Oleh
Jensa Yuswantoro
1917021036
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ciri dari makhluk hidup yaitu mampu berkembang biak yang dimana
bertujuan untuk melestarikan keturunannya. Perkembangbiakan tanaman
secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu perkembangbiakan secara alami
dan juga buatan (Sumardi, 2002).
Perkembangbiakan alami adalah perkembangbiakan tanaman oleh tanaman itu
sendiri secara alami atau dibantu oleh alam yaitu secara generatif (kawin)
maupun secara vegetatif (tidak kawin). Sedangkan perkembangbiakan secara
buatan adalah perkembangbiakan tanaman yang mendapat campur tangan
manusia seperti mengcangkok (Wikipedia, 2012).
Bunga merupakan modifikasi suatu tunas (batang dan daun) yang bentuk,
warna, dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan. Oleh
karena itu, bunga ini berfungsi sebagai tempat berlangsungnya penyerbukan
dan pembuahan yang akhirnya dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan.
Mengingat pentingnya bunga bagi tumbuhan maka pada bunga terdapat sifat-
sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan fungsinya sebagai
penghasil alat perkembangbiakan. Pada umumnya, bunga mempunyai sifat-
sifat seperti berikut (Alfiansyah, 2012) :
1. Mempunyai warna menarik.
2. Biasanya berbau harum.
3. Bentuknya bermacam-macam.
4. Biasanya mengandung madu.
Serbuk sari atau pollen (bahasa Inggris) merupakan alat penyebaran dan
perbanyakan generatif dari tumbuhan berbunga. Serbuk sari merupakan
modifikasi dari sel sperma. Secara sitologi, serbuk sari merupakan sel dengan
tiga nukleus, yang masing-masing dinamakan inti vegetatif, inti generatif I, dan
inti generatif II. Sel dalam serbuk sari dilindungi oleh dua lapisan (disebut
intine untuk yang di dalam dan exine yang di bagian luar) untuk mencegahnya
mengalami dehidrasi (Wikipedia, 2012).
Serbuk sari tidak tahan hidup lama di alam bebas. Serbuk sari (pollen) itu
masing-masing berisi butir serbuk sari vegetatif (non-reproduktif) sel-sel
(hanya satu sel di sebagian besar tumbuhan berbunga tetapi beberapa tumbuhan
lain) dan generatif (reproduktif) sel yang mengandung dua nukleus yaitu
tabung inti (yang memproduksi tabung serbuk sari) dan inti generatif (yang
membagi untuk membentuk dua sel sperma). Sekelompok sel yang dikelilingi
oleh selulosa dinding sel yang kaya disebut intine, dan tahan dinding luar
sebagian besar terdiri dari sporopollenin disebut exine (Wikipedia, 2012).
Metode asetolisis adalah salah satu metode pembuatan preparat serbuk sari yang
menggunkan prinsip melisiskan dinding sel serbuk sari dengan asam asetat glasial serta asam
sulfat pekat sebagai bahan tambahan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil amatan
morfologidinding serbuk sari ornamentasi dari serbuk sari tersebut (Wikipedia, 2012).
Berdasarkan teori tersebut maka dilakukan percobaan mengenai pembuatan
preparat pollen dengan metode asetolisis.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara pembuatan
preparat pollen pada kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis dengan metode
asetolisis
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bunga merupakan modifikasi suatu tunas (batang dan daun) yang bentuk, warna,
(Alfiansyah, 2012).
3. Bentuknya bermacam-macam.
Bunga terdiri dari bagian steril dan fertil. Bagian steril terdiri dari ibu tangkai
bunga terdiri dari daun kelopak (sepal) dan daun mahkota (petal). Bagian bunga
fertil terdiri dari mikrosporofil sebagai benang sari dan makrosporofil sebagai
mikrogametofit masak atau belum masak. Serbuk sari atau pollen adalah alat
reproduksi jantan yang terdapat pada tumbuhan dan mempunyai fungsi yang sama
dengan sperma sebagai alat reproduksi jantan pada hewan. Serbuk sari berada
dalam kepala sari (anthera) tepatnya dalam kantung yang disebut ruang serbuk
sari (theca). Setiap anthera rata-rata memiliki dua ruang serbuk sari yang
Asetolisis adalah salah satu metode pembuatan preparat serbuk sari yang
menggunkan prinsip melisiskan dinding sel serbuk sari dengan asam asetat glasial
serta asam sulfat pekat sebagai bahan tambahan. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan hasil amatan morfologi dinding serbuk sari ornamentasi dari serbuk
sari tersebut. Serbuk sari yang digunakan dalam pembuatan preparat ini haruslah
merupakan serbuk sari yang matang. Serbuk sari yang matang ini dapat ditandai
dengan sudah tidak ada air dalam serbuk sari tersebut, jika serbuk sari dipatahkan
Langkah-langkah dari proses asetolisis ini antara lain adalah fiksasi, pemanasan,
pertama yaitu fiksasi serbuk sari. Fiksasi adalah suatu usaha untuk
mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan, dalam hal ini serbuk sari agar
tetap pada tempatnya, dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun ukuran
untuk mengubah indeks bias bagian-bagian sel, sehingga bagian-bagian dalam sel
karena tanpa diwarnai bagian-bagian jaringan tidak akan dapat jelas dibedakan
satu sama lain, dan untungnya fiksatif mempunyai kemampuan untuk membuat
jaringan mudah menerap zat warna. Dari proses fiksasi ini, fiksatif diharapkan
protoplasma
Ada dua macam fiksatif, yaitu fiksatif sederhana dan majemuk atau campuran.
