PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Dimana M ialah molaritas, n banyaknya mol zat terlarut, dan v volume larutan
dalam litrer, karena
g
n= ................................................................................................... (2.9)
BM
dimana g adalah gram zat terlarut dan BM ialah bobot molekul zat terlarut.
2.7 Formalitas
Sistem konsentrasi ini didefinisikan sebagai:
nf
F= .................................................................................................. (2.10)
V
Dengan P adalah persen bobot zat terlarut, W banyaknya zat terlarut dalam gram,
dan Wo banyaknya pelarut dalam gram.
2.10 Bagian Tiap Juta (PPM)
Sistem ini memberikan berapa bagian satu komponen itu dalam 1 juta
bagian campuran. Ini dapat dinyatakan dengan menggunakan satuan-satuan bobot
dengan cara yang serupa dengan persen bobot.
W
ppm= ×106..............................................................................(2.13)
W+Wo
Dimana W adalah banyaknya zat terlarut dalam gram dan Wo banyaknya pelarut
dalam gram.
Untuk larutan yang lebih encer lagi digunakan bagian tiap milyar (ppb,
parts per billion)
W
ppb= ×109.....................................................................................(2.14)
Wo
2.11 Perhitungan Kemurnian Persen
Untuk menganalisis suatu sampel dengan kemurnian anu, analisis
menimbang dengan tepat satu porsi sampel melarutkannya dengan baik, dan
mentitrasinya dengan larutan standar. Kemudian ia tahu:
Mek titrasi=Mek analit ......................................................................(2.15)
mg analit
%= ×100 .......................................................................... (2.17)
mg sampel
%=
V(ml)×N (Mek
ml ) ×BE(
mg
)
Mek ...................................................... (2.18)
Bobot sampel (mg)
Kalsium karbonat, CaCO3 digunakan sebagai suatu standar primer untuk larutan
zat pengompleks, asam etilenadiaminatetrasetat (EDTA). Reaksinya:
Ca2+ + Y4 CaY2-................................................................................(2.20)
Besi (II) digunakan sebagai indikator. Contoh berikut ini melukiskan standardisasi
larutan perak nitrat untuk mengendapkan terhadap natrium klorida dengan
menggunakan metode Volhard.
2.15 Pengenceran
Teknik ini teristimewa bermanfaat dalam prosedur spektrofotometri untuk
menyesuaikan konsentrasi zat terlarut sehingga galat dalam mengukur absorbans
larutan dapat diminimalkan.
Karena tak terjadi reaksi kimia, mol, atau milimol dalam zat terlarut,
larutan asli haruslah sama dengan mol atau milimol dalam larutan akhir
V1×M1=V2×M2 ...............................................................................(2.23)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pengamatan dari percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat dari
tabel 4.1 dan 4.2 berikut :
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Analisa Konsentrasi CO2 dalam Air Mineral dan Air
Keran
Tabel 4.2 Hasil Percobaan Analisa Konsentrasi NaOH dalam Air Gara dan Air
Mineral
4.2 Pembahasan
Pada percobaan analisa konsentrasi ada dua yang dianalisa, yang pertama
analisa konsentrasi CO2 dalam air. Sampel dalam percobaan pertama adalah air
keran dan air mineral. Yang pertama akan dianalisa kadar CO 2 adalah sampel air
keran, langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan air keran kedalam
gelas ukur sampai 5 ml, kemudian air keran dituangkan kedalam gelas kimia.
Setelah itu sampel ditambahkan indikator fenolfthalein (PP) 1% sebanyak 3 tetes.
Fungsi indikator ini adalah untuk mengetahui titik ekivalen. Kemudian sampel
dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH 2N. Sampel dititrasi hingga
mencapai end point, dan menghabiskan titran sebanyak 0,6 ml. Tanda tercapainya
end point yaitu dengan adanya perubahan warna menjadi pink. Perubahan warna
terjadi menandakan pH larutan menjadi meningkat. Karena dititrasi menggunakan
larutan basa maka pH sampel menjadi meningkat. Dan berdasarkan perhitungan
diperoleh kadar CO2 10.560 ppm. Percobaan diulangi menggunakan sampel yang
sama dan didapat kadar CO2 5.280 ppm. Perbedaan kadar CO2 yang diperoleh
disebabkan karena perbedaan titran yang dihabiskan pada saat proses titrasi.
Perbedaan titran yang dihabiskan bisa saja disebabkan karena pada saat telah
mencapai end point, terlambat menghentikan tetesan dari titrannya.
