Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN

REPRODUKSI JANTAN

Dosen Pengampu :

Dr. Wulan Christijanti, M.Si.

Disusun oleh :

Risma Irfiyani (4401419042)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2021
REPRODUKSI JANTAN

Tanggal Praktikum : Rabu, 3 November 2021


A. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
1. Menghitung konsentrasi spermatozoa
2. Mengamati morfologi spermatozoa
B. Dasar Teori
Organ reproduksi pada mamalia jantan memiliki beberapa variasi sesuai
dengan karakteristik reproduksi dan jenis hewan. Variasi tersebut mencakup
variasi bentuk, lokasi, dan keberadaan/jumlah kelenjar asesorius dari organ
reproduksi jantan (Novelina et.al, 2014). Testis merupakan kelenjar utama
dalam sistem reproduksi jantan yang bertanggung jawab terhadap produksi
gamet jantan atau spermatozoa (spermatogenesis) dan sintesis hormon jantan
atau androgen (steroidogenesis). Testis berjumlah sepasang, terletak di
inguinal, tersimpan dalam kantung skrotum. Pada mammal, testis turun dan
keluar dari rongga abdomen (peritoneal) menuju posisi ekstrakorporeal dan
akhirnya masuk ke dalam skrotum (inguinoskrotal). Proses ini dikenal sebagai
descensus testiculorum yang dikendalikan oleh androgen. Dengan posisi ini
temperatur testis menjadi lebih rendah daripada temperatur tubuh (sekitar 2 –
4C) yang diperlukan untuk spermatogenesis (Fitria et.al., 2015).
Selain testis, terdapat kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap (accessory
sex glands), yaitu: vesikula seminalis, kelenjar koagulasi, prostat, bulbouretralis
(kelenjar Cowper), dan ampula. Kelenjar-kelenjar ini menghasilkan berbagai
sekret yang berperan dalam transportasi spermatozoa, buffer, suplai nutrien dan
substrat metabolik untuk kehidupan spermatozoa terutama motilitas dan
fertilitas, fungsi lubrikasi, dan membentuk vaginal plug. Sekret yang dihasilkan
accessory sex glands bersama-sama dengan spermatozoa dan sekret epididimis
disebut semen (Gofur et al., 2014).
Epididimis, saluran yang berada di dalam skrotum. Epididimis
merupakan saluran yang memilki panjang 7 meter dan menghubungkan antara
testis dengan vas deferens. Epididimis berfungsi sebagai tempat pematangan
sperma. Di dalam epididimis sperma dihasilkan di dalam testis akan ditampung
untuk beberapa saat, kurang lebih 6 minggu sperma menjadi motil, matur, dan
mengalami proses pematangan hingga sperma menjadi dewasa dan mampu
melakukan fertilisasi. Sebelum matang sperma tidak dapat membuahi telur
(Caisar, 2015).
Vas deferens, merupakan suatu saluran untuk mengangkut sperma ke
vesikula seminalis (kantung sperma). Vas deferens merupakan tabung yang
masing-masing panjangnya 45 cm, mengankut spermatozoa dari epididimis dan
uretra pars prostatik. Vas deferens merupakan saluran yang dapat diikat dan
dipotong pada saat vasektomi. Sperma masih diproduksi dan memasuki vas
deferens, tetapi sperma tersebut tidak dapat diejakulasikan sehingga mengalami
degenerasi. Vas deferens menghasilkan sekret dan kelenjar (Caisar, 2015).
Sperma yang terbentuk akan dialirkan ke bagian saluran pemancaran
yang disebut duktus ejakulatoris. Dari bagian ini, sperma disemprotkan lewat
saluran di dalam penis yaitu uretra. Pada keadaan ini, penis dalam keadaan
menegang, untuk dapat menyalurkan semen ke dalam alat kelamin wanita,
peristiwa ini disebut ejakulasi. Disekitar penis terdapat otot-otot yang sangat
mudah untuk berkontraksi. Keadaan di mana otot penis berkontraksi sehingga
mengakibatkan penis tegang disebut ereksi. Sperma yang tidak dikeluarkan dari
dalam tubuh akan mati lalu diserap oleh tubuh (Caisar, 2015).
Spermatogenesis berlangsung di dalam tubuli seminiferi testis.
Spermatogonia, spermatosit, dan spermatid berasosiasi secara spesifik
membentuk siklus spermatogenik atau staging yang bervariasi antar species.
Spermatogenesis meliputi beberapa fase, yaitu: mitosis, meiosis,
spermiogenesis, golgi, capping, acrosomal, dan maturase. Spermatozoa sebagai
produk spermatogenesis mengalami migrasi dari tubuli seminiferi testis menuju
epididimis untuk maturasi dan disimpan sementara. Stimulasi menyebabkan
sebagian spermatozoa dialirkan melalui vas deferens menuju ampula untuk
ditambahkan cairan dari accessory sex glands membentuk semen yang siap
diejakulasikan (Fitria et.al., 2015).
Jumlah sperma atau konsentrasi sperma dari spesies uji dapat ditentukan
dari sampel ejakulat, epididimis, atau testis. Penentuan jumlah sperma
epididimis biasanya hanya menggunakan sperma dari bagian kauda. Perubahan
jumlah sperma setelah perlakuan bahan atau obat dapat memberi petunjuk
penting mengenai pengaruh suatu bahan terhadap produksi sperma (Luthfi,
2013).
Testosteron sebagai androgen utama yang diproduksi oleh sel-sel
interstitial Leydig, berperan dalam regulasi spermatogenesis, yaitu memacu
pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel spermatogenik. Disamping itu testosteron
juga berperan dalam menstimulasi pertumbuhan serta memelihara struktur dan
fungsi organ-organ reproduksi (termasuk saluran dan kelenjar), serta
memunculkan dan mempertahankan ciri kelamin jantan sekunder (Gofur et al.,
2014).
C. Alat dan Bahan
Alat :
- Perangkat alat bedah
- Kaca obyek dan penutupnya
- Mikroskop
- Hemositometer
- Hand counter
- Bak parafin
Bahan :
- Tikus/ mencit
- NaCl fisiologis
- Eosin
- Kertas pH.
D. Prosedur
1) Menghitung Konsentrasi Spermatozoa

Dibuat larutan stok. Siapkan seekor tikus kemudian dibunuh dan dibenah untuk
diambil epididimisnya. Disiapkan kapas yang sudah dibasahi dengan kloroform.
Kemudian masukan kapas tersebut kewadah tertutup yang berisi tikus

Disiapkan larutan NaCl fisiologis dan masukan ke dalam gelas petri. Dilakukan
pembedahan pada tikus, dilakukan pada bagian abdomen tikus. Untuk mengeluarkan
testis, dilakukan dengan menekan bagian skrotum hingga testis keluar

Diambil bagian epididimis tikus yang merupakan tempat penyimpanan dan


pematangan sperma. Dimasukkan epididimis kedalam NaCl fisiologis ,dan keluarkan
sperma dari epididimis

Menghitung spermatozoa : Digunakan bilik hitung newbower. Diletakkan bilik hitung


new bower pada mikroskop kemudian tutup dengan kaca penutup

Diatur posisi sehingga bilik hitung dapat terlihat jelas. Disiapkan NaCl sebagai
pengencer ke dalam plat tetes. Kemudian hisap larutan stok dengan pipet
hemositometer sampai tanda 0,5, dan hisap larutan NaCl fisiologis sampai tanda 1,01.
Pipet digoyangkan agar terhomogenasi. Kemudian buang beberapa tetes cairan darah

Teteskan larutan tersebut pada bilik hitung. Lakukan pengamatan dan hitung sperma
yang terdapat tersebut
2) Mengamati morfologi spermatozoa

