Puji Syukur Kami Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini dengan
judulSISTEM INDRA.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai organ-organ dan fungsi organ tersebut. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian
penyusunan makalah ini. Khususnya kepada dosen pembimbing yaitu Ibu Amy Tenzer dan
Ibu Sri Rahayu Lestari yang telah membimbing dan membagi pengalamannya kepada
kami.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan ini, masih banyak terdapat kekeliruan,
seperti pepatah tak ada gading yang tak retak,penulis akan sangat berlapang dada dan besar
hati menerima saran dan kritik yang bersifat membangun,bermanfaat bagi kelanjutan
pembuatan makalah selanjutnya.
Penulis
Latar Belakang
Indra adalah kumpulan reseptor yang khas untuk menyadari suatu bentuk perubahan
lingkungan (Yatim,1990) . Agar dapat terjadi suatu pengindraan, harus dipenuhi empat syarat
mutlak,yaitu : (1) adanya stimulus atau perubahan lingkungan yang mampu untuk
membangkitkan respons sistem syaraf, (2) reseptor atau organ indra harus dapat menerima
stimulus dan mengubahnya menjadi impuls saraf, (3) impuls saraf harus dihantarkan
sepanjang lintasan saraf dari reseptor atau organ indra ke otak, dan (4) pusat indra yang
bersangkutan di otak harus menterjemahkan impuls saraf yang yang diterimanya menjadi
sebuah kesan (pengindraan). Setiap indra menerima stimulus khusus untuk pengindraan yang
sesuai. Impuls sensoris yang berakhir pada pusat-pusat indra diotak, akan menimbulkan
pengindraan yang disadari. Jika impuls dari organ indra dihantarkan ke medulla spinalis atau
ke batangotak,maka terjadi juga aktivitas motoris,tetapi pengindraan yang dihasilkan bersifat
tidak disadari.
Wujud indra beragam,mulai dari ujung saraf yang sederhana dan berukuran
mikroskopis (misalnya indra peraba),sampai organ yang berukuran besar dan kompleks
(misalnya mata sebagai indra pelihat). Indra pada vertebrata dapat diklasifikasikan menurut
beberapa kategori. Menurut distribusinya,indra dapat dibedakan menjadi : (1) indra umum,
tersebar luas diseluruh tubuh (misalnya indra peraba), dan (2) indra khusus,berlokasi pada
tempat tertentu (misalnya fotoreseptor pada retina mata). Selain itu indra dapat
diklasifikasikan berdasarkan macam rangsangan yang menstimulasinya,juga menurut letak
lingkungan fisik yang mempengaruhinya.
Semua organisme memiliki reseptor sebagai alat penerima informasi. Reseptor diberi
nama berdasarkan jenis ransangan yang diterimanya, seperti kemoreseptor (penerima ransang
zat kimia), fotoreseptor (penerima ransang cahaya), audioreseptor (penerima ransang suara)
dan mekanoreseptor (penerima ransang fisik, seperti tekanan, sentuhan, dan getaran). Selain
itu dikenal pula beberapa reseptor yang berfungsi mengenali perubahan lingkungan luar yang
dikelompokkan sebagai eksoreseptor. Sedangkan kelompok reseptor yang berfungsi untuk
mengenali letak lingkungan fisik yang mempengaruhinya indra digolongkan menjadi : (1)
ekteroreseptor dan (2) interoreseptor . Ekteroreseptor menerima stimulus dari luar
tubuh,terletak dibagian tubuh yang dapat berhubungan langsung dengan lingkungan luar.
Pada hewan vertebrata mereka memiliki sistem koodinasi atau alat indera yang
sempurna. Hewan- hewan ini menggunakan mata untuk melihat, hidung yang berfungsi
sebagai indra pencium, kulit sebagai indra peraba dan telinga yang berfungsi sebagai indra
pendengar. Begitu juga pada manusia. Kita memiliki hidung, mata kulit atau tangan dan
telinga untuk menjalankan fungsinya masing- masing sesuai dengan kegunaannya.
Rumusan Masalah
Tujuan
Tujuan topik pembahasan dalam makalah ini sebagai berikut:
1) Mengetahui susunan dan anatomi organ-organ indra pada manusia?
2) Mengetahui struktur anatomi organ-organ indra vertebrata?
3) Mengetahui kelainan atau penyakit pada organ-organ indra?
Kuncup pengecap tersusun dari sel pendukung (penunjang) dan sel pengecap yang
bentuknya memanjang dan memiliki mikrovili. Pada mikrovili terdapat reseptor molekul
protein yang menyebabkan otak dapat mengenali lima pengecap dasar yaitu manis, asam,
pahit dan asin.
Pada tunika mukosa rongga hidung terdapat kelenjar mucus yang menggetahkan
lender untuk melarutkan partikel partikel yang masuk bersama udara pernafasan, dan untuk
membasahi sel epitel olfaktorius agar dapat melakukan fungsinya dengan baik.
Mata merupakan organ pelihat (apparatus visual) yang bersifat peka cahaya
(fotosensitif). Komponen fungsional utama mata adalah retina. Struktur struktur yang
berkaitan dengan penglihatan antara lain: bola mata, saraf optic, dan pusat pelihat dalam otak.
Disamping itu terdapat organ organ asesoris yang penting untuk melindungi dan
mempertahankan fungsi mata, yaitu kelopak mata, bulu mata, alis mata dan kelenjar air mata,
bola mata. Hanya 1/6 bagian bola manusia yang kepermukaan anterior, sisanya terlindung
dalam orbita mata. Secara anatomis, bola mata dapat dibedakan menjadi 3 lapisan, yaitu (dari
luar ke dalam : (1) lapisan fibrosa, terdiri dari sklera dan kornea, (2) lapisan vaskuler, terdiri
dari koroid, badan siliaris dan iris, dan (3) lapisan nerevosa, yaitu retina.
Sklera (selaput putih). Merupakan selaput jaringan ikat yang kuat, berfungsi untuk
melindungi bagian bagian dalam mata dan mempertahankan kekakuan bola mata.
Kornea. Merupakan selaput bening yang melapisi bagian anterior bola mata. Merupakan
jalan masuk cahaya ke dalam mata dan menempatkan pada retina. Lapisan luar kornea
ditutup oleh lapisan epitel yang bersinambungan dengan epidermis, yang disebut
konjungtiva.
Koroid. Merupakan membrane tipis yang mengandung pigmen, melapisi permukaan
sebelah dalam sklera. Koroid mengandung banyak pembuluh darah yang menyalurkan
makanan ke retina.
Badan siliaris. Terdiri dari siliaris orbicularis (daerah yang berhubungan langsung
dengan bagian anterior koloid, prosesus siliaris dan otot otot siliaris. Badan siliaris
Gambar 4.3. Diagram penampang sagittal bola mata vertebrata, 1 = bitnik buta; 2 =
fovea sentral; 3 = badan siliaris; 4 = ligament suspensori; 5 = lensa; 6 = kelopak
mata. (Sumber : Kent, 1973).
Otot otot mata. Mata mempunyai dua macam otot, yaitu otot ekstrinsik dan instrinsik.
Otot ekstrinsik memegang bola mata disisi luar pada tulang orbital. Otot ini menggerakkan
bola mata secara volunteer (menurut kehendak). Menurut susunannya, otot ekstrinsik dapat
dibedakan menjadi otot rektus (lurus) dan otot obliqus (miring). Otot instrinsik terdapat di
dalam bola mata, terdiri atas otot iris dan otot siliaris yang ke duanya bekerja secara
involunter.
Kita dapat melihat suatu benda karena adanya pantulan cahaya dari benda tersebut masuk
ke mata. Secara garis besar, pantulan cahaya tersebut akan masuk ke mata secara berurutan.
Yaitu melalui kornea, aqueous humor, pupil, lensa, vitreous humor dan akhirnya ditangkap
oleh fotoreseptor di retina.
Pantulan cahaya yang masuk menembus kornea akan diteruskan melewati pupil.
Banyaknya cahaya yang masuk melewati pupil diatur oleh iris. Melalui pupil, cahaya
diteruskan menembus lensa mata. Pada lensa mata terjadi perubahan bentuk sehingga dapat
memfokuskan cahaya pada retina. Dalam hal ini lensa melakukan perubahan bentuk dengan
cara mencembungkan atau memipih.
Pada retina terbentuk bayangan nyata, terbalik dan lebih kecil daripada ukuran objek
aslinya. Saat fotoreseptor di retina menerima ransangan cahaya, impuls akan diteruskan
kedalam serat-serat saraf. Impuls-impuls ini dikirim disepanjang saraf optik ke pusat
penglihatan di otak depan (lobus oksipital), sehingga menghasilkan suatu kesan yang sesuai
aslinya, baik ukuran, warna maupun jarak dari objek. Selanjutnya, pembalikan bayangan
Gambar 5.1. Struktur telinga manusia, yang terdiri dari bagian luar, tengah dan dalam
(Sumber: Tortora, 1995)
Telinga tengah (kavum tympanikus) adalah suatu rongga kecil dalam tulang pelipis
yang berisi 3 keping tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang martil), inkus (tulang
landasan), dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiganya saling berhubungan melalui persendian.
Tingkai maleus melekat pada permukaan dalan membran timpani, sedangkan bagian
kepalanya berhubungan dengan inkus. Selanjutnya, inkus bersendian dengan stapes. Stapes
berhubungan dengan membran pemisah antara telinga tengah dan telinga dalam,yang disebut
fenestra ovalis (tingkap jorong atau fenestra kokhlea, yang tertutup oleh membran yang
disebut membran tympani sekunder.
Telinga tengah berhubungan dengan faring melalui Tuba Eustachius, yang berfungsi
untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi membrana tympani. Tuba Eustachius
akan terbuka ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara yang
sangat keras (misalnya ledakan bom), membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk
mencegah pecahnya membrana tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba Eustachius
membuka dan udara akan masuk melalui saluran tersebut ke telinga tengah, sehingga
menghasilkan tekanan yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luarmembrana
tympani.
Telinga dalam disebut juga labirin. Secara struktural labirin terdiri dari dua bagian,
yaitu labirin tulang di sebelah luar (tepi) dan labirin membran di sebelah dalam (tengah).
Labirin tulang dibatasi oleh periosteum dan mengandung perilimfe, yang serupa dengan
cairan serebrospinal. Labirin membran dibatasi oleh epitel dan mengandung endolimfe, yang
serupa dengan cairan intrasel. Labirin terdiri atas 3 saluran yang kompleks, yaitu vestibula,
kokhlea (rumah siput), dan 3 buah kanalis semisirkularis(saluran setengah lingkaran) .
Gambar 5.2. Struktur secara rinci telinga dalam, dibedakan menjadi labirin tulang
(luar/tepi) dan labirin membrane (dalam/tengah). Terdiri dari vestibula, kokhlea dan
kanalis semisirkulasi. (Sumber : Tortora, 1995)
Gambar 5.3. Struktur macula akustika pada vestibula, sebagai organ indra
keseimbangan statis (Sumber : Tortora, 1995)
Otak kecil burung berukuran besar karena berkembang dengan baik sebagai pusat
keseimbangan tubuh burung pada saat terbang. Sebagian besar burung memiliki indra
penglihat yang sangat membantu burung untuk mendapatkan makanan, untuk menemukan
musuh, maupun untuk terbang. Mata burung mampu berakomodasi dengan cara mengubah
bentuk lensa matanya. Pada saat burung melihat benda yang jauh, lensa mata burung akan
memipih. Sebaliknya, pada saat burung melihat benda yang dekat, lensa mata burung akan
mencembung.
Pada umumnya mata burung terletak di sisi kiri dan kanan kepalanya agar dapat
melihat keadaan di sekelilingnya tanpa harus memutar kepala. Beberapa jenis burung
pemangsa, misalnya burung hantu, memiliki mata yang menghadap ke depan. Pandangan
binokuler ini memungkinkan burung hantu untuk melihat benda-benda yang dekat dan jauh
sehingga mampu memperkirakan jarak suatu benda. Hal itu penting bagi burung-burung
pemangsa untuk rnengintai dan menangkap mangsa. Aktivitas burung hantu banyak
dilakukan di malam hari. Oleh karena itu, retina matanya lebih banyak mengandung sel-sel
batang dibanding retina mata burung lain. Sel-sel batang tersebut peka atau sensitif terhadap
cahaya redup. Burung yang banyak beraktivitas pada siang hari. memiliki retina mata yang
lebih banyak mengandung sel-sel kerucut. Sel kerucut tersebut peka terhadap cahaya yang
kuat. Pada retina burung juga terdapat pektin yang merupakan kelanjutan dari saraf mata ke
bola mata. membentuk lipatan, dan di dalamnya terkandung banyak pigmen. Fungsi
pektin tersebut belum diketahui secara pasti, diduga berhubungan dengan indra penentu arah.
Pektin pada burung yang biasa terbang tinggi. misalnya merpati, berkembang dengan baik.
Anjing memiliki indra pencium dan pendengar yang sangat baik. Daya penciumannya
yang tajam membuat anjing mampu mengikuti bau mangsanya sampai beberapa kilometer.
Anjing pelacak dapat menemukan persembunyian seorang penjahat dengan mencium
jejaknya. Telinga anjing juga dapat digerakkan dan ditegakkan sehigga mampu menangkap
getaran bunyi dengan sangat baik.
Di bawah ini adalah tabel perbandingan struktur anatomi organ-organ indra pada vertebrata
No. Sistem indra Pisces Amphibi Reptil Aves Mamalia
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Untuk lebih memahami semua tentang sistem indra pada manusia,dan hewan
vertebrata serta kelainan atau penyakit pada sistem indra, disarankan para pembaca
mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini.
DAFTAR RUJUKAN
Sunarto.2014.Konsep dan Penerapan Sains Biologi. Solo : Tiga Serangkai