MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fikologi
yang dibimbing oleh
Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si dan Ibu Dr. Murni Saptasari, M.Si
Disusun oleh:
Kelompok 6 / Offering GW HW
Rizky Putri Meilinda
(130342615318)
(130342615324)
Sulistiana
(130342603481)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambahan
manusia
seiring
populasi
dengan
dunia
dan
peningkatan kebutuhan
berkembangnya zaman,
mengakibatkan
Energy). Mengingat
keterbatasan
dan
Pemerintah
Indonesia menetapkan
kebijakan
bumi
pemakaian
biodiesel sebesar 2% dari konsumsi solar pada tahun 2010. Ini berarti
diperlukan 720.000 kiloliter biodiesel bila konsumsi solar dalam
negeri 36 juta kiloliter per tahun (www.bppt.go.id). Produksi biodiesel
di Indonesia saat ini masih dalam tahap pengembangan. BPPT sudah
memproduksi
biodiesel
dikawasan Puspiptek
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Energi Aalternatif
1. Definisi Energi Terbarukan
Konsep energi terbarukan mulai dikenal pada tahun 1970-an, sebagai upaya
untuk mengimbangi pengembangan energi berbahan bakar nuklir dan fosil.
Definisi paling umum adalah sumber energi yang dapat dengan cepat dipulihkan
kembali secara alami, dan prosesnya berkelanjutan. Dengan definisi ini, maka
bahan bakar nuklir dan fosil tidak termasuk di dalamnya.
Energi Terbarukan adalah energi yang pada umumnya merupakan sumberdaya
non fosil yang dapat diperbaharui dan apabila dikelola dengan baik maka
sumberdayanya tidak akan habis. Jenis energi terbarukan meliputi Panasbumi,
Mikrohidro, Tenaga Surya, Tenaga Gelombang, Tenaga Angin, dan Biomasa.
Dari definisinya, semua energi terbarukan sudah pasti juga merupakan energi
berkelanjutan, karena senantiasa tersedia di alam dalam waktu yang relatif sangat
panjang sehingga tidak perlu khawatir atau antisipasi akan kehabisan sumbernya.
Para pengusung energi non-nuklir tidak memasukkan tenaga nuklir sebagai bagian
energi berkelanjutan karena persediaan uranium-235 di alam ada batasnya,
katakanlah ratusan tahun. Tetapi, para penggiat nuklir berargumentasi bahwa
nuklir termasuk energi berkelanjutan jika digunakan sebagai bahan bakar di
reaktor pembiak cepat (FBR: Fast Breeder Reactor) karena cadangan bahan bakar
nuklir bisa "beranak" ratusan hingga ribuan kali lipat.
2.Sumber Energi Terbarukan
A. Energi Surya
Matahari adalah sumber kita yang paling kuat energi. Sinar matahari, atau
energi surya, dapat digunakan untuk pemanasan rumah, pencahayaan dan
pendinginan dan bangunan lainnya, pembangkit listrik, pemanas air, dan berbagai
proses industri. Sebagian besar bentuk energi terbarukan berasal baik secara
langsung atau tidak langsung dari matahari. Sebagai contoh, panas dari matahari
menyebabkan angin bertiup, memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan pohon
dan tanaman lain yang digunakan untuk energi biomassa, dan memainkan peran
penting dalam siklus penguapan dan curah hujan yang menjadi sumber energi air.
B. Energi Angin
Angin adalah gerakan udara yang terjadi ketika naik udara hangat dan udara
dingin di bergegas untuk menggantinya. Energi angin telah digunakan selama
berabad-abad untuk kapal layar dan kincir angin untuk menggiling gandum. Hari
ini, energi angin ditangkap oleh turbin angin dan digunakan untuk menghasilkan
listrik.
C. Energi Air
Air yang mengalir ke hilir merupakan kekuatan. Air adalah sumber daya
terbarukan, terus diisi oleh siklus global penguapan dan curah hujan. Panas
matahari menyebabkan air di danau dan lautan menguap dan membentuk awan.
Air kemudian jatuh kembali ke bumi sebagai hujan atau salju, dan mengalir ke
sungai dan sungai yang mengalir kembali ke laut. Air yang mengalir dapat
digunakan untuk memutar turbin yang mendorong proses mekanis untuk memutar
generator. Energi air mengalir dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
D. Energi Biomassa
Biomassa telah menjadi sumber energi penting sejak orang pertama mulai
membakar kayu untuk memasak makanan dan menghangatkan diri melawan
dinginnya musim dingin. Kayu masih merupakan sumber yang paling umum dari
energi biomassa, tetapi sumber-sumber lain dari energi biomassa meliputi
tanaman pangan, rumput dan tanaman lain, limbah pertanian dan kehutanan dan
residu, komponen organik dari limbah kota dan industri, bahkan gas metana dari
tempat pembuangan sampah dipanen masyarakat. Biomassa dapat digunakan
untuk menghasilkan listrik dan sebagai bahan bakar untuk transportasi, atau untuk
memproduksi produk yang tidak akan membutuhkan penggunaan bahan bakar
fosil.
E. Hidrogen
Hidrogen memiliki potensi yang luar biasa sebagai sumber bahan bakar dan
energi, tetapi teknologi yang dibutuhkan untuk mewujudkan potensi ini masih
dalam tahap awal. Hidrogen adalah elemen paling umum di Bumi. Air adalah duapertiganya hidrogen, tapi hidrogen di alam selalu ditemukan dalam kombinasi
dengan unsur lainnya. Setelah dipisahkan dari unsur-unsur lain, hidrogen dapat
digunakan untuk menggerakkkan kendaraan, menggantikan gas alam untuk
pemanasan dan memasak, dan untuk menghasilkan listrik.
menurunkan
viskositas
minyak
nabati
dengan
proses
pengepresan
mempunyai
efisiensi
rendah
karena
untuk
dapat dihitung secara kasar, berapa besar biodiesel yang didapatkan dari
proses esterifikasi. Perhitungan dilakukan dengan tiga tahap, yaitu (1)
Minyak nabati yang dihasilkan dari proses pengepresan (2) Setelah
dilakukan proses penyulinga n, dan (3) Metthyl ester (biodiesel) yang
dihasilkan
2.3 Sumber Energi dari Alga
Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar atau sumber energi yang berasal dari bahan
organik dengan pemanfaatan minyak nabati yang terkandung pada suatu
organisme. Dari sekian banyak potensi alam yang dimiliki oleh Indonesia,
mikroalga merupakan mikroorganisme fotosintesis penghasil minyak yang
berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu alternatif bahan baku
pembuatan biodiesel. Dibandingkan dengan tanaman darat penghasil minyak,
mikroalga memiliki produktivitas minyak yang lebih tinggi per satuan luas lahan
yang digunakan (Hadiyanto, 2011).. Menurut Becker (1992) dalam Chisti (2007)
mikroalga mempunyai kandungan minyak 1560% di antaranya Nannochloropsis
mengandung 31% dan Spirulina mengandung 14%. Menurut Banerjee et al.
(2002) kandungan minyak biomassa kering mikroalga jenis S. platensis adalah
sebesar 21,8%, Chlorella vulgaris 11,8%, Chlorella pyrenoidosa 13,4%,
Dunaliella salina 25,3%, Nannochloropsis sp. 20,8%, Nitzchia spp. 22,2%,
Tetraselmis sp. 23,4%, Phaeodactylum tricornutum = 20,0, Skeletonema costatum
23,8%, Isochrysis galbana 23,0%, sedangkan B. braunii adalah 44,5%. Namun
pada makalah kali ini kali lebih terfokus pada Spirulina, Chlorella sp. dan
Nannochloropsis dikarenakan
Gambar : Spirulina sp
2. Nannochloropsis sp
Nannochloropsis sp. merupakan salah satu pakan alami(live food)untuk
larva ikan atau udang dan juga berperan sebagai pakan dari zooplankton,
rotifer dan artemia. Nannochloropsis sp memiliki kandungan lemaknya
yang cukup tinggi sekitar 31-68% (sasmita, 2004). Periode penyinaran
dapat berpengaruh dalam proses sintesa bahan organik pada fotosintesis
karena hanya dengan energi yang cukup proses tersebut dapat berjalan
dengan lancar. Menurut peniltian Hendrawati Edi. 2013 pengaruh suhu
dapat mempengaruhi kandungan lipid hasil penelitian menunjukkan bahwa
produksi rata-rata biomassa tertinggi pada suhu 280C (81,9 1,67 mg),
sementara rata-rata kadar total lipid terbesar pada suhu 330C (52,62
4,86dw-%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kepadatan
sel akan diikuti peningkatan produksi biomassa.
Gambar : Nannochloropsis sp
3. Chlorella. sp
Chlorella. Sp adalah genus ganggang hijau bersel tunggal yang hidup di
air tawar, laut, dan tempat basah. Ganggang ini memiliki tubuh seperti
bola. Di dalam tubuhnya terdapat kloroplas berbentuk mangkuk.
Perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif dengan membelah diri.
Setiap selnya mampu membelah diri dan menghasilkan empat sel baru
yang
tidak
mempunyai
flagel.
Ganggang
ini
sering
digunakan
Gambar : Chlorella. sp
Bioetanol
Bioetanol merupakan bahan bakar terbarukan yang lebih ramah lingkugan
apabila dibandingkan dengan bahan bakar yang berasal dari fosil atau lebih
dikenal dengan bahan bakar fosil, hal ini dikarenakan bahan pembuatan bioetanol
berasal dari tumbuhan atau bahan hidup lain yang mengandung karbohidrat yang
akan dikonversikan menjadi polimer yang lebih sederhana untuk digunakan bahan
pembuatan bioetanol. Menurut Deky Seftian, dkk. 2012 Bioetanol adalah etanol
yang dibuat dari biomass yang mengandung komponen pati atau selulosa, seperti
singkong dan tetes tebu. Pada proses pembuatan bioetanol terdapat proses
hidrolisis baik enzimatis maupun kimiawi. Namun terdapat beberapa makroalga
yang memiliki karhohidrat tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bioetanol.
Gracilaria
Rumput laut merah Gracilaria memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi
sehingga berpotensi digunakan sebagai bahan baku dalam industri bioetanol.
Ketersediaan rumput laut Gracilaria di Indonesia cukup melimpah dan dapat
ditemukan baik secara alami maupun budidaya. Perbedaan faktor-faktor ekologi
pada lingkungan budidaya dan alami mempengaruhi kandungan biokimia
Gracilaria termasuk kandungan gula totalnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kandungan gula total dan bioetanol yang dapat diproduksi oleh
rumput laut Gracilaria gigas dan Gracilaria verrucosa hasil budidaya dan alam.
Tahapan produksi bioetanol meliputi dua proses utama, yaitu hidrolisis asam dan
fermentasi menggunakan Sacharomyces cerevisiae. Hasil penelitian dari Linuwih
Resti, 2015 menunjukkan bahwa kandungan gula total tertinggi sebelum dan
sesudah proses hidrolisis adalah pada Gracilaria gigas alami yaitu 42,18% (g/g)
dan 68,57% (g/g).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Alga dapat dikembangkan sebagai salah satu alternatif bahan baku
pembuatan biodiesel di Indonesia.
2. Proses pembuatan biodiesel dari alga dibuat dengan tiga tahapan,
yaitu
3. Energi
Pengeringan
Ekstraksi alga menjadi minyak nabati
Esterifikasi minyak nabati menjadi biodiesel
alternatif dapat diperoleh dari miikroalga dan makroalga
DAFTAR PUSTAKA
Amini Sri , Sugiyonodan dan Saadudin Edi. 2011. Kandungan Minyak
Botryococcus braunii, Nannochloropsis sp., dan Spirulina platensis Pada
Umur Yang Berbeda. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan Vol. 6 No. 1
Banerjee, A., Sharma, R., Chisty, Y., and Banerjee, U.C. 2002. Botryococcus
braunii: A renewable source of hydrocarbons and other chemicals. Critical
Reviews in Biotechnology. 22(3): 245279.
Chisti,Y. 2007. Biodiesel from microalgae. Biotechnology Advances 25. Elsevier
Inc. New Zealand. p. 294306.
Hadiyanto. 2011. Valorisasi Mikroalga Untuk Sumber Bioenergi dan Pangan
Sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan dan Energi di Indonesia.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
Linuwih Resty. 2015. Potensi Gracilaria gigas dan Gracilaria verrucosa Hasil
Budidaya Dan Alami Sebagai Bahan Baku Produksi Bioetanol. Artikel
Ilmiah UNSOED. Online http://bapendik.unsoed,/nac.id/index.php?
r=artikelilmiah/view&id=11472
Nilawati, Destya. 2012. Studi Awal Sintesis Biodiesel dari Lipid Mikroalga
Chlorella vulgaris Berbasis Medium Walne melalui Reaksi Eserifikasi dan
Transesterifikasi. Skripsi Universitas Indonesia.
Susanna Dewi, Zakianis, Hermawati Ema, Kuntoro Adi Haryo Kuntoro Adi. 2007.
Pemanfaatan Spirulina platensis sebagai suplemen sel tunggal. Makara
Kesehatan vol. 11, No. 1