METODE PITFALL
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Disusun oleh :
Binazir Tuza Qiyah Ma’rufah (170341615065)
Febby Ey Dwi Cahyani (170341615016)
Furzania Mumtaza (170341615056)
Karimatun Nisa’ (170341615002)
Karin Anindita W.P. (170341615097)
Mia Agustina (170341615034)
Septi Rika Widyasari (170341615114)
Yustica Arisna Ariyanty (170341615041)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan sebagai salah bentuk ekosistem memiliki karakteristik habitat yang
berbeda untuk spesies tertentu. Hutan Kondang merak yang terletak di Malang selatan
menjadi salah satu perwakilan ekosistem hutan hujan dataran rendah yang ada di
Pulau Jawa. Kawasan ini memiliki sedikitnya 6 ekosistem, yaitu hutan bambu, hutan
pantai, hutan mangrove, hutan alam, hutan tanaman dan padang rumput. Serangga
sebagai salah satu fauna yang ada, merupakan aspek yang menarik untuk dikaji lebih
lanjut.
Semut merupakan jenis serangga yang memiliki populasi cukup stabil
sepanjang musim dan tahun. Jumlahnya yang banyak dan stabil membuat semut
menjadi salah satu koloni serangga yang penting di ekosistem. Semut memiliki
jumlah yang berlimpah, memiliki fungsi yang penting, memiliki interaksi yang
komplek dengan ekosistem yang ditempatinya, dan seringkali semut digunakan
sebagai bio-indikator dalam program penilaian lingkungan, seperti kebakaran hutan,
gangguan terhadap vegetasi, penebangan hutan, pertambangan, pembuangan limbah,
dan faktor penggunaan lahan (Wang et al.,2000).Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi tentang kelimpahan dan keragaman antropodha epifauna di
ekosistem Hutan Kondang Merak, serta menghitung indeks keanekaragaman,
kekayaan dan kemerataan.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang didapatkan, tujuan dari penelitian ini adalah urtuk
mengetahui :
1.2.1 Kelimpahan antropodha epifauna pada ekosistem Hutan Kondang Merak
1.2.2 Indeks keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan antropodha epifauna pada
ekosistem Hutan Kondang Merak
1.3 Manfaat
Berdasarkan tujuan, manfaat yang didapat sebagai berikut :
1.3.1 Bagi peneliti dapat mengetahui kelimpahan antropodha epifauna pada
ekosistem Hutan Kondang Merak
1.3.2 Memberikan informasi tentang indeks keanekaragaman, kemerataan, dan
kekayaan antropodha epifauna pada ekosistem Hutan Kondang Merak
1.4 Definisi Operasional
1. Hutan pantai yang dimaksud pada penelitian adalah hutan yang di pesisir pantai
Hutan Kondang merak
2. Hutan dataran rendah yang dimaksud pada penelitiana dalahhutan yang tumbuh di
daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 - 1200 m di Hutan Kondang Merak
3. Indeks keankeragaman yang dimaksud pada penelitian adalah nilai yang
diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus :
H’ = - ∑ Pi In Pi
4. Indeks kemerataan yang dimaksud pada penelitian adalah nilai yang diperoleh
dari perhitungan dengan menggunakan rumus
5. Indeks kekayaan yang dimaksud pada penelitian adalah nilai yang diperoleh dari
perhitungan dengan menggunakan rumus :
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pitfall
2.2 Makrofauna
BAB III
METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dilaksanakan pada hari Jumat-Minggu tanggal 29-
31 Maret 2019 di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang. Pemasangan set pitfall
trap dilaksanakan pada hari Jumat, 29 Maret 2019 dan pengambilan dilaksanakan pada
hari Minggu, 31 Maret 2019.
3.3 Prosedur
Pemasangan
Menggali tanah dengan cetok sedalam gelas plastik
↓
Memasukkan gelas plastik ke dalam lubang yang telah dibuat
↓
Meratakan tanah disekitar gelas plastik, usahakan tanah tidak sampai masuk ke
dalamnya
↓
Pengambilan
Mengambil payung yang menutupi pitfall trap
↓
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Data Pengamatan :
1. Latrodectus 1 1 2
mactans
2. Argiopeaurantia 1 1
3. Myimicinae 12 12
4. Crematogaster 5 1 7 2 2 1 18
5. Neoheterocerus 1 2 3
pallidus
6. Isotomurus 2 2
tricolor
7. Holojapya 5 1 6
diversiungis
8. Forficula 2 1 3
auricularia
9. Chloeoltis 1 1
conspersa
Harris
10. Zorotypus 2 2 2 6 2 6 20
hubbardi
11. Pangaeus 1 4 4 1 5 1 16
biineatus
12. Pseudolucamus 2 4 9 15
capreolus
13. Melanopus 2 2
differentialis
14. Symphomyia 1 1 2
atripes
Total 103
4.1 Tabel Hasil Identifikasi Pitfall Transek 7 Plot 1-12
Faktor Plot
abiotik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Suhu udara 32° 32° 32° 32° 32° 32° 32° 32° 32° 32° 32° 32°
(◦C)
Kelembaba - - - - - - - - - - - -
n udara
(%)
Suhu tanah - - - - - - -
(◦C) - - - - -
Kelembaba - - - - - - -
n tanah - - - - -
00,8 00 00 00 00 00 00 00
angin 10 00 00 00 00
Kesuburan - - - - - - -
tanah - - - - -
-∑Pi ln Pi 2,204
Nilai indeks keragaman Shanon-Winner (H’) = 2,204 dimana nilai tersebut berada
pada 1 < H’ < 3 yang mengindikasikan keragaman sedang.
2. Indeks kemerataan
E= = = = 0,835
R= = = = 2,805
- Pi = = 0,019 - Pi = = 0,019
ln Pi = -3,963 ln Pi = -3,963
- Pi = = 0,009 - Pi = = 0,058
ln Pi = -4,710 ln Pi = -2,847
- Pi = = 0,116 - Pi = = 0,029
ln Pi = -2,154 ln Pi = -3,540
- Pi = = 0,174 - Pi = = 0,009
ln Pi = -1,748 ln Pi = -4,710
- Pi = = 0,029 - Pi = = 0,194
ln Pi = -3,540 ln Pi = -1,639
- Pi = = 0,155
ln Pi = -1,864
- Pi = = 0,145
ln Pi = -1,931
- Pi = = 0,019
ln Pi = -3,963
- Pi = = 0,019
ln Pi = -3,963
Makrofauna tanah merupakan bagian dari biodiversitas tanah yang berperan
penting dalam perbaikan sifat fisik, kimiawi, dan biologi tanah melalui proses
imobilisasi dan humifikasi (Lavelle et al., 1994 dalam Sugiyarto, 2008).
Keberagaman makrofauna tanah dapat diketahui dengan menghitung indeks
keanekaragamannya, yaitu menggunakan rumus indeks keanekaragaman Shannon-
Wiener. Berdasarkan data hasil analisis kuantitatif, nilai indeks keanekaragaman
Shannon-Wiener yang di dapat 2,204 dimana nilai tersebut berada pada 1 < H’ < 3
yang mengindikasikan keragaman sedang.
Suhu merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan
kehadiran dan kepadatan organisme tanah. Suhu berpengaruh terhadap ekosistem
karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup dan ada jenis-
jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu (Hardjowigeno,
2007). Lokasi sampling memiliki suhu 320C. Suhu tersebut masih dalam range
toleransi makhluk hidup. Hal ini sesuai dengan pernytaan Kamal, ( 2011) bahwa
makrofauna tanah cenderung menyukai tempat bersuhu agak rendah.
BAB V
PEMBAHASAN
Hewan tanah merupakan salah satu komponen tanah, kehidupan hewan tanah
bergantung pada habitatnya karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis
hewan tanah disuatu daerah sangat ditentukan oleh keadaan daerah tersebut. Dengan
kata lain keberadaan dan kepadaatan populasi suatu jenis hewan disuatu daerah
sangat bergantung pada factor lingkungan.
Kehidupan hewan tanah sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan biotik dan
abiotic. Factor lingkungan biotik adalah adanya organisme lain yang berada dihabitat
yang sama seperti tumbuhan dan golongan hewan lainnya (Suin, 2006). Berdasarkan
kondisi lingkungan tersebut maka hewan tanah yang ditemukan cukup banyak. Factor
lingkungan abiotic yang berpengaruh terhadap keberadaan hewan tanah terutama Ph
tanah, aerasi dan kadar air. Suhu juga berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu
merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup dan ada jenis organisme
yang hanya hidup pada kisaran suhu tertentu (Hardjowigeno, 2007).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, diperoleh beberapa kesimpulan yaitu sebagai
berikut.
1. Metode pitfall trap merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui
keberadaan makrofauna tanah. Penangkapan makrofauna tanah menggunakan
metode pitfall trap bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman spesies, yang
dihitung menggunakan rumus indeks keanekaragaman Shannon-Wiener.
2. Faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi makrofauna tanah antara lain suhu
tanah, pH tanah, kelembaban dan intensitas cahaya matahari.
3. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) sebesar 1.54
4. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) menunjukkan bahwa
keanekaragaman makrofauna tanah di lingkungan Hutan Kondang Merak
termasuk kategori keanekaragaman sedang (H’ 1.108-2.080).
B. Saran
1. Sebaiknya dilakukan pengukuran faktor biotik dan faktor abiotik dari
lingkungan sehingga didapatkan data yang dapat menunjukkan hubungan
konkret antara keberadaan hewan dengan kondisi lingkungannya.
2. Sebaiknya kompilasi data dilakukan lebih awal supaya memperlancar
pembuatan laporan dan kerja sama antar kelompok perlu ditingkatkan
guna kelancaran pembuatan laporan.
DAFTAR RUJUKAN
Nugraha, D.A., Sartimbul, A. & Luthfi, O.M. 2016. Analisis Sebaran Karang di
Perairan Kondang Merak, Malang Selatan. Universitas Brawijaya
Malang : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Sugiyarto, Efendi, M., Mahajoeno, E., Sugito, Y., Handayanto, E., & Agustina, L.
2007. Preferensi Berbagai Jenis Makrofauna Tanah Terhadap Sisa Bahan
Organik Tanaman pada Intensitas Cahaya Berbeda. Biodiversitas, Volume
7 Nomor 4.
Suin, N.M. 2012. Ekologi hewan tanah. Jakarta: Bumi Aksara dan Pusat Antar
Universitas Ilmu Hayati ITB
LAMPIRAN