Sampel kedua yang dianalisa kadar CO2 adalah air mineral, langkah
pertama adalah memasukkan air mineral kedalam gelas ukur sampai 5 ml,
kemudian dituangkan kedalam gelas kimia. Setelah itu sampel ditambahkan
indikator fenolfthalein (PP) 1% sebanyak 3 tetes. Fungsi indikator disini adalah
untuk mengetahui titik ekivalen. Kemudian sampel dititrasi menggunakan larutan
NaOH 2N. Sampel dititrasi hingga mencapai end point, dan menghabiskan titran
sebanyak 0,3 ml. Perubahan warna yang terjadi saat end point menandakan pH
larutan menjadi meningkat. Dan berdasarkan perhitungan yang dilakukan
diperoleh kadar CO2 pada air mineral adalah 5.280 ppm. Percobaan diulangi
menggunakan sampel yang sama dan didapatkan kadar CO 2 pada air mineral
sebesar 3.250 ppm. Perbedaan kadar CO2 yang diperoleh disebabkan karena
perbedaan titran yang dihabiskan pada saat proses titrasi. Perbedaan titran yang
dihabiskan bisa saja disebabkan karena pada saat telah mencapai end point
terlambat menghentikan tetesan dari titrannya.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa kadar CO 2 pada air keran lebih
tinggi dari air mineral. Dari hasil rata-rata diperoleh kadar CO 2 pada air keran
7.920 ppm dan pada air mineral 4.625 ppm.
Pada percobaan analisa konsentrasi NaOH pada air garam dan air mineral,
yang pertama akan dianalisa kadar NaOH adalah air garam. Langkah pertama
yang dilakukan adalah memasukkan air garam kedalam gelas ukur sampai 10 ml.
Kemudian air garam dituangkan kedalam gelas kimia. Setelah itu sampel
ditambahkan 1 ml Na2S2O3.5H2O 1N dan ditambahkan indikator fenolfthalein
(PP) 1% sebanyak 3 tetes. Warna larutan menjadi pink bening setelah
ditambahkan fenolfthalein (PP). Fungsi indikator pada percobaan ini adalah untuk
mempercepat tercapainya end point. Kemudian sampel dititrasi menggunakan
larutan HCl 0,1N hingga mencapai end point dan menghabiskan titran sebanyak
0,2 ml. Tanda tercapainya end point yaitu dengan adanya perubahan warna
menjadi bening kembali. Perubahan warna terjadi karena adanya perubahan pH.
Karena sampel dititrasi menggunakan larutan asam maka sampel menjadi bersifat
asam. Setelah dititrasi sampel ditambahkan metyl orange dan sampel berubah
warna menjadi orange. Perubahan warna terjadi menandakan larutan yang
awalnya asam menjadi sedikit basa, karena trayek pH metyl orange 3,1-4,4 akan
menjadi merah jika pH diatas 3,1 dan menjadi kuning jika pH diatas 4,4.
Berikutnya sampel dititrasi lagi menggunakan larutan HCl 0,1N sampai end point
dan menghabiskan titran sebanyak 0,4 ml. Tanda tercapainya end point adalah
adanya perubahan warna menjadi pink. Berdasarkan perhitungan diperoleh kadar
NaOH pada air garam adalah 80 ppm. Percobaan diulangi menggunakan sampel
yang sama dan diperoleh kadar NaOH 40 ppm.
Sampel kedua yang dianalisa kadar NaOH adalah air mineral. Langkah
pertama yang dilakukan adalah memasukkan air mineral kedalam gelas ukur
sampai 10 ml. Kemudian air mineral dituangkan kedalam gelas kimia. Setelah itu
sampel ditambahkan 1 ml Na2S2O3.5H2O 1N dan ditambahkan indikator
fenolfthalein (PP) 1% sebanyak 3 tetes. Fungsi indikator pada percobaan ini
adalah untuk mengetahui titik ekivalen. Kemudian sampel dititrasi dengan larutan
HCl 0,1N. Sampel dititrasi hingga mencapi end point dan menghabiskan titran
sebanyak 0,1 ml. Tanda tercapainya end point yaitu dengan adanya perubahan
warna menjadi bening dan konstan (tidak terjadi perubahan warna lagi saat titran
jatuh). Perubahan warna terjadi karena adanya perubahan pH. Sampel yang
awalnya basa menjadi asam. Setelah dititrasi sampel ditambahkan metyl orange
dan sampel berubah warna menjadi orange. Perubahan warna menandakan larutan
yang awalnya asam menjadi basa. Sampel dititrasi kembali dengan larutan HCl
0,1N sampai end point dan menghabiskan titran sebanyak 0,8 ml. Tanda
tercapainya end point adalah perubahan warna menjadi pink. Berdasarkan
perhitungan diperoleh kadar NaOH pada air keran 40 ppm. Percobaan diulangi
menggunakan sampel yang sama dan diperoleh kadar NaOH 40 ppm.
Dari percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa kadar NaOH pada
air garam lebih tinggi dari air keran. Dari hasil rata-rata diperoleh kadar NaOH
pada air garam 80 ppm dan pada air mineral 40 ppm.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penambahan indikator PP pada percobaan berfungsi untuk mempercepat
tercapainya end point.
2. Kadar CO2 rata-rata pada air keran adalah 7920 ppm dan pada air mineral
adalah 4625 ppm.
3. Kadar NaOH rata-rata pada air garam adalah 80 ppm pada pada air
mineral adalah 40 ppm.
5.2 Saran
Selain metode titrasi ini, metode lain yang dapat digunakan adalah metode
titrasi argentometri. Tetapi metode ini hanya berlaku untuk yang menghasilkan
endapan bukan perubahan warna.