Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI

“PREPARAT SQUASH UJUNG AKAR BAWANG MERAH”

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Djukri, M.S

Disusun Oleh:
MAULIDIYANI FUADATI
17708251029

PRODI PENDIDIKAN SAINS


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
A. TUJUAN
1. Tujuan kegiatan
Menyiapkan preparat pembelahan sel tumbuhan
2. Kompetensi Dasar
a. Terampil membuat preparat pembelahan sel tumbuhan
b. Membedakan fase-fase pembelahan sel mitosis

B. DASAR TEORI
Tumbuhan mengalami pembelahan sel secara tidak langsung yang disebut
juga dengan mitosis. Mitosis adalah pembelahan duplikasi dimana sel
memproduksi dirinya sendiri dengan jumlah kromosom sel induk. Mitosis
mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui pembelahan inti dari sel
somatis secara berturut turut. Peristiwa ini terjadi bersama-sama dengan
pembelahan sitoplasma dan bahan-bahan di luar inti sel dan memiliki peran penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan hampir semua organisme. Mitosis
merupakan pembelahan sel yang mana sel anakannya memiliki sifat yang sama
dengan induk selnya. Tahapan dalam pembelahan mitosis ialah profase, metafase,
anafase, dan telofase.
Untuk melihat proses mitosis pada tumbuhan seperti pada akar bawang
dapat menggunakan preparat squash. Preparat squash merupakan preparat yang
dibuat dengan cara memejet sebuah objek diatas gelas objek atau kaca preparat
dengan menggunakan karet pensil. Fase mitosis pada bawang merah terlihat jelas
sehingga menjadikan bawang merah sebagai bahan yang ideal dalam pengamatan
mitosis. Bawang merah juga memiliki kemudahan dalam pembuatan preparatnya.
Pengamatan yang dilakukan ialah teknik squash pada ujung akar bawang merah
(Imaniar, dkk., 2014).
Proses pertumbuhan tumbuhan berada pada ujung akar dan apeks batang
pada bagian meristem. Proses pembelahan sel dimulai dengan pembelahan intinya
dan selanjutnya terjadi pembelahan sel. Pembelahan sel secara mitosis pembelahan
inti selnya telah didahului dengan terjadinya beberapa perubahan yang sangat
pentingyaitu terbentuknya kromosom dalam inti sel selama berlangsungnya proses
pembelahan tersebutMenurut Suryo (2001) fase pada mitosis terdiri dari interfase,
profase, metafase, anafase, dan telofase.
a. Interfase
Interfase atau stadium istirahat dalam siklus sel termasuk fase yang
berlangsung lama karena pada tahap ini berlangsung fungsi metabolisme dan
pembentukan dan sintesis DNA. Maka sebenarnya kurang tepat juga jika
dikatan bahwa interfase merupakan fase istirahat, karena sebenarnya pada fase
ini sel bekerja dengan sangat berat sebelum berlanjut pada fase selanjutnya.
b. Profase
Fase ini disebut juga tingkat pemulaan. Semula inti terlihat keruh
selanjutnya tampak butir–butir kromatin membentuk benang-benang yang
susunannya tidak karuan, semakin lama semakin tebal dan terlihat rangkap.
Pada akhir profase benang-benang itu terputus-putus menjadi benda-benda
yang berbentuk batang yang dinamakan kromosom. Tiap kromosom terdiri atas
dua benang kromonemata yang terpintal sebagai spiral dengan suatu sarung
yang disebut matriks. Pada kromosom terdapat penebalan yang kaya
nukleotida disebut kromomer. Jarak antara kromomer satu dengan yang lain
adalah khas untuk masing-masing kromosom. Diduga bahwa kromomer adalah
pembawa gen (sifat-sifat keturunan).
Pada tiap kromosom terdapat suatu lekukan yang membagi kromosom
menjadi dua bagian yang sama dan yang tidak, disebut sentomer (kinetokor)
ini dianggap sebagai tempat pegangan benang-benang spindle. Bagian di kiri
dan kanan sentromer disebut “lengan” kromosom. Selain itu terdapat lekukan
lain yang disebut lekukan sekunder. Pada salah satu ujung lengan kromosom
terdapat bangunan tambahan bertangkai disebut trabant atau satelit. Pada akhir
profase kromonema membelah membujur sehingga terdiri dari dua belahan
membujur yang disebut kromatida.
Selama pembentukan kromosom, di dalam plasma pada kedua kutub yang
berlawanan dari inti terbentuk benda-benda berbentuk cawan yang disebut
tudung kutub. Dari kedua tudung kutub ini keluar benang-benang yang
menghubungkan kedua tudung kutub tersebut. Benang-benang tadi kemudian
memgang kromosom dan mendorong kromosom ketengah-tengah inti
sehingga terbentuk gambaran seperti tong yang terdiri atas benang-benang
dengan kromosom ditengah-tengah.
c. Metafase
Fase ini kromosom menempatkan diri pada sebuah bidang yang
dinamakan bidang equarorial. Bentuk kromosom tidak lurus, tetapi sedikit
bengkok. Jika dilihat dari atas kromosom itu tersusun sedemikian rupa
sehingga seakan-akan merupakan bintang. Fase ini disebut juga tingkat bintang
(aster stadium). Pada metafase kromosom dalam keadaan dalam keadaan
paling pendek.
d. Anafase
Fase ini kromatida yang ada di bidang equatorial ditarik ke arah kedua
kutub. Dalam gerakan ini diduga bahwa benang-benang yang menghubungkan
dari kutub satu ke kutub lain merupakan penunjang, sedangkan benang yang
memegang kromatida sebagai penariknya. Dari susunan satu bintang menjadi
susunan dua bintang (diaster stadium). Kromatida itu menjadi kromosom
anakan yang segera membelah membujur menjadi dua kromatida. Pada akhir
anafase kedua kromonemata saling berjauhan, sehingga kelihatan lebih jelas.
Menjelang selesainya anafase, matriks, matriks lenyap. Sepasang
kromonemata yang menjadi bebas tersebut, di dalam telofase kehilangan
lingkaran – lingkaran spiralnya yang beraturan dan akhirnya merupakan
susunan benang-benang yang dikenal sebagai rangka inti pada interfase.
e. Telofase
Setelah sampai pada kedua kutub, kromosom tadi kemudian mengumpul
lagi menjadi benang-benang yang tidak beraturan dan membentuk dua inti
baru. Sementara itu benang-benang spindle yang hampir memenuhi seluruh sel
menebal pada bidang equatorial dan penebalan itu bersentuhan satu sama lain,
sehingga dengan demikian secara serentak dan sekaligus (simultan) terbentuk
dinding pemisah yang membagi sel induk menjadi sua sel anakan. Pembelahan
mitosis diikuti dengan pembelahan plasma. Mitosis tergantung pada
temperatur, memerlukan waktu satu jam atau lebih.
Tiap sel anakan mempunyai jumlah kromosom yang sama dengan
induknya. Karena pembelahan kromosom membujur, maka substansi
kromosom anakan sama satu dengan lainnya. Sifat-sifatnya pun sama pula
dengan induknya. Jumlah kromosom dinyatakan dengan 2n (merupakan
bilangan genap, karena n menyatakan bilangan bulat). Ini terdapat pada sel-sel
tubuh (somatis). Harga 2n biasanya 12-40, tetapi ada yang sampai 400.
Oleh pengaruh zat-zat kimia, misalnya kolkisin, akan terjadi pembelahan
kromosom yang tidak diikuti oleh pembelahan inti, maka akan terjadi keadaan
poliploidi (jumlah kromosom dalm satu inti lebih dari dua sel). Peristiwanya
disebut endomitosis (endomitose). Fase-fase pada mitosis dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1 Fase-fase pada tahap mitosis

Pada sel-sel tertentu tumbuhan maupun hewan yang berkembang biak


secara generatif, karena ada perkawinan dari dua skelamin dan persatuan dari kedua
intinya, pembelahan intinya menyimpang dari mitosis. Kedua sel kelamin yang
mengadakan perkawinan tersebut mempunyai jumlah kromosom yang sama yaitu
stel atau n. Pada perkawinan itu kromosom tidak bersatu, sehingga inti zygot (hasil
perkawinan antara sel kelamin jantan dan betina) mempunyai 2n kromosom. Sel
kelamin tersebut bersifat haploid, sedangkan zygot bersifat diploid. Seluruh
kromosom di dalam sel-sel kelamin tersebut disebut genom, jadi di dalam sel
diploid terdapat 2 genom. Dari masing-masing genom terdapat kromosom yang
berpasangan, yang mempunyai bentuk besar dan jumlah gen yang sama.
Kromosom-kromosom semacam itu disebut homolog. Adanya pembelahan sel
dengan pengurangan jumlah kromosom merupakan hal yang sangat penting, karena
bila tidak demikian akan terjadi pelipat gandaan jumlah kromosom. Pembelahan
meiosis juga melalui fase-fase sebagai berikut:
1. Tingkatan I
a. Profase, Pada fase ini masih dibagi dalam tingkatan-tingkatan yang lebih
kecil yaitu:
 Leptonema (leptoten): pada inti kelihatan benang-benang halus.
 Zygonema (zygoten): mulai kelihatan membengtuk kromosom kembar.
 Pachynema (pachyten): mulai kelihatan hanya ½ jumlah kromosom.
 Diplonema (diploten): kromosom membelah membujur, terjadi empat
kromatida, saling berjatuhan, tetapi pada titik tertentu biasanya masih ada
hubungan yang disebut chiasma. Adanya ini menyebabkan peristiwa
crossing over.
 Diakinese: kromosom tampak lenih tebal dan tersebar disepanjang tepi
inti.
b. Metafase, dinding inti dan nucleoli lenyap, terbentuk benang spindle.
Kromosom bergerak ke bidang equatorial dengan sentromer ke arah kutub.
c. Anafase, tiap belahan kromosom bergerak kearah kutub.
d. Telofase, terbentuk dua inti yang haploid dengan reduksi jumlah kromosom.
2. Tingkatan istirahat, atau disebut interkinase.
3. Tingkatan II, Berlangsung seperti mitosis, tetapi disini pada sel-sel
haploid. Bidang equatorial umumnya tegak lurus terhadap equatorial yang
lama. Karena akhirnya menjadi empat sel, makan pembelahan ini disebut
juga pembelahan tetrade.
C. METODE PRAKTIKUM
1. Jenis Kegiatan : Eksperimen
2. Obyek Pengamatan : Ujung akar bawang merah
3. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Kompor listrik/lampu bunsen
2) Batang gelas
3) Kaca penutup
4) Botol kecil beserta penutupnya atau plastik bekas tempat film
b. Bahan
1) Ujung akar bawang merah (± 3 mm dari ujung akar)
2) Larutan AAG (Asam Asetat Glasial) 40%
3) Alkohol 70%
4) HCl pekat
5) Pewarna asetokarmin/asetoorsein
6) Gliserin
4. Prosedur Kerja
a. Menyiapkan ujung akar tanaman bawang merah dan dibersihkan,
kemudian memotong ± 3 mm dari ujung.
b. Memfiksasi bahan dengan larutan AAG 40% selama 15 menit, kemudian
memindahkan ke dalam alkohol 70%.
c. Menghidrolisis bahan dengan HCl (campuran 5 cc HCl pekat ditambah 5
cc aquades).
d. Memanaskan bahan pada temperatur 60oC selama 30 detik.
e. Mewarnai bahan dengan asetokarmin/asetoorsein.
f. Mengambil bahan dan meletakkan di atas gelas objek, kemudian menekan
dengan jarum preparat gepeng.
g. Menetesi dengan gliserin preparat yang telah disquash dan menutup
dengan kaca penutup.
h. Mengamati preparat di bawah mikroskop.
i. Hasil: preparat semi permanen
D. TABEL DATA HASIL PENGAMATAN
Gambar Keterangan
 Fase yang berada pada
lingkaran merupakan fase
anafase
 Perbesaran 10 x 10
 Fase yang berada pada
lingkaran merupakan fase
telofase
 Perbesaran 10 x 10

E. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk membuat preparat pembelahan sel
tumbuhan dan dapat membedakan fase-fase pembelahan sel mitosis. Percobaan ini
menggunakan tanaman bawang merah (Allium cepa) karena bawang merupakan
salah satu tanaman yang sangat mudah diamati tahapan mitosisnya, bisa langsung
diamati dengan bantuan mikroskop dan tahapan pembelahan selnya dapat terlihat
jelas. Bagian yang akan diamati adalah ujung akar karena pada ujung akar
merupakan bagian meristem yang masih berkembang dengan baik sehingga masih
mudah untuk diamati.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan akar bawang
merah. Agar akar yang digunakan bagus maka caranya adalah dengan cara menusuk
bawang merah dengan lidi lalu bagian bawah (tempat tumbuhnya akar) dicelupkan
kedalam air (agar mudah menggunakan botol) selama sampai akar keluar. Air yang
digunakan bisa air biasa tanpa harus dicampur dengan unsur nutrisi tanaman. Lalu
akar dibersihkan kemudian dipotong kurang lebih 3 mm dari ujung akar. Akar yang
sudah dipotong tidak boleh digunakan kembali. Bila ingin digunakan kembali maka
harus dicelupkan ke dalam air sampai akar tumbuh memanjang.
Potongan-potongan akar bawang merah kemudian difiksasi dengan
larutan alcohol absolute dan asam asetat glacial (AAG) dengan perbandingan 3: 1.
Fiksasi ini dimaksudkan agar kondisi fisiologis potongan akar bawang merah stabil
untuk jangka waktu tertentu sama dengan kondisi saat dipotong. Hal ini
dimaksudkan supaya potongan akar bersih dari bahan fiksatif. Pencucian
menggunakan air dikarenakan bahan fiksatif yaitu alkohol absolut dan asam asetat
glacial (AAG) larut dalam air Kemudian dihidrolisis dengan HCl 1 N dan
dipanaskan pada dalam air selama 30 detik pada suhu 60oC agar sel menjadi lunak.
HCl kemudian dibuang dan ditambahkan warna asetokarmin agar sel-sel ketika
diamati tidak transparan selama kurang lebih 15 menit.
Acetocarmin adalah salah satu pewarna yang sering digunakan karena
mudah didapat dan penyerapan warna yang lebih cepat. Fungsinya adalah untuk
memberi pigmen warna pada kromosom dan sel-sel akar bawang agar mudah untuk
diamati. Lalu akar (1 buah) diambil dan diletakkan pada batang gelas kemudian
ditutup dengan kaca penutup dan ditekan agar akan hancur, hal ini bertujuan untuk
agar sel-selnya terlihat dibawah miskroskop.
Hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh preparat squash bawang
merah dengan tahapan pembelahan meliputi anafase dan telofase. Tahap profase
tidak begitu nampak jelas dikarenakan sulit untuk membedakan antara sel yang satu
dengan sel yang lain sebab jarak antar sel sangat dekat. Fase anafase terlihat dengan
spindel memendek, kinetokor memisah. Kromatid diterik ke kutub berlawanan.
Dan fase telofase ditunjukkan dengan kromosom tiba di kutub spindel yang telah
ditarik berlawanan.
Kelebihan dari metode squash ini yaitu dapat melihat tahap pembelahan
mitosis pada tumbuhan dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, tetapi
dibalik kelebihan terdapat pula kekurangan menggunakan metode squash yaitu alat
serta bahan yang kurang lengkap sehingga tidak dapat membuat preparat secara
maksimal.
F. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan squash ujung akar bawang merah adalah
sebagai berikut ini:
1. Melalui pembuatan preparat squash, fase-fase pembelahan sel mitosis pada
akar bawang merah dapat diketahui. Hal ini dikarenakan oleh inti sel yang
terlihat keruh. Dari hasil pengamatan terlihat butir-butir kromatin
membentuk benang-benang yang susunannya tidak beraturan.
2. Fase-fase pembelahan sel secara mitosis meliputi interfase, profase,
metafase, anafase, dan telofase.

G. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2010). Fase mitosis akar bawang (Alium cepa). Retrieved from
http://biologi.unnes.ac.id/web_bio/?tf=news&aksi=lihat&id=35
Anonim. (2011). Pembelahan sel. Retrieved from
http://www.budisma.web.id/wpcontent/uploads/2011/08/BAB-4-
PEMBELAHAN-SEL.pdf
Campbell, N.A., Reece J.B., Michael L.,C., 2008. Biologi jilid 1 edisi kelima.
Erlangga: Jakarta.
Djukri dan Heru Nurcahyo. (2017). Petunjuk Praktikum Biologi Lanjut.
Yogyakarta: Program Pascasarjana UNY.
Imaniar, E.F. dan Pharmawati, M., 2014, Kerusakan Kromosom Bawang Merah
(Allium cepa) Akibat Perendaman dengan Etidium Bromida, Jurnal
Simbiosis, 2 (2) : 173-183.

Anda mungkin juga menyukai