PENDAHULUAN
Larutan adalah campuran serba sama dari dua komponen atau lebih, yang
manatiap-tap komponen dapat beupa gas, cair, atau padat. Dalam larutan dari pada
suatu zat di dalam zat lain, yang di larutkan disebut zat terlarut atau solute(solut).
Zatyang melarutkan zat disebut pelarut di sebut (solvent). Bila suatu zat terdapat
dalam jumlah yang relativ lebih banyak dari yang lain, maka itulah yang biasanya
di anggap sebagai pelarut. Bila kedua zat itu hampir sama banyaknya, maka
tentulah tidah menentukan zat mana yang pelarut, dan biasanya penentuan ini
dilakukan secara sembarang (Mahan,1975).
2. Fraksi Mol
Fraksi mol (x) suatu komponen dalam larutan didefinisikan sebagai
banyaknya mol (n) komponen itu, dibagi dengan jumlah mol keseluruhan
komponen dalam larutan itu, jumlah frksi m,ol seluruh komponen dalam setiap
larutan ialah 1 dalam dua komponen, dalam persentasi fraksi mol dinyatakan
sebagai mol persen.
Fraksi mol adalah perbandinagan jumlah zat mol suatu zat dalam latutan
terhadap jumlah mol seluruh zat dalam larutan.
3. Molaritas (M)
Moloritas (M) ialah jumlah mol zat terlarut yang terkandung didalam satu
liter larutan.
4. Molalitas (m)
Molalitas (m) suatu larutan ialah banyaknya mol zat terlarut per kilo gram
(Kg) pelarut yang terkandung dalam suatu larutan. Molalitas (m) tidak dapat
dihitung dari konsentrasi molar (M), kecuali jika rapatan (densitas) larutan itu
diketahui.
5. Normalitas (N)
Normalitas (N) suatu larutan ialah jumlah gram ekuivalen zat terlarut yang
terkandung didalam stu liter larutan. Bobot ekuivalen ialah fraksi (bagian) bobot
molekul yang berkenaan dengan sutu satuan tertentu fraksi kimia, dan satu gran
ekuivalen adalah fraksi yang sama dari pada satyu mol.
Bobot ekuivalen didefinisikan sedemikian rupa sehingga dua zat bereaksi
selalu dengan jumlah gram ekuivalen yang persis sama. Hal ini berlaku untuk
reaksi netralisasi karena satu H+ menetralisasi satu OH-, demikian juga untuk
reaksi oksidasi-reduksi karena disini jumlah elektron yang diterima zat
pengoksidasi.
Masalah-masalah konsentrasi :
a. Masalah perhitungan jumlah zat terlarut
b. Masalah pengenceran larutan
c. Masalah pencampuran konsentrasi yang berbeda
2.9 Konsentrasi
Konsetrasi larutan menyatakan zat terlarut dalam suatu larutan, Apabila
zat terlarut banyak sekali. Maka dapat di katakana bahwa larutan itu pekat dan
konsentrasi sangat tinggi. Sebaliknya yang terlarut sedikit sedangkan pelarutnya
sangat banyak. Maka dapat di katak larutan itu enceratau konsentrasinya sangat
rendah.
Banyak cara untuk memeriksa konsentrasi larutan yang semuanya
menyatakan kuantitas zar terlarut dalam kuantitas pelarut ( larutan ).Dengan
demikian, setiap sistem konsentrasi harus menyatakan sebagai berikut :
Satuan yang di gunakan untuk zat terlarut
Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau kelarutan keseluruhan
Satuan yang di gunakan untuk kuantitas kedua (Mahan,1975).
3.1.1 Peralatan Yang Digunakan Analisa Konsentrasi Nacl Dalam Air Laut
1. Erlenmeyer
2. Buret
3. Labu Ukur
4. Pipet tetes
3.1.2 Peralatan Yang Digunakan Analisa % Hcl
1. Buret
2. Erlenmeyer
3. Pipet Tetes
4. Timbangan Digital
3.1.3 Bahan Yang Digumakam Analisa Konsentrasi Nacl Dalam Air Laut
1. Air laut
2. Aquadest
3. AgNO3 0,1N
4. Indikator K2Cr2O4
1. Air laut
2. Air keran
3. Indikator PP
4. NaOH 0,1N
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Analisa konsentrasi NaCl dalam laut
No Cara Kerja Hasil Pengamatan
1 Sampel air laut Percobaan I Sampel air laut Percobaan I
10 ml air laut + indikator K2Cr2O4 Larutan menjadi kuning
Larutan dititrasi dengan AgNO3 - Menghabiskan titran
sebanyak 1 ml dan Terbentuk
endapan putih
Sampel air laut Percobaan II Sampel air laut Percobaan II
10 ml air laut + indikator K2Cr2O4 Larutan menjadi kuning
- Menghabiskan titran
Larutan dititrasi dengan AgNO3 sebanyak 0,5 ml dan
Terbentuk endapan putih
A x N x 0,03645
Berat Sampel
Dari hasil perhitungan diperoleh kadar HCl pada air keran adalah
0,000035 atau 0,0035%. Dari hasil dua percobaan dapat diketahui bahwa air laut
lebih banyak mengandung ion H+ daripada air keran. Karena berdasarkan rentang
pH pada pp, tak bewarna menunjukkan asam sedangkan merah menunjukkan
basa. Pada sampel air keran warna yang dihasilkan adalah merah pekat
(mendekati ungu) berarti sampel ini bersifat basa. Air laut kadar Hclnya lebih
tinggi yaitu 0,000071 dan air keran sebesar 0,000035.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat di simpulkan sebagai
berikut:
1. Pada percobaan analisa NaCl dalam air laut, Kadar NaCl pada larutan laut
lebih banyak dari pada kadar NaCl pada air keran.
2. Cara menentukan kadar NaCl menggunakan rumus:
A xN x BE
NaCl =
berat sampel
3. Pada percobaan % HCl, air keran dan air laut hasil pentitrasian sama,
hanya saja pada sampel air laut berubah menjadi merah muda sedangkan
air keran bewarna ungu.
4. Cara menentukan % HCl menggunakan rumus:
A x N x 0 ,3645
% HCl = x 100 %
berat sampel
5. Kadar HCl dalam air laut yaitu 0,0071 % dan air keran yaitu 0,0035%
5.2 Saran
1. Para praktikan harus mengetahui cara menghitung kadar NaCl dan HCl
pada kedua sampel
2. Selain menggunakan metode titrasi, metode lain yang dapat digunakan
adalah metode titrasi argentometri. Tetapi metode ini hanya berlaku untuk
yang menghasilkan endapan bukan perubahan warna.