Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PROYEK SAINS DAN TUMBUHAN (BI22014)

AKTIVITAS ENZIM -AMILASE DAN KARAKTERISTIK


PIGMEN PADA TANAMAN BAYAM HIJAU, BAYAM MERAH,
WORTEL, BUNGA Trimezia steyermarkii, dan Bunga
Bougainvillea spectabilis
Tanggal Praktikum : 2 Maret 2016
Tanggal Pengumpulan : 9 Maret 2016
disusun oleh :
Agnia Vibriani
10614067
Kelompok 1
Asisten
Yenyen Fatmalasari
10613032

PROGRAM STUDI BIOLOGI


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah melakukan metabolisme.
Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang terjadi dalam makhluk hidup
dengan tujuan kelangsungan hidup dari sel, seperti fotosintesis dan respirasi.
Reaksi kimia tersebut memerlukan energi aktivasi yang tinggi untuk dapat
berjalan. Agar energi aktivasi yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi, maka
dibutuhkanlah enzim. Enzim bekerja dengan menurunkan energi aktivasi
suatu reaksi, sehingga reaksi dapat berjalan lebih cepat. Dalam makhluk
hidup, enzim dibutuhkan dalam banyak hal, seperti dalam sistem pencernaan,
proses respirasi, proses fotosintesis, dll (Reece, 2012).
Bunga adalah organ reproduksi tanaman. Bunga memiliki warna yang
berbagai macam, seperti merah, ungu, kuning, biru, dll. Warna warna yang
dapat kita lihat dalam bunga dan daun dikarenakan adanya pigmen tertentu
pada

tanaman

memantulkannya

tersebut.
kembali

Pigmen
dengan

tersebut

menyerap

gelombang

cahaya

tertentu,

dan

sehingga

menghasilkan warna yang dapat kita lihat berbeda beda. Daun berwarna
hijau karena daun memiliki pigmen klorofil yang dapat memantulkan cahaya
tampak dengan warna hijau. Pigmen pada tanaman dapat dimanfaatkan
sebagai pewarna alami makanan yang aman, seperti warna hijau pada pandan
dan warna kuning pada kunyit (Davies, 2004).
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah :
1. Menentukan pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim amilase.
2. Menetukan presentase pati yang terurai oleh enzim amilase dengan
metode Bernfeld.
3. Menentukan nilai absorbansi maksimum setiap ekstrak.
4. Menentukan karakteristik pigmen secara kualitatif dengan metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

5. Menentukan nilai Rf pigmen tumbuhan dengan metode Kromatografi


Lapis Tipis (KLT).
1.3 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada praktikum kali ini adalah :
1. Suhu yang terlalu tinggi atau rendah dapat menyebabkan enzim
terdenaturasi, dan enzim amilase optimal pada suhu 300C - 350C
(Dutta, 2006).
2. Nilai absorbansi maksimum pada klorofil b berada pada panjang
gelombang 475 nm, betasianin pada daun bayam merah berada pada
panjang gelombang 536 nm, pigmen pada bunga ungu adalah 380 nm
450 nm, dan pada pigmen bunga kuning adalah 570 nm 590 nm
(Taiz dan Zeiger, 2002).
3. Terdapat dua titk noda pada hasil KLT pigmen pada wortel, dan
terdapat satu titik noda pada hasil KLT pigmen pada daun bayam hijau.
4. Nilai Rf untuk xantofil adalah 0,17 0,34, karoten adalah 0,91 0,98 ;
dan klorofil b adalah 0,30 0,57 (Heriyanto dan Limantara, 2006).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Enzim
Enzim merupakan susunan dari beberapa protein. Enzim berperan sebagai
biokatalisator. Jika enzim tidak ada, maka reaksi akan berjalan sangat lambat
dan tidak akan terjadi pada kondisi normal, yaitu pada temperatur dan
tekanan normal makhluk hidup. Terdapat dua mekanisme cara enzim
meningkatkan laju reaksi, yaitu tanpa terkonsumsinya enzim tersebut atau

berubah secara permanen akibat reaksi, dan kedua meningkatkan laju tanpa
merubah chemical equilibrium antara reaktan dan produk (Cooper, 2000).
Substrat akan berikatan dengan sisi aktif enzim dalam bekerja. Substar
berikatan dengan enzim dengan ikatan nonkovalen. Mekanisme pengikatan
substrat terhadap sisi aktif enzim terdapat dua teori, yaitu lock an key dan
induced fit. Teori lock and key menjelaskan bahwa substrat memiliki bentuk
yang sangat spesifik dan pas dengan sisi aktif enzim. Teori induced fit
menjelaskan bahwa sisi aktif enzim akan mengikuti bentuk dari substrat.
Aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, pH, suhu, aktivator
dan inhibitor, konsentrasi substrat, dan konsentrasi enzim. Faktor lingkungan
sangat menentukan kerja dari enzim, karena enzim hanya dapat bekerja
optimal pada lingkungan (pH dan suhu) yang sesuai yang berbeda-beda dan
tergantung jenis enzim nya (Cooper, 2000).
2.2 Enzim Amilase
Enzim amilase adalah salah satu enzim pencernaan. Enzim ini dapat
memutus ikatan glikosidik pada molekul pati. Enzim amilase memiliki
beberapa jenis, yaitu enzim -Amilase, -Amilase, dan -Amilase. Pada
praktikum kali ini enzim yang digunakan adalah enzim -Amilase. Enzim Amilase memiliki nama kimiawi endo-1,4--D-glukan glukohidrolase, EC
3.2.1.1. Kata endo pada nama kimiawi menunjukkan enzim ini dikategorikan
dalam endoenzim yang berarti pemotongan pati dilakukan secara acak dari
dalam. Enzim ini memotong pati pada ikatan 1,4--D-Glikosisdik antara
monomer glukosa pada rantai linier amilosa (Pandey, 2000).
Protein yang menyusun enzim ini, terdiri dari tiga domain, yaitu domain
A, B, dan C. Domain A merupakan domain terbesar berbentuk seperti super
struktur barrel dan berwarna merah pada gambar 2.1. Domain B (kuning pada
gambar 2.1) berada diantara domain A dan C, dan berikatan dengan domain A
dengan ikatan disulfida. Domain C berwarna biru pada gambar 2.1 dan
berbentuk lembaran beta yang terhubung dengan domain A karena adanya
rantai polipeptida sederhana. Enzim -Amilase memiliki ion kalisum (bola
biru pada gambar 2.1) dan klorida (bola kuning pada gambar 2.1) yang
berperan sebagai stabilisator dan aktivator alosterik (Souza, 2010).

Gambar 2.1 Struktur

Enzim -Amilasi (Souza,

2010)

2.3 Uji Kualitatif


Amilase

Keberadaan Enzim
menggunakan Reagen

I2KI
Pada praktikum ini, uji kualitatif keberadaan enzim amilase ditentukan
dengan pengaruh suhu lingkungan dan diuji dengan reagen I2KI. Tiga tabung
reaksi masing masing berisi larutan pati, larutan enzim amilase, dan buffer
fosfat. Ketiga tabung reaksi tersebut diinkubasi pada suhu yang berbeda, yaitu
pada 50C, suhu ruang, dan 450C. Keberadaan enzim amilase dapat ditentukan
dengan reagen I2KI. Reagen I2KI akan berikatan dengan amilum dan warna
larutan akan berubah menjadi biru kehitaman. Enzim amilase bekerja dengan
memecah amilum menjadi maltosa. Sehingga, apabila warna larutan berwarna
biru kehitaman maka amilum belum terhidrolisis menjadi maltosa, dan
menandakan enzim amilase tidak bekerja. Jika warna larutan menjadi coklat
kekuningan, maka amilum sudah tidak terdapat pada larutan dan sudah
menjadi maltosa, berarti enzim amilase bekerja dengan optimal (Sarah, 2014).
2.4 Uji Kuantitatif Enzim Amilase menggunakan Metode Bernfeld
Metode Bernfeld adalah menghitung jumlah maltosa yang terurai dari
hidrolisa amilum atau pati. Pada percobaan ini, penambahan HCl dilakukan
agar memberhentikan reaksi dari enzim. Pengujian dilakukan dengan
membedakan penambahan HCl pada tabung reaksi. Terdapat tabung reaksi
yang ditambahkan HCl sebelum penambahan larutan pati (tabung reaksi 1)
dan tabung reaksi yang ditambahkan HCl setelah penambahan pati serta
inkubasi 15 menit (Tabung reaksi 2). Pada tabung reaksi yang ditambahkan
HCl sebelum penambahan pati, maka enzim amilase tidak akan bekerja,
sehingga tidak terbentuk maltosa hasil hidrolisa amilum. Selanjutnya,

konsentrasi maltosa dihitung dengan cara mengurangi nilai absorbansi pada


tabung reaksi 2 dengan tabung reaksi 1 (Bernfeld, 1955).
2.5 Jenis Jenis Pigmen pada Tumbuhan
Pigmen pada tumbuhan adalah penyebab mengapa tumbuhan memiliki
berbagai macam warna. Molekul pigmen pada tumbuhan akan mengabsorpsi
cahaya dan memantulkannya dengan panjang gelombang tertentu, sehingga
dapat menghasilkan warna warna yang indah. Pigmen memiliki bentuk
yang bermacam macam dan kebanyakan memiliki struktur yang kompleks
serta berukuran besar. Pigmen pada tanaman dapat dikelompokkan seperti
sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kelompok Pigmen pada Tanaman (Davies, 2004)

Pigmen yang paling banyak terdapat pada tanaman adalah klorofil, yang
berfungsi juga dalam proses fotosintesis. Karotenoid adalah pigmen tanaman
yang menghasilkan warna warna yang cerah pada bunga dan buah.
Karotenoid termasuk dalam kelompok pigmen terpenoid dan terdapat pada
semua tanaman fotosintetik serta beberapa bakteri fotosintetik, seperti

Erwinia dan Rhodobacter. Kelompok pigmen selanjutnya adalah flavonoid,


contohnya adalah antosianin, yang menghasilkan warna ungu pada beberapa
tanaman. Betalain adalah kelompok pigmen yang mengandung nitrogen dan
hanya dimiliki oleh famili dari bangsa Caryophyllales dan beberapa jamur
(Davies, 2004).
2.6 Kromatografi Lapis Tipis dan Perhitungan Rf
Kromatografi adalah cara pemisahan substansi campuran menjadi
komponen-komponenya. Prinsip pemisahan ini adalah berdasarkan pada
perbedaan migrasi dan distribusi senyawa atau ion-ion tersebut didalam dua
fasa yang berbeda. Zat terlarut didalam suatu fasa gerak mengalir pada suatu
fasa diam. Zat terlarut yang memiliki afinitas terhadap fasa gerak yang lebih
besar akan tertahan lebih lama pada fasa gerak, sedangkan zat terlarut yang
afinitasnya terhadap fasa gerak lebih kecil akan tertahan lebih lama pada fasa
diam. Dengan demikian senyawa senyawa dapat dipisahkan komponen
demi komponen akibat migrasi di dalam fasa gerak dan fasa diam (Arista,
2010). Pada percobaan ini fasa gerak yang digunakan adalah heksan : etil
asetat (7:3) dan fasa diam yang digunakan adalah plat silika gel. Apabila
eluen yang digunakan bersifat polar, maka semakin jauh jarak noda maka
semakin polar senyawa tersebut, dan juga berlaku untuk eluen nonpolar. Nilai
Rf dihitung dengan membagi jarak noda dengan jarak eluen.

BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini terdapat dalam Tabel 3.1 :
Tabel 3.1 Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum aktivitas enzim -amilase dan
karakteristik pigmen pada tanaman bayam hijau, bayam merah, wortel, bunga Trimezia
steyermarkii, dan Bunga Bougainvillea spectabilis

Alat
Blender
Magnetic stirrer
Alat Sentrifuga
Tabung reaksi
Waterbath
Plat tetes
Alat spektrofotometer
Mortar + pestel
Rak tabung reaksi

Bahan
Biji kacang hijau dan kedelai
Akuades
Larutan HCl 0,1 M
Larutan NaCl 0,1 M
Larutan PVP 1%
Larutan buffer fosfat pH 5,6
Larutan pati
Larutan I2KI
Larutan sodium fosfat nuffer

Pipet tetes
Corong gelas
Bejana KLT
Mikropipet

0,05M pH 7,00
Larutan HCl 1 N
Bayam hijau dan merah
Wortel
Bunga Trimezia steyermarkii
Bunga Bougainvillea
spectabilis
Alkohol 96%
Kapas
Aseton
Dietil eter : H2O (1:1)
Heksan : etil asetat (7:3)
Plat silika gel
Tips

3.2 Cara Kerja


3.2.1

Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim Amilase (Uji


Kualitatif)
Ekstraksi Enzim -Amilase
Biji kacang hijau dan kacang kedelai direndam
dalam air selama 24 jam dan kulit bijinya dihilangkan.
Enzim

diekstraksi

dengan

cara

menggerus

biji

menggunakan 0,1 M HCl yang mengandung 0,1 M NaCl


dan 1% PVP dengan rasio 1:10. kemudian, ekstrak diaduk

dengan magnetic stirrer selama 2 jam dilanjutkan dengan


sentrifugasi pada kecepatan 12.000 rpm selama 15 menit,

lalu diambil supernatannya.


Uji Aktivitas Enzim terhadap Perbedaan Suhu
Tiga buah tabung reaksi diisi dengan larutan enzim
sebanyak 0,5 - 2 ml. Tabung reaksi pertama dimasukkan
dalam waterbath

dengan suhu 450C. Tabung kedua

dimasukkan dalam es dan tabung ketiga diinkubasi pada


suhu ruang. Selanjutnya, pada tiga tabung reaksi yang
berbeda dengan sebelumnya, diisikan larutan pati 2 - 5 ml
dan larutan buffer fosfat pH 6,5 sebanyak 2 - 5 ml.
Kemudian diinkubasi pada suhu yang berbeda seperti tiga
tabung reaksi yang berisi enzim. Jika keenam tabung sudah
memiliki suhu yang sama sesuai dengan suhu inkubasi,
maka dicampurkan larutan enzim dan larutan pati, kocok
hingga homogen. Selanjutnya, larutan tersebut diuji diatas
plat tetes dan diberi larutan I2KI.
3.2.2

Uji Aktivitas Enzim - Amilase dengan Metode Bernfeld


Ekstrak enzim yang digunakan berasal dari kecambah biji
kacang hijau dan kedelai. Disiapkan 5 tabung reaksi. Pada tabung
reaksi 1 dan 4 masing - masing dimasukkan dengan 0,5 ml larutan
enzim amilase yang berasal dari kacang hijau dan kacang kedelai,
lalu pada kedua tabung dimasukkan 1 ml larutan pati dan 0,5 ml
larutan sodium buffer fosfat pH 7,0. Kemudian, diinkubasi 15
menit pada suhu ruang dan tepat 15 menit ditambahkan 3,5 ml 1 N
HCl. Pada tabung reaksi 2 dan 3 masing - masing dimasukkan
dengan 0,5 ml larutan enzim amilase yang berasal dari kacang
hijau dan kacang kedelai, lalu dimasukkan 3,5 ml 1 N HCl, 1 ml
larutan pati, dan ,5 ml larutan sodium buffer fosfat pH 7,0 secara
berurutan. Pada tabung reaksi ke-5 larutan pati diganti dengan
akuades dan bertujuan sebagai blanko. Selanjutnya, dilakukan

deteksi pati dengan menambahkan 0,5 ml larutan I 2KI dan


absorbansi
3.2.3

sampel

diukur

dengan

menggunakan

panjang

gelombang 580 nm.


Karakterisasi Pigmen dalam Daun Bayam dan Bunga dengan
Spektofotometer
Daun bayam

hijau,

merah

serta

bunga

Trimezia

steyermarkii dan Bougainvillea spectabilis masing - masing


ditimbang sejumlah 1 gram. Masing - masing bahan digerus
dengan mortar dan gerusan direndam dalam 5 ml alkohol 96%
selama 30 menit. Kemudian, ditambahkan alkohol hingga
mencapai 10 ml dan disaring ekstrak dengan corong gelas ke dalam
tabung reaksi, sehingga didapat ekstrak alkohol daun dan bunga.
Lalu, diukur aborbansi masing - masing ekstrak pada panjang
gelombang 400 - 700 nm dengan UV/VIS spektrofotometer.

3.2.4

Karakterisasi Pigmen dalam Daun Bayam dan Wortel dengan


Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Sebanyak 3 gram wortel dan 1 gram daun bayam masing masing digerus dengan mortar, dan direndam dalam 10 ml aseton
selama 30 menit. Rendaman ekstrak disaring dengan menggunakan
corong gelas ke tabung reaksi sehingga didapat ekstrak aseton
wortel dan daun bayam. Ekstrak dipartisi dengan menambahkan
dietil eter : H2O (1:1) sebanyak 5 ml. Kemudian, ditotolkan ekstrak
sebanyak 10 l pada plat silika gel. Plat KLT tersebut dicelupkan
pada bejana yang sudah berisi eluen heksan : etil asetat (7:3). Tutup
bejana tersebut dan biarkan eluen merambat hingga 1 cm dari
tepi atas. Angkat dan keluarkan plat KLT dari bejana, dan dihitung
nilai Rf nya untuk masing - masing pigmen.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Aktivitas Enzim Amilase
4.1.1 Uji Kualitatif pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim
Amilase

Suhu
50C

Suhu

Suhu

Gambar 4.1 Hasil Uji Kualitatif pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim
Amilase (Dokumentasi Pribadi, 2016)

Pada percobaan ini didapatkan semua larutan berubah


warnanya menjadi biru kehitaman pada ketiga suhu yang berbeda.
Hal ini disebabkan oleh terdenaturasinya enzim yang digunakan
saat proses ekstraksi dilakukan, sehingga enzim tidak dapat bekerja
sama sekali pada ketiga suhu yang berbeda tersebut. Reagen I2KI
tetap berikatan dengan amilum, sehingga warna berubah menjadi
biru kehitaman, dan tidak ditemukan maltosa hasil hidrolisis pati /
amilum. Suhu merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi
kerja enzim. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan enzim

terdenaturasi, sehingga enzim tidak lagi memiliki sisi aktif dan


tidak dapat berikatan dengan substrat, sedangkan suhu yang rendah
menyebaban enzim dalam kondisi inaktif atau terdenaturasi jika
suhu terlalu rendah. Suhu optimal bagi enzim amilase berada di
kisaran 300C 350C (Dutta, 2006).

Gambar 4.2 Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Relatif Enzim Amilase (Dutta,
2006).

4.1.2

Uji Aktivitas Enzim Amilase secara Kuantitatif


Berikut adalah data nilai absorbansi dari larutan pati dan enzim
yang diuji
Tabel 4.1 Data nilai absorbansi larutan pati dan enzim yang diuji

Nomor
Tabung
1
2
3
4
5

Ekstrak Enzim

Absorbans
i (A)

X-Y = Z

% Pati yang
terurai
( 100*Z/X)

Kacang Hijau
Y1 = -0,300
0,892
150,6%
Kacang Hijau
X1 = 0,592
Kacang Kedelai
Y2 = 0,256
0,399
60,91%
Kacang Kedelai
X2 = 0,655
Blanko
0
Presentase pati yang terurai menggunakan enzim amilase
yang diekstrak dari kacang hijau adalah 150,6%. Nilai ini adalah
nilai yang tidak mungkin. Terdapat beberapa faktor penyebab, yaitu
adalah terdapatnya zat pengotor saat melakukan pengukuran
absorbansi, sehingga didapatkan nilai Y1 -0,300, selain itu enzim

yang diekstrak dari kacang hijau telah mengalami denaturasi saat


proses ekstraksi, sehingga nilai yang didapat mengalami bias dan
error. Presentase pati yang terurai menggunakan enzim amilase
yang diekstrak dari kacang kedelai adalah 60,91%, dan
menunjukkan enzim amilase bekerja secara optimal.
4.2 Karakterisasi Pigmen Tanaman
4.2.1 Karakterisasi Pigmen dalam Daun bayam dan Bunga dengan
Spektrofotometer
Grafik Nilai Absorbansi Pigmen Tanaman
3
Bayam Hijau
Nilai Absorbansi
Bunga Kuning

2.5
2

Bayam Merah

Bunga Ungu

1.5
1
0.5
0
350400450500550600650700750
Panjang Gelombang (nm)

Grafik 4.1 Grafik nilai absorbansi pigmen pada panjang gelombang tertentu

Pigmen pada bayam hijau memiliki nilai absorbansi maksimum pada


panjang gelombang 475 nm. Pigmen pada daun bayam hijau adalah
klorofil b dan memiliki nilai absorbansi maksimum pada panjang
gelombang 475 nm (Taiz dan Zeiger, 2002). Pigmen pada bayam merah
memiliki nilai absorbansi maksimum pada gelombang 425 nm dan 450
nm. Pigmen pada daun bayam merah adalah betasianin, sehingga
memberikan warna merah pada daun bayam. Betasianin memiliki nilai
absorbansi maksimum pada panjang gelombang 536 nm (Yuliza, 2012).

Pigmen pada bunga ungu memiliki nilai absorbansi maksimum pada


panjang gelombang 400 nm. Cahaya tampak warna ungu berada pada
panjang gelombang 380 nm - 450 nm. Panjang gelombang nilai
absorbansi maksimum hasil percobaan pada pigmen bunga ungu berada
dalam kisaran panjang gelombang cahaya tampak warna ungu. Pigmen
pada bunga kuning memiliki nilai absorbansi maksimum pada panjang
gelombang 450 nm. Cahaya tampak warna kuning berada pada panjang
gelombang 570 nm 590 nm nm (Taiz dan Zeiger, 2002). Perbedaan
panjang gelombang nilai absorbansi maksimum adalah dikarenakan
terdapatnya zat pengotor pada sampel dan penggerusan serta pelarutan
yang kurang maksimal, sehingga pigmen tidak dapat terekstrak secara
sempurna.
4.2.2 Karakterisasi Pigmen dalam Jaringan Tumbuhan dengan
Kromatografi Lapis Tipis

Gambar 4.3 Hasil Kromatografi Lapis Tipis Pigmen Tanaman (Dokumentasi Pribadi,
2016)

Keterangan Gambar : 1 = Pigmen pada wortel


2 = Pigmen pada daun bayam
Nilai Rf garis 1 (wortel) yang didapat adalah =
1. Noda Pertama
2. Noda Kedua
Jarak noda = 4,9 cm
Jarak noda = 1,2 cm
Jarak eluen = 4,9 cm
Jarak eluen = 4,9 cm
Nilai Rf : 4,9/4,9 = 1
Nilai Rf : 1,2/4,9 = 0,24
Nilai Rf garis 2 (daun bayam hijau) yang didapat adalah =

Jarak noda = 1,2 cm


Jarak eluen = 5 cm
Nilai Rf : 1,2/5 = 0,24
Fase gerak yang digunakan dalam percobaan ini adalah heksan : etil
asetat (7:3) yang memiliki sifat nonpolar, sehingga semakin jauh jarak
noda maka senyawa tersebut semakin nonpolar. Terbentuknya dua spot
pada daerah pigmen wortel, menunjukkan wortel memiliki dua pigmen,
yaitu xantofil dan karoten. Menurut literatur nilai Rf xantofil adalah 0,17
0,34 dan nilai Rf karoten adalah 0,91- 0,98 (Heriyanto dan Limantara,
2006). Nilai Rf yang didapat untuk pigmen pada wortel adala 1 dan 0,24,
sehingga dapat ditentukan bahwa noda pertama adalah pigmen karoten
dan noda kedua adalah pigmen xantofil, karena rentang kedua nilai Rf
berada tidak jauh atau berada dalam rentang nilai Rf pigmen sesuai
literatur. Pada pigmen daun bayam hijau didapat nilai Rf adalah 0,24.
Nilai Rf klorofil b adalah 0,30 0,57 (Heriyanto dan Limantara, 2006).
Maka dapat ditentukan bahwa pigmen pada daun bayam hijau adalah
klorofil b, karena memiliki nilai Rf yang tidak jauh dengan klorofil b.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum modul ini adalah :
1. Suhu

yang

terlalu

tinggi

atau

rendah

menyebabkan

enzim

terdenaturasi dan suhu optimal bagi enzim amilase adalah 30 0C


350C.
2. Presentase pati yang terurai oleh enzim amilase yang diekstrak dari
kacang hijau adalah 150,6%, dan yang terurai oleh enzim amilase
yang diekstrak dari kacang kedelai adalah 60,91%.
3. Nilai absorbansi maksimum pigmen pada daun bayam hijau terdapat
pada panjang gelombang 475 nm, daun bayam merah pada 425 nm
dan 450 nm, bunga ungu pada 400 nm, dan bunga kuning pada 450
nm.
4. Pigmen pada wortel terdiri dari karoten dan xantofil, serta pigmen
pada daun bayam hijau adalah klorofil.
5. Nilai Rf yang didapat pada praktikum ini untuk xantofil adalah 0,24,
karoten adalah 1, dan klorofil b adalah 0,24.
5.2 Saran
Saran untuk praktium ini adalah enzim yang akan digunakan sebaiknya di
uji terlebih dahulu aktivitasnya.

DAFTAR PUSTAKA
Arista, Indri. 2010. Analisis Sildenafial Sitrat pada Obat Tradisional Gali-Gali
dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis. Sumatera Utara : Universitas
Sumatera Utara

Bernfeld, P. 1955. Methods in Enzymology. New York : Acad Press, Inc.


Cooper, Geoffrey M. 2000. The Cell, A Molecular Approach 2nd Edition. Boston :
Sinauer Associates.
Dutta, Tapan Kr., Malabendu, Jana., Priti. R Pahari., dan Tanmay Bhattacharya.
2006. The Effect of Temperature, pH, and Salt on Amylase in
Heliodiaptomus viduus (Gurney) (Crustacea : Copepoda : Calanoida).
Turk J Zool. 30 : 187 195.
Heriyanto dan L. Limantara. 2006. Komposisi dan Kandungan Pigmen Utama
Tumbuhan Taliputri Cuscuta australis R.Br. dan Cassytha filiformis
L .Makara, Sains., 10 (2): 69-75.
Pandey, A., Nigam, P., Soccol, C R., Soccol, V T., Singh, D., dan Mohan, R.
Review : Advances in Microbial Amylases. Biotechnol. Appl. Biochem.
31 : 135-132.
Reece, J.B., Tayor, R.M., Simn, E.J. dan Dickey, J.L. 2012. Campbell Biology
Concepts and Connection 7th edition. San Fransisco : Pearson.
Sarah. 2014. The Effect of Temperature, pH, and Enzyme Concentration on
Amylase. Tersedia di http://www.odinity.com/effects-temperature-phenzyme-concentration-amylase/. Diakses pada Minggu, 06 Maret 2016,
pukul 18.51.
Souza, P M de., dan Magalhaes, P. de O. 2010. Application of Microbial AlphaAmylase in Industry. Brazilian Journal of Microbiology. 41: 850-861.
Taiz, Lincoln dan Zeiger, Eduardo. 2002. Plant Physiology (3rd edition).
Sunderland Massachusetts : Sinauer Associates, Inc. Publishers.
Yuliza, Fitri Yoni. 2012. Identifikasi Betasianin Dan Uji Antioksidan Dari Ekstrak
Daun Bayam Merah (Amaranthus Tricolor L) Serta Aplikasinya Sebagai
Zat Warna. Padang : Universitas Andalas.

LAMPIRAN

Data nilai absorbansi pigmen pada daun bayam merah dan hijau serta bunga
Trimezia steyermarkii dan bunga Bougainvillea spectabilis pada panjang
gelombang 400 nm 700 nm.
Ekstra
400

425

450

475

500

1,3

1,7

1,6

1,9

0,68

Hijau
Bayam

4
1,8

3
2,5

0
2,5

8
1,8

2
0,82

Merah
Bunga

3
1,6

0
1,6

0
1,3

4
1,3

3
0,82

Ungu
Bunga

4
1,4

2
1,7

8
1,9

8
1,0

4
0,22

Kuning

k
Bayam

Absorbasni pada (nm)


525
550
575
600
0,39
0,74
8
0,95

625

0,17

0,26

0,39

0,68

1
0,10

7
0,54
3
0,06

650

675

1,61

1,09

0,26

0,26
6
0,46
5
0,04

2
0,03

0,112 0,116

0,2

0,57

0,47

0,38

4
0,47

9
0,05

1
0,04

6
0,05

1
0,05

0,12
4
0
6
1
2
1
3
1
1
Keterangan tabel = kotak hijau menandakan nilai absorbansi maksimum.

700
0,13
7
0,13
0,24

Anda mungkin juga menyukai