PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar kedua di dunia
dan dikenal sebagai negara kepulauan yang terletak didaerah tropis memiliki
potensi ekonomi yang besar untuk masa yang akan datang. Jumlah penduduk yang
semakin besar seiring dengan percepatan pembangunan di setiap daerah
mendorong Indonesia menjadi negara dengan tingkat konsumsi energi yang tinggi
didunia.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementrian ESDM berbasiskan
pada Ditjen Migas, total cadangan minyak bumi Indonesia saat ini tercatat hingga
Agustus 2018 sebanyak 7534,92 Million Stock Tank Barrels (MMSTB) dengan
rincian cadangan terbukti sebanyak 3170,89 MMSTB dan cadangan potensial
sebanyak 4364,03 MMSTB. Sedangkan tingkat produksi minyak bumi di
Indonesia di tahun 2015 adalah sebesar 824,8 ribu barrel per hari, tahun 2014
sebesar 852,3 ribu barrel per hari, tahun 2013 882, 2 ribu barrel per hari dan pada
tahun 2010 mencapai 1 juta barrel per harinya, maka dapat dilihat bahwa produksi
minyak Indonesia mengalami penurunan sehingga untuk pemenuhan kebutuhan
konsumsi dalam negeri harus dipenuhi dari produk impor. Apabila kondisi seperti
ini terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama Indonesia akan menjadi
negara yang selalu bergantung dari pasokan energi dari luar sehingga dapat
menghambat pembangunan negara ini sendiri. Hal ini terjadi karena Indonesia
tidak memiliki cukup sumber daya minyak untuk memenuhi kebutuhan
domestiknya sedangkan tingkat permintaan BBM dalam negeri terus meningkat.
Semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia memicu
percepatan pemberdayaan energi alternatif yaitu energi baru terbarukan.salah satu
energi baru terbarukan yang memiliki potensi untuk dikembangkan di Indonesia
adalah sumber energi yang berasal dari makhluk hidup atau sering disebut dengan
biomass. Biomass sebagai basis utama energi alternatif memiliki keunikan
tersendiri. Hal ini tidak lepas dari komoditas setiap negara dalam menghasilkan
energi berbasis biomass berbeda-beda tergantung pada komoditas yang banyak
1
tersebar di negara tersebut sehingga pemanfaatan energinya dapat disesuaikan
dengan keunggulan masing-masing daerahnya.
Mengingat pentingnya peran ET untuk mewujudkan teknologi energi
bersih, maka dirancanglah proyek Biomassa Gasifikasi untuk elektrifikasi
pedesaan, atas kerjasama Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi (IIEE), USAID
Indonesia Clean Energy Development (ICED), INSIGHT, dan Bank Negara
Indonesia (BNI). Selain untuk menyediakan akses listrik bagi masyarakat di
daerah terpencil melalui pemanfaatan ET, proyek yang merupakan pertama di
Indonesia ini diharapkan dapat menjadi contoh untuk pengelolaan dan
pengembangan teknologi gasifikasi biomassa di tempat lainnya demi memenuhi
komitmen Indonesia untuk Energi Terbarukan.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Gasifikasi adalah suatu proses konversi bahan bakar padat menjadi gas
mampu bakar (syngas) (CO, CH4, dan H2) melalui proses pembakaran dengan
suplai udara terbatas (20% - 40% udara stoikiometri) (Guswendar, 2012). Proses
gasifikasi merupakan suatu proses kimia untuk mengubah material yang
mengandung karbon menjadi gas mampu bakar. Berdasarkan definisi tersebut,
maka bahan bakar yang digunakan untuk proses gasifikasi menggunakan material
yang mengandung hidrokarbom seperti batubara, petcoke (petroleum coke), dan
biomassa. Bahan baku untuk proses gasifikasi dapat berupa limbah biomassa,
yaitu potongan kayu, tempurung kelapa, sekam padi maupun limbah pertanian
lainnya. Gas hasil gasifikasi ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan sebagai
sumber bahan bakar, seperti untuk menjalankan mesin pembakaran, digunakan
untuk memasak sebagai bahan bakar kompor, ataupun digunakan sebagai bahan
bakar pembangkit listrik sederhana. Melalui gasifikasi, kita dapat mengkonversi
hampir semua bahan organik kering menjadi bahan bakar, sehingga dapat
menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber bahan bakar.
Banyak parameter yang mempengaruhi efisiensi gasifikasi dan sangat
tergantung dari jenis bahan bakar dan tipe gasifier yang dipakai. Pemanasan awal
udara gasifikasi merupakan parameter penting yang berpengaruh terhadap
efisiensi gasifikasi. Pemanasan tersebut dapat membantu mengurangi kandungan
moisture bahan bakar. Semakin kecil prosentase moisture dalam bahan bakar
padat, nilai kalor syngas semakin besar. Namun, pemanasan awal udara gasifikasi
harus dicari nilai optimumnya sehingga tidak menimbulkan permasalahan lagi
yaitu terbentuknya tar (Anis,dkk, 2010).
3
Secara umum gasifikasi terdiri dari tahapan terpisah yang terdiri dari proses
pengeringan, pirolisis, oksidasi/pembakaran, dan reduksi. Dalam gasifikasi,
keempat tahapan ini terjadi secara alamiah dalam suatu proses pembakaran. Dlam
gasifikasi, keempat tahapan ini dilalui secara terpisah sedemikian hingga dapat
menginterupsi api dan mempertahankan syngas tersebut dalam bentuk gas dan
mengalirkannya ketempat lain. Proses zonafikasi tersebut terjadi padarentang
temperature yang berbeda dan menjadi karakteristik dari masing-masing daerah
tersebut. Proses pengeringan terjadi pada temperature kurang dari 150oC, proses
pirolisis terjadi pada temperature antara 150oC sampai 300oC, daerah reduksi
terjadi pada temperature antara 500oC sampai dengan 1000oC, sedangkan daerah
oksidasi terjadi pada temperature 700oC sampai dengan 1500oC. Proses
pengeringan, pirolisis, dan reduksi bersifat menyerap panas (endotermik)
sedangkan proses oksidasi bersifat melepas panas (eksotermik).
Reaksi ini terletak pada bagian atas reaktor dan merupakan zona dengan
temperatur paling rendah di dalam reaktor yaitu di bawah 150 oC. Proses
pengeringan ini sangat penting dilakukan agar pengapian pada burner dapat terjadi
lebih cepat dan lebih stabil. Pada reaksi ini, bahan bakar yang mengandung air
akan dihilangkan dengan cara diuapkan dan dibutuhkan energi sekitar 2260 kJ
untuk melakukan proses tersebut sehingga cukup menyita waktu operasi. Menurut
Kurniawan (2012), penelitian yang telah dilakukannya menunjukan bahwa
pengeringan manual oleh sinar matahari berperan penting dalam mempercepat
proses pengeringan didalam reaktor oleh panas reaksi pembakaran (oksidasi).
Penjemuran dengan sinar matahari pada suhu diatas 32 0C selama dua jam dapat
mempercepat waktu pengeringan di dalam reaktor hingga 30% atau kurang dari
25 menit. Jika dibandingkan dengan penjemuran pada suhu 30 0C yang mencapai
25-40 menit untuk proses pengeringan saja.
Boudouard reaction
Boudouard reaction merupakan reaksi antara karbondioksida yang
terdapat di dalam gasifier dengan arang untuk menghasilkan CO. Reaksi
yang terjadi pada Boudouard reaction adalah:
Shift conversion
Shift conversion merupakan reaksi reduksi karbonmonoksida oleh kukus
untuk memproduksi hidrogen. Reaksi ini dikenal sebagai water-gas shift
6
yang menghasilkan peningkatan perbandingan hidrogen terhadap
karbonmonoksida pada gas produser. Reaksi ini digunakan pada
pembuatan gas sintetik. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CO + H2O CO2 + H2 +41.98 kJ/mol
Methanation
Methanation merupakan reaksi pembentukan gas metan. Reaksi yang
terjadi pada methanation adalah:
C + 2H2 CH4 + 74.90 kJ/mol karbon
2.2.4 Oksidasi
Oksidasi atau pembakaran arang merupakan reaksi terpenting yang
terjadi di dalam gasifier. Proses ini menyediakan seluruh energi panas yang
dibutuhkan pada reaksi endotermik. Oksigen yang dipasok ke dalam gasifier
bereaksi dengan substansi yang mudah terbakar. Hasil reaksi tersebut adalah
CO2 dan H2O yang secara berurutan direduksi ketika kontak dengan arang yang
diproduksi pada pirolisis.
Ada tiga elemen penting untuk melakukan reaksi pembakaran ini, yaitu
panas (heat), bahan bakar (fuel), dan udara (oxygen). Reaksi pembakaran hanya
7
akan terjadi jika ketiga elemen tersebut tersedia. Di dalam udara tidak hanya
terkandung oksigen (O2) saja, tapi juga terdapat nitrogen (N2) dengan
berbandingan 21% dan 79%. Nitrogen ini jika terikat dengan O2 akan menjadi
polutan yaitu NO2 yang bisa menjadi racun dan mencemari udara. Disamping
menjadi polutan, N2 juga dapat menyerap panas pada proses pembakaran
sehingga bisa menurunkan efisiensi pembakaran. Dalam perhitungan neraca
massa dan energi jumlah nitrogen yang masuk sama dengan yang keluar dan
sedikit membentuk NO2 atau dengan kata lain gas ini hanya lewat dalam proses
dan mengurangi efisiensi pembakaran.
1. Suhu Bed
Tingkat gasifikasi serta kinerja keseluruhan gasifier adalahtergantung suhu.
Semua reaksi gasifikasi biasanya reversibel dan titik ekuilibrium dari setiap
reaksi dapat digeser dengan mengubah suhu.
2. Tekanan Bed
Tekanan Bed telah dilaporkan memiliki efek yang signifikan pada proses
gasifikasi. Nandi dan Onischak (1985) menemukan penurunan berat badan
selama devolatilization residu tanaman di N2 suasana di 815oC, menurun
dengan peningkatan tekanan. Namun pada suhu konstan, konstanta laju orde
pertama (k) untuk gasifikasi arang meningkat karena tekanan meningkat.
3. Tinggi Bed
Pada suhu reaktor tertentu, waktu tinggal yang lebih lama (karena ketinggian
bed yang lebih tinggi) meningkat berjumlah hasil gas. Sadaka et al. (1998)
menunjukkan bahwa ketinggian bed yang lebih tinggi menghasilkan lebih
8
efisiensi konversi serta suhu bed lebih rendah karena efek fly-wheel bed
material. Efek fly-wheel berkurang secara signifikan ketika jumlah bahan bed
berkurang sehingga menghasilkan suhu bed yang lebih tinggi.
4. Kecepatan Fluidisasi
Kecepatan fluidisasi memainkan peran penting dalam pencampuran partikel
dalam fluidized bed. Dalam sistem gasifikasi udara, semakin tinggi kecepatan
fluidisasi semakin tinggi suhu bed dan semakin rendah menghasilkan nilai
kalor gas akibat peningkatan jumlah oksigen dan nitrogen dalam gas inlet ke
sistem.
5. Rasio Kesetaraan
Rasio kesetaraan memiliki pengaruh kuat pada kinerja gasifier karena itu
mempengaruhi suhu bed, kualitas gas, dan efisiensi thermal. Peningkatan rasio
kesetaraan mengakibatkan tekanan rendah baik di bed padat dan daerah
freeboard ketika gasifier dioperasikan pada kecepatan fluidisasi yang berbeda
dan ketinggian bed.
6. Kadar air dari bahan
Kadar air dari bahan pakan mempengaruhi suhu reaksi karena energi
diperlukan untuk menguapkan air dalam bahan bakar. Oleh karena itu, proses
gasifikasi berlangsung pada suhu rendah .
7. Ukuran partikel
Ukuran partikel secara signifikan mempengaruhi hasil gasifikasi. Ukuran
partikel kasar akan menghasilkan lebih banyak char dan kurang tar yang
mereka hasilkan. Tingkat difusi termal dalam partikel menurun dengan
peningkatan ukuran partikel, sehingga mengakibatkan tingkat pemanasan yang
lebih rendah. Untuk diberikan suhu, hasil gas yang dihasilkan dan komposisi
meningkat dengan penurunan ukuran partikel.
8. Rasio udara dan uap
Meningkatkan rasio udara dan uap akan meningkatkan nilai kalor gas sampai
memuncak. Tomeczek et al. (1987) menggunakan campuran udara-uap dalam
proses gasifikasi batubara dalam fluidized bed reaktor. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh rasio uap dan udara pada arang terutama pada
rasio yang lebih rendah karena fakta bahwa uap digunakan pada tahap
9
devolatilisasi memberikan kontribusi terhadap proses gasifikasi bahkan dalam
kasus ketika uap tidak ditambahkan. Ketika rasio uap air meningkat, nilai
kalor meningkat, mencapai puncaknya pada 0,25 kg / kg.
9. Ada Tidaknya Katalis
Katalis komersial dan non-komersial diuji dalam berbagai proses gasifikasi.
Salah satu masalah utama dalam steam katalitik tar adalah endapan karbon
pada katalis dari karakter aromatik karbon yang tinggi. Berbagai katalis yang
digunakan untuk meningkatkan kualitas produksi gas dan mengurangi tingkat
produksi tar.
10
Gambar 2. Gasifier tipe downdraft
12
20-30% limbah sekam padi. Menurut data BPS tahun 2013 [4], Provinsi Bali
memproduksi 881 ribu ton padi per tahun, maka dapat dipastikan bahwa sekitar
176-264 juta ton sekam padi di Bali setiap tahunnya dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi terbarukan.
Desa Munduk dan sekitarnya adalah daerah pertanian padi yang khas di
Bali, Indonesia. Dalam industri penggilingan padi, sejumlah besar sekam padi
umumnya dibuang dengan dibakar sedangkan jerami dibuang di lahan sawah.
Hasil survey awal ketersediaan bahan baku dan kesesuaian lokasi menunjukkan
terdapatnya 6 (enam) lokasi penggilangan padi di sekitar Munduk dengan total
produksi limbah sekam padi dan jerami sebagai berikut:
Tabel 1. Ketersediaan Sekam Padi dan Jerami Tahunan di Sekitar Munduk (Ton)
Lokasi Sekam Padi yang Jerami yang Total
Tersedia Tersedia
Sanda 60 240 300
Banyuatis 100 400 500
Ideran 100 400 500
Ringdikit 140 560 700
Seririt A 200 800 1000
Seririt B 200 800 1000
Total 800 3200 4000
13
2.5.3 Integrasi Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa
Sistem utama dari pembangkit listrik energi biomassa yang digunakan
dalam proyek gasifikasi biomassa di Munduk adalah dengan menggunakan
teknologi Top Feed – Throatless Down Draft produksi Trilion International yang
terdiri dari gasifier dan generator listrik mesin gas, seperti terlihat dalam gambar.
14
tar), dan katup pengaman yang dipasang pada keluaran gas untuk mencegah
keluarnya gas bila temperatur gas atau tekanannya terlalu tinggi.
Generator/Genset
Mesin generator Prakash Producer Gas Engine Set (PNG 30-BM)
digunakan untuk proyek ini karena sangat kompatibel dan dapat menggunakan
gas hasil TG70 untuk menghasilkan tenaga listrik. PNG 30-BM dirancang
untuk beroperasi dengan baik menggunakan bahan bakar non-konvensional
seperti gas sintetis, dan menghsilkan emisi lebih sedikit. Oleh sebab itu
teknologi ini cocok digunakan di area dimana keselamatan ekologi merupakan
suatu hal yang penting, seperti di desa Munduk.
Gambar 7. Instalasi mesin (a) Gasifier untuk pembakaran sekam padi, (b)
Generator untuk mengubah gas sistestis hasil proses gasifikasi menjadi listrik
15
2.5.4 Sistem Pengeringan Biomassa
Gudang Pengering
Bangunan gudang pengering terletak berdekatan dengan struktur gasifier
dan generator. Kelebihan panas dari generator disalurkan ke gudang pengering
untuk mengurangi kadar air feedstock biomassa.
Gudang Penyimpanan Biomassa Kering
Tempat ini digunakan untuk penyimpan biomassa agar tetap kering
dengan kapasitas 1 bulan kebutuhan feedstock sekaligus sebagai upaya agar
biomassa selalu tersedia. Tempat penyimpanan ini berdekatan dengan
perangkat gasifikasi.
Operasional Mesin
Tahap operasional mesin terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap
persiapan, tahap pengoperasian unit gasifikasi, tahap pengoperasian mesin
generator, tahap mematikan mesin generator. Tahap persiapan ditujukan
16
terutama untuk kontrol kesiapan, kelayakan dan kemanan unir gasifikasi dari
resiko kerusakan atau ledakan. Tindakan pengecekan dilakukan pada posisi
katup pengaman, ketinggian air kolam reservoir (pipa pembuangan dari unit
gasifikasi tercelup/berada di bawah permukaan air, memastikan filter tar tetap
tercelup, pemeriksaan filter gas yang berada pada unit gasifikasi dan genset,
sambungan pipa, pengosongan alat pendingin kandungan air sekam, motor
penggerak, kondisi genset (tinggi oli dan air radiator), dan pompa di dalam
kolar reservoir tidak tersumbat. Dalam tahap pengoperasian mesin generator
faktor penting yang perlu dicek adalah pengujian kualitas gas sedangkan salah
satu faktor penting dalam mematikan mesin adalah memastikan rekctor dalam
keadaan kosong dan bebas dari abu atupun sekam padi.
Pemeliharaan Mesin
Tindakan pemeliharaan Trillion Gasifier Model 70” (TG70) dilakukan
dalam 4 (empat) tahapan, yaitu:
Setiap 200-250 jam: mengganti filter tar primer dengan kantung filter
sekunder dan mengganti kantung filter sekunder dengan kantung filter
yang baru.
Setiap 250 jam: melepas filter tar untuk memeriksa dan membersihkan
saluran keluar reaktor. membersihkan abu dari antara batu gasifier.
Jjika berlebihan dibersihkan/dicuci dengan pistol air bertekanan serta
membersihkan nozel air jiga reactor tersedak. Reaktor tersedak
umumbya disebabkan adanya sekam yang masih mengandung padi.
Setiap 1000 jam: Mengganti filter gas
Setiap 2000 jam: Membersihkan batu gasifier dengan sikat kawat atau
air panas, atau dengan pistol air bertekanan. Jika kantung filter tar dan
filter gas sangat basah, harus segara diganti karena dapat mengganggu
reaktor mencapai efisiensi maksimummnya.
Penerima Manfaat
Tercatat sebanyak 85 rumah tangga, 1 sekolah dasar dan 1 rumah ibadah
(pura) telah menikmati listrik dari gasifikasi biomassa, masing-masing dengan
kapasitas 200 watt per hari. Mengenai manfaat yang diterima ini, masyarakat
sepakat untuk memberikan iuran sebesar Rp 50,000/bulan. Pengelolaan iuran
dilakukan oleh “Sinar Utama” dan iuran yang diterima dialokasikan juga
untuk menggaji para pengurus dan teknisi.
18
Pendanaan Proyek
Proyek Gasifikasi Biomassa Munduk merupakan kolaborasi proyek antara
Insitut Indonesia untuk Ekonomi Energi (IIEE), USAID-Indonesian Clean
Energy Development (USAID ICED) dan Bank BNI dengan komposisi cost
sharing USAID ICED sebesar 57% dari total anggaran, BNI 36% dan IIEE
sebesar 7%.
Partisipasi masyarakat setempat
Penekanan utama dari proyek ini keterlibatan dan pengembangan
masyarakat Munduk sehingga untuk alasan ini bagi masyarakat yang langsung
mendapatkan manfaat dari elektrifikasi dimita kesediaannya untuk
berkontribusi sebagai buruh. Partisipasi ini mengurangi biaya konstruksi sipil.
Keterlibatan tersebut secara tidak langsung juga akan menumbuhkan sense of
belonging warga setempat terhadap instalasi gasifikasi biomassa sehingga
diharapkan dapat mendorong keberlanjutan proyek.
Biaya pembangkitan (cost of electricity)
Komponen biaya pembangkitan listrik seperti pada umumnya terdiri dari
capital cost, fuel cost serta biaya operasioanal dan pemeliharaan (O&M).
Capital cost yang dihitung dalam proyek ini terdiri dari biaya sistem teknik,
feasibility study dan biaya konstruksi dengan menggunakan faktor discount
rate 10%, umur hidup mesin 15 tahun, efisiensi mesin 37% dan capacity
factor 21%. Biaya feedstock sekam padi adalah Rp 4,000 per karung (30 kg),
sedangkan biaya operasional yang dikeluarkan adalah biaya upah tenaga kerja
pengurus serta 2 orang teknisi, biaya pengangkutan sekam dari 6 penggilingan
padi serta bahan bakar kendaraan angkut. Total biaya yang terhitung yang
dibutuhkan untuk pembangkitan listrik Gasifikasi Biomassa di Munduk adalah
sebesar USD 0.25/kWh (sesuai kurs USD di tahun 2014).
19
2.6 PLTBm Tempurung Kelapa
2.6.1 Tempurun Kelapa
Tempurung kelapa merupakan bagian dari buah kelapa yang fungsinya
secara biologis adalah pelindung inti buah dan terletak di bagian sebelah dalam
sabut dengan ketebalan berkisar antara 2-6 mm. Tempurung kelapa dikategorikan
sebagai kayu keras dengan kadar air sekitar 6-9 % (dihitung berdasarkan berat
kering). Pemanfaatan buah kelapa selama ini baru sebatas daging buahnya untuk
dijadikan santan, kopra dan minyak. Untuk tempurung kelapa hanya sebatas
dibakar untuk menghasilkan arang aktif sehingga perlu dilakukan pemanfaatan
agar tidak mencemari lingkungan serta diharapkan dapat menjadi sumber energi
alternatif bagi masyarakat maupun industri. Berikut data komposisi kimia
tempurung kelapa dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 4.
Hasil Pengujian Ultimate, Proximate, dan Lower Heat Value (LHV)
Tempurung Kelapa
Analisa Ultimate
Carbon (C) (weight %) 26,6
Hydrogen (H) (weight %) 27,7
Oxygen (O) (weight %) 29,4
Nitrogen (N) (weight %) 0,6
Sulphur (S) (weight %) 4,2
Analisa Proximate
Volatile Matter (weight %) 68,82
Moisture (weight %) 6,51
Ash (weight %) 717,11,56
Fixed Carbon (weight %)
20
Nilai Kalor Tempurung Kelapa
Low Heating Value (Kj/kg) 20890
Sumber: Hasil pengujian pada laboratorium studi energi dan rekayasa LPPM
ITSS
Gambar 8. Komposisi synthetis gas = f{air fuel ratio pada ukuran tempurung
kelapa (0,8-12,6) cm²}
22
Pengaruh Rasio Udara-bahan bakar Terhadap Nyala Api
Semakin besar rasio udara-bahan bakar (AFR), komposisi flammable gas
yang dihasilkan akan semakin turun. Hal ini tentu akan berakibat terhadap
kualitas nyala api. Semakin sedikit flammable gas yang dihasilkan, akan
semakin sulit menghasilkan nyala api dan apabila sudah menyala, warnanya
akan kuning kemerahan. Pada variasi AFR 0,88 diperoleh nilai LHV syn-gas
yang tertinggi dibanding variasi AFR (1,04 ;1,17 ;1,26) untuk ukuran
tempurung kelapa (0,8-12,6) cm². Dengan tingginya nilai LHV tersebut
tentunya merepresentasikan cukup besarnya kandungan flammable gas (CO,
H2, CH4) yang terkandung didalamnya.
Semakin kaya kandungan flammable gas yang dimiliki oleh syn-gas akan
menyebabkan profil api yang berwarna biru bercampur sedikit kemerahan.
Akan tetapi pada nilai AFR 0,88 memiliki laju aliran syn-gas yang terendah
sehingga nyala dari api yang berwarna biru tapi pancarannya tidak seberapa
kuat seperti terlihat pada gambar 8.
Gambar 10. Nilai efisiensi gasifikasi pada variasi ukuran tempurung kelapa
dengan variasi rasio udara bahan bakar
Gambar 11. Nilai kandungan synthetis gas pada variasi ukuran tempurung
kelapa dengan variasi rasio udara-bahan bakar
24
Tabel 5. Data Analisis Proximate dan Ultimate pada Tongkol Jagung
Tongkol Jagung
Analisis Proximate (%w dry basis)
Komponen volatil 80.10
Karbon tetap 18.54
Abu 1.36
Analisis Ultimate (%w dry basis)
Karbon 46.58
Hidrogen 5.87
Nitrogen 0.47
Oksigen 45.46
Tongkol Jagung
Sulfur 0.01
Kalori 0.21
Residu 1.40
25
Pada tahapan selanjutnya yaitu pengaturan variasi AFR, untuk
menentukan nilai AFR pada biomasa tongkol jangung.
Perhitungan nilai kalor Biomassa ditinjau dari LHV dan HHV Syngas.
Analisis nilai kalor ditinjau dari LHV synthethic gas.
2.7.5 Analisis Nilai Kalor Ditinjau Dari LHV dan HHV Synthethic Gas
Dari data awal nilai kalor gas sintetik yang terendah (LHV syngas) pada
Biomassa tongkol jagung yaitu sebesar 2826.23 KJ/Nm3 dan nilai kalor gas
sintetik yang tertinggi (HHV syngas) yaitu sebesar 10851 KJ/Nm3.
26
Gambar 14. Nilai Kalor Biomassa ditinjau dari LHV dan HHV terhadap variasi
AFR
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai Gasifikasi Biomassa Tempurung Kelapa
(endokarp) Sistem Downdraft Kontinyu, maka dapat diambil kesimpulan :
1. Gasifikasi adalah suatu proses konversi bahan bakar padat menjadi gas
mampu bakar (syngas) (CO, CH4, dan H2) melalui proses pembakaran
dengan suplai udara terbatas (20% - 40% udara stoikiometri).
2. Proses gasifikasi pada gasifier terdiri beberapa tahapan. Menurut Mathieu
dan Dubuisson (2002), proses gasifikasi berlangsung dengan empat
tahapan dasar yaitu pyrolysis, combustion, boudouard reaction, dan
gasification processes. Secara umum gasifikasi terdiri dari tahapan
terpisah yang terdiri dari proses pengeringan, pirolisis,
oksidasi/pembakaran, dan reduksi.
3. Beberapa variabel mempengaruhi komposisi proses gasifikasi, produk, dan
distribusi, termasuk suhu bed, tekanan tidur, tinggi tempat bed, kecepatan
fluidisasi, gasifikasi menengah, rasio kesetaraan, kandungan air bahan,
ukuran partikel, rasio udara uap, dan adanya katalis.
4. Proses gasifikasi menggunakan beberapa reaktor, yang dapat
diklasifikasikan sesuai dengan gerakan relatif bahan bakar dan media
gasifikasi baik sebagai bed tetap (updraft, downdraft dan crossdraft) atau
bed fluidized (menggelegak, beredar, menyemburkan dan berputar-putar).
5. Kemudahan dalam pengoperasian merupakan salah satu faktor kunci untuk
keberlanjutan operasi mesin gasifikasi biomassa. Untuk mengatasi
masalah pengisi ulangan sekam padi setiap 2 jam sekali, di sarankan ada
modifikasi sistem yaitu berupa sistem pengisian feedstock secara otomatis
dan berkala.
6. Pemilihan lokasi proyek gasifikasi biomassa merupakan salah satu faktor
kunci keberlanjutan operasi gasifikasi biomassa. Adanya sumber energi
lain yang lebih mudah dalam mengoperasikan misalnya tenaga air atau
masuknya jaringan PLN menyebabkan masyarakat memilih sumber-
sumber energi yang lebih mudah tersebut. Oleh karena itu, disarankan
28
bahwa pemilihan lokasi proyek gasifikasi biomassa sebaiknya adalah
lokasi yang tidak mempunyai sumber energi lain dan tidak terjangkau oleh
jaringan PLN.
7. Proses gasifikasi memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
proses dan kandungan syngas yang dihasilkannya. Faktor–faktor tersebut
berkaitan dengan karakteristik biomassa, media gasifikasi (gasifying
agent), desain gasifier, dan Rasio massa udara dan massa bahan bakar
biomassa (air-fuel ratio;AFR).
3.2 Saran
Penulis memahami masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah
ini, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk
kebaikan penulis kedepannya. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
kepada pembaca secara umum terlebih bagi penulis sendiri.
29
DAFTAR PUSTAKA
Arisanty, Y.R., Kusumastuti Y.,dkk. 2009. Gasifikasi Limbah Biji Kopi dalam
Reaktor Fixed Bed dengan Sistem Inverted Downdraft Gasiier: Distribusi
Suhu. Jurusan Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Fatimah, Adilla Mutia, dkk. Gasifikasi Biomassa: Studi Kasus Proyek di Desa
Munduk, Buleleng, Bali. Indonesia Institute for Energy Economics.
Suliono, Sudarmanta B., dkk. 2017. Studi Karakteristik Reaktor Gasifikasi Type
Downdraft Serbuk Kayu dengan Variasi Equivalensi Ratio. Jurnal Teknologi
Terapan, vol.3, ISSN 2477-3506.
30