Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

PENGARUH SUHU TERHADAP DENYUT RITMIS JANTUNG KATAK

Nama : Robby Resistendi


NIM : 2008531025
Kelompok :2
Asdos : Tiffany Angelita Putri Mileva
Tanggal : 21 Oktober 2022

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2022
I. Judul
Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Ritmis Jantung Katak
II. Tujuan
Mempelajari dan memahami sifat faal otot jantung terhadap perubahan suhu
lingkungan, serta mengukur frekuensi denyut ritmis jantung katak pada suhu yang
berbeda.
III. Dasar Teori
Jantung merupakan sebuah rongga, rongga organ berotot yang bekerja
memompa darah melalui pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang.
Aliran darah yang melalui jantung menimbulkan denyut atau detak jantung
(Hindarto dkk., 2016). Jantung dapat berdetak karena memiliki sel-sel alat pacu
jantung yang menciptakan gelombang listrik. Sel-sel tersebut menciptakan irama
jantung dari atrium kanan dengan penyebarannya ke seluruh jantung, sehingga
terjadi pemompaan darah (Antzelevitch and Alexander, 2012). Denyut jantung
merupakan satuan untuk menghitung intensitas fungsi jantung, dengan satuan bpm
(beats per minute) atau denyut per menit (Shirzadfar et al., 2018).
Jantung terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu di antara kedua
paru-paru. Lapisan yang mengitari jantung (perikardium) terdiri dari dua bagian
meliputi lapisan sebelah dalam (perikardium visceral) dan lapisan sebelah luar
(perikardium parietal). Kedua lapisan perikardium ini dipisahkan oleh sedikit
cairan pelumas yang berfungsi untuk mengurangi gesekan pada gerakan
memompa dari jantung itu sendiri. Perikardium visceral dikatakan mempunyai
hubungan langsung dengan permukaan jantung Bagian depan perikardium
berlekatan dengan tulang dada (sternum), bagian belakangnya berlekatan dengan
tulang punggung, dan bagian bawah dengan diafragma. Jantung tersusun atas otot-
otot jantung yang memiliki sifat kontraksi (Purnamasari dan Setiyadi, 2019).
Jantung memiliki sifat Iritabilitas (kemampuan jantung untuk mengadakan
tanggapan bila mendapat rangsangan dengan intensitas yang cukup besar), Daya
hantar atau konduktivitas (kemampuan jantung untuk merambatkan impuls), Daya
kontraksi atau kontraktilitas (kemampuan jantung untuk berkontraksi), otomatis
(kemampuan jantung untuk berdenyut dengan sendirinya tanpa ada impuls yang
datang dari luar jantung), dan jantung memiliki sifat mengikuti hukum Sterling,
sehingga apabila otot jantung mengembang, maka hal tersebut dikatakan bahwa
otot jantung makin panjang dan kekuatan kontraksi otot jantung makin kuat
(Merta et al., 2019).
Katak termasuk dalam hewan berdarah dingin (poikiloterm) atau ektoterm
sehingga temperatur sangat berpengaruh terhadap fisiologi dan perilaku katak.
Temperatur pada hewan ektoterm terutama pada katak dapat digunakan untuk
membantu dalam proses metabolismenya. Panas dari luar tersebut dapat
membantu proses metabolisme pada katak tetapi juga dapat berakibat sebaliknya
apabila terdapat panas yang berlebihan (Faruq dan Fatmawati, 2019). Hewan
ektoterm merupakan hewan yang bergantung pada suhu lingkungan dan
memerlukan sumber panas dari lingkungan dalam melakukan suatu kegiatan
metabolismenya (Rahma, 2021).
Jantung katak terdiri dari 3 ruangan yaitu 2 atrium telah terbagi dengan