macam zat saja, sedangkan fiksatif majemuk atau campuran adalah larutan yang
di dalamnya mengandung lebih adri satu macam zat. Fiksatif yang digunakan
serbuk sari dalam pembuatan preparat ini ada satu bahan utama yaitu asam asetat
glasial dan satu bahan tambahan, yaitu H2SO4 (asam sulfat) pekat. Kedua fiksatif
tersebut termasuk dalam fiksatif sederhana. Asam asetat adalah cairan yang tidak
berwarna dengan bau yang tajam. Sedangkan asama asetat glasial adalah asam
asetat yang padat dan murni serta dapat mencair pada suhu 117°C. Asam asetat
dapat bercampur dengan alkohol dan air. Fiksatif ini dibuat dengan jalan distilasi
dari kayu dalam ruang hampa udara. Hasil distilasi ini adalah piroligneous,
dimana piroligneous ini adalah campuran yang mengandung asam asetat yang
2002).
memiliki dua fungsi dalam sitologi, yaitu mencegah pengerasan dan mengeraskan
kromosom. Dalam konsentrasi tinggi, asam asetat dapat menghancurkan
serbuk sari dan fiksatif dengan kecepatan 2000 rpm selama 10 menit. Tujuan dari
centrifuge ini adalah memisahkan serbuksari dan asam asetat glacial, karena
serbuk sari berukuran kecil dan bercampur dengan asam asetat glacial sehingga
serbuk sari susah untuk diambil, maka diperlukan centrifuge. Dari hasil centrifuge
ini akan terbentuk supernatan asam asetat dan endapan serbuk sari. Asam asetat
tabung centrifuge saja. Pembuangan asam asetat ini perlu kehati-hatian agar
serbuk sari yang mengendap di dasar tabung tidak menyebar kembali dalam
Larutan campuran antara H2SO4 pekat dan asam asetat glasial dengan
tersebut di dalam waterbath (penangas air) di atas lampu spiritus. Pemanasan ini
dilakukan hingga air dalam penangas mendidih. Pemanasan larutan ini bertujuan
untuk mempercepat terjadinya reaksi yang terjadi pada serbuk sari. Sedangkan
penambahan H2SO4 dan asam asetat glasial dengan perbandingan 1:9 ini
berfungsi untuk untuk melisiskan selulosa pada dinding serbuk sari (asetolisis),
sehingga setelah dibuat preparat, morfologi eksin serbuk sari akan terlihat lebih
jelas dibandingkan dengan sebelum asetolisis. Selain itu, asetolisis ini juga
berubah warna menjadi agak kecoklatan. Serbuk sari dan larutan yang dipanaskan
memisahkannya dari larutan asam asetat glasial dan H2SO4 pekat. Centrifuge
dilakukan selama 10 menit dan dengan kecepatan 2000 rpm. Hasil centrifuge
adalah supernatan di bagian atas tabung centrifuge, yaitu larutan asam asetat
glasial dan asam sulfat pekat serta endapan di dasar tabung, yaitu serbuk sari yang
telah terasetolisis. Supernatan kemudian dibuang secara hati-hati agar serbuk sari
kyang sudah mengendap tidak menyebar kembali kedalam larutan dan ikut
Pencucian serbuk sari dengan aquadest sebanyak dua kali. Pencucian dilakukan
dengan penambahan aquadesh ke dalam tabung centrifuge yang berisi serbuk sari
bersih. Perlakuan tersebut dilakukan dua kali untuk mendapatkan serbuk sari yang
bersih tanpa ada sisa zat kimia seperti fiksatif dalam serbuk sari yang akan dibuat
mikroskop. Pewarnaan dapat memperjelas bentuk ornamen dinding sel serbuk sati
chlorida dan zat warna basa yang kuat. Zat warna ini tergolong dalam zat warna
golongan azine, yaitu zat warna yang mengandung cincin orthoquinonoid yang
dilarutkan dalam sedikit aquades, hal ini masih dilakukan dalam tabung
kembali yang ditujukan untuk mendapatkan serbuk sari yang terwarnai dengan
selama 10 menit dan dengan kecepatan 2000 rpm. Hasil dari sentriufuge adalah
supernatan berupa larutan safranin dan aquadesh yang selanjutnya dibuang dan
endapan berupa serbuk sari di dasar tabung yang selanjutnya digunakan untuk
preparat, dimana serbuk sari diambil dari dasar tabung centrifuge kemudian
diletakkan pada salah satu sisi object glass. Kemudian, di masing-masing sisi dari
serbuk sari yang diletakkan ini disusun empat potongan kecil parafin. Selanjutnya
di atas serbuk sari diletakkan potongan lembaran gliserin jelli. Susunan tersebut
perlu dipertimbangkan peletakannya agar dapat dihasilkan preparat yang rapi dan
proporsional. Setelah penyusunan gliserin jelli, parafin, dan serbuk sari selesai,
cover glass. Pemanasan ditujukan untuk mencairkan parafin dan gliserin jelli agar
dapat menutup serbuk sari, sehingga dihasilkanlah preparat serbuk sari yang tahan
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu pipet tetes, botol sampel, objek
glass, deck glass, cuvet, sentrifuse, waterbath, pinset, bunsen, gegep dan tabung
reaksi.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu air, serbuk sari kembang sepatu
Hibiscus rosa-sinensis, aquadest, H2SO4 pekat, asam asetat glasial, parafin, label
dan methylen blue.
Prosedur kerja
Cara kerja pada percobaan ini yaitu :
glacial sebanyak beberapa tetes pada botol sampel selama 24 jam. Kemudian
selama 10 menit.
piset, keemudian meletakkan serbuk sari pada preparat. Setelah itu menaruh
potongan parafin kecil pada tiap sudut objek gelas, kemudian memanaskan
A. Hasil Pengamatan
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui tahapan-tahapan pembuatan preparat
Tahapan awal dari percobaan ini yaitu dilakukan fiksasi terhadap pollen selama 24
elemen sel atau jaringan, dalam hal ini serbuk sari agar tetap pada posisinya dan
tidak mengalami perubahan bentuk maupun ukuran dengan media kimia sebagai
menit. Dari hasil sentrifuge ini akan terbentuk supernatan asam asetatglacial dan
sari yang mengendap di dasar tabung sentrifuge. Pembuanganasam asetat ini perlu
kehati-hatian agar serbuk sari yang mengendap di dasar tabung tidak menyebar
Kemudian menambahkan larutan campuran antara H2SO4 pekat dan asam asetat
untuk mempercepat terjadinya reaksi yang terjadi pada serbuk sari. Sedangkan
penambahan H2SO4 dan asam asetat glasial dengan perbandingan 1 : 9 ini berfungsi
untuk untuk melisiskan selulosa pada dinding serbuk sari, sehingga setelah dibuat
preparat, morfologi eksin serbuk sari akan terlihat lebih jelas. Larutan kemudian
larutan asam asetat glacial dan H2SO4 pekat. Sentrifuge dilakukan selama 10
yaitularutan asam asetat glasial dan asam sulfat pekat serta endapan di dasar
secarahati-hati agar serbuk sari yang sudah mengendap tidak menyebar kembali
Berikutnya adalah pencucian serbuk sari dengan aquadest sebanyak dua kali. Pencucian
dilakukan dengan penambahan aquadesh ke dalam tabung sentrifuge yang berisi serbuk
sari kemudian melakukan sentrifuge untuk mendapatkan serbuk sari yang sudah
aquades dan metilen blue. Tujuan utama dari pewarnaan adalah untuk meningkatkan kontras
serbuk sari di bawah mikroskop. Dalam proses pewarnaan, metilen blue dilarutkan
dalam sedikit aquades, hal ini masih dilakukan dalam tabung centrifuge.
dengan larutan metilen blue dan aquades. Sentrifuge dilakukan selama 10 menit dan
preparat, dimana serbuk sari diambil dari dasar tabung centrifuge kemudian
struktur dari pollen bunga kembang sepatu Hibiscus rosasinensis berbentuk bulat
dan dilengkapi spina atau duri-duri disekelilingnya. Dinding serbuk sari terdiri
dari dua lapisan, yaitu Eksin (lapisan luar) tersusun atas sporopolenin, dan In tin
(lapisan dalam) yang tersusun atas selulosa. Struktur dinding serbuk sari,
khususnya bagian eksin, merupakan salah satu karakter yang digunakan dalam
identifikasi. Struktur halus eksin dapat dibedakan menjadi tiga tire, yaitu: tektat,