
rendah.
Banyak cara untuk memeriksa konsentrasi larutan yang semuanya
menyatakan kuantitas zar terlarut dalam kuantitas pelarut ( larutan ).Dengan
demikian, setiap sistem konsentrasi harus menyatakan sebagai berikut :
 Satuan yang di gunakan untuk zat terlarut
 Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau kelarutan keseluruhan
 Satuan yang di gunakan untuk kuantitas kedua (Mahan,1975).

2.10 Perbandingan Antara Berbagai Skala Konsentrasi


Skala konsentrasi molar dan normalitas sangat bermanfaat untuk.
Eksperimen volumetri dimana kuantitas zat terlarut dalam larutan dengan volume
bagian larutan itu. Skala normalitas sangat menolong dalam membandingkan
volume dua larutan yang diperlukan untuk bereaksi secara kimia.
Keterbatasan skala normalitas adalah bahwa suatu larutan mungkin
mempunyai lebih dari satu nilai normalitas, bergantung pada reaksi yang
menggunakannya. Kosentrasi molar larutan sebaliknya merupakan suatu bil tetap
karena bobot molekul zat itu tidak bergantung pada reaksi yang menggunakannya.
Skala fraksi mol sangat berguna dalam karya-karya teoritas karena banyak
sifat-sifat fisika larutan dapat dinyatakan dengan lebih jelas dalam perbandingan
jumlah molekul pelarut dan zat terlarut.
Kimia volumetri yaitu pembuatan larutan baku. Zat murni di timbang dengan
teliti, kemudian di larutkan dalam labu ukur sampai volume tertentu dengan tepat.
Dimana normalitasnya diperoleh dengan perhitungan larutan-larutan baku primer
yaitu natrium oksalat, kalium bikromat, natrium karbonat, kalium iodida. Zat-zat
kimia yang dipakai untuk membuat larutan harus memenuhi syarat :
 Zat yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul yang
pasti.
 Zat yang digunakan harus mempunyai berat ekuivalen yang pasti.
 Zat yang digunakan mudah di keringkan.
 Stabil dimana larutan baku primer dapat dipakai untuk menentukankadar
larutan yang tidak diketahui (Keena,1984).

Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir


titrasi telah di capai. Umumnya indikator yang digunakan adalah indikator azo
dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah
titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis
dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna
pada indikator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang
dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan
dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat
mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik
ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena itu perlu bantuan senyawa lain yang
dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini dinamakan
indikator.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis
volumetrik adalah sebagai berikut :
 Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
 Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan
reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.
 Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik
secara kimia maupun secara fisika.
Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau
fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.
BAB III
METODELOGI PRATIKUM

3.1.1 Peralatan Yang Digunakan Analisa Konsentrasi Nacl Dalam Air Laut
1. Erlenmeyer
2. Buret
3. Labu Ukur
4. Pipet tetes
3.1.2 Peralatan Yang Digunakan Analisa % Hcl
1. Buret
2. Erlenmeyer
3. Pipet Tetes
4. Timbangan Digital
3.1.3 Bahan Yang Digumakam Analisa Konsentrasi Nacl Dalam Air Laut
1. Air laut
2. Aquadest
3. AgNO3 0,1N
4. Indikator K2Cr2O4

3.1.4 Bahan Yang Digumakam Analisa % HCl

1. Air laut

2. Air keran

3. Indikator PP

4. NaOH 0,1N

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Analisa NaCl dalam air laut
1. Pipet tetes sampel 10 ml dan diencerkan hingga 100 ml
2. Diambil sampel yang telah diencerkan sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke
dalam erlenmeyer
4. Ditambahkan indikator K2Cr2O4 3 tetes
5. Dititrasi dengan larutan AgNO3 0,1 N sampai end point

3.2.2 Analisa % HCl


1. Ditimbang 10 gramsampel dan di masukkan dalam Erlenmeyer.
2. Pipet aquadest 2 ml, dimasukkan dalam erlenmeyer yang berisi sampel
3. Ditambahkan 3 tetes indikator pp.
4. Dititrasi dengan NaOH samapi end point ( warna pink ).
5. Dihitung kadar % HCl.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1 Analisa konsentrasi NaCl dalam laut
No Cara Kerja Hasil Pengamatan
1 Sampel air laut Percobaan I Sampel air laut Percobaan I
10 ml air laut + indikator K2Cr2O4 Larutan menjadi kuning
Larutan dititrasi dengan AgNO3 - Menghabiskan titran
sebanyak 1 ml dan Terbentuk
endapan putih
Sampel air laut Percobaan II Sampel air laut Percobaan II
10 ml air laut + indikator K2Cr2O4 Larutan menjadi kuning
- Menghabiskan titran
Larutan dititrasi dengan AgNO3 sebanyak 0,5 ml dan
Terbentuk endapan putih

Tabel 5.2 Analisa % HCl


No Cara Kerja Hasil Pengamatan
1 Sampel air laut Percobaan I Sampel air laut Percobaan I
10,26 gram air keran + 3 tetes Larutan tetap bening
indikator - Menghabiskan titran sebanyak
Larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 N 0,2 ml dan larutan berubah
warna menjadi merah muda

Sampel air laut Percobaan II Sampel air laut Percobaan II


10,26 gram air keran + 3 tetes Larutan menjadi kuning
indikator - Menghabiskan titran sebanyak
0,1 ml dan larutan berubah
Larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 N warna menjadi ungu
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisa konsentrasi NaCl dalam air laut
Pada analisa konsentrasi NaCl dalam air laut langkah pertama adalah 10
ml air laut diencerkan dengan aquadest pada labu ukur 50 ml. Air laut yang telah
diencerkan diambil 10 ml dan dimasukkan kedalam erlenmeyer. Kemudian
sampel ditetesi indikator K2Cr2O4 setelah ditambahkan lartan berubah warna
menjadi kuning. Hal ini terjadi karena K2Cr2O4 sendiri adalah zat bewarna kuning
dan sifatnya dapat larut dalam air sehingga larutan berubah warna.
Fungsi penambahan indikator adalah untuk mempercepat tercapainya tituk
ekuivalen kemudian larutan dititrasi dengan AgNO3 0,1 N. Dari hasilpengamatan
sampel mencapai ttik ekuivalen saat telah menghabiskan titran sebanyak 1 ml.
Pada saat mencapai titik ekuivalen ternyata terdapat endapan putih, hal ini
disebabkan ion Cl- habis berikatan dengan Ag membentuk AgCl. AgCl adalah
endapan putih yang terdapat pada larutan. Setelah mengetahui berapa volume
titran yang dihabiskan, dapat juga diketahui kadar NaCl dalam air laut
menggunakan rumus:
A x N x BE
Berat Sampel
Dari hasil perhitungan diperoleh kadar NaCl dari air laut pada percobaan
pertama adalah 0,58 dan pada percobaan kedua adalah 0,29. Perbedaan ini bisa
terjadi karena adanya perbedaan tipis pada volume titran yang dihabiskan.

4.2.2 Analisa % HCl


Pada percobaan ini sampel yang digunakan adalah air laut dan air keran.
Langkah pertama adalah menimbang air laut sebanyak 10 gram. Kemudian
ditambah dengan indikator pp. Larutan tetap bening saat ditambahkan indikator
pp. Fungsi indikator pp adalah untuk mempercepat tercapainya titik ekuivalen
selain itu penambahan pp berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya kadar asam
pada sampel.
Setelah itu larutan dititrasi dengan NaOH. Berdasarkan pengamatan pp
berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya kadar asam pada sampel Setelah itu
larutan dititrasi dengan NaOH.
Berdasarkan pengamatan saat mencapai titik ekuivalen larutan
menghabiskan titran sebanyak 0,2 ml. Tanda tercapainya titik ekuivalen adalah
dengan adanya perubahan warna larutan menjadi merah muda. Setelah
mengetahui berapa volume titran yang dihasilkan. Dapat juga diketahui kadar HCl
dalam air laut itu menggunakan rumus :
A x N x 0,03645
Berat Sampel
Dari hasil perhitungan diperoleh kadar HCl pada air laut adalah 0,0071 %.
Pada sampel kedua yaitu air keran, langkah pertama yaitu menimbang air keran
sebanyak 10 gram. Kemudian ditambah indikator pp. Larutan tetap bening saat
ditambahkan indikator. Fungsi indikator adalah untuk mempercepat tercapainya
titik ekuivalen, selain itu penambahan pp berfungsi untuk mengetahui ada atau
tidaknya kadar asam pada sampel. Setelah itu larutan menghabiskan titran
sebanyak 0,1 ml.
Tanda tercapainya titik ekuivalen adalah adanya perubahan warna larutan
menjadi merah tua (mendekati ungu). Setelah mengetahui berapa volume titran
yang dihabiskan, dapat juga diketahui kadar HCl dalam air keran menggunakan
rumus:

A x N x 0,03645
Berat Sampel
Dari hasil perhitungan diperoleh kadar HCl pada air keran adalah
0,000035 atau 0,0035%. Dari hasil dua percobaan dapat diketahui bahwa air laut
lebih banyak mengandung ion H+ daripada air keran. Karena berdasarkan rentang
pH pada pp, tak bewarna menunjukkan asam sedangkan merah menunjukkan
basa. Pada sampel air keran warna yang dihasilkan adalah merah pekat
(mendekati ungu) berarti sampel ini bersifat basa. Air laut kadar Hclnya lebih
tinggi yaitu 0,000071 dan air keran sebesar 0,000035.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat di simpulkan sebagai
berikut:
1. Pada percobaan analisa NaCl dalam air laut, Kadar NaCl pada larutan laut
lebih banyak dari pada kadar NaCl pada air keran.
2. Cara menentukan kadar NaCl menggunakan rumus:
A xN x BE
NaCl =
berat sampel
3. Pada percobaan % HCl, air keran dan air laut hasil pentitrasian sama,
hanya saja pada sampel air laut berubah menjadi merah muda sedangkan
air keran bewarna ungu.
4. Cara menentukan % HCl menggunakan rumus:
A x N x 0 ,3645
% HCl = x 100 %
berat sampel
5. Kadar HCl dalam air laut yaitu 0,0071 % dan air keran yaitu 0,0035%

5.2 Saran
1. Para praktikan harus mengetahui cara menghitung kadar NaCl dan HCl
pada kedua sampel
2. Selain menggunakan metode titrasi, metode lain yang dapat digunakan
adalah metode titrasi argentometri. Tetapi metode ini hanya berlaku untuk
yang menghasilkan endapan bukan perubahan warna.

Anda mungkin juga menyukai