sempurna oleh septum menjadi atrium kiri dan kanan dan 1 ventrikel (Rousdy dan
Linda, 2018). Satu ventrikel pada ruangan jantung katak akan berpengaruh
terhadap peredaran darahnya. Karena darah yang datang dari seluruh tubuh kayak
akan CO₂ yang tercampur kembali dengan darah yang datang dari paru-paru yang
kaya akan oksigen (Merta et al., 2016). Suhu tubuh merupakan perbedaan antara
jumlah panas yang dihasilkan oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang
pada lingkungan luar. Suhu tubuh dapat berubah dan dipengaruhi oleh faktor
internal ataupun faktor eksternal. Perubahan suhu tubuh berkaitan dengan
produksi panas maksimal atau pengeluaran panas secara berlebihan. Naiknya suhu
tubuh dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung serta dapat meningkatkan
metabolisme pada tubuh baik hewan atau manusia (Prayogo et al., 2017).
Suhu tubuh adalah faktor yang menentukan pacu jantung. Peningkatan suhu
sebesar 1°C bisa mengakibatkan peningkatan denyut jantung sekitar 10 denyut per
menit. Suhu tubuh hewan dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekitarnya.
Avertebrata umumnya tidak mampu mengatur suhu tubuhnya, sehingga suhu
tubuhnya sangat tergantung kepada temperatur lingkungannya. Pada vertebrata
mekanisme pengaturan suhu tubuhnya berjalan dengan baik. Suhu tubuh diatur
dengan menyeimbangkan antara produksi panas dengan kehilangan panas
(Purnamasari dan Setiyadi, 2019).
IV. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah timbangan, alat bedah,
jarum bedah, bak paraffin, jarum, termometer, waterbath, gelas beker, counter,
pipet tetes dan stopwatch.
Bahan yang diperlukan adalah hewan coba yaitu katak (Rana sp.), larutan
Ringer suhu 25°C (suhu kamar), 15C, dan 45°C, dan es batu.
V. Cara Kerja
Denyut jantung pada percobaan ini dihitung secara sederhana dengan
pengamatan langsung terhadap irama dan frekuensi denyut jantung. Langkah awal
dalam percobaan ini yaitu persiapan alat dan bahan yang digunakan, Pertama-
tama katak ditimbang dan diukur panjang tubuhnya (dari moncong ke anus),
kemudian ditusuk dengan jarum pada otak belakang kepala agar katak tidak
sadarkan diri. Selanjutnya, dapat dilakukan pembedahan dengan alat bedah. Katak
diletakkan pada bak paraffin dan ditusuk keempat kakinya dengan jarum bedah.
Bagian sternum katak digunting agar toraks terbuka, kemudian selaput jantung
(perikardium) dilepas hingga jantung katak tidak lagi terbungkus.
Diberikan 3 perlakuan dengan larutan Ringer yang berbeda suhu. Larutan
Ringer digunakan sebagai penambah cairan dan elektrolit tubuh untuk
mengembalikan keseimbangan. Perlakuan pertama, Larutan Ringer suhu kamar
(25°C) diteteskan langsung pada jantung katak, dibiarkan selama 2 menit agar
bereaksi, lalu dihitung kekuatan dan frekuensi denyut jantung katak selama satu
menit. Perlakuan kedua dilakukan dengan langkah yang sama dengan larutan
Ringer suhu dingin (15°C), kemudian jantung katak ditetesi dengan Ringer suhu
kamar dan dibiarkan selama 2 menit agar detak jantung normal kembali. Seperti
dua langkah sebelumnya, langkah yang sama diulang kembali dan pada yang
terakhir kali ini digunakan Ringer dengan suhu panas (45°C). Penghitungan waktu
dilakukan dengan stopwatch dan denyut jantung dihitung dengan counter.
VI. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan denyut ritmis jantung katak pada suhu yang berbeda

Larutan Ringer 15 ˚C Larutan Ringer 25 ˚C Larutan Ringer 45 ˚C


No. Hewan Coba Berat ♂/♀ (gr)
(Denyut/Menit) (Denyut/Menit) (Denyut/Menit)
1. Bufo sp. 1 ♀ / 185 65 69 68

2. Bufo sp. 2 ♀ / 225 52 61


58
4. Bufo sp. 3 ♂ / 170 63 75
78
5. Bufo sp. 4 ♂ / 189 55 73
71
A. Perhitungan Bufo sp. 1
1. Larutan Ringer suhu dingin (15oC)

2. Larutan Ringer suhu kamar (25oC)

3. Larutan Ringer suhu panas (45oC)


B. Perhitungan Bufo sp. 2
1. Larutan Ringer suhu dingin (15oC)

2. Larutan Ringer suhu kamar (25oC)

3. Larutan Ringer suhu panas (45oC)


C. Perhitungan Bufo sp. 3
1. Larutan Ringer suhu dingin (15oC)

2. Larutan Ringer suhu kamar (25oC)

3. Larutan Ringer suhu panas (45oC)


D. Perhitungan Bufo sp. 4
1. Larutan Ringer suhu dingin (15oC)

2. Larutan Ringer suhu kamar (25oC)

3. Larutan Ringer suhu panas (45oC)


VII. Pembahasan
Praktikum pengamatan pengaruh suhu terhadap denyut ritmis jantung katak.
Pada praktikum ini digunakan larutan Ringer. Larutan Ringer merupakan larutan
steril yang digunakan sebagai penambah cairan dan elektrolit tubuh yang
berfungsi untuk mengembalikan keseimbangan. Diberikan 3 perlakuan pada katak
dengan variasi suhu larutan Ringer yang berbeda. Larutan Ringer suhu dingin
yakni bersuhu 15°C, larutan Ringer suhu normal atau ruangan yakni bersuhu
25°C, dan larutan Ringer suhu panas yakni bersuhu 45°C. Perbedaan suhu ini
diberikan untuk melihat apakah suhu dapat mempengaruhi denyut ritmis jantung
katak.
Berdasarkan hasil praktikum yang didapatkan, diketahui bahwa pada hewan
coba Bufo sp. 3 dengan jenis kelamin betina dan berat 170 gram, di dapatkan hasil
63 denyut/menit ketika diberikan larutan Ringer bersuhu ruangan, 75
denyut/menit ketika diberikan larutan Ringer bersuhu dingin dan 78 denyut/menit
ketika diberikan larutan Ringer bersuhu panas. Pada hewan coba 1 ini terlihat
bahwa denyut jantung katak akan cepat saat diberi larutan Ringer bersuhu panas
atau 45°C.
Pada hewan coba katak 1, 2, dan 4 memiliki jenis kelamin yang sama yaitu
jantan dengan berat yang bervariasi yakni 180 g, 225 g, dan 189 g berturut-turut.
Pada ke-3 hewan ini, memiliki hasil deskriptif yang sama yakni denyut jantung
tercepat terjadi saat diberi larutan Ringer bersuhu ruang atau 25°C dan denyut
jantung melambat ketika diberi larutan Ringer bersuhu dingin yakni 15°C. Denyut
jantung/menit pada hewan coba 1 saat diberi larutan Ringer bersuhu panas ialah
68, pada hewan coba 2 yakni 58 denyut/menit dan pada hewan coba 4 yakni
sebesar 71 denyut/menit. Sedangkan pada saat jantung katak diberi larutan Ringer
bersuhu dingin, jumlah denyut/menit yang didapatkan berturut-turut ialah 65
denyut/menit, 52 denyut/menit dan 55 denyut/ menit. Pada larutan Ringer bersuhu
ruangan, denyut yang didapatkan berjumlah 69 denyut/menit untuk hewan coba 1,
61 denyut/menit untuk hewan coba 2 dan 73 denyut/menit untuk hewan coba 4.
Rentangan toleransi suhu pada berbagai hewan berbeda-beda, ada yang luas
dan ada yang sempit. Parameter dari suhu dapat berubah karena waktu dan derajat
adaptasi. Beberapa organisme lebih sensitif terhadap suhu ekstrem selama periode
tertentu dalam hidupnya. Seekor hewan yang memiliki rentangan suhu toleransi
luas, kecepatan konsumsi oksigennya akan meningkat dengan cepat begitu suhu
lingkungannya naik (Purnamasari dan Setiyadi., 2019). Pada suhu yang tinggi,
denyut jantung pada hewan poikiloterm semakin tinggi nilai suhu dapat
menyebabkan penurunan O₂, sedangkan suhu yang rendah akan meningkatkan
kandungan O₂ (Lestari dan Dewantoro, 2018). Suhu yang tinggi dapat
menyebabkan denyut jantung pada katak menjadi semakin cepat. Pada suhu yang
rendah O₂ yang terkandung semakin tinggi, akan tetapi rendahnya suhu dapat
menyebabkan menurunnya denyut jantung. Pada suhu kamar, jantung katak dapat
berdenyut secara normal karena suhu tubuh pada katak dipengaruhi oleh suhu
lingkungan tempat tinggalnya, sehingga metabolisme atau denyut jantungnya
tergantung dari suhu lingkungannya (Haverinen and Vornanen, 2020). Denyut
jantung pada setiap katak ada yang meningkat dan ada yang menurun. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor suhu larutan baik suhu dingin, suhu ruang dan suhu panas,
dimana tidak berada dalam suhu yang stabil dan sifat jantung yang termolabil
dimana jantung dapat berubah denyutnya karena pengaruh suhu lingkungan
(Purnamasari dan Setiyadi, 2019).
Kecepatan denyut jantung dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
aktivitas, berat, jenis kelamin, temperatur (suhu), dan obat-obat (senyawa kimia)
(Kibler et al., 2017). Suhu tubuh yang konstan sangat dibutuhkan oleh hewan
karena perubahan suhu dapat mempengaruhi aktivitas protein dan aktivitas enzim
lainnya. Apabila aktivitas enzim terganggu, maka reaksi dalam sel juga akan
terganggu. Suhu mempengaruhi proses fisiologi organisme termasuk frekuensi
denyut jantung (Natali et al., 2014).
Larutan Ringer yang digunakan dalam praktikum ini berperan dalam
menstabilkan kontraksi otot jantung sebelum diