Laporan Praktikum
Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Genetika 1
Yang Dibimbing Oleh
Andik Wijayanto, S.Si, M.Si dan Prof. Dr. agr. H. Moh Amin, S.Pd, M.Si
4. Mikroskop stereo
5. Jarum pentul
Prosedur Kerja
Pertama larva instar III diambil dari Larva instar III yang telah berada
medium lalu diletakkan di dalam di dalam cawan petri diberi
cawan petri menggunakan pinset. larutan NaCl 0,9 M dengan
menggunakan pipet.
Preparat jaringan organ kelenjar ludah larva Kelenjar ludah ditekan secara perlahan
instar III Drosophila melanogaster
dengan jari dengan cover glass diantara jari
diamati dengan mikroskop cahaya melalui
perbesaran bertahap. dan subjek pengamatan, lalu sisa-sisa
asetokarmin dibersihkan dengan kertas tisu.
Data Hasil Pengamatan
No. Gambar Keterangan
1.
2.
Berdasarkan literatur
No Gambar Keterangan
.
1. Foto literatur praktikum pengamatan kromosom
politen Drosophila melanogaster
Sumber: :
http://web.augsburg.edu/~capman/photoofmonth/Chrom
osomeD-virilis-wide.jpg
2. Gambar 2. Kromosom politen larva instar III
Drosophila melanogaster.
Analisis Data
Pada praktikum pengamatan kromosom raksasa menggunakan larva instar III
Drosophila melanogaster. Larva kemudian ditetesi dengan Nacl dan di amati dibawah
mikroskop stereo dan mencari kelenjar ludah pada. Drosophila melanogaster. Kelenjar
ludah ini memilki bentuk ginjal, sepasang dan berwarna transparan dengan bagian tepi
seperti tertutup. Kemudian diberi larutan FAA dan dihisap dengan kertas hisap, ditetesi
dengan asetocarmin dan dicacah diatas kaca benda dan ditutup menggunakan kaca
penutup. Diamati dibawah mikroskop cahaya yang terlihat kromosom yang berukuran
besar dengan struktur warna yang berbeda ada yang terang dan gelap.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini merupakan pengamatan kromosom politen larva instar III
Drosophila melanogaster atau lalat buah tahap larva instar III karena pada tahap tersebut
Drosophila melanogaster memiliki 1024 (210) kromatid yang identik dan saling
bersinapsis. Ada 80% DNA di kromosom politen yang berlokasi di band dan 15% nya
berada di interband. Satu band mengandung 3000-300.000 pasangan basa nukleotida.
Drosophila melanogaster memiliki 5000 bands dan 5000 interbands (Passarge, 2007).
Pada tahap ini, larva mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai dengan 200 kali
lipat berat awalnya karena disebabkan proses endoreplikasi (Dahmann, 2008). Kelenjar
saliva atau kelenjar ludah Drosophila melanogaster digunakan dalam praktikum
pengamatan kromosom politen karena mengandung seribu kali DNA lebih banyak dari
kromosom biasa dan setiap kromosom politen dibuat dari banyak untai DNA. Tidak
semua DNA bereplikasi bersamaan saat pembentukan kromosom politen, beberapa masih
tetap pada tahap diploid. Kromosom politen pada kelenjar saliva mengalami replikasi
sebanyak 10 kali, sedangkan pada tubulus malphigi bereplikasi sebanyak 6 kali, dan
pada lambung mengalami replikasi sebanyak 9 kali (Wolfe, 1993). Kelenjar ludah larva
instar III Drosophila melanogaster digunakan karena kromosom politen yang ditemukan
berukuran besar sehingga memudahkan pengamatan. Kelenjar ludah larva instar III ini,
kromosom mengalami replikasi hingga mencapai 1000 kopi. Kelenjar ludah juga
mengandung banyak enzim untuk proses pencernaan makanan, karena mempersiapkan
memasuki tahap pupa. Hal ini menyebabkan massa dan volum sel bertambah, sehingga
ukuran jaringan besar. (Clark, 2014). Berdasarkan literatur, kromosom politen terdiri dari
4 lengan yang sama panjang, 1 lengan pendek, kromosenter, band, interband, dan puff
(Wolfe, 1993). Hasil yang kami dapatkan adalah ditemukan kromosom politen yang
hanya bisa diamati band dan interband saja. Bagian lain dari kromosom tidak bisa
diamati dengan baik, hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya,
kesalahan praktikan dalam membuat preparat. Beberapa larutan digunakan untuk
membuat preparat kromosom Drosophila melanogaster yang antara lain adalah larutan
ringer (larutan NaCl) dan larutan Asetokarmin. Larutan ringer atau bisa disebut sebagai
larutan fisiologis, digunakan untuk mencegah larva mongering pada saat diteliti,
pemberian larutan ringer juga tidak boleh terlalu banyak karena dapat menyebabkan larva
bergerak terlalu bebas. Larutan Asetokarmin diberikan pada kelenjar ludah yang sudah
dibersihkan dan berfungsi sebagai pewarna kromosom. Pastikan jaringan sudah tertutupi
dengan larutan asetokarmin dan membutuhkan waktu sekitar 20 menit agar kromosom
terwarnai sempurna (Frankhauser, 2010). Bagian yang banyak terkondensasi pada
kromosom politen memiliki banyak salinan sekuen DNA tetapi karena berada dalam
kondisi terpadatkan, DNA tidak bisa diakses oleh sel yang bertanggung jawab untuk
mengekspresikan informasi genetik yang dikodekan dalam DNA, bagian tersebut
bernama heterokromatin. Heterokromatin berwarna gelap karena berada dalam kondisi
yang terpadatkan. Heterokromatin tidak aktif dalam melakukan transkripsi karena tidak
mengandung gen-gen yang aktif (Klug, 1994). Eukromatin adalah bagian yang tidak
terkondensasi dan terlihat berwarna terang. Hal tersebut terjadi karena eukromatin tidak
mengalami pemadatan. Eukromatin mengandung gen-gen yang aktif dan hampir
mengandung semua gen yang ditranskripsi sehingga menjadi bagian yang aktif dalam
melakukan replikasi (Wolfe, 1993).
Kesimpulan
1. Kromosom politen adalah kromosom yang memiliki ukuran raksasa relatif dari
ukuran kromosom pada umumnya.
2. Kromosom politen memiliki strukur bagian berupa interband, band, puff, dan
chromocenter. Kromosom politen memiliki peran untuk menyediakan protein
berlimpah pada sel yang aktif melakukan metabolisme.
3. Kromosom politen terbentuk dari proses replikasi DNA tanpa diikuti pembelahan
sel atau disebut endoreduplication.
4. Kelenjar saliva atau kelenjar ludah Drosophila melanogaster digunakan dalam
praktikum pengamatan kromosom politen karena mengandung seribu kali DNA
lebih banyak dari kromosom biasa dan setiap kromosom politen dibuat dari
banyak untai DNA.
5. Perbedaan antara kromosom politen dan kromosom biasa terletak pada ukuran
dan struktur kromosom.
Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti dan bisa bekerjasama dengan
anggota kelompoknya masing-masing, sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar.
Diskusi
1. Bagaimana kenampakan kromosom raksasa ?
Jawab : Bentukan kromosom ini linear dengan pita gelap terang saling
berselingan.
2. Apakah makna pita terang dan pita gelap ditinjau dari struktur dan fungsinya ?
Jawab : Pita terang mengandung eukromatin dengan lilitan yang renggang
sedangkan pita gelap mengandung heterokromatin dengan lilitan yang padat,
mengalami kondensasi, dan berperan aktif dalam pembelahan. Pada kromosom
politen terdapat beberapa bagian. Bagian yang terkondensasi yaitu bagian
heterokromatin. Pada bagian ini memiliki banyak salinan sekuen DNA tetapi
karena kondisinya terpadatkan atau terlalu memepat, DNA tidak bisa diakses
untuk diekspresikan informasi genetik yang dibawa. Oleh karena itu pada
heterokromatin tidak aktif dalam melakukan transkripsi. Warna dari
heterokromatin lebih gelap dibandigkan bagian yang lainnya karena adanya
pemadatan. Sedangkan bagian lain dari kromosom adalah eukromatin. Pada
eukromatin mimiliki warna yang lebih terang daripada heterokromatin karena
tidak mengalami pemadatan. Sehingga pada bagian eukromatin inilah terjadi
transkripsi gen-gen. karena eukromatin mengandung gen-gen yang aktif.
3. Selain pada Drophila malanogaster, kromosom raksasa ditemukan pada apa saja ?
Jawab : selain pada Drophila melanogaster, kromosom raksasa dapat pula
ditemukan pada dua kelompok serangga seperti Collembola dan jangkrik yang
memiliki sel mengandung kromosom dengan ukuran besar seperti kromosom
politen.
Kromosom dengan penampilan serupa pula terjadi pada tahap pengembangan
makronukleus protozoa dan di embrio tangkai tanaman berbunga.
4. Apa fungsi kromosom raksasa ?
Jawab : kromosom raksasa ini juga berfungsi untuk mengatur kegiatan
metabolisme di dalam sel dan mengatur semua sistem kerja di dalam sel tersebut.
5. Bagaimana ukuran kromosom raksasa ?
Jawab : Kromosom raksasa berukuran lebih besar daripada kromosom normal.
Yaitu hampir 100 kali lebih besar. Hal ini terlihat pada pengamatan menggunakan
mikroskop menggunakan perbesaran 40 x 10 saja sudah terlihat.
Daftar Rujukan
Campbell, N.A., J.B. Reece & L.A. Urry. 2010. Biologi. Ter. dari Biology oleh
Wulandari, D.T., Erlangga, Jakarta: xi + 486 hlm.
Clark, Jonathan. 2014. Polythene Chromosomes in Drosophila. 4 hlm.
http://faculty.weber.edu/jclark1/Cell%20Biology%20Labs/Polytenechsomes.pdf. 3
April 2017.
Cooper, Geoffrey M. 2000. Chromosome and chromatin. 1 hlm.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK9863/. 4 April 2017.
Dahmann, Christian. Methods in Molecular Biology, Drosophila: Methods and Protocol.
Humana Press, New Jersey: 432 hlm.
Fairbanks, D.J. & W.R. Andersen. 1999. Genetics: The Continuity of Life. Brooks/Cole
Publishing Company, California: xix + 820 hlm.
Hartl, D.L., E.W. Jones. 2005. Genetics: Analysis of Gene and Genomes, 6th ed. Jones and
Bartlett Publishers, Inc., USA: xxv + 854 hlm.
Henderson, D.S. 2004. Drosophila cytogenetics protocols. Humana Press. United States:
468 hlm.
Klug, W.S. & M.R. Cummings. 1994. Concepts of Genetics. 4th ed. Prentice Hall Inc.,
Engelwood Cliffs: xvi + 779 hlm
Passarge, E. 2007. Color Atlas of Genetics. Appl Aprinta Inc., Germany: x + 497 hlm.
Raven, P. H, & G. B. Johnson. 2001. Biology. 6th ed. McGraw-Hill Corporation: 1344
hlm.
Solomon, E. P., D. W. Martin, & L. R. Berg. 2005. Biology. 8th ed. Thomson
Corporation, Belmont, USA: 1379 hlm.
Rittner, D. & McCabe, T. L. 2004. Encyclopedia of Biology. Facts On File, Inc., New
York: xiv + 400 hlm.
Suryo, H. 1994. Sitogenetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta: xiv + 446 hlm.
Wilkins, Adam. 1993. Genetic Analysis of Animal Development, 2nd ed. Willey-Liss, Inc.,
New York: xv + 546 hlm.
Wolfe, S.L. 1993. Molecular and Cellular Biology. Wadsworth, Inc., California: xviii +
1145 hlm.