Diteteskan satu tetes larutan stok pada gelas benda

Ditambahkan 1 tetes zat warna eosin

Ditutup dengan gelas penutup dengan perlahan dan hati hati

Dilakukan pengamatan dibawah mikroskop pada bagian ekor, kepala


sperma

E. Data Pengamatan
a) Konsentrasi Sperma
❖ Data Kelompok
Jumlah Konsentasi
Kelompok Nama Bilik Morfologi
(S) (juta/ml)
1 7
2 6
Khoirun
3 2 48 Normal
Nisak
4 7
5 2
1 6
2 6
Riska
3 3 50 Normal
Arifa
4 7
5 3
2
1 6
2 5
Risma
3 2 46 Normal
Irfiyani
4 7
5 3
1 7
2 4
Yasyinta
3 3 44 Normal
Zalza
4 6
5 2
❖ Data Kelas

No Kelompok Konsentrasi (juta/mL)

1. 1 22,6 juta/mL

2. 2 47 juta/mL

3. 3 30,5 juta/mL

4. 4 36,5 Juta /mL

5. 5 34 juta/mL

6. 6 34,5 juta/mL

7. 7 42 juta/mL

8. 8 32 juta/mL

b) Morfologi Sperma

No Kelompok Gambar Tipe Spermatozoa


1. 1 Normal
2. 2 Normal

3. 3 Normal

4. 4 2 normal, 2 condensed acrosome

5. 5 Normal
6. 6 Normal head

7. 7 3 normal, 2 condensed acrosome

8. 8 2 normal, 2 condensed acrosome

F. Analisis Data
- Praktikan Khoirun Nisak
S (jumlah spermatozoa dalam bilik hitung) = 7 + 6 + 2 + 7 + 2 = 24
Konsentrasi spermatozoa = S × 10.000 × 200 = 24 × 10.000 × 200 = 48 juta/mL
- Riska Arifa
S (jumlah spermatozoa dalam bilik hitung) = 6 + 6 + 3 + 7 + 3 = 25
Konsesntrasi spermatozoa = S × 10.000 × 200 = 25 × 10.000 × 200 = 50 juta/mL
- Risma Irfiyani
S (jumlah spermatozoa dalam bilik hitung) = 6 + 5 + 2 + 7 + 3 = 23
Konsesntrasi spermatozoa = S × 10.000 × 200 = 23 × 10.000 × 200 = 46 juta/mL
- Yasyinta Zalza Nabila
S (jumlah spermatozoa dalam bilik hitung) = 7 + 4 + 3 + 6 + 2 = 22
Konsesntrasi spermatozoa = S × 10.000 × 200 = 22 × 10.000 × 200 = 44 juta/mL
- Rata-rata
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑝𝑒𝑟𝑚𝑎𝑡𝑜𝑧𝑜𝑎 48+50+46+44 188
= = = 𝟒𝟕 𝒋𝒖𝒕𝒂/𝒎𝒍
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 4 4

No Kelompok Konsentrasi (juta/mL)

