Anda di halaman 1dari 20

Laporan Sementara

Laboratorium Bioproses

PEMBUATAN BIOETANOL (PBE)


Disusun Oleh:

Kelompok : A1

M. Alif Ridha 2004103010089


Farid Muhammad Arie 2004103010022
Muhammad Alif Kinan 2004103010101
Qodri Yudit Angesta 2004103010090

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tahun 2019 pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk menaikan
bahan bakar minyak (BBM), dengan alasan penyelamatan anggaran dan pendapatan
negara. Hal ini tentu akan berdampak secara signifikan terhadap berbagai aspek
kehidupan masyarakat. Salah satu yang sangat sensitive yaitu semakin meningkatnya
angka kemiskinan (Farissa, I. 2019).
Selain memicu krisis social, penggunaan BBM juga mengakibatkan fenomena
krisis lingkungan. Karena, pada pembakaran BBM selain menghasilkan energy juga
menghasilkan gas-gas seperti Karbondioksida (CO2), Nitrogen Oksida (NOx), Sulfur
Oksida (SOx) dan metana(CH4) sehingga menyebabkan bertambahnya konsentrasi
gas-gas rumah kaca di atmosfer. Bertambahnya konsentrasi gas-gas ini lah yang
menyebabkanterjadinya fenomena krisis lingkungan yaitu pemanasan global (Farissa,
I. 2019)
Untuk mengatasi permasalahan bahan bakar ini, kita perlu mencari sumber energy
alternatif yang bersifat dapat diperbarui, tersedia melimpah di alam, relative murah
dalam pengolahannya dan ramah lingkungan. Salah satu sumber enegi alternative ini
adalah bahan bakar nabati (Farissa, I. 2019)
Bioetanol adalah bahan bakar nabati yang sangat berpotensi dalam mengatasi
kelangkaan premium dan bensin. Bahan yang digunakan untuk produksi bioethanol
secara komersil saat ini adalah Tebu, singkong,jagung dan Air aren. Bahan-bahan ini
merupakan produk pertanian yang melimpah di Indonesia. Keempat bahan tersebut
menjadi bahan yang paling banyak digunakan untuk menghasilkan Bioetanol secara
komersil karena harga yang terjangkau (Farissa, I. 2019).
Diketahui pembakaran bioethanol tidak menghasilkan gas-gas berbahaya
seperti yang dihasilkan pada pembakaran bahan bakar fosil. Tetapi, emisi pada
Karbon dioksiddanya (CO2) sangat tinggi. Namun, hal ini tidak menjadi masalah
serius karena CO2 dapat digunkakan kembali oleh tumbuhan untuk proses
fotosintesis. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa bioethanol dapat menjadi
bahan bakar alternatif yang ideal untuk pembakaran pada mesin.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun perumusan masalah dari praktikum pembuatan bioetanol ini adalah :
1) Bagaimana proses pembuatan bioetanol
2) Bagaimanakah keadaan yang optimal untuk memproduksi bioetanol
3) Bagaimana cara mempraktekan proses fermentasi dan destilasi dalam
pembuatan bioetanol
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum pembuatan bioetanol ini adalah :
1) Mengetahui dan memahami proses pembuatan bioetanol
2) Mengetahui dan menjelaskan keadaan yang optimal untuk memproduksi
bioetanol
3) Dapat mempraktekkan proses fermentasi dan destilasi dalam pembuatan
bioetanol.

1.4 Manfaat Praktikum


Manfaaat dari praktikum ini yaitu praktikan dapat mengetahui proses
pembuatan bioetanol, kemudian praktikan juga dapat mengetahui alat dan bahan yang
digunakan pada proses pembuatan bioetanol, serta praktikan dapat mempraktekkan
secara langsung proses fermentasi dan destilasi dalam pembuatan bioetanol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bioetanol adalah etanol yang dibuat dari biomassa yang mengandung
komponen pati atau selulosa, seperti singkong dan tetes tebu. Dalam dunia industri,
etanol umumnya digunakan sebagai bahan baku industri turunan alcohol, campuran
untuk minuman keras (seperti sake atau gin), serta bahan baku farmasi dan
kosmetika. Pada pembuatan bioetanol terdapat proses fermentasi. Fermentasi
merupakan suatu proses untuk mengubah molekul glukosa menjadi etanol atau lebih
dikenal sebagai bioetanol (alkohol) dengan menggunakan mikroorganisme ragi.
Proses fermentasi ini berlangsung beberapa hari tergantung dari banyaknya starter
kultur sel ragi yang digunakan. Semakin banyak jumlah starter, semakin cepat pula
proses fermentasi berlangsung. Konsentrasi bioetanol yang dihasilka dari proses
fermentasi ini berkisar antara 8- 10% v/v. Proses pembentukan bioetanol berlangsung
lebih cepat bila menggunakan molases. Molases ini merupakan bahan baku untuk
membuat gula tebu. Keuntungan penggunaan molases dalam memproduksi bioetanol
adalah memerlukan bak fermentasi yang lebih kecil. Fermentasi ini selain
menghasilkan etanol juga zat lain, termasuk di antaranya adalah air. Untuk
meningkatkan kualitas bioetanol harus dihilangkan zat yang tidak dikehendaki. Salah
satu ukuran kualitas bioetanol adalah kandungan airnya. Semakin rendah kadar
airnya, kualitas bioetanol itu semakin baik.(Hendrawati, dkk.,2016).
Tahapan pembuatan bioetanol setelah proses fermentasi adalah pemurnian.
Pada tahap ini proses yang dilakukan adalah proses distilasi dan dehidrasi. Distilasi
atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan
kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan
kembali kedalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap lebih dulu(Arlianti, L. 2018).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat


1. Waktu : Rabu, 25 November 2020 pukul 8.00 s/d 18.00 WIB.
2. Tempat : Rumah melalui ZOOM

3.2 Alat Dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Gelas beker 250 ml 1 buah
2. Erlenmeyer 100 ml 1 buah
3. Tabung sentrifugasi 2 buah
4. Pipet tetes 1 buah
5. Spatula 1 buah
6. Gelas ukur 10 ml 1 buah
7. Magnetik stirrer 1 buah
8. Termometer 1 buah
9. Saringan 1 buah
10. Autoklaf 1 buah
11. Blender 1 buah
12. Pisau 1 buah
13. Refraktometer 1 buah
3.2 2 Bahan
1. Singkong
2. Ampas tebu
3. Larutan H2SO4 0,5 N
4. Urea
5. Amonium sulfat (NH4)2SO4
6. Ragi
7. Aquadest

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Sterilisasi
1. Disiapkan alat-alat yang akan disterilisasikan
2. Dibungkus alat-alat tersebut dengan menggunakan kertas sampul coklat
3. Dipersiapkan autoklaf (hal yang harus diperhatikan : aquadest yang
berada didasar autoklaf tidak berlebihan dan tidak kurang, keran ditutup,
selang tidak terlipat, dan air dalam jerrycaen pada batas cukup)
4. Dimasukkan alat tersebut ke dalam rak-rak dan kemudian tutup autoklaf
5. Proses sterilisasi dimulai saat suhu 121˚C dan tekanan 15 psi. Umumnya
dibutuhkan waktu 15-20 menit.

3.3.2 Preparasi Sampel


1. Bahan baku berupa ubi kayu dikupas dan dipotong-potong menjadi
bagian kecil.
2. Timbang hingga 100 gram, kemudian dimasukkan ke dalam blender dan
ditambah 100 ml air.
3. Dihaluskan dengan menggunakan blender sampai menjadi bubur.
4. Saring dengan kain saring, didiamkan selama 15 menit sampai terbentuk
endapan.
5. Sampel yang telah diendapkan kemudian dihidrolisis dengan
ditambahkan larutan H2SO4 0,5N sebanyak 10 ml dan dipanaskan pada
suhu 100˚C selama 2,5 jam.
6. Dinginkan sampel hingga mencapai suhu ruangan.
7. Hasil hidrolisis disaring dengan kertas saring, sehingga didapatkan filtrat.

3.3.3 Proses Fermentasi


1. Diambil filtrat sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
2. Ditambahkan 3 gram ammonium sulfat dan 3 gram urea.
3. Larutan dipasteurisasi pada suhu 120˚C selama 15 menit.
4. Dinginkan larutan hingga mencapai suhu ruangan.
5. Ditambahkan starter (ragi kue) sebanyak 0,1 gram kedalamsampel.
6. Sampel diinkubasi selama 3-6 hari dengan suhu ruangan(27-30°C).

3.3.4 Pengujian kadar bioethanol


1. Dimasukkan sampel yang telah diinkubasi ke dalam tabung sentrifugasi
menggunakan pipet tetes.
2. Tabung sentrifugasi yang telah terisi sampel dimasukkan ke dalam alat
suntrifugasi.
3. filtrat sampel diteteskan ke atas prisma refraktometer secara merata.
4. Dihidupkan alat, dilihat dan diamati indeks bias melalui teropong.
5. Di ulangi sebanyak 3kali, kemudian dicatat data.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari percobaan pembuatan bioetanol yang telah dilakukan, dilakukan uji
sampel etanol standar untuk mengukur indeks biasnya, dan didapatkan data sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Hasil Pengujian data dari pengujian indeks bias pada etanol standar
NO Sampel Standar etanol % Indeks bias
1. 15 1.3324
2. 25 1.3331
3. 35 1.3340
4. 45 1.3342
5. 55 1.3363
6. 65 1.3370
7. 75 1.3376

Pada tabel 1, sampel standar diambil dengan mengencerkan etanol dengan


100 ml air, kemudian dilakukan pengujian indeks bias menggunakan refraktometer
sehingga didapatkan indeks bias untuk masing masing sampel standar etanol.Hasil
yang didapat dari penelitian ini menunjukkan nilai indeks bias sebanding dengan
konsentrasi larutan.
Pada proses fermentasi, yeast Sachcharomyces cereviceae akan mengurai
glukosa menjadi etanol. Sebelum digunakan,, ragi dibuatkan starter terlebih dahulu.
Hal ini bertujuan untuk menghasilkan lebih banyak ragi, dan memungkinkan proses
fermentasi akan berjalan dengan baik.Sari pati yang terdapat didalam singkong
maupun tebu dihidrolisis terlebih dahulu untuk menghasilkan gula yang lebih
sederhana (glukosa). Setelah terbentuk glukosa, yeast sacharomyces cereviceae akan
mengubahnya menjadi etanol. Etanol inilah yang nantinya menjadi produk utama dari
pembuatan bioetanol.
Hasil percobaan terhadap hasil fermentasi bioetanol singkong 100 gram,
ampas tebu 100gr, dan campuran keduanya dengan massa ragi 5gradalah sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Hasil pengolahan data pengujian indeks bias pada etanol hasil
fermentasi dari singkong setelah 96 jam
NO Sampel Massa Ragi Indeks bias % Alkohol
Singkong + ampas tebu
1. 5 gr 1.3340 25%
100 gr
2. Singkong 100 gr 5 gr 1.3330 12,5%
3. Ampas Tebu 100 gr 5 gr 1.3325 6,25%

Dari tabel diatas, didapati bahwa pengujian indeks bias setelah 96 jam pada
fermentasi dari sampel singkong, ampas tebu, dan campuran keduanya. di dapat
etanol dengan kadar alkohol 25% menggunakan campuran singkong dan ampas tebu
100gr, lalu menghasilkan kadar alkohol 12,5% menggunakan sampel singkong 100
gr, dan menghasilkan kadar alkohol 6,25% menggunakan ampas tebu 100gr.
Tabel 4.3 Hasil Pengujian data dari pengujian indeks bias pada air
N
Sampel Indeks bias
O
1. Air 1.3320

Pada tabel 3, hasil penelitian terhadap sampel yang didapat dari uji indeks bias
air adalah 1.3320.
Untuk mengetahui pengaruh bahan baku sampel terhadap kadar alkohol yang
dihasilkan, maka dapat diamati pada grafik berikut ini.
30
25
Kadar Alkohol (%)

20
15
10
5
0
Singkong + Ampas Singkong Ampas Tebu
Tebu
Berat Sampel (100 gr)

Gambar 1. Pengaruh singkong dan ampas tebu terhadap kadar alkohol


Dapat kita lihat berdasarkan Pada gambar 1 kadar alkohol tertinggi yang
dihasilkan adalah 25% pada sampel singkong dan ampas tebu dengan berat sampel
100 gram dan dengan massa ragi 5 gram, sementara sampel singkong 100 gram
menghasilkan kadar alkohol 12,5%, dan kadar alkohol terendah ditunjukkan oleh
sampel yang hanya berbahan ampas tebu dengan kadar 6,25%. Dari gambar 1 dapat
kita simpulkan bahwa perbedaan bahan yang digunakan menunjukkan perbedaan
terhadap kadar etanol yang dihasilkan.
Berdasarkan grafik pada gambar 1 dapat kita lihat kadar alkohol tertinggi
didapatkan pada kombinasi singkong dan ampas tebu, sedangkan ketika bahan yang
digunakan hanya singkong atau ampas tebu saja kadar alkohol yang didapatkan lebih
sedikit. Hal ini terjadi karena gula sederhana yang akan dipecah menjadi etanol pada
setiap bahan berbeda-beda, sehingga ketika kedua bahan dikombinasikan gula
sederhana akan terakumulasi jumlah nya sehingga kombinasi bahan akan
menghasilkan rendemen alkohol yang lebih banyak (Jhiro, dkk., 2016)
Dari hasil yang diperoleh, tentunya jumlah alkohol yang dihasilkan ditentukan
oleh beberapa faktor yang mempengaruhi proses fermentasi seperti ; pH, yang mana
proses pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh pH , pada saat pH dalam
keadaan yang tidak sesuai maka mikroba akan mati sehingga mempengaruhi kadar
dari alkohol yang dihasilkan. Faktor lain yang juga sangat berpengaruh adalah
temperatur,dimana pada keadaan (temperatur) tertentu mikroba akan mati dan
menghambat proses fermentasi dan hal penting lainnya ada pada nutrisi serta
makanan mikroba itu sendiri. Mikroba yang membantu proses fermentasi harus
ditambahkan nutrisi berupa Urea dan Amonium Sulfat.Kemudian faktor lain yang
berpegaruh adalah lama nya waktu fermentasi , umumnya waktu yang digunakan
untuk proses fermentasi adalah sekitar 1 sampai 6 hari. Tergantung dari jumlah
mikroba yang digunakan serta kondisi operasi dan konsentrasi substrat (Mushlihah,S.,
2015).
Dan hal pertama yang wajib dilakukan adalah sterelisasi alat, karna jika alat
yang digunakan tidak steril (bebas dari mikroba lain) maka hal itu juga akan
menghambat proses fermentasi atau menghambat proses pembentukan alkohol.
Setelah fermentasi selesai dalam larutan tersebut menggandung alkohol yang masih
bercampur dengan air dan hal lainnya maka perlu dilakukan proses pemisahan yaitu
proses distilasi,dimana pada proses ini zat dipisahkan berdasarkan perbedaan titik
didih, dimana pada saat mencapai titik didihnya ikatan antar rantai rantai pada etanol
akan putus dan terjadinya proses penguapan yang kemudian di ubah fase menjadi cair
pada saat melewati kondensor. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, diketahui
bahwa semakin tinggi indeks biasnya maka kadar alkohol nya akan semakin tinggi
juga (Jhiro dkk., 2016).
BAB V
KESIMPULAN

Dari praktikum pembuatan bioethanol ini,dapat diambil beberapa kesimpulan


sebagai berikut :
1. Kandungan pati yang terdapat didalam ubi kayu dan ampas tebu merupakan
bahan yang baik didalam memproduksi bioetanol dengan bantuan
mikroorganisme berupa ragi.
2. Kadar alkohol yang didapat pada sampel singkong + ampas tebu adalah 25%,
sementara pada sampel singkong adalah 12,5%, dan pada sampel tebu adalah
6,25%.
3. Sampel yang menghasilkan kadar alkohol terbaik adalah yang berbahan
singkong+ampas tebu yaitu sebanyak 25%.
4. Proses fermentasi sangat didukung oleh ketersediaan ragi dalam mengolah
bahan berupa glukosa menjadi etanol.
5. kadar alkohol yang dihasilkan dalam pembuatan bioethanol dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor diantaranya: konsentrasi ragi, lama waktu fermentasi, pH
medium, suhu, dan sterilisasi alat-alat.
DAFTAR PUSTAKA

Arlianti, L. 2018. Bioetanol Sebagai Sumber Green Energy Alternatif yang


Potensial Di Indonesia, Banten.
Farissa, I. 2019. 5 alasan bioethanol menjadi bahan bakar ideal pembakaran
pada mesin. Kompasiana. Jakarta.
Hendrawati,T. Y.,Anwar, I. R., dan Agung, S., 2018. Pemetaan bahan baku dan
analisis teknoekonomi bioetanol dari singkong (manihot utilissima) di
Indonesia, Jakarta
Jhiro, M. C., Molenaar, R., Dedie, T., Ireine, A.L.,2016. Produksi Bioetanol Dari
Singkong (Manihot Utilissima) Dengan Skala Laboratorium, Sulawesi Utara.
Mushlihah, S., 2015, Pengaruh fermentasi terhadap kadar bioetanol, Jawa Timur
Tarmuji, A., Asep, S., dan Evy, O. S., 2016.Pengamatan dan Uji Karbohidrat
Pada Percobaan Fermentasi Bahan Baku Bioetanol dari ubi kayu,
Lampung.
Wusnah.,Samsul, B., dan Dwi, H., 2016. Jurnal Teknologi Kimia Unimal 5:1hal 59,
Aceh
LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN

Tabel 1. Hasil Pengujian data dari pengujian indeks bias pada etanol standar
Sampel Standar etanol % Indeks bias ᶯalkohol−ᶯair
NO
(x) (n)alkohol (y)
1. 15 1.3324 4x10⁻⁴
2. 25 1.3331 11x10⁻⁴
3. 35 1.3340 2x10⁻³
4. 45 1.3342 22x10⁻⁴
5. 55 1.3363 43x10⁻⁴
6. 65 1.3370 5x10⁻³
7. 75 1.3376 56x10⁻⁴
Sampel standar diambil dengan mengencerkan etanol dengan 100 ml air
Tabel 2. Hasil pengolahan data pengujian indeks bias pada etanol hasil
fermentasi dari singkong setelah 96 jam
NO Sampel Massa Ragi Indeks bias
1. Singkong + ampas tebu 100 gr 5 gr 1.3340
2. Singkong 100 gr 5 gr 1.3330
3. Ampas Tebu 100 gr 5 gr 1.3325

Tabel 3. Hasil Pengujian data dari pengujian indeks bias pada air
N
Sampel Indeks bias
O
1. Air 1.3320
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN DATA

B.1 menghitung nilai N pada setiap etanol


B.1.1 Menghitung Nilai Normalitas (N) etanol standar.
1. Nilai N Pada Etanol 96%
ρ× % × 10
N1 =
Mr
0,7893× 96 ×10
=
46,07
757,728
=
46,07
=16,447

2. Pada Etanol 15%


ρ× % × 10
N2 =
Mr
0,7893× 15 ×10
=
46,07
118,395
=
46,07
=2,569

3. Pada Etanol 25%


ρ× % × 10
N3 =
Mr
0,7893× 25 ×10
=
46,07
197,325
=
46,07
=4,283

4. Pada Etanol 35%


ρ× % × 10
N4 =
Mr
0,7893× 35 ×10
=
46,07
276,255
=
46,07
=5,996

5. Pada Etanol 45%


ρ× % × 10
N5 =
Mr
0,7893× 45 ×10
=
46,07
355,185
=
46,07
=7,709

6. Pada Etanol 55%


ρ× % × 10
N6=
Mr
0,7893× 55 ×10
=
46,07
434,115
=
46,07
=9,442
7. Pada Etanol 65%
ρ× % × 10
N7=
Mr
0,7893× 65 ×10
=
46,07
513,045
=
46,07
=11,136
8. Pada Etanol 75%
ρ× % × 10
N8=
Mr
0,7893× 75 ×10
=
46,07
591,975
=
46,07
=12,849

B.1.2. Menghitung volume Pembuatan etanol standard

Rumus : N1×V1=N2×V2
1. Pada etanol 15%
N1×V1= N2×V2
N 2 ×V 2
V1=
N1
2,569× 100
V1=
16,447
V1= 15,619

2. Pada etanol 25%


N2×V2=N3×V3
N 3 ×V 3
V2=
N2
4,283 ×100
V2=
2,569
V2= 166,718

3. pada etanol 35%


N3×V3=N4×V4
N 4 ×V 4
V3=
N3
5,996× 100
V3=
4,283
V3= 139,995

4. Pada etanol 45%


N4×V4=N5×V5
N 5 ×V 5
V4=
N4
7,709× 100
V4=
5,996
V4=128,569

5. Pada etanol 55%


N5×V5=N6×V6
N 6×V 6
V5=
N5
9,442× 100
V5=
7,709
V5=122,480
6. Pada etanol 65%
N6×V6=N7×V7
N 7×V 7
V6=
N6
11,136× 100
V6=
9,442
V6=117,941
7. Pada etanol 75%
N7×V7=N8×V8
N 8×V 8
V7=
N7
12,849× 100
V7=
11,136
V7=115,382

B.2 Menghitung% Alkohol dari tiap-tiap sampel


B.2.1 Mencari Nilai Slope (m)
∆ y y 2− y 1 20× 10−4 −4 ×10− 4 16 ×10− 4
m= = = = =8 ×10−5
∆ x x 2−x 1 35−15 20

n sampel A−n air


B.2.2 Mencari Rumus % sampel = ×%
m

1. Untuk Sampel 100 gr Singkong + ampas tebu, indeks bias 1,3340


n sampel A−n air
% sampel = ×%
m
1,3340−1,3320
= −5
×%
8 ×10
0,0020
= ×%
0,00008
=25%

1. Untuk Sampel 100 gr Singkong, indeks bias 1,3330


n sampel A−n air
% sampel = ×%
m
1,3330−1,3320
= −5
×%
8 ×10
0,001
= ×%
0,00008
=12,5%
2. Untuk sampel 100 gr ampas tebu, indeks bias 1.3325
n sampel A−n air
% sampel = ×%
m
1,3325−1,3320
= ×%
8 ×10−5
0,0005
= ×%
0,00008
= 6,25%

Anda mungkin juga menyukai