FISIOLOGI HEWAN
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
JURUSAN BIOLOGI
TAHUN 2021
RESPIRASI DAN TERMOREGULASI
Khoirun Nisak
4 tetes sari Perubahan yang Perubahan yang
Wadah Larutan 3 Ikan
kunyit terjadi terjadi
Air menjadi
1 Air biasa ✓ bening - -
kekuningan
Air menjadi
2 Air kapur 10% ✓ orange agak - -
pekat
Warna orange pekat
Air menjadi
berubah menjadi
3 Air kapur10% ✓ orange agak -
orange muda dan
pekat
sedikit berkeruh
Riska Arifa
4 tetes sari Perubahan yang Perubahan yang
Wadah Larutan 3 Ikan
kunyit terjadi terjadi
Air menjadi
1 Air biasa ✓ bening - -
kekuningan
Air menjadi
2 Air kapur 10% ✓ orange agak - -
pekat
Warna orange pekat
Air menjadi
berubah menjadi
3 Air kapur10% ✓ orange agak ✓
orange muda dan
pekat
sedikit berkeruh
Risma Irfiyani
4 tetes sari Perubahan yang Perubahan yang
Wadah Larutan Ikan
kunyit terjadi terjadi
Air menjadi
1 Air biasa ✓ bening - -
kekuningan
Air menjadi
2 Air kapur 10% ✓ orange agak - -
pekat
Warna orange pekat
Air menjadi
berubah menjadi
3 Air kapur10% ✓ orange agak ✓
orange muda dan
pekat
sedikit berkeruh
Yasyinta Zalza Nabila
4 tetes sari Perubahan yang Perubahan yang
Wadah Larutan 3 Ikan
kunyit terjadi terjadi
Air menjadi
1 Air biasa ✓ bening - -
kekuningan
Air menjadi
2 Air kapur 10% ✓ orange agak - -
pekat
Warna orange pekat
Air menjadi
berubah menjadi
3 Air kapur10% ✓ orange agak ✓
orange muda dan
pekat
sedikit berkeruh
F. Pembahasan
Praktikum yang pertama adalah praktikum untuk mengetahui
karbondioksida merupakan hasil respirasi. Praktikum ini menggunakan 4
tetes sari kunyit, ikan, air biasa sebagai kontrol, dan larutan air kapur 10 %.
Hasil yang didapatkan kelompok kami adalah sama. Pada air biasa, air
berubah menjadi warna bening kekuningan. Setelah ditambahkan air kapur
10% pada 2 wadah, air menjadi orange agak pekat. Kemudian setelah 1
wadah tersebut ditambahkan 3 ikan, warnanya berubah dari warna orange
agak pekat menjadi orange muda dan sedikit berkeruh. Ketika ikan
dimasukkan kedalam wadah berisi air kapur encer, ikan akan mengeluarkan
karbondioksida. Karbondioksida yang dihasilkan dari proses respirasi akan
bereaksi dengan kalsium hidroksida yang ada pada air kapur dan
menghasilkan kalsium karbonat. Senyawa kalsium karbonat inilah yang
menyebabkan air kapur menjadi keruh.
Ketika ikan dimasukkan ke dalam air kapur encer, ikan melakukan
banyak gerakan, hal ini dikarenakan ikan baru saja berada di lingkungan
baru yang tidak sesuai dengan lingkungan sebelumnya. Ikan merupakan
hewan berdarah dingin, yang mana suhu tubuhnya dipengaruhi oleh
lingkungan luar. Sehingga pada kondisi seperti itu ikan akan berusaha
mengimbangi situasi tersebut dan cenderung mempertahankan hidupnya
sehingga mengakibatkan peningkatan laju metabolismenya. Dan kondisi
tersebut berdampak pada konsumsi oksigen dalam air menurun dengan
bertambahnya suhu sehingga menyebabkan kematian organisme.
Praktikum yang selanjutnya adalah praktikum untuk mengetahui
pengaruh perubahan suhu lingkungan terhadap aktifitas hewan poikiloterm
yaitu ikan. Praktikum ini menghitung laju respirasi pada gerakan membuka
dan menutupnya operculum dari ikan dengan cara menaik dan menurunkan
suhu lingkungan hidupnya. Hasil rata-rata gerakan operkulum yang
didapatkan dari kelompok kami setelah suhu dinaikkan adalah 165,05/menit
sedangkan saat suhu diturunkan rata-rata gerakan operkulumnya adalah
129,73/menit. Hal tersebut berkaitan dengan aktivitas metabolisme tubuh
ikan karena secara tidak langsung dengan mengamati gerakan operkulum
ikan berarti kita mengetahui bagaimana ikan tersebut bernapas (respirasi).
Pada suhu air yang berbeda, kandungan oksigen dalam air tersebut berbeda
pula. Ketika ikan berada pada suhu normal, aktivitas metabolisme ikan
tersebut juga normal sehingga respirasinya berjalan dengan baik. Selain itu,
pada suhu normal molekul air bergerak secara normal dan kandungan
oksigen terlarut juga dalam keadaan normal (seimbang). Ikan beradaptasi
dengan lingkungan yang memiliki kandungan oksigen yang cukup sehingga
respirasi ikan mas berjalan dengan normal pula ditandai dengan frekuensi
gerakan operkulum ikan tersebut. Berdasarkan pengamatan, aktivitas ikan
di lingkungan air yang memiliki suhu normal adalah tenang dan tidak
mengalami kejang-kejang.
Ikan yang ditempatkan pada air dengan suhu tinggi didapatkan hasil
bahwa gerakan operkulum lebih cepat dibandingkan dengan gerakan
operkulum pada suhu normal. Hal tersebut terjadi karena aktivitas
metabolisme dalam tubuh ikan meningkat, maka respirasinya pun berjalan
dengan cepat karena kebutuhan oksigennya meningkat. Selain itu pada suhu
yang tinggi, gerakan molekul airnya cenderung lebih cepat sehingga
kandungan oksigen terlarutnya rendah. Hal tersebut akan membuat ikan
cenderung beradaptasi dengan lingkungan yang memiliki kandungan
oksigen rendah. Sehingga ikan akan berusaha untuk tetap memenuhi
kebutuhan oksigen, yaitu dengan bernapas lebih cepat ditandai dengan
semakin cepatnya gerakan operkulum pada ikan. Berdasarkan percobaan,
aktivitas ikan mas yang berada pada suhu tinggi sangat aktif. Hal tersebut
karena ikan mas mengalami stress sebagai akibat dari perubahan suhu, yaitu
dari suhu normal ke suhu yang tinggi kemudian ikan mengalami kejang-
kejang yang jika diteruskan ikan akan mengalami kematian.
Berbeda dengan ikan yang berada di lingkungan air yang memiliki
suhu rendah. Ikan semakin lama semakin lemah dan mengalami kejang-
kejang. Apabila percobaan ini dilanjutkan, kemungkinan ikan mas tersebut
akan mengalami kematian. Hal ini terjadi karena aktivitas metabolisme
dalam tubuh ikan lambat, maka respirasinya pun berjalan dengan lambat
karena kebutuhan O2 menurun. Selain itu pada suhu yang rendah, gerakan
molekul airnya lambat sehingga kandungan oksigen terlarutnya tinggi. Hal
tersebut akan membuat ikan cenderung beradaptasi dengan lingkungan yang
memiliki kandungan oksigen terlarut tinggi. Dapat disimpulkan bahwa ikan
tidak bertahan hidup pada suhu yang rendah. Semakin lama ikan berada di
lingkungan tersebut ikan semakin lemah tak berdaya dan gerakan
operkulumnya semakin lambat pula.
G. Kesimpulan
Karbondioksida yang dihasilkan pada sistem respirasi ditandai dengan
kekeruhan pada air kapur. Kekeruhan tersebut terjadi karena karbondioksida
bereaksi dengan kalsium hidroksida yang menghasilkan kalsium karbonat.
Kemudian, ikan yang berada pada suhu dingin dan panas sama-sama akan
mengalami kejang-kejang karena adaptasi. Ikan pada suhu yang panas
memiliki gerakan operculum yang lebih cepat sedangkan ikan yang berada
pada suhu dingin memiliki gerakan operkulum yang lebih lambat.
H. Jawaban Pertanyaan
1) Sebelum ditambah ikan di gelas 3, pada gelas 1 yang berisi air kran
(pH netral), setelah ditetesi ekstrak kunyit, terjadi perubahan warna
dari tidak berwarna menjadi berwarna kuning. Sementara itu, pada
gelas 2 dan 3 yang berisi air kapur encer 10% (pH basa), setelah
ditetesi ekstrak kunyit, juga mengalami perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi berwarna jingga kecokelatan. Setelah ditambah
ikan di gelas 3, warna cairan pada gelas 1 dan 2 tidak mengalami
perubahan, tetapi pada gelas 3 terjadi perubahan warna dari jingga
kecokelatan menjadi berwarna jingga kekuningan. Perubahan warna
tersebut menunjukkan penurunan pH dari yang semula basa
(Ca(OH)2) menjadi mendekati netral. Hal tersebut terjadi karena ion
Ca2+ bereaksi dengan CO2 dan gugus hidroksida membentuk air.
Gas CO2 dihasilkan dari proses respirasi yang dilakukan oleh ketiga
ikan tersebut.
2) Aktivitas ikan di lingkungan air yang memiliki suhu normal adalah
tenang dan tidak mengalami kejang-kejang. Ikan yang ditempatkan
pada air dengan suhu tinggi didapatkan hasil bahwa gerakan
operkulum lebih cepat dibandingkan dengan gerakan operkulum
pada suhu normal. Hal tersebut terjadi karena aktivitas metabolisme
dalam tubuh ikan meningkat, maka respirasinya pun berjalan dengan
cepat karena kebutuhan oksigennya meningkat. Selain itu pada suhu
yang tinggi, gerakan molekul airnya cenderung lebih cepat sehingga
kandungan oksigen terlarutnya rendah. Hal tersebut akan membuat
ikan cenderung beradaptasi dengan lingkungan yang memiliki
kandungan oksigen rendah. Sehingga ikan akan berusaha untuk
tetap memenuhi kebutuhan oksigen, yaitu dengan bernapas lebih
cepat ditandai dengan semakin cepatnya gerakan operkulum pada
ikan. Sedangkan ikan yang berada di lingkungan air yang memiliki
suhu rendah semakin lama semakin lemah dan mengalami kejang-
kejang. Hal ini terjadi karena aktivitas metabolisme dalam tubuh
ikan lambat, maka respirasinya pun berjalan dengan lambat karena
kebutuhan O2 menurun. Selain itu pada suhu yang rendah, gerakan
molekul airnya lambat sehingga kandungan oksigen terlarutnya
tinggi. Hal tersebut akan membuat ikan cenderung beradaptasi
dengan lingkungan yang memiliki kandungan oksigen terlarut
tinggi.
3) Kegiatan 2a dan 2b merupakan kegiatan dengan memberikan
perlakuan terhadap percobaan yaitu menaikkan dan menurunkan
suhu. Meningkatnya suhu menyebabkan gerakan operculum
semaikin cepat karena laju metabolisme meningkat dan respirasi
juga meningkat karena kebutuhan oksigen meningkat sedangkan
ketersediaan oksigen pada suhu tinggi menurun. Sedangkan gerakan
operculum pada suhu yang dingin adalah lebih lambat. Hal ini terjadi
karena penurunan metabolisme pada ikan yang mengakibatkan
kebutuhan O2 menurun sehingga gerakan insangnya melambat.
DAFTAR PUSTAKA
Marianti, A. dan Christijanti, W. 2019. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.
Semarang : FMIPA UNNES.
Ramadhani, Fitri. 2011. Pengruh Suhu terhadap Aktifitas Organisme. http://
elfitri-vidow.blospot.com (Diakses pada 31 ktober 2021)
Yuliani dan Rahardjo. 2012. Panduan Praktikum Ekofisiologi. Surabaya :
Unipress Universitas Negeri Surabaya.
Lampiran