1. 1 22,6 juta/mL

2. 2 47 juta/mL

3. 3 30,5 juta/mL

4. 4 36,5 Juta /mL

5. 5 34 juta/mL

6. 6 34,5 juta/mL

7. 7 42 juta/mL

8. 8 32 juta/mL

G. Pembahasan
Percobaan yang berjudul reproduksi hewan jantan ini bertujuan untuk
menghitung konsentrasi spermatozoa dan mengamati morfologi spermatozoa
dengan menggunakan tikus sebagai bahan percobaan. Pada penghitungan
jumlah sperma pada tikus dihitung dari preparat hewan coba. Perhitungan
preparat dilakukan dengan menggunakan kamar hitung neubauer improved.
Kemudian dihitung rerata jumlah spermatozoa setiap dalam tiap kelompok.
Hasil yang didapat setelah dihitung menggunakan rumus penghitungan
konsentrasi spermatozoa, diperoleh hasil sebesar 47 juta/ml suspensi,
sedangkan konsentrasi sperma normal pada tikus adalah 20 sampai 40 juta/ml.
Hal ini menandakan bahwa tikus mengalami abnormalitas pada jumlah
konsentrasi sperma. Namun, menurut Garner dan Hafez (2000) jumlah
spermatozoa hidup pada sampel semen dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu umur hewan, jenis pakan yang dikonsumsi, radikal bebas, suhu,
pH, dan viskositas pengencer serta variasi individu (Garner dan Hafez, 2000).
Selain faktor yang telah disebutkan di atas, faktor eksternal seperti metode
penanganan semen dan ketelitian penghitungan juga berpengaruh terhadap
jumlah spermatozoa hidup di dalam sampel semen. Varisli et al. (2009)
menyatakan bahwa faktor lain yang memengaruhi hasil penelitian adalah
keterampilan dan ketelitian peneliti pada saat menghitung jumlah
spermatozoa hidup. Oleh karena itu, untuk menghindari tingkat kesalahan
penghitungan yang tinggi sehingga mendapatkan hasil yang lebih akurat
maka mulai dari proses koleksi semen hingga penghitungan persentase
spermatozoa hidup dari kauda epididimis pada seluruh tikus dalam penelitian
ini hanya dilakukan oleh satu orang peneliti.
Pada pengamatan morfologi spermatozoa kelompok 2 mendapatkan
hasil yaitu semua morfologi sperma yang diamati adalah normal. Hal pertama
yang dilakukan adalah suspensi spermatozoa tikus diteteskan sebanyak dua
tetes di atas kaca objek lalu diratakan dengan kaca objek lainnya. Sel
spermatozoon terdiri dari bagian kepala yang terlatak di bagian ujung dan
tersusun atas satu set kromosom yang bersifat haploid yang kompak, bagian
leher dan bagian ekor. Bagian kepala berfungsi sebagai penerobos jalan menuju
masuk ke dalam ovum, dan membawa bahan genetic yang diwariskan.
Mitokondria yang terdapat pada bagian middle piece berfungsi sebagai
penyuplai ATP sebagai energi yang digunakan sel spermatozoon untuk
pergerakan ekor. Bagian ekor spermatozoon berfungsi untuk pergerakan
spermatozoon menuju ke tempat pembuahan dan untuk menerobos selaput
ovum (Awik, 2005). Sedangkan pada sperma mencit dijumpai keabnormalan
seperti tampakekor ganda pada bagian tail dan ada yang tidak memiliki
bagian kepala aliasmissing head-defects (Takeda et al., 2016). Pada
umumnya abnormalitas sepertiini disebabkan oleh paparan terhadap logam
berat seperti kadmium. Namun, bisa saja, diakibatkan oleh gangguan saat
meiosis. Keberadaan bentuk sperma sepertiini sangat mungkin menyebabkan
infertilitas pada mencit jika dalam jumlah diatas ambang batas. Ada beberapa
macam sperma abnormal yang ada dalam tubuh jantan, hal ini disebabkan
karena berbagai macam gangguan dalam spermatogenesis, terutama waktu
spermiogenesis. Gangguan itu mungkin karena factor hormonal, nutrisi, obat,
akibat radiasi, atau oleh penyakit (Yatim, 1994) Dari pengamatan didapatkan
data- data spermatozoa yang abnormal yaitu small head sebanyak 2, double tail
sebanyak 2, dan condensed acrosome sebanyak 1.
H. Kesimpulan
Morfologi spermatozoa yang diamati kelompok 2 adalah normal, strukturnya
terbagi atas beberapa bagian kepala yaitu kepala, leher, dan ekor. Pada
spermatozoa abnormal bagian-bagian tersebut bisa berkurang atau bertambah.
Macam spermatozoa abnormal pada praktikum kali ini antara lain : small head,
double tail, dan condensed acrosome. Adapun konsentrasi sperma yang didapat
pada kelompok 2 adalah 47 juta/ml suspensi, sedangkan konsentrasi sperma
normal pada tikus adalah 20 sampai 40 juta/ml sehingga dapat disimpulkan
sperma mengalami abnormalitas pada jumlah konsentrasinya.
I. Jawaban Pertanyaan
1. Tabel Pengamatan
Kelompok Konsentrasi (juta/mL) Tipe Spermatozoa
1 22,6 juta/mL Normal
2 47 juta/mL Normal
3 30,5 juta/mL Normal
4 36,5 juta/Ml 2 Normal, 2 Condensed acrosome
5 34 juta/mL Normal
6 34 juta/mL Normal
7 42 juta/mL 3 Normal, 2 Condensed acrosome
8 32 juta/mL 2 Normal, 2 Condensed acrosome

2. Spermatogenesis adalah awal dari proses pembentukan sel spermatozoa


atau sperma. Proses ini terjadi di organ kelamin jantan yang disebut
testis, tepatnya di bagian tubulus seminiferous. Tubulus seminiferous
berperan penting pada proses pembentukan sperma karena pada
dindingnya terdapat calon sperma (spermatogonium/spermatogonia)
yang berjumlah ribuan. Benih-benih sperma ini diberi nutrisi oleh sel
Sertoli, yang juga terdapat di tubulus seminiferous, untuk bisa
melakukan pembelahan sel yang terdiri dari mitosis dan meiosis, hingga
pada akhirnya terbentuk menjadi sperma yang matang. Sperma yang
matang kemudian disimpan di suatu saluran yang terletak di belakang
testis, yaitu epididimis. Dari epididimis, sperma bergerak ke bagian lain
yaitu vas deferens dan duktus ejakulatorius. Di dalam duktus
ejakulatorius, cairan yang dihasilkan oleh organ reproduksi lainnya,
seperti vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan bulbo uretra,
ditambahkan pada sperma hingga membentuk cairan yang biasa disebut
sebagai semen atau air mani. Cairan ini kemudian mengalir menuju
uretra dan dikeluarkan ketika ejakulasi.
3. Abnormalitas morfologi sperma
• Teratozoospermia : Disebabkan masalah genetik, kondisi ini
terjadi ketika bentuk sperma tidak normal. Salah satu indikasi
kelainan ini misalnya sperma memiliki kepala atau ekor lebih
dari satu.
• Sperma yang normal mempunyai bentuk kepala oval dan ekor
panjang. Sperma abnormal bentuk kepalanya tidak oval, terlalu
besar, dan ekornya bengkok atau bercabang.
Akibat abnormalitas tersebut, sperma tidak dapat berfungsi
dengan maksimal. Sperma tidak mampu berenang dengan gesit
menuju sel telur dan melakukan pembuahan. Beberapa hal
diketahui bisa menjadi penyebab umum bentuk sperma yang
abnormal yaitu Pembesaran pembuluh darah di dalam skrotum
(varicocele),Demam yang tinggi, Penggunaan obat obatan
terlarang dan infeksi tertentu.
• Leukocytospermia : Dikenal juga dengan sebutan pyospermia,
kondisi ini terjadi ketika ditemukan banyak sel darah putih
dalam air mani.
DAFTAR PUSTAKA
Caisar, A. (2021). Modul Sistem Reproduksi Manusia dan Hewan (Doctoral dissertation, UIN
Raden Intan Lampung).
Fitria, L., Mulyati, T. C., & Budi, A. S. (2015). Profil reproduksi jantan tikus (Rattus
norvegicus Berkenhout, 1769) galur wistar stadia muda, pradewasa, dan dewasa. J Biol
Papua, 7(1), 29-36.
Gofur, M.R., K.M.M. Hossain, R. Khaton, and M.R. Hasan. (2014). Effect of testosterone on
physio-biochemical parameters and male accessory sex glands of black bengal goat.
IJETAE 4(9): 456–465.
Luthfi, M. J. F. (2013). Analisis Kualitas Sperma Hewan Uji: Metode Penghitungan Bilangan
Sperma Epididimis Tikus. Jurnal Kaunia, 9(1), 32-39.
Novelina, S., Putra, S. M., & Setijanto, H. (2014). Tinjauan makroskopik organ reproduksi
jantan musang luak (Paradoxurus hermaphroditus). Acta VETERINARIA Indonesiana,
2(1), 26-30.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai