Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN FISIOLOGI HEWAN

KEGIATAN 2

MENGUKUR KADAR HEMOGLOBIN (Hb)

Disusun Oleh :

Prodi Pendidikan Biologi I 2016

1. Monita Rahayu 16304241011

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
KEGIATAN 2
MENGUKUR KADAR HEMOGLOBIN (Hb)

I. Pelaksanaan Praktikum
Hari, tanggal : Selasa, 6 November 2017
Tempat pratikum : Laboratorium Zoologi, FMIPA, Universitas Negeri
Yogyakarta

II. Tujuan
Tujuan praktikum : Mahasiswa mampu mengukur kadar hemoglobin
(Hb)

III. Alat dan Bahan


Alat : Bahan :
1. Hemoglobinometer Sahli 1. Blood lanchet steril (disposable)
2. Kapas alkohol
3. Pipet khusus dengan selang
karet
4. Aquadest
5. HCL 0,1 N

IV. Cara Kerja

Mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis dengan kapas alkohol dan
membiarkannya sampai mengering

Menuusuk ujung jari tengah dengan atau jari manis naracoba dengan
menggunakan blood lanchet steril (disposable) sampai darah keluar
menetes pada setiap bulatan yaitu satu tetes darah pada kaca obyek.

Mengisi tabung berskala dan hemometer sahli dengan larutan HCl 0,1 N
sampai tanda angka dua

Menghisap darah langsung dari naracoba dengan menggunkan pipet


khusus sampai tanda garis pada pipet

Membersihkan ujung pipet dengan kertas tissue dan meniup darah yang
terdapat pada pipet tersebut kedalam tabung yang telah terisi HCl 0,1 N

Menghisap lagi cairan tersebut dan meniup lagi sampai tiga kali agar darah
dan larutan tercampur rata

Membiarkan selama kurang lebih 2 menit

Menambahkan tetes demi tetes aquades sambill diaduk dengan pengaduk


khusus sampai warnanya sesuai dengan warna tabung standar hemometer
Sahli

Membaca dan mencatat angka pada tabung berskalayang menunjukan


keadaan Hb dalam gr/100 ml darah atau gr % atau gr/dl

V. Hasil dan Pembahasan

1. Tabel Hasil Praktikum

No Nama Kadar Hb (gr/dl)


1. Monita Rahayu 15
2. Elisa Septiani 10
3. Vinasti Fathonah 8,2

2. Pembahasan

Hemoglobin adalah molekul protein dalam sel darah merah yang


membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan karbon dioksida dari
jaringan ke paru-paru. Hemoglobin merupakan protein yang mengandung zat besi
dan memiliki afinitas terhadap oksigen untuk membentuk oksihemaglobin di
dalam eritrosit. Dari mekanisme tersebut dapat berlangsung proses distribusi
oksigen dari pulma menuju jaringan (Pearce, 1991).

Pada praktikum kali ini digunakan metode Sahli. Menurut Syamsunir


Adam tahun 1995 halaman 102 , metode Sahli mengandalkan pembentukan asam
hematin yang kemudian diukur kadarnya dengan cara membandingkan warna
hasil pengenceran dengan warna standar. Kelebihan metode alat
(hemoglobinometer) praktis dan tidak membutuhkan listrik dan harganya juga
lebih murah.
Pada langkah-langkah cara kerja menggunakan metode Sahli yaitu
mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis dengan kapas alkohol dan
membiarkannya sampai mengering. Menuusuk ujung jari tengah dengan atau jari
manis naracoba dengan menggunakan blood lanchet steril (disposable) sampai
darah keluar menetes pada setiap bulatan yaitu satu tetes darah pada kaca obyek.
Selanjutnya, Mengisi tabung berskala dan hemometer sahli dengan larutan HCl
0,1 N sampai tanda angka dua. Kemudian, menghisap darah langsung dari
naracoba dengan menggunkan pipet khusus sampai tanda garis pada pipet dan
membersihkan ujung pipet dengan kertas tissue dan meniup darah yang terdapat
pada pipet tersebut kedalam tabung yang telah terisi HCl 0,1 N. Setelah itu,
Menghisap lagi cairan tersebut dan meniup lagi sampai tiga kali agar darah dan
larutan tercampur rata. Membiarkan selama kurang lebih 2 menit dan
Menambahkan tetes demi tetes aquades sambill diaduk dengan pengaduk khusus
sampai warnanya sesuai dengan warna tabung standar hemometer Sahli. Terakhir
yaitu Membaca dan mencatat angka pada tabung berskalayang menunjukan
keadaan Hb dalam gr/100 ml darah atau gr % atau gr/dl. Pada metode Sahli,
hemoglobin dihidrolisi dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh
oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi
dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin
yang berwarna cokelat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna
standar (hanya dengan mata telanjang).
Hasil praktikum menunjukan bahwa praktikan Monita memiliki kadar Hb
darah yaitu 15 gr/dl, Elisa memiliki kadar Hb darah 10 gr/dl, dan Vinasti
Fathonah memiliki kadar Hb darah 8,2 gr/dl. Menurut teori dari Kumpulan Kuliah
Farmakologi Edisi ke 2 tahun 2009 halaman 27 nilai normal kadar hemoglobin
pada laki-laki yaitu sekitar 14-18 gr/dl, sedangkan pada perempuan yaitu sekitar
12-16 gr/dl. Berdasarkan teori tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kadar Hb
yang dimiliki Vinasti dan Elisa tergolong rendah yaitu dibawah rata-rata yang
sudah ditetapkan. Hal tersebut terjadi karena beberapa kemungkinan yaitu
pertama, kesalahan praktikan dalam melakukan pengamatan karena dengan
metode Sahli sangat diperlukan ketelitian praktikan dalam membandingkan
warna yang diperoleh dari pengenceran dengan warna standar dan menghitung
tepat berapa jumlah tetesan air yang diperlukan untuk pengenceran saat warna
larutan sama dengan warna standarnya karena praktikan biasanya hanya mengira-
ngira saja dan tidak ada standar ukur yang baku. Kedua, Elisa Septiani dan Vinasti
Fatonah bertempat tinggal di daerah Bantul yang tergolong daerah berdataran
rendah sehingga kondisi Hb darah biasanya menyesuaikan kebutuhan O2
seseorang. Hal ini terdapat dalam teori dari Staff pengajar Departemen
Farmakologi dalam bukunya yang berjudul Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi
ke 2 tahun 2009 halaman 27 Pada daerah di dataran rendah dengan ketersediaan
O2 yang cukup tinggi akan membuat Hb darah beradaptasi menjadi lebih sedikit
karena kemudahan dalam memperoleh dan mengengkut O2, berbeda dengan
orang yang bertempat tinggal di dataran tinggi yang cenderung mempunyai
ketersediaan O2 yang lebih sedikit dibandingkan di dataran rendah sehingga
membuat Hb darah berubah menjadi lebih banyak untuk dapat mengikat O2 lebih
banyak sehingga mencukupi kebutuhan O2 yang ada di dalam tubuhnya, dan yang
terakhir kemungkinan karena Anemia. Menurut Jan Tambayang dalam bukunya
yang berjudul Patofisiologi mengatakan bahwa Anemia mengacu pada suatu
kondisi dimana terdapat penurunan konsentrasi Hb, jumlah SDM sirkulasi, atau
volume sel darah tanpa plasma dibandingkan dengn yang lainnya. Penderita
anemia memiliki ciri-ciri kelelahan, kepala terasa pusing, lemas, tidak bertenaga,
pucat, mata cekung,dll. Akan tetapi berdasarkan pengematan terhadap naracoba
tidak ditemukan adanya tanda-tanda atau gejal anemia.
VI. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang bertujuan untuk mengukur kadar Hemoglobin
(Hb) dapat diambil kesimpulan bahwa kadar Hb yang dimiliki oleh
naracoba Monita masih berada dalam kisaran normal yaitu 15 gr/dl, akan
tetapi dua naracoba yaitu Elisa dan Vinasti memiliki kadar Hb yangg
tergolong rendah atau dibawah normal yaitu berturut-turut sebesar 10 gr/dl
dan 8,2 gr/dl. Kadar Hb rendah yang dimiliki 2 naracoba dapat disebabkan
karena faktor intrinsik atau faktor dari dalam diri naracoba atau bisa juga
terjadi karena kesalahan praktikan dalam pengamatan dan juga karena
ketidak akuratan metode yang digunakan untuk praktikum yaitu metode
Sahli.

Saran

1. Sebaiknya selalu menjaga kebersihan selama praktikum. Blood lanchet


steril yang digunakan harus selalu dalam keadaan dan apabila sudah
dipakai jangan lupa dibuang serta jangan digunakan untuk orang lain
karena dapat beresiko tertular penyakit.
2. Peralatan yang akan digunakan harus dalam keadaan bersih. Peralatan
harus segera dibersihkan dengan menggunakan alkohol atau aquades
sebelum dan setelah praktikum agar selalu dalam koondisi steril
sehingga aman apabila digunakan praktikan.

3. Sebaiknya pada saat praktikum, praktikan harus lebih teliti dalam


membaca angka penetapan kadar hemoglobin, juga pada saat
menyamakan warna batang standar, supaya bisa mendapatkan hasil
praktikum yang akurat.

VII. Daftra Pustaka

Heru Nurcahyo dan Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi


Hewan. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Jan Tambayang. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta.
Pearce, C.E. 1991. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Staff Pengajar Departemen Farmakologi. 2009. Kumpulan Kuliah
Farmakologi. EGC : Jakarta.
Syamsunir Adam. 1995. Dasar-Dasar Mikrobiologi Parasitologi untuk
Perawat. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai