Anda di halaman 1dari 14

PERANAN ALGA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fikologi
yang dibimbing oleh
Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si dan Ibu Dr. Murni Saptasari, M.Si

Disusun oleh:
Kelompok 6 / Offering GW HW
Rizky Putri Meilinda

(130342615318)

Muhammmad shoumul misbah

(130342615324)

Sulistiana

(130342603481)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambahan
manusia

seiring

populasi
dengan

dunia

dan

peningkatan kebutuhan

berkembangnya zaman,

mengakibatkan

peningkatan kebutuhan akan energi khususnya energi yang tidak dapat


diperbaharui (Unrenewable

Energy). Mengingat

keterbatasan

dan

kelangkaan cadangan minyak bumi di masa datang mendorong kita


untuk mencari berbagai cara penghematan pemakaian minyak bumi
serta menciptakan energi alternatif pengganti minyak bumi. Program
konservasi dan diversifikasi energi seperti alkohol, gasohol, minyak
nabati telah dilakukan secara intensif oleh beberapa negara untuk
menghadapi tantangan berupa keterbatasan kandungan minyak
tersebut.

Pemerintah

Indonesia menetapkan

kebijakan

bumi

pemakaian

biodiesel sebesar 2% dari konsumsi solar pada tahun 2010. Ini berarti
diperlukan 720.000 kiloliter biodiesel bila konsumsi solar dalam
negeri 36 juta kiloliter per tahun (www.bppt.go.id). Produksi biodiesel
di Indonesia saat ini masih dalam tahap pengembangan. BPPT sudah
memproduksi

biodiesel

sebesar 1,5 ton/hari

dikawasan Puspiptek

Serpong, Jawa Barat.


Alga merupakan spesies yang termasuk dalam Famili Algae.
Terdapat beragam bentuk dan warna dari alga, mulai dari organisme bersel
satu hingga segerombolan besar rumput laut di lautan. Yang termausk alga
juga tanaman yang tumbuh dengan layaknya jamur dan biasanya tumbuh
di bebatuan. Warna alga bervariasi mulai hijau, merah, hingga cokelat.
Alga dapat tumbuh dengan mudah dan dapat dibiakan dalam jumlah besar
tanpa harus mengganggu alam atau sumber makanan lainnya. Alga juga
mudah untuk dibiakan dengan kebutuhan meliputi air, sinar matahari, dan
karbondioksida. Masing-masing spesies alga mengandung kandungan
minyak yang berbeda-beda. Alga yang tinggal di danau, kolam, ataupun
saluran air merupakan alga yang cocok untuk dijadikan alternatif
biodiesel.

Harga bahan bakar minyak yang semakin meningkat serta sumber


daya alam yang cukup terbatas membuat beberapa peneliti harus berpikir
keras untuk mencari solusi sumber bahan bakar terbarukan dan ramah
lingkungan tentunya. Penelitian telah berhasil membuat beragam jenis
ekstrak minyak dari tumbuhan untuk dijadikan bahan bakar terbarukan dan
ramah lingkungan, namun terkendala dengan produktifitas yang cukup
rendah serta permintaan yang semakin besar, sehingga harus dilakukan
pencarian alternatif sumber energi lainnya yang mudah didapat, mudah
diakses, dan ramah lingkungan. Salah satu alternatif sumber energi yaitu
alga.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan judul serta latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari
penulisan makalah ini adalah
1. Apakah pengertian dari energi terbarukan?
2. Bagaimana syarat dan perkembangan alga penghasil energi?
3. Bagaimana pemanfaatan alga dan alga apa saja yang dapat
dimanfaatkan sebagai energy alternatif?
1.3 Tujuan
Berdasarkan judul, latar belakan dan rumusan masalah diatas, maka tujuan
dari penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari energy terbarukan.
2. Untuk mengetahui syarat dan perkembangan alga penghasil energy.
3. Untuk mengetahui pemanfaatan alga dan alga yang dapat
dimanfaatkan sebagai energy alternative.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Energi Aalternatif
1. Definisi Energi Terbarukan
Konsep energi terbarukan mulai dikenal pada tahun 1970-an, sebagai upaya
untuk mengimbangi pengembangan energi berbahan bakar nuklir dan fosil.

Definisi paling umum adalah sumber energi yang dapat dengan cepat dipulihkan
kembali secara alami, dan prosesnya berkelanjutan. Dengan definisi ini, maka
bahan bakar nuklir dan fosil tidak termasuk di dalamnya.
Energi Terbarukan adalah energi yang pada umumnya merupakan sumberdaya
non fosil yang dapat diperbaharui dan apabila dikelola dengan baik maka
sumberdayanya tidak akan habis. Jenis energi terbarukan meliputi Panasbumi,
Mikrohidro, Tenaga Surya, Tenaga Gelombang, Tenaga Angin, dan Biomasa.
Dari definisinya, semua energi terbarukan sudah pasti juga merupakan energi
berkelanjutan, karena senantiasa tersedia di alam dalam waktu yang relatif sangat
panjang sehingga tidak perlu khawatir atau antisipasi akan kehabisan sumbernya.
Para pengusung energi non-nuklir tidak memasukkan tenaga nuklir sebagai bagian
energi berkelanjutan karena persediaan uranium-235 di alam ada batasnya,
katakanlah ratusan tahun. Tetapi, para penggiat nuklir berargumentasi bahwa
nuklir termasuk energi berkelanjutan jika digunakan sebagai bahan bakar di
reaktor pembiak cepat (FBR: Fast Breeder Reactor) karena cadangan bahan bakar
nuklir bisa "beranak" ratusan hingga ribuan kali lipat.
2.Sumber Energi Terbarukan
A. Energi Surya
Matahari adalah sumber kita yang paling kuat energi. Sinar matahari, atau
energi surya, dapat digunakan untuk pemanasan rumah, pencahayaan dan
pendinginan dan bangunan lainnya, pembangkit listrik, pemanas air, dan berbagai
proses industri. Sebagian besar bentuk energi terbarukan berasal baik secara
langsung atau tidak langsung dari matahari. Sebagai contoh, panas dari matahari
menyebabkan angin bertiup, memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan pohon
dan tanaman lain yang digunakan untuk energi biomassa, dan memainkan peran
penting dalam siklus penguapan dan curah hujan yang menjadi sumber energi air.
B. Energi Angin
Angin adalah gerakan udara yang terjadi ketika naik udara hangat dan udara
dingin di bergegas untuk menggantinya. Energi angin telah digunakan selama
berabad-abad untuk kapal layar dan kincir angin untuk menggiling gandum. Hari

ini, energi angin ditangkap oleh turbin angin dan digunakan untuk menghasilkan
listrik.
C. Energi Air
Air yang mengalir ke hilir merupakan kekuatan. Air adalah sumber daya
terbarukan, terus diisi oleh siklus global penguapan dan curah hujan. Panas
matahari menyebabkan air di danau dan lautan menguap dan membentuk awan.
Air kemudian jatuh kembali ke bumi sebagai hujan atau salju, dan mengalir ke
sungai dan sungai yang mengalir kembali ke laut. Air yang mengalir dapat
digunakan untuk memutar turbin yang mendorong proses mekanis untuk memutar
generator. Energi air mengalir dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
D. Energi Biomassa
Biomassa telah menjadi sumber energi penting sejak orang pertama mulai
membakar kayu untuk memasak makanan dan menghangatkan diri melawan
dinginnya musim dingin. Kayu masih merupakan sumber yang paling umum dari
energi biomassa, tetapi sumber-sumber lain dari energi biomassa meliputi
tanaman pangan, rumput dan tanaman lain, limbah pertanian dan kehutanan dan
residu, komponen organik dari limbah kota dan industri, bahkan gas metana dari
tempat pembuangan sampah dipanen masyarakat. Biomassa dapat digunakan
untuk menghasilkan listrik dan sebagai bahan bakar untuk transportasi, atau untuk
memproduksi produk yang tidak akan membutuhkan penggunaan bahan bakar
fosil.
E. Hidrogen
Hidrogen memiliki potensi yang luar biasa sebagai sumber bahan bakar dan
energi, tetapi teknologi yang dibutuhkan untuk mewujudkan potensi ini masih
dalam tahap awal. Hidrogen adalah elemen paling umum di Bumi. Air adalah duapertiganya hidrogen, tapi hidrogen di alam selalu ditemukan dalam kombinasi
dengan unsur lainnya. Setelah dipisahkan dari unsur-unsur lain, hidrogen dapat
digunakan untuk menggerakkkan kendaraan, menggantikan gas alam untuk
pemanasan dan memasak, dan untuk menghasilkan listrik.

F. Energi Panas Bumi


Panas di dalam bumi menghasilkan uap dan air panas yang dapat digunakan
untuk pembangkit listrik dan menghasilkan listrik, atau untuk aplikasi lain seperti
pemanasan rumah dan pembangkit listrik untuk industri. Energi panas bumi dapat
ditarik dari waduk bawah tanah dengan pengeboran, atau dari reservoir panas
bumi yang terletak lebih dekat ke permukaan.
G. Energi Gelombang Laut
Lautan menyediakan beberapa bentuk energi terbarukan, dan masing-masing
didorong oleh kekuatan yang berbeda. Energi dari gelombang laut dan pasang
surut dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik, dan energi termal laut-dari
panas yang tersimpan dalam air laut-dapat juga diubah menjadi listrik. Meskipun
pada masa sekarang, energi laut memerlukan teknologi yang mahal dibandingkan
dengan sumber energi terbarukan lainnya, tapi laut tetap penting sebagai sumber
energi potensial untuk masa depan.

2.2 Syarat Alga dan Perkembangan Alga Sebagai Hasil Energi


Alga menghasilkan energi dengan cara proses fotosintesis.
Layaknya proses fotosintesis pada jagung, ataupun gandum yang dapat
menghasilkan minyak, Alga juga menggunakan fotosintesis untuk
menghasilkan energi. Selama proses fotosintesis, alga membutuhkan
karbondioksida dan menggantinya menjadi oksigen. Oleh karena itu, alga
selain dapat menghasilkan energi alga juga dapat juga mengurangi dampak
polusi lingkungan akibat emisi karbondioksida. Lalu ektrak minyak dari
alga juga tetap dapat dimanfaatkan menjadi pupuk atatupun pakan ternak.
Minyak dari alga dapat dihasilkan dari beragam metode. Salah satu
metode populer dan termudah yaitu dengan ektrasi minyak dengan cara
oil press. Minyak didapatkan layaknya proses memeras minyak dari
kelapa. Dengan metode ini dapat dihasilkan hingga 75% ektrasi minyak
dari alga. Metode berikutnya yaitu Metode pelarut heksan yang
dikombinasikan dengan oil press. Metode ini pada awalnya sama

dengan metode sebelumnya, yaitu didapatkan ektsrak minyak dari proses


pemerasan, setelah itu sisa dari alga terseibut dilarutkan dengan pelarut
heksan, difilter, dan didapatkan ektrak kembali. Denga teknik ini
didapatkan hasil ektarksi mencapai 95%.
Metode berikutnya yaitu Metode Fluida Superkritis. Ekstrasi
dengan metode ini mencapai 100% minyak dari alga. Metode ini
dilakukan dengan memberikan tekanan dan panas pada substan 9alga)
hingga berubah menjadi komposisi cair dan gas. Pada point ini,
karbondioksida ditambahkan dan akan mengubah alga dalam bentuk
minyak seluruhnya. Campuran alga tersebut akan diubah kembali untuk
menghilangkan gliserol sehingga didapatkan hasil akhir minyak alga.
Dari minyak alga tersebut yang dapat dijadikan sumber energi
bahan bakar alami. Hasil buangan dari proses pembuatan minyak pada
alga merupakan oksigen yang berasal dari hasil metabolisme buangan
alga, dan setelah proses ekstraksi alga tersebut dapat dijadikan pupuk
ataupun sumber pakan ternak. Dan yang lebih penting lagi, bahan baku
untuk metabolisme dari pembiakan alga
Komponen utama alga yang digunakan sebagai bahan baku
biodiesel adalah fatty acid (asam minyak). Semakin besar kandungan fatty
acid dalam suatu bahan maka semakin besar biodiesel yang akan
dihasilkan,

dalam hal ini alga mikro Scenedesmus. Sp memiliki

kandungan lemak sebesar 40%. Untuk mendapatkan biodiesel maka


dilakukan proses esterifikasi dengan katalisator asam atau basa, yang
menghasilkan methyl ester. Methyl ester Inilah yang selanjutnya disebut
sebagai biodiesel.
Untuk membuat biodisel tidak hanya diperlukan bahan baku saja,
tetapi juga diperlukan alkohol (methanol atau ethanol), yang jumlahnya
sekitar 10 % dari campuran (Briggs, 2004), sedagkan Zuhdi (2002)
menggunakan alkohol sebesar 12 % dalam percobaannya. Alkohol berguna
untuk

menurunkan

viskositas

minyak

nabati

dengan

proses

esterifikasi,sehingga biodiesel mempunyai sifat sifat yang mirip dengan


minyak diesel (Rahman, 1995) Keuntungan dari pengembangan alga
sebagai biodiesel adalah methanol atau alkohol yang digunakan untuk
proses esterifikasi dapat diproduksi dari alga itu sendiri. Hal ini dilakukan

dengan cara fermentasi karbohidrat yang terkandung dalam alga.


Karbohidrat yang difermentasikan merupakan sisa dari proses ekstraksi
(alga menjadi fatty acid).
Dalam artikelnya Briggs (2004) mengatakan bahwa sebelum
diproses menjadi biodiesel alga harus diekstraksi terlebih dahulu menjadi
minyak nabati. Menurut Sheehan dkk (1998) ada beberapa tahapan untuk
mendapatkan biodiesel dari alga , yaitu :
1. Pengeringan
2. Ekstraksi Alga menjadi minyak nabati.
3. Esterifikasi minyak nabati menjadi Methyl ester.
Solvent oil Extraction,dan Supercritical Fluid Extraction (Proses
yang harus dilakukan sebelum membuat alga menjadi biodiesel adalah
ekstraksi alga menjadi minyak nabati. Minyak inilah yang selanjutnya
diproses menjadi biodiesel dengan cara esterifikasi (Sheehan dkk, 1998).
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengubah alga menjadi
minyak nabati, yaitu Could press, Hexane BioDieselNow Forums, 2005).
Could press mempunyai efisiensi sekitar 70% (Laarhoven dkk, 2005).
Hexane Solvent oil Extraction efisiensinya mencapai 92 %, sedangkan
Supercritical Fluid Extraction efisiensinya dapat mencapai 100 %. Kedua
peralatan terakhir ini investasinya sangat mahal. Dari ketiga cara diatas
pengepresan merupakan cara yang paling mudah dan murah. Estraksi alga
dengan could press sangat cocok dipakai untuk produksi dalam skala kecil.
Proses

pengepresan

mempunyai

efisiensi

rendah

karena

untuk

mendapatkan minyak, alga yang sudah dikeringkan dipress sehingga


hancur.
Setelah alga diolah menjadi menjadi minyak nabati, maka proses
selanjutnya adalah esterifikasi. Untuk merubah minyak nabati menjadi
biodiesel dapat dipakai perbandingan campuran yang digunakan Zuhdi
(2003), yaitu minyak nabati 87 %, Alkohol 12%, dan katalis 1%.
Campuran ini kemudian dimasukkan kedalam reaktor untuk dipanaskan
sampai suhu 150 derajat Fahrenheit selama 1 sampai 8 jam. Proses
esterifikasi ini akan menghasilkan methyl ester 86 %, alkohol 4 %
fertilizer 1% (pupuk), dan gliserin 9 %. Berdasarkan penjelasan diatas

dapat dihitung secara kasar, berapa besar biodiesel yang didapatkan dari
proses esterifikasi. Perhitungan dilakukan dengan tiga tahap, yaitu (1)
Minyak nabati yang dihasilkan dari proses pengepresan (2) Setelah
dilakukan proses penyulinga n, dan (3) Metthyl ester (biodiesel) yang
dihasilkan
2.3 Sumber Energi dari Alga
Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar atau sumber energi yang berasal dari bahan
organik dengan pemanfaatan minyak nabati yang terkandung pada suatu
organisme. Dari sekian banyak potensi alam yang dimiliki oleh Indonesia,
mikroalga merupakan mikroorganisme fotosintesis penghasil minyak yang
berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu alternatif bahan baku
pembuatan biodiesel. Dibandingkan dengan tanaman darat penghasil minyak,
mikroalga memiliki produktivitas minyak yang lebih tinggi per satuan luas lahan
yang digunakan (Hadiyanto, 2011).. Menurut Becker (1992) dalam Chisti (2007)
mikroalga mempunyai kandungan minyak 1560% di antaranya Nannochloropsis
mengandung 31% dan Spirulina mengandung 14%. Menurut Banerjee et al.
(2002) kandungan minyak biomassa kering mikroalga jenis S. platensis adalah
sebesar 21,8%, Chlorella vulgaris 11,8%, Chlorella pyrenoidosa 13,4%,
Dunaliella salina 25,3%, Nannochloropsis sp. 20,8%, Nitzchia spp. 22,2%,
Tetraselmis sp. 23,4%, Phaeodactylum tricornutum = 20,0, Skeletonema costatum
23,8%, Isochrysis galbana 23,0%, sedangkan B. braunii adalah 44,5%. Namun
pada makalah kali ini kali lebih terfokus pada Spirulina, Chlorella sp. dan
Nannochloropsis dikarenakan

mudah diperoleh di perairan Indonesia, mudah

dipanen, mudah dikultur, dan tahan terhadap kontaminasi(Amini, dkk. 2011)


1. Spirulina sp
Spirulina sp adalah alga hijau biru yang kaya protein, vitamin, mineral dan
nutrient lainnya. Dalam keadaan kering mengandung protein 55-75%,
tergantung pada sumbernya ulina platensis ini dapat dimakan, secara
alamiah dapat di air tawar sampai alkalin (payau) di danau-danau atau
kolam. Produksi Spirulina sp dapat dimanfaatkan sebagai suplemen bahan
pakan, makanan dan pengobatan. Seperti Chlorella, Spirulina sp adalah

makanan yang mengandung semua nutrien makanan dalam konsentrasi


yang tinggi, dan telah diterima sebagai makanan yang mempunyai banyak
fungsi, sebagai suplemen atau makanan pelengkap(Susana,dkk. 2007).
Dengan kandungan lemak sebesar 21,8%, dapat dijadikan salah satu sum
ber energi menjadi Biodiesel untuk mengurangi konsumsi bahan bakar
fosil.

Gambar : Spirulina sp
2. Nannochloropsis sp
Nannochloropsis sp. merupakan salah satu pakan alami(live food)untuk
larva ikan atau udang dan juga berperan sebagai pakan dari zooplankton,
rotifer dan artemia. Nannochloropsis sp memiliki kandungan lemaknya
yang cukup tinggi sekitar 31-68% (sasmita, 2004). Periode penyinaran
dapat berpengaruh dalam proses sintesa bahan organik pada fotosintesis
karena hanya dengan energi yang cukup proses tersebut dapat berjalan
dengan lancar. Menurut peniltian Hendrawati Edi. 2013 pengaruh suhu
dapat mempengaruhi kandungan lipid hasil penelitian menunjukkan bahwa
produksi rata-rata biomassa tertinggi pada suhu 280C (81,9 1,67 mg),
sementara rata-rata kadar total lipid terbesar pada suhu 330C (52,62
4,86dw-%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kepadatan
sel akan diikuti peningkatan produksi biomassa.

Gambar : Nannochloropsis sp
3. Chlorella. sp
Chlorella. Sp adalah genus ganggang hijau bersel tunggal yang hidup di
air tawar, laut, dan tempat basah. Ganggang ini memiliki tubuh seperti
bola. Di dalam tubuhnya terdapat kloroplas berbentuk mangkuk.
Perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif dengan membelah diri.
Setiap selnya mampu membelah diri dan menghasilkan empat sel baru
yang

tidak

mempunyai

flagel.

Ganggang

ini

sering

digunakan

dilaboratorium untuk penyelidikan fotosintesis. Karena sifatnya yang unik,


para ahli berpendapat bahwa Chlorella dapat ikut mengatasi kebutuhan
pangan manusia di masa yang akan datang. Chlorella sendiri yang
merupakan alga bersel tunggal tapi punya inti sejati dilindungi oleh
dinding sel yang sangat kokoh ternyata mengandung nutrisi yang lengkap,
murni dan alami. Ganggang ini kaya akan protein (60,5%), lemak (11%14%), Karbohidrat (20,1%), air, serat makanan dan kalori(Nilawati,
Destya. 2012)

Gambar : Chlorella. sp
Bioetanol
Bioetanol merupakan bahan bakar terbarukan yang lebih ramah lingkugan
apabila dibandingkan dengan bahan bakar yang berasal dari fosil atau lebih
dikenal dengan bahan bakar fosil, hal ini dikarenakan bahan pembuatan bioetanol
berasal dari tumbuhan atau bahan hidup lain yang mengandung karbohidrat yang
akan dikonversikan menjadi polimer yang lebih sederhana untuk digunakan bahan
pembuatan bioetanol. Menurut Deky Seftian, dkk. 2012 Bioetanol adalah etanol
yang dibuat dari biomass yang mengandung komponen pati atau selulosa, seperti
singkong dan tetes tebu. Pada proses pembuatan bioetanol terdapat proses
hidrolisis baik enzimatis maupun kimiawi. Namun terdapat beberapa makroalga
yang memiliki karhohidrat tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bioetanol.
Gracilaria
Rumput laut merah Gracilaria memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi
sehingga berpotensi digunakan sebagai bahan baku dalam industri bioetanol.
Ketersediaan rumput laut Gracilaria di Indonesia cukup melimpah dan dapat
ditemukan baik secara alami maupun budidaya. Perbedaan faktor-faktor ekologi
pada lingkungan budidaya dan alami mempengaruhi kandungan biokimia
Gracilaria termasuk kandungan gula totalnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kandungan gula total dan bioetanol yang dapat diproduksi oleh
rumput laut Gracilaria gigas dan Gracilaria verrucosa hasil budidaya dan alam.
Tahapan produksi bioetanol meliputi dua proses utama, yaitu hidrolisis asam dan
fermentasi menggunakan Sacharomyces cerevisiae. Hasil penelitian dari Linuwih
Resti, 2015 menunjukkan bahwa kandungan gula total tertinggi sebelum dan
sesudah proses hidrolisis adalah pada Gracilaria gigas alami yaitu 42,18% (g/g)
dan 68,57% (g/g).

Gambar : Gracilaria gigas

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Alga dapat dikembangkan sebagai salah satu alternatif bahan baku
pembuatan biodiesel di Indonesia.
2. Proses pembuatan biodiesel dari alga dibuat dengan tiga tahapan,
yaitu

3. Energi

Pengeringan
Ekstraksi alga menjadi minyak nabati
Esterifikasi minyak nabati menjadi biodiesel
alternatif dapat diperoleh dari miikroalga dan makroalga

dengan cara biodeiesel dan bietanol

DAFTAR PUSTAKA
Amini Sri , Sugiyonodan dan Saadudin Edi. 2011. Kandungan Minyak
Botryococcus braunii, Nannochloropsis sp., dan Spirulina platensis Pada
Umur Yang Berbeda. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan Vol. 6 No. 1
Banerjee, A., Sharma, R., Chisty, Y., and Banerjee, U.C. 2002. Botryococcus
braunii: A renewable source of hydrocarbons and other chemicals. Critical
Reviews in Biotechnology. 22(3): 245279.
Chisti,Y. 2007. Biodiesel from microalgae. Biotechnology Advances 25. Elsevier
Inc. New Zealand. p. 294306.
Hadiyanto. 2011. Valorisasi Mikroalga Untuk Sumber Bioenergi dan Pangan
Sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan dan Energi di Indonesia.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
Linuwih Resty. 2015. Potensi Gracilaria gigas dan Gracilaria verrucosa Hasil
Budidaya Dan Alami Sebagai Bahan Baku Produksi Bioetanol. Artikel
Ilmiah UNSOED. Online http://bapendik.unsoed,/nac.id/index.php?
r=artikelilmiah/view&id=11472
Nilawati, Destya. 2012. Studi Awal Sintesis Biodiesel dari Lipid Mikroalga
Chlorella vulgaris Berbasis Medium Walne melalui Reaksi Eserifikasi dan
Transesterifikasi. Skripsi Universitas Indonesia.
Susanna Dewi, Zakianis, Hermawati Ema, Kuntoro Adi Haryo Kuntoro Adi. 2007.
Pemanfaatan Spirulina platensis sebagai suplemen sel tunggal. Makara
Kesehatan vol. 11, No. 1

Anda mungkin juga menyukai