Anda di halaman 1dari 13

PENGAMATAN KROMOSOM POLITEN PADA Drosophila melanogaster

Laporan Praktikum
Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Genetika 1
Yang Dibimbing Oleh
Andik Wijayanto, S.Si, M.Si dan Prof. Dr. agr. H. Moh Amin, S.Pd, M.Si

Disusun Oleh Kelompok 8 Offering I:

Esha Ardiansyah (150342606823)


Feby Diah Ayu R. (150342605541)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI
April 2017
Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami struktur kromosom politen Drosophila
melanogaster.
2. Untuk mengetahui dan memahami bagian-bagian kromosom politen Drosophila
melanogaster
3. Untuk mengetahui dan memahami perbedaan kromosom politen dengan
kromosom biasa.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur kromosom politen Drosophila melanogaster ?
2. Apa saja bagian-bagian kromosom politen Drosophila melanogaster ?
3. Apa perbedaan kromosom politen dengan kromosom biasa ?
Dasar Teori
Kromosom pada eukariotik terdiri dari untaian molekul DNA yang bergabung
menjadi helaian kompleks kromatin (Solomon, 2005). Kromosom terdiri dari berjuta juta
gen. Gen ini terdapat didalam DNA. DNA memiliki struktur yang sangat panjang dan
tipis yang dapat setiap saat rusak dan kusut. Setiap molekul DNA mengandung dua rantai
polinukleotida yang bersusun melingkar menjadi double helix atau dua untai benang
(Solomon, 2005). DNA kemudian akan dikemas mengelilingi protein histon dan
memadat. Gabungan antara DNA dan protein histon disebut dengan nukleosom (Raven,
2001). Protein histon adalah susunan dari asam amino (arginin dan lisin) yang menempel
pada sisi negatif DNA. Selanjutnya nukleosom akan bergabung menjadi kromatin. Lalu
kromatin akan memadat dan bergulung membentuk kromosom (Cooper, 2000). Kromatin
adalah penyusun kromosom yang terdiri dari kompleks DNA yang berasosiasi dengan
protein histon. Kromatin berbentuk panjang, tipis, dan terurai sehingga tidak terlihat di
bawah mikroskop cahaya (Campbell, 2010). Kromosom adalah struktur pembawa materi
genetik yang tersusun atas kromatin yang memendek dan menebal (Rittner, 2004).
Kromosom terkondensasi disuatu bagian dan tidak terkondensasi di bagian lainnya.
Bagian yang terkondensasi memiliki banyak salinan sekuen DNA, namun karena berada
dalam kondisi terpadatkan, salinan sekuen DNA ini tidak ikut bertanggung jawab untuk
mengekspresikan informasi genetik, bagian ini disebut dengan heterokromatin.
Heterokromatin tidak mengandung gen-gen yang aktif sehingga tidak melakukan
transkripsi (Klug, 1994). Bagian yang tidak terkondensasi dan berwarna terang akibat
tidak mengalami pemadatan disebut dengan eukromatin. Eukromatin mengandung gen-
gen yang aktif dan hampir mengandung semua gen yang ditranskripsi, sehingga bagian
tersebut menjadi bagian yang aktif melakukan replikasi (Passarge, 2007). Kromosom
secara umum terdiri dari dua bagian utama yaitu sentromer dan lengan kromosom.
Sentromer merupakan bagian yang berfungsi untuk menghubungkan lengan-lengan
kromosom (Fairbanks, 1999). Berdasarkan letak sentromer, kromosom dibedakan
menjadi empat macam, yaitu metasentris, submetasentris, akrosentris, dan telosentris.
Metasentris adalah kromosom dengan posisi sentromer tepat ditengah-tengah, sehingga
dua lengan terlihat sama panjang. Submetasentris adalah kromosom yang letak
sentromernya sedikit menjauhi salah satu lengan kromosom. Akrosentris adalah
kromosom yang letak sentromernya berada pada bagian subterminal (di dekat ujung
kromosom), sehingga salah satu lengan kromosom terlihat sangat pendek sedangkan
lengan yang lain sangat panjang. Telosentris adalah kromosom dengan posisi sentromer
pada ujung kromosom, sehingga kromosom hanya terdiri dari satu lengan (Suryo, 1994).
Kemungkinan utama terbentuknya kromosom politen adalah untuk amplifikasi gen.
Kromosom politen menghasilkan lebih banyak protein daripada kromosom normal.
Kromosom politen mengandung banyak salinan gen, sehingga membuat proses
transkripsi dan translasi semakin berlimpah. Hal ini juga memperkuat alasan
ditemukannya kromosom politen hanya pada sel yang aktif melakukan metabolisme,
seperti kelenjar ludah dan gut pada larva instar III Drosophila melanogaster (Kimbal,
2011). Lokasi lain tempat ditemukannya kromosom politen pada larva Drosophila
melanogaster adalah midgut, hindgut, dan badan lemak (Henderson, 2004). Drosophila
melanogaster adalah salah satu serangga yang memiliki empat tahapan utama dalam
siklus hidupnya, yaitu embrio (telur), larva, pupa, dan dewasa. Makanan adalah hal yang
paling diutamakan organisme ini pada tahap larva. Tahap larva membutuhkan banyak
makanan untuk tahap perkembangan selanjutnya menuju tahap dewasa sebagai lalat.
Tahap larva yang membutuhkan banyak makanan harus didukung oleh tersedianya
kelenjar ludah yang cukup untuk menyediakan enzim pencernaan. Enzim adalah protein.
Produksi enzim dimaksimalkan dengan melakukan replikasi kromosom tanpa diikuti
pembelahan sel. Proses replikasi ini akan menghasilkan kromosom dengan banyak lengan
berukuran raksasa, kromosom politen (Clark, 2014). Drosophila melanogaster adalah
organisme yang memiliki jumlah kromosom sedikit, yaitu hanya empat pasang
kromosom. Kromosom-kromosom tersebut terdiri dari tiga pasang kromosom autosom
dan satu pasang kromosom gonosom (kromosom seks). Kromosom politen adalah
kromosom raksasa yang ukurannya mencapai 100 kali kromosom biasa pada tubuh
Drosophila melanogaster atau sekitar 200-600 mikron. Panjang kromosom politen bisa
mencapai 2000 mikron, karena ukurannya yang besar kromosom politen dapat langsung
diamati di bawah mikroskop cahaya (Wolfe, 1993). Kromosom politen merupakan hasil
dari proses endomitosis dan endoreduplikasi. Endomitosis merupakan replikasi yang
menghasilkan banyak kromosom yang bergabung, tidak terpisah satu sama lain.
Endoreduplikasi merupakan suatu keadaan duplikasi kromosom terus menerus tanpa
disertai pembelahan sel pada fase mitotic (Hartl, 2005). Siklus sel normal berlangsung
melalui fase G1, S, G2, dan fase mitosis. Fase G1 merupakan fase pertumbuhan. Fase S
merupakan fase replikasi DNA. Fase G2 merupakan fase persiapan menuju fase mitotic
(Campbell, 2010). Terjadi pengecualian pada siklus sel kromosom politen yaitu fase
mitotic tidak dilalui setelah fase S, sehingga menyebabkan terjadinya replikasi DNA
secara terus menerus. Hal tersebut menyebabkan penggandaan rantai untai kromosom
homolog yang saling bersinapsis dan membentuk kromosom politen dengan ukuran yang
sangat besar disertai lengan kromosom yang banyak (Wilkins. 1993).
Kromosom politen memiliki lima lengan panjang dan satu lengan pendek. Lengan
tersebut terdiri atas lengan terpanjang yaitu kromosom X, sepasang lengan 2, sepasang
lengan 3, dan satu lengan 4. Lengan 2 diberi notasi 2R (right arm) dan 2L (left arm).
Lengan 3 diberi notasi 3R (right arm) dan 3L (left arm). Kromosom X, 2R, 2L, 3R, dan
3L mengalami duplikasi sebanyak 20 kali. Kromosom 4 sulit dibedakan karena
ukurannya sangat kecil (Suryo, 1995). Kromosom politen memiliki bagian-bagian
khusus, yaitu band, interband, puff, kromonemata, dan kromosenter. Bagian yang
berbentuk pita spiral dinamakan kromonemata. Kromonemata merupakan untaian DNA
dengan RNA korespondennya serta protein histon (Suryo, 1994). Kromosenter adalah
tempat bersatunya lima lengan panjang. Bagian yang terlihat menggembung dan tidak
menggulung adalah daerah yang aktif melakukan transkripsi disebut dengan puff. Band
merupakan bagian yang disebut pita gelap, mengandung heterokromatin, sedikit
mengandung gen, dan tidak aktif melakukan transkripsi. Interband merupakan bagian
yang disebut pita terang, mengandung eukromatin, banyak mengandung gen, dan aktif
melakukan transkripsi (Wolfe, 1993). Kromosom politen dapat ditemukan pada larva
serangga diptera contohnya Drosophila melanogaster, yaitu pada bagian kelenjar saliva,
pertengahan lambung, proventrikulus, tubulus malphigi, dan rektum. Tumbuhan tertentu
juga memiliki kromosom politen, seperti Pisum sativum (Klug, 1994). Beberapa lalat
dewasa juga memiliki kromosom politen pada sel-sel di telapak kakinya. Dua kelompok
serangga seperti Collembola dan jangkrik memiliki sel yang mengandung kromosom
dengan ukuran besar seperti kromosom politen. Kromosom dengan penampilan serupa
juga terjadi pada tahap pengembangan makronukleus protozoa dan di embrio tangkai
pada tanaman berbunga (Wolfe, 1993). Drosophila melanogaster memiliki kromosom
politen untuk memenuhi kebutuhan sel pada larva, yang membutuhkan banyak protein
(Fairbanks, 1999). Protein tersebut digunakan untuk melanjutkan pertumbuhan
Drosophila melanogaster menjadi lalat dewasa (Suryo, 1995). Kromosom politen
mengandung banyak sekali salinan molekul DNA yang telah direplikasi beberapa kali
sehingga memberikan salinan tambahan DNA untuk transkripsi dan produksi protein
semakin banyak (Fairbanks, 1999).

Alat dan Bahan


Alat : Bahan :
1. Kaca benda 1. Larutan NaCl 0,9 %

2. Kaca penutup 2. Larutan FAA

3. Mikroskop cahaya 3. Acetokarmin

4. Mikroskop stereo

5. Jarum pentul
Prosedur Kerja

Pertama larva instar III diambil dari Larva instar III yang telah berada
medium lalu diletakkan di dalam di dalam cawan petri diberi
cawan petri menggunakan pinset. larutan NaCl 0,9 M dengan
menggunakan pipet.

Larva instar III dipisahkan


Jarum pentul ditusukkan pada bagian badan dengan
bagian badan dan kepala, kemudian kepalanya untuk mendapatkan
organ kelenjar ludah dengan
ditarik berlawanan arah. jarum pentul.

Organ kelenjar ludah yang telah terpisah


keluar dari larva diletakkan pada object Organ kelenjar ludah ditetesi
glass dan ditambahakan larutan FAA asetokarmin lalu didiamkan
sampai warna memutih selama 2 menit. selama 2 menit

Preparat jaringan organ kelenjar ludah larva Kelenjar ludah ditekan secara perlahan
instar III Drosophila melanogaster
dengan jari dengan cover glass diantara jari
diamati dengan mikroskop cahaya melalui
perbesaran bertahap. dan subjek pengamatan, lalu sisa-sisa
asetokarmin dibersihkan dengan kertas tisu.
Data Hasil Pengamatan
No. Gambar Keterangan
1.

2.

Berdasarkan literatur
No Gambar Keterangan
.
1. Foto literatur praktikum pengamatan kromosom
politen Drosophila melanogaster
Sumber: :
http://web.augsburg.edu/~capman/photoofmonth/Chrom
osomeD-virilis-wide.jpg
2. Gambar 2. Kromosom politen larva instar III
Drosophila melanogaster.

Sumber: Microscope imaging station.

Analisis Data
Pada praktikum pengamatan kromosom raksasa menggunakan larva instar III
Drosophila melanogaster. Larva kemudian ditetesi dengan Nacl dan di amati dibawah
mikroskop stereo dan mencari kelenjar ludah pada. Drosophila melanogaster. Kelenjar
ludah ini memilki bentuk ginjal, sepasang dan berwarna transparan dengan bagian tepi
seperti tertutup. Kemudian diberi larutan FAA dan dihisap dengan kertas hisap, ditetesi
dengan asetocarmin dan dicacah diatas kaca benda dan ditutup menggunakan kaca
penutup. Diamati dibawah mikroskop cahaya yang terlihat kromosom yang berukuran
besar dengan struktur warna yang berbeda ada yang terang dan gelap.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini merupakan pengamatan kromosom politen larva instar III
Drosophila melanogaster atau lalat buah tahap larva instar III karena pada tahap tersebut
Drosophila melanogaster memiliki 1024 (210) kromatid yang identik dan saling
bersinapsis. Ada 80% DNA di kromosom politen yang berlokasi di band dan 15% nya
berada di interband. Satu band mengandung 3000-300.000 pasangan basa nukleotida.
Drosophila melanogaster memiliki 5000 bands dan 5000 interbands (Passarge, 2007).
Pada tahap ini, larva mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai dengan 200 kali
lipat berat awalnya karena disebabkan proses endoreplikasi (Dahmann, 2008). Kelenjar
saliva atau kelenjar ludah Drosophila melanogaster digunakan dalam praktikum
pengamatan kromosom politen karena mengandung seribu kali DNA lebih banyak dari
kromosom biasa dan setiap kromosom politen dibuat dari banyak untai DNA. Tidak
semua DNA bereplikasi bersamaan saat pembentukan kromosom politen, beberapa masih
tetap pada tahap diploid. Kromosom politen pada kelenjar saliva mengalami replikasi
sebanyak 10 kali, sedangkan pada tubulus malphigi bereplikasi sebanyak 6 kali, dan
pada lambung mengalami replikasi sebanyak 9 kali (Wolfe, 1993). Kelenjar ludah larva
instar III Drosophila melanogaster digunakan karena kromosom politen yang ditemukan
berukuran besar sehingga memudahkan pengamatan. Kelenjar ludah larva instar III ini,
kromosom mengalami replikasi hingga mencapai 1000 kopi. Kelenjar ludah juga
mengandung banyak enzim untuk proses pencernaan makanan, karena mempersiapkan
memasuki tahap pupa. Hal ini menyebabkan massa dan volum sel bertambah, sehingga
ukuran jaringan besar. (Clark, 2014). Berdasarkan literatur, kromosom politen terdiri dari
4 lengan yang sama panjang, 1 lengan pendek, kromosenter, band, interband, dan puff
(Wolfe, 1993). Hasil yang kami dapatkan adalah ditemukan kromosom politen yang
hanya bisa diamati band dan interband saja. Bagian lain dari kromosom tidak bisa
diamati dengan baik, hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya,
kesalahan praktikan dalam membuat preparat. Beberapa larutan digunakan untuk
membuat preparat kromosom Drosophila melanogaster yang antara lain adalah larutan
ringer (larutan NaCl) dan larutan Asetokarmin. Larutan ringer atau bisa disebut sebagai
larutan fisiologis, digunakan untuk mencegah larva mongering pada saat diteliti,
pemberian larutan ringer juga tidak boleh terlalu banyak karena dapat menyebabkan larva
bergerak terlalu bebas. Larutan Asetokarmin diberikan pada kelenjar ludah yang sudah
dibersihkan dan berfungsi sebagai pewarna kromosom. Pastikan jaringan sudah tertutupi
dengan larutan asetokarmin dan membutuhkan waktu sekitar 20 menit agar kromosom
terwarnai sempurna (Frankhauser, 2010). Bagian yang banyak terkondensasi pada
kromosom politen memiliki banyak salinan sekuen DNA tetapi karena berada dalam
kondisi terpadatkan, DNA tidak bisa diakses oleh sel yang bertanggung jawab untuk
mengekspresikan informasi genetik yang dikodekan dalam DNA, bagian tersebut
bernama heterokromatin. Heterokromatin berwarna gelap karena berada dalam kondisi
yang terpadatkan. Heterokromatin tidak aktif dalam melakukan transkripsi karena tidak
mengandung gen-gen yang aktif (Klug, 1994). Eukromatin adalah bagian yang tidak
terkondensasi dan terlihat berwarna terang. Hal tersebut terjadi karena eukromatin tidak
mengalami pemadatan. Eukromatin mengandung gen-gen yang aktif dan hampir
mengandung semua gen yang ditranskripsi sehingga menjadi bagian yang aktif dalam
melakukan replikasi (Wolfe, 1993).

Kesimpulan
1. Kromosom politen adalah kromosom yang memiliki ukuran raksasa relatif dari
ukuran kromosom pada umumnya.
2. Kromosom politen memiliki strukur bagian berupa interband, band, puff, dan
chromocenter. Kromosom politen memiliki peran untuk menyediakan protein
berlimpah pada sel yang aktif melakukan metabolisme.
3. Kromosom politen terbentuk dari proses replikasi DNA tanpa diikuti pembelahan
sel atau disebut endoreduplication.
4. Kelenjar saliva atau kelenjar ludah Drosophila melanogaster digunakan dalam
praktikum pengamatan kromosom politen karena mengandung seribu kali DNA
lebih banyak dari kromosom biasa dan setiap kromosom politen dibuat dari
banyak untai DNA.
5. Perbedaan antara kromosom politen dan kromosom biasa terletak pada ukuran
dan struktur kromosom.

Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti dan bisa bekerjasama dengan
anggota kelompoknya masing-masing, sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar.

Diskusi
1. Bagaimana kenampakan kromosom raksasa ?
Jawab : Bentukan kromosom ini linear dengan pita gelap terang saling
berselingan.
2. Apakah makna pita terang dan pita gelap ditinjau dari struktur dan fungsinya ?
Jawab : Pita terang mengandung eukromatin dengan lilitan yang renggang
sedangkan pita gelap mengandung heterokromatin dengan lilitan yang padat,
mengalami kondensasi, dan berperan aktif dalam pembelahan. Pada kromosom
politen terdapat beberapa bagian. Bagian yang terkondensasi yaitu bagian
heterokromatin. Pada bagian ini memiliki banyak salinan sekuen DNA tetapi
karena kondisinya terpadatkan atau terlalu memepat, DNA tidak bisa diakses
untuk diekspresikan informasi genetik yang dibawa. Oleh karena itu pada
heterokromatin tidak aktif dalam melakukan transkripsi. Warna dari
heterokromatin lebih gelap dibandigkan bagian yang lainnya karena adanya
pemadatan. Sedangkan bagian lain dari kromosom adalah eukromatin. Pada
eukromatin mimiliki warna yang lebih terang daripada heterokromatin karena
tidak mengalami pemadatan. Sehingga pada bagian eukromatin inilah terjadi
transkripsi gen-gen. karena eukromatin mengandung gen-gen yang aktif.
3. Selain pada Drophila malanogaster, kromosom raksasa ditemukan pada apa saja ?
Jawab : selain pada Drophila melanogaster, kromosom raksasa dapat pula
ditemukan pada dua kelompok serangga seperti Collembola dan jangkrik yang
memiliki sel mengandung kromosom dengan ukuran besar seperti kromosom
politen.
Kromosom dengan penampilan serupa pula terjadi pada tahap pengembangan
makronukleus protozoa dan di embrio tangkai tanaman berbunga.
4. Apa fungsi kromosom raksasa ?
Jawab : kromosom raksasa ini juga berfungsi untuk mengatur kegiatan
metabolisme di dalam sel dan mengatur semua sistem kerja di dalam sel tersebut.
5. Bagaimana ukuran kromosom raksasa ?
Jawab : Kromosom raksasa berukuran lebih besar daripada kromosom normal.
Yaitu hampir 100 kali lebih besar. Hal ini terlihat pada pengamatan menggunakan
mikroskop menggunakan perbesaran 40 x 10 saja sudah terlihat.

Daftar Rujukan
Campbell, N.A., J.B. Reece & L.A. Urry. 2010. Biologi. Ter. dari Biology oleh
Wulandari, D.T., Erlangga, Jakarta: xi + 486 hlm.
Clark, Jonathan. 2014. Polythene Chromosomes in Drosophila. 4 hlm.
http://faculty.weber.edu/jclark1/Cell%20Biology%20Labs/Polytenechsomes.pdf. 3
April 2017.
Cooper, Geoffrey M. 2000. Chromosome and chromatin. 1 hlm.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK9863/. 4 April 2017.
Dahmann, Christian. Methods in Molecular Biology, Drosophila: Methods and Protocol.
Humana Press, New Jersey: 432 hlm.

Fairbanks, D.J. & W.R. Andersen. 1999. Genetics: The Continuity of Life. Brooks/Cole
Publishing Company, California: xix + 820 hlm.

Frankhauser, D. B. 2010. DROSOPHILA SALIVARY GLAND CHROMOSOME.


http://biology.clc.uc.edu/fankhauser/labs/Genetics/Drosophila_chromosomes/Droso
phila_Chromosomes.htm. 4 April 2017.

Hartl, D.L., E.W. Jones. 2005. Genetics: Analysis of Gene and Genomes, 6th ed. Jones and
Bartlett Publishers, Inc., USA: xxv + 854 hlm.

Henderson, D.S. 2004. Drosophila cytogenetics protocols. Humana Press. United States:
468 hlm.

Kimbal, J. W. 2011. Endoreplication. 1 hl


http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/Biology Pages/E/Endoreplication.html,
diakses 4 April 2017.

Klug, W.S. & M.R. Cummings. 1994. Concepts of Genetics. 4th ed. Prentice Hall Inc.,
Engelwood Cliffs: xvi + 779 hlm

Passarge, E. 2007. Color Atlas of Genetics. Appl Aprinta Inc., Germany: x + 497 hlm.

Raven, P. H, & G. B. Johnson. 2001. Biology. 6th ed. McGraw-Hill Corporation: 1344
hlm.
Solomon, E. P., D. W. Martin, & L. R. Berg. 2005. Biology. 8th ed. Thomson
Corporation, Belmont, USA: 1379 hlm.
Rittner, D. & McCabe, T. L. 2004. Encyclopedia of Biology. Facts On File, Inc., New
York: xiv + 400 hlm.
Suryo, H. 1994. Sitogenetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta: xiv + 446 hlm.
Wilkins, Adam. 1993. Genetic Analysis of Animal Development, 2nd ed. Willey-Liss, Inc.,
New York: xv + 546 hlm.
Wolfe, S.L. 1993. Molecular and Cellular Biology. Wadsworth, Inc., California: xviii +
1145 hlm.

Anda mungkin juga menyukai