Anda di halaman 1dari 17

1

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


LAPORAN RESMI
PENENTUAN JUMLAH SEL MIKROORGANISME

I. Tujuan
I.1 Metode Turbidimetri
Tujuan dari percobaan metode turbidimetri adalah untuk memonitor
pertumbuhan bakteri dalam media yang ditunjukkan dengan kekeruhan
media.
I.2 Metode Counting Chamber
Tujuan dari percobaan metode counting chamber adalah untuk
mempelajari cara menghitung jumlah sel mikroorganisme menggunakan
metode counting chamber.
II. Data Pengamatan
II.1 Metode Turbidimetri
Percobaan ini menggunakan bahan berupa biakan Escherichia coli dan
media berupa NB (Nutrient Broth) cair.
II.1.1 Tabel Data Percobaan
Tabel II.1 Hasil Pengamatan Metode Turbidimetri
Faktor Pengenceran %T Optical Density (OD)
1:1 32,8 0,484
1:2 54,4 0,2644
1:4 76,3 0,1175
1:8 86,9 0,061
1:16 89,7 0,0472

II.I.II Grafik Data Percobaan

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
2
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Gambar III.1 Grafik Hubungan antara %T dengan Faktor Pengenceran

II.2 Metode Counting Chamber


Percobaan ini menggunakan bahan berupa biakan fermipan dan aquades
steril.
II.2.3 Tabel Data Percobaan
Massa fermipan = 1 gram Total perbesaran mikroskop = 400 x
Tabel II.2 Hasil Pengamatan pada Pengenceran 10.000x

Kotak Jumlah Sel/


Run Total
A B C D E Kotak
1 6 5 3 5 4 23 4,6
2 6 2 3 3 6 20 4
3 5 4 5 6 4 24 6
JUMLAH 14,6

Jumlah sel fermipan rata-rata = 14,6/3


= 4,87 sel/kotak
Jumlah sel fermipan = 4,87 x (1/(1/25)) sel/mm2
= 121,75 sel/mm2
Jumlah sel fermipan =[121,75 sel/mm2 x (1/0,1mm)] sel/mm3
= 1217,5 sel/mm3
Jumlah sel fermipan pada = 1217,5 sel/mm3 x (1mm3/0,001ml)
pengenceran 10.000x = 1.217.500 sel/ml sampel
Tabel II.3 Hasil Pengamatan pada Pengenceran 100.000x

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
3
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik
Kotak Jumlah
Run Total
A B C D E Sel/Kotak
1 3 2 3 3 1 12 2,4
2 4 2 2 2 2 12 2,4
3 2 1 3 3 1 10 2
JUMLAH 6,8

Jumlah sel fermipan rata-rata = 6,8/3


= 2,267 sel/kotak
Jumlah sel fermipan = 2,267 x (1/(1/25)) sel/mm2
= 56,67 sel/mm2
Jumlah sel fermipan = [56,67 sel/mm2 x (1/0,1mm)]
sel/mm3
= 566,7 sel/mm3
= 566,7 sel/mm3 x (1 mm3/0,001 ml)
Jumlah sel fermipan pada pengenceran
100.000x = 566.667 sel/ml sampel
Tabel II.4 Hasil Pengamatan pada Pengenceran 1.000.000x

Kotak Jumlah
Run Total
A B C D E Sel/ Kotak
1 3 1 1 2 1 8 1,6
2 2 2 1 2 2 9 1,8
3 1 2 2 0 3 8 1,6
JUMLAH 5

Jumlah sel fermipan rata-rata = 5/3


= 1,67 sel/kotak
Jumlah sel fermipan = 1,67 x (1/(1/25)) sel/mm2
= 41,75 sel/mm2
Jumlah sel fermipan = [41,75 sel/mm2 x (1/0,1mm)]
sel/mm3
= 417,5 sel/mm3

= 417,5 sel/mm3 x (1 mm3/0,001 ml)


Jumlah sel fermipan pada
pengenceran 1.000.000x
= 417.500 sel/mlsampel

III. Pembahasan

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
4
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik
Pengukuran kuantitatif populasi mikroba seringkali amat diperlukan di dalam
berbagai macam penelaahan mikrobiologi. Pada hakikatnya ada dua macam
pengukuran dasar, yaitu penentuan jumlah sel dan penentuan massa sel.
Pengukuran jumlah sel biasanya dilakukan bagi organisme bersel tunggal,
misalnya bakteri, sedangkan penentuan massa sel dapat dilakukan tidak hanya
bagi organisme bersel tunggal tetapi juga bagi organisme berfilamen seperti
jamur. Ada berbagai cara untuk mengukur jumlah sel, antara lain dengan
hitungan cawan, hitungan mikroskopik langsung atau secara elektronis dengan
bantuan alat. Pada metode hitungan mikroskopik langsung, sampel ditaruh di
suatu ruang hitung, seperti hemasitometer, dan jumlah sel dapat ditentukan
langsung dengan bantuan mikroskop.
(Salmah, 2004, hal 7)
Metode langsung merupakan perhitungan yang menghitung jumlah total sel
(sel mati atau sel hidup) yang ada pada sampel. Keuntungan pada metode ini
adalah pelaksanaannya cepat dan tidak memerlukan banyak peralatan. Namun
mempunyai kelemahan yakni sel-sel mikroba yang telah mati tidak dapat
dibedakan dari sel yang masih hidup. Oleh karena itu keduanya ikut terhitung.
Dengan kata lain hasil yang diperoleh ialah jumlah total sel yang ada didalam
populasi. Contoh metode langsung antara lain: metode hitungan cawa (Total Plate
Count) dan metode Petroff-Hauser dengan bantuan alat hemasitometer.
Sedangkan metode tidak langsung dipakai untuk menentukan jumlah mikroba
keseluruhan baik yang hidup maupun yang mati atau hanya untuk menentukan
jumlah mikroba yang hidup saja tergantung pada cara yang dipergunakan.
Diantaranya berdasarkan jumlah koloni yaitu dengan membuat suatu pengenceran
bahan dengan kelipatan 10, metode MPN (Most Propable Number) dan
turbidimetri.
(www.biologiedukasi.com)
III.1 Metode Turbidimetri
Percobaan ini bertujuan untuk memonitor pertumbuhan bakteri dalam
media yang ditunjukkan dengan kekeruhan media. Turbidimetri adalah suatu
metode pengukuran pada sejumlah cahaya transmitans (dan perhitungan cahaya
yang diserap) oleh suatu partikel dalam suspensi untuk menjelaskan konsentrasi
substansi tersebut. Dengan sejumlah cahaya yang diserap maka konsentrasi

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
5
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik
bergantung pada jumlah partikel dan ukuran partikel. Turbiditas diukur dengan
absorbans atau sering kali disebut dengan Optical Density (OD) menggunakan
spektrofotometer atau fotometer. Absorbans merupakan intensitas cahaya yang
diabsorbsi oleh suatu suspensi, sedangkan OD dalam hal ini adalah jumlah
intensitas cahaya yang diserap hanya oleh suatu zat yang diinginkan (misalnya
bakteri) dalam suatu media (NB cair). Spektrofotometer adalah alat untuk
mengukur transmittan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang
gelombang.
(Underwood, 2002, hal 396)

Gambar III.2. Prinsip Kerja Spektrofotometer


Keterangan : C1 = contoh
A = sumber cahaya C2 = pelarut
B = monokromator D = detektor
C = sel absorpsi (tempat larutan) E = meter atau rekorder
Prinsip kerja alat spektrofotometer seperti yang terlihat pada bagan, suatu
sumber cahaya dipancarkan melalui monokromator (B). monokromator
menguraikan sinar yang masuk dari sumber cahaya tersebut menjadi pita pita
panjang gelombang yang diinginkan untuk pengukuran suatu zat tertentu. Dari
monokromator tadi cahaya/energy radiasi diteruskan dan diserap oleh suatu
larutan yang akan diperiksa didalam kuvet. Kemudian jumlah cahaya yang diserap
oleh larutan akan menghasilkan signal elektrik pada detector, yang mana sinyal
elektrik ini sebanding dengan cahaya yang diserap oleh larutan tersebut. Besarnya
signal elektrik yang dialirkan ke pencatat dapat dilihat sebagai angka. Cahaya
yang diserap oleh larutan disebut dengan absorbansi. Cahaya yang dapat melewati
sampel (tidak terserap) yang adalah cahaya monokromatik yang kemudian akan

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
6
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik
ditangkap oleh tabung tabung cahaya yang kemudian memberikan angka hasil
nilai %T pada spektrofotometer. Semakin tinggi nilai transmitannya , semakin
sedikit jumlah sel yang terdapat dalam sampel.
(Triyati, 1985, hal 42 )
Mikroorganisme yang digunakan dalam percobaan ini adalah biakan bakteri
Escherichia coli. Bakteri Escherichia coli adalah bakteri yang umum ditemukan
dalam saluran pencernaan manusia dan hewan sehingga biasa digunakan sebagai
indikator pencemaran.
(Pelczar, 1986, hal 169)
Langkah pertama yang dilakukan untuk metode ini adalah menyalakan alat
spektrofotometer kemudian mendiamkannya selama 15 menit agar alat
mencapai kesetimbangan thermal dan kondisinya stabil. Kemudian melakukan
kalibrasi dengan cara memasukkan kuvet berisi larutan blanko, yaitu NB cair ke
dalam spektrofotometer. Alasan digunakannya NB cair sebagai larutan blanko
karena media yang digunakan pada percobaan ini adalah NB cair. Selanjutnya
mengatur panjang gelombang sebesar 686 nm. Panjang gelombang 686 nm karena
media NB cair dapat mengabsorbsi cahaya dengan baik pada panjang gelombang
686 nm. Kemudian mengatur agar jarum meter menunjuk pada 100% T dan 0 A,
artinya intensitas cahaya diteruskan oleh larutan tanpa ada yang terabsorbsi.
Biakan bakteri tersebut merupakan suspensi yang akan menyerap cahaya.
Semakin banyak jumlah bakteri dalam biakan, intensitas cahaya yang diserap akan
semakin besar dan semakin sedikit intensitas cahaya yang diteruskan.
Spektofotometer akan mengukut %T yang ditruskan oleh suspensi bakteri.
(Underwood, 2002, hal 391)
Langkah selanjutnya adalah menyiapkan enam buah tabung reaksi. Lima
tabung reaksi diberi nama dengan menggunakan label 1:1, 1:2, 1:4, 1:8, dan 1:16
yang menunjukkan faktor pengenceran dari masing-masing suspensi bakteri pada
tabung. Kemudian, masing-masing diisi dengan larutan nutrient (NB cair)
sebanyak 4 ml kecuali pada tabung reaksi 1:1. Sebelumnya, mengambil 8 ml
suspensi bakteri bakteri Escherichia coli dengan menggunakan tabung reaksi.
Setelah itu, baru dilakukan proses pengenceran dengan memasukkan larutan yang
telah berisi suspensi bakteri sebanyak 4 ml ke tabung 1:1 dan 4 ml ke tabung 1:2

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
7
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik
lalu menggoyangkannya hingga bakteri merata meggunakan kedua tangan.
Selanjutnya, mengambil 4 ml suspensi bakteri dari tabung 1:2 dan
memasukkannnya kedalam tabung 1:4 lalu menggoyangkannya hingga merata.
Setelah itu, mengambil 4 ml suspensi bakteri dari tabung 1:4 dan memasukannya
ke dalam tabung 1:8 lalu menggoyangkannya hingga merata. Mengambil 4 ml
suspensi dari tabung 1:8 dan memasukannya ke dalam tabung 1:16 lalu
menggoyangkannya hingga merata. Pengenceran tersebut dilakukan untuk
menurunkan konsentrasi larutan yang berisi bakteri Escherichia coli, yang akan
dihitung %T dan Optical density-nya, selain itu agar kaidah hukum beer
(menyatakan hubungan absorbansi dan transmitansi) berlaku, karena hukum beer
berlaku pada konsentrasi yang rendah. Kemudian dihitung masing-masing nilai
transmittan dan absorban dari tabung 1:1, 1:2, 1:4, 1:8. dan 1:16 menggunakan
spektrofotometer. Setelah dilakukan proses pengenceran kemudian melakukan
pengukuran persen transmittan (%T) untuk kelima larutan nutrient tersebut.
Setelah didapatkan nilai % T dari masing-masing larutan kemudian menghitung
besarnya Optical Density (OD) dengan menggunakan hubungan OD = 2 Log %
T.
( Benson, 2001, hal 97)

Hubungan OD = 2 Log % Ts diperoleh dari persamaan sebagai berikut:


OD = Asampel - Ablangko
OD = log (1/Ts) log (1/Tb)
OD = - log Ts (- log Tb)
OD = log Tb log Ts
OD = log 100 log %Ts
OD = 2 log %Ts
Dimana :
Tb = transmitan blanko Ts = transimitan sampel
(Leboffe, 2010, hal 446)
Optical Density adalah jumlah cahaya yang dihamburkan dan diserap oleh
sel dalam suatu larutan. Semakin banyak mikroorganisme dalam suatu larutan
maka nilai absorbansi juga akan semakin besar, karena kekeruhan larutan juga
akan semakin tinggi. Oleh karena itu, nilai dari %T akan semakin kecil, karena
terdapat hubungan A = log (1/T) dengan nilai %T semakin kecil. Sesuai hubungan
OD = 2 Log % T maka nilai OD akan semakin besar, sehingga apabila dibuat

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
8
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik
plot grafik hubungan antara dilution dengan OD akan diperoleh grafik yang
memiliki gradien positif.
(Underwood, 2002, hal 394)
Dari persamaan diatas didapatkan nilai OD pada faktor pengenceran 1:1
sebesar 0,484. Pada faktor pengenceran 1:2 didapatkan OD sebesar 0,2644. Pada
faktor pengenceran 1:4 didapatkan OD sebesar 0,1175. Pada faktor pengenceran
1:8 didapatkan OD sebesar 0,061. Pada faktor pengenceran 1:16 didapatkan OD
sebesar 0,0472. Kemudian dibuat plot grafik hubungan antara pengenceran
dengan OD dan diperoleh grafik berikut ini :

Gambar III.3 Grafik Hubungan antara Optical Density vs Faktor Pengenceran

Metode turbidimetri mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya


metode turbidimetri antara lain :
1. Metode yang cukup sederhana dan cepat dalam mengikuti pertumbuhan
mikroorganisme.
2. Faktor human error dapat diminimalisir.
Sedangkan kekurangannya antara lain :
1. Keterbatasannya untuk menghitung jumlah sel mikroorganisme dalam
kultur yang sekaligus mengandung material selain mikroorganisme itu
sendiri.
2. Kultur yang akan diukur harus cukup padat agar mampu dilewati
instrumen turbiditas.
3. Tidak mungkin bisa mengukur dan menghitung bakteri yang tumbuh
secara kuantitatif.

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
9
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik
4. Tidak dapat mengenali sel-sel yang mati dan hidup yang ikut
berkontribusi dalam kekeruhan (turbidity).
Cara mengekspresikan pertumbuhan mikroorganisme dengan metode turbidimetri
ini adalah dengan optical density.
(Pelczar, 2007, hal 129)

Seperti yang terlihat diatas, dari grafik menunjukkan bahwa hasil percobaan
sesuai dengan literatur dimana semakin encer suatu larutan maka jumlah sel
mikroorganismenya semakin sedikit sehingga nilai OD juga akan menurun. Atau
dapat dikatakan bahwa pengenceran berbanding terbalik dengan konsentrasi, dan
konsentrasi berbanding terbalik dengan %T sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa pengenceran berbanding lurus dengan %T dan berbanding terbalik dengan
OD. Grafik hubungan antara optical density dan faktor pengenceran seharusnya
membentuk garis linear, yang menunjukkan bakwa kenaikan faktor pengenceran
dan penurunan optical density memiliki suatu nilai konstan pada setiap
perubahannya. Grafik tidak linear bisa disebabkan oleh kurang merata pada saat
pengadukan sehingga bakteri tidak tersebar merata pada suspensinya dan juga
pada metode ini semua sel hidup maupun mati akan menyerap intensitas cahaya
dan akan berpengaruh pada nilai %T. Hal ini menyebabkan kurang akuratnya %T
yang terbaca pada spektrofotometer.
(Underwood, 2002, hlm : 394)
III.2 Metode Counting Chamber
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari cara menghitung jumlah sel
mikroorganisme menggunakan metode counting chamber. Counting chamber
adalah instrumen presisi pengukuran yang terbuat dari kaca optik khusus.,
digunakan untuk menghitung sel atau partikel lain dalam suspensi di bawah
mikroskop. Counting chamber terutama digunakan untuk menghitung sel darah
(contoh leukosit, eritrosit, trombosit, dan lain lain) dan sel dalam cairan otak dan
sumsum tulang belakang. Selanjutnya, counting chamber juga digunakan untuk
menghitung bakteri, sperma, dan spora jamur. Pada metode counting chamber,
suspensi bakteri (sampel) ditempatkan pada suatu alat yang bernama

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
10
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik
hemacytometer, lalu diamati menggunakan mikroskop. Ketika jumlah bakteri telah
dihitung di beberapa area, maka jumlah rata-rata bakteri per area dapat diketahui.
(Marienfeld, 1922, hal 58)
Pada percobaan ini mikroskop yang digunakan adalah mikroskop
cahaya. Mikroskop cahaya mempunyai pembesaran maksimum 1000 kali.
Bagianbagian mikroskop cahaya antara lain:
1. Kaki mikroskop
Mikroskop cahaya memiliki kaki yang berat dan kokoh dengan
tujuan agar dapat berdiri dengan stabil.
2. Lensa obyektif
Lensa yang terletak di dekat obyek. Ciri penting lensa obyektif adalah
memperbesar bayangan obyek dan mempunyai nilai aperture. Nilai
aperture adalah ukuran daya pisah suatu lensa obyektif yang akan
menentukan daya pisak spesimen, sehingga mampu menunjukkan
struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah.
3. Lensa okuler
Merupakan lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung
yang berdekatan dengan mata pengamat. Lensa ini berfungsi untuk
memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif dan
perbesaran bayangan yang terbentuk berkisar 4-25 kali. Lensa ini bisa
berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler).
4. Kondensor
Berfungsi untuk mendukung terciptanya pencahayaan pada obyek yang
akan di fokus, sehingga bila pengaturannya tepat akan diperoleh daya
pisah masksimal. Jika daya pisah kurang maksimal dua benda akan
tampak menjadi satu. Perbesaran akan kurang bermanfaat jika daya pisah
mikroskop kurang baik.
5. Meja preparat
Tempat untuk meletakkan preparat
6. Lampu
Berfungsi sebagai sumber cahaya
(http://eprints.undip.ac.id/44461/3/BAB_II.pdf)

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
11
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik
Metode counting chamber mempunyai kelebihan dan kekurangan, kelebihan
metode ini antara lain:
1. Peralatan yang dibutuhkan sedikit
2. Merupakan metode yang cepat dan murah
Sedangkan kelemahannya antara lain:
1. Sel sel mikroba yang telah mati tidak dapat dibedakan dari sel hidup
karena itu keduanya terhitung.
2. Sel - sel yang berukuran kecil sukar dilihat dibawah mikroskop sehingga
kalau tidak teliti tidak terhitung.
3. Untuk mempertinggi ketelitian, jumlah sel didalam suspensi harus cukup
tinggi, minimal untuk bakteri 106 sel/ml. Hal ini disebabkan dalam setiap
bidang pandang yang diamati harus terdapat sejumlah sel yang dapat
dihitung.
4. Tidak dapat digunakan untuk menghitung sel mikroba didalam bahan
pangan yang banyak mengandung debris atau ekstrak makanan karena
hal tersebut akan mengganggu dalam perhitungan sel.
(http://eprints.ung.ac.id/3357/5/2013-1-48401-821310022-bab2-
30072013070923.pdf)
Hemasitometer adalah perangkat yang awalnya digunakan untuk
menghitung sel darah (seperti namanya). Sekarang digunakan untuk menghitung
sel-sel lain dan banyak jenis partikel mikroskopis. Hemasitometer terdiri dari slide
mikroskop kaca tebal dengan lekukan persegi panjang yang menciptakan ruang
dimensi tertentu. Ruang ini terukir dengan grid garis lurus. Semua hemasitometer
terdiri dari 2 ruang, masingmasing terbagi menjadi 9 kotak besar dengan dimensi
1 x 1 mm, penutup kaca terletak 0,1 mm diatas kotak sehingga total volume setiap
kotak adalah 1,0 mm2 x 0,1 mm atau 0,1 mm3. Di mana satu kotak besar sama
dengan 25 kotak kecil sehingga satu kotak besar tersebut memiliki volume sebesar
0.0001 ml. Adapun kotak yang A paling kecil berfungsi
B untuk mempermudah
perhitungan sel. Sebelum digunakan, pada salah satu chamber yang digunakan
ditentukan letak kotak A, B, C, D, dan E
C pada chamber tersebut. Penentuan letak
tersebut bebas, namun letak kotak tersebut harus sama terus dalam menentukan

E D

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
12
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik
jumlah sel selanjutnya. Penentuan letak kotak tersebut bisa dilihat pada gambar
dibawah ini:

Gambar III.4 Hemasitometer dan pembagian daerahnya

Gambar III.5 Hemasitometer


(http://bio.lonza.com/uploads/tx_mwaxmarketingmaterial/Lonza_ManualsProduct
Instructions_Cell_Counting_and_Determination_of_Viability_Via_Hemocytomet
er.pdf)
Deck glass digunakan untuk menutup bagian atas hemasitometer yang
memiliki ketebalan 0,1 mm. Hemasitometer diletakkan diatas spesimen pentas
(tempat objek) dan digunakan untuk menghitung jumlah suspensi sel.

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
13
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik
Dalam melakukan percobaan dengan metode ini, langkah pertama yang
dilakukan adalah mengambil fermipan sebanyak 1 gram dan mengencerkannya
dengan 10 ml aquades. Kemudian menyiapkan enam buah tabung reaksi dan
masing-masing diisi aquades steril sebanyak 9 ml serta memberi nama pada
masing-masing tabung dengan 10x, 100x, 1000x, 10.000x, 100.000x dan
1.000.000x yang menunjukkan faktor pengenceran pada tiap tabung reaksi.
Selanjutnya, mengambil 1 ml larutan fermipan dan memasukkannya pada tabung
reaksi 10x kemudian menggoyangkannya hingga homogen. Kemudian mengambil
kembali 1 ml larutan dari tabung 10x dan memasukkannya kedalam tabung 100x
lalu menggoyangkannya hingga homogen dan begitu seterusnya hingga tabung
yang 1.000.000x. Pada percobaan ini, variabel pengenceran yang nantinya diamati
adalah variabel 10.000x, 100.000x, dan 1.000.000x. Hal ini dilakukan karena
untuk mempermudah perhitungan bakteri karena jumlah sel bakteri dalam
suspensi menjadi lebih sedikit. Banyaknya populasi bakteri akan menyebabkan
kurang teliti dan sulit dalam melakukan perhitungan
Langkah selanjutnya, sterilisasi alat hitung atau hemasitometer dengan
menggunakan alcohol 70% agar mikroorganisme yang tidak diinginkan mati.
Pengunaan alcohol 70% karena konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi paling
efektif untuk memecah protein yanh ada dalam mikroorganisme. Setelah
melakukan sterilisasi alat langkah selanjutnya adalah meneteskan suspensi dari
tabung 10.000x pada counting chamber atau hemasitometer kemudian
menutupnya dengan deck glass. Dengan bantuan mikroskop , menghitung jumlah
mikroorganisme yang terdapat pada kotak A, B, C, D dan E. Langkah tersebut
diulangi hingga tiga kali kemudian diambil rata-ratanya. Selanjutnya menghitung
jumlah sel untuk pengenceran 100.000x dan 1.000.000x. Ketika suatu cairan
sampel dalam hal ini suspensi bakteri yang mengandung sel-sel tak bergerak
diletakkan pada hemasitometer, kemudian ditutup dengan menggunkan deck glass
makan akan terjadi capillary action yang menyebabkan seluruh permukaan
hemsitometer terisi oleh sel bakteri dari sampel, sehingga tidak ada tempat yang
kosong. Dengan melihat chamber melalui mikroskop, jumlah sel dapat ditentukan
dengan menghitungnya. Jenis sel yang berbeda-beda dapat dihitung sepanjang sel

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
14
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik
tersebut dapat dibedakan secara visual. Jumlah sel pada chamber digunakan untuk
menghitung konsentrasi dari sel pada campuran dimana sel tersebut diambil.
( Sri Sumarsih, 2008, hal 8 )

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan jumlah sel mikroorganisme


pada pengenceran 10.000x sebanyak 1,2175 x 106 sel / mL sampel, pada
pengenceran 100.000x sebanyak 5,66667 x 105 sel / mL sampel, sedangkan pada
pengenceran 1.000.000x sebanyak 4,175 x 105 sel / mL sampel. Dari hasil
tersebut didapatkan hubungan antara faktor pengenceran dan jumlah sel seperti
yang ditunjukkan grafik dibawah ini :

Gambar III.6 Grafik Hubungan antara Faktor Pengenceran dengan Jumlah sel

Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin pekat suspensi


mikroorganisme maka akan semakin banyak jumlah sel yang terkandung
didalamnya. Begitu pula sebaliknya, semakin encer suspensi mikroorganisme,
semakin sedikit jumlah sel yang terkandung didalamnya. Hal ini sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa semakin encer suspensi maka akan semakin
sedikit jumlah sel mikroorganisme yang terkandung didalam suspensi tersebut.
Untuk mendapatkan jumlah sel bakteri pada pengenceran 1:1 (kondisi
awal), dilakukan perhitungan dengan cara jumlah sel dikalikan dengan faktor
pengenceran. Pada pengenceran 10.000x didapatkan jumlah sel saat kondisi awal
sebesar 1,2175 x 1010 sel/mL. Pada pengenceran 100.000x didapatkan jumlah sel
saat kondisi awal sebesar 5,66667 x 1010 sel/mL. Sedangkan pada pengenceran

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
15
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik
1.000.000x didapatkan jumlah sel saat kondisi awal sebesar 4,175 x 1011 sel/mL.
Seharusnya jumlah sel saat kondisi awal pada setiap pengenceran mempunyai
hasil yang sama, karena berasal dari satu suspensi bakteri yang sama. Hasil
tersebut berbeda dikarenakan kurang teliti pada saat pembacaan dalam mikroskop,
larutan kurang homogen sehingga sel bakteri tidak tersebar merata, pembacaan
spektrofotometer yang kurang akurat. Perkiraan jumlah sel saat kondisi awal
sebesar 16,2114 x 1010 sel/mL. Hasil ini didapatkan dari rata-rata jumlah sel saat
kondisi awal pada masing-masing pengenceran.

IV. Jawaban Pertanyaan


1. Apakah hubungan antara OD dengan jumlah sel pada culture saudara?

Optical Density (OD) berbanding lurus dengan nilai absorbansi (A). Tetapi
absorbansi dan optical density mempunyai pengertian yang berbeda. Absorbans
merupakan intensitas cahaya yang diabsorbsi oleh suatu suspensi, sedangkan
OD dalam hal ini adalah jumlah intensitas cahaya yang diserap hanya oleh
suatu zat yang diinginkan (misalnya bakteri) dalam suatu media (NB cair).

1
OD A log( ) log(100 T ) 2 log T
T
Sehingga, semakin tinggi nilai absorbansi (A) maka jumlah sel mikroorganisme
dalam suatu larutan akan semakin tinggi. Dengan semakin tingginya nilai
absorbansi (A), nilai dari %T akan semakin kecil, hal ini disebabkan karena
absorbansi dan %T berbanding terbalik. Hal ini ditunjukkan oleh hubungan A =
log (1/T).
(Benson, 2001, hal 97)
2. Apakah diperlukan untuk membuat suatu hubungan antara perhitungan jumlah
sel antara metode I (turbidimetri) dengan metode II (counting chamber) ?

Ya, karena agar data yang diperoleh dari metode turbidimetri dapat dinyatakan
sebagai konsentrasi mikroorganisme. Sehingga diperlukan suatu kurva standar
yang menyatakan hubungan antara kekeruhan suspensi bakteri dengan jumlah
mikroorganisme per volume biakan. Tetapi pada percobaan kali ini hal itu tidak
bisa dilakukan dikarenakan dua percobaan ini memiliki organisme yang
berbeda.

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
16
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik
V. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pertumbuhan bakteri pada media berbanding lurus dengan kekruhannya.
Semakin keruh suatu suspense, jumlah bakteri akan semakin banyak dan
sebaliknya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai OD (Optical Density) yang
semakin naik seiring dengan naiknya konsentrasi suspense.
2. Jumlah sel mikroorganisme dapat ditentukan dengan metode counting
chamber dengan menggunakan alat hemasitometer. Pada percobaan kali ini
didapatkan rata-rata jumlah sel 16,2114 x 1010 sel/mL.

Daftar Pustaka
Benson, Harold J. 2001. Microbiological Application. Boston : Mc Graw Hill.
30072013070923.pdf
Day, R.A dan Underwood. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta
: Erlangga.
Pelczar, J. Michael dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta :
UI Press.
Salmah. 2004. Analisa Pertumbuhan Mikroba Pada Fermentasi. Universitas
Sumatra Utara.
Sri Sumarsih, 2008. Diktat Kuliah Mikrobiologi: Pertumbuhan dan Penghitungan
Jumlah Mikroba. Yogyakarta : Universitas UPN Veteran Yogyakarta.
Tortora, Gerald. 2010. Microbiology An Introduction. San Fransisco : Pearson.
Triyati, Salmah. 1985. Spektrofotometer Ultra Violet dan Sinar Tampak serta
Aplikasinya dalam Oseanologi. Jakarta : LIPI.
http://bio.lonza.com/uploads/tx_mwaxmarketingmaterial/Lonza_ManualsProductI
nstructions_Cell_Counting_and_Determination_of_Viability_Via_Hemocyt
ometer.pdf, diakses pada tanggal 29 maret 2016 pukul 21:00 WIB
http://eprints.ung.ac.id/3357/5/2013-1-48401-821310022-bab2-30072013070923.
pdf diakses pada tanggal 30 maret 2016 pada pukul 19:45 WIB
http://eprints.undip.ac.id/44461/3/BAB_II.pdf, diakses pada tanggal 5 Maret 2016
pada pukul 05.00 WIB

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
17
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik
http://teaching.shu.ac.uk/hwb/chemistry/tutorials/molspec/beers1.htm, diakses
pada tanggal 29 maret 2016 pukul 19.00 WIB
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/MIKROSKOP.pdf, diakses pada
tanggal 29 maret 2016 pukul 19:15 WIB
http://www.marienfeld-superior.com/index.php/manuals.html?
file=tl_files/Infomaterial/Anleitungen%20und%20Anwendung/Z
%C3%A4hlkammern/2010-Marienfeld-info-counting-chamber.pdf diakses
pada tanggal 29 maret 2016 pukul 21:15 WIB

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Anda mungkin juga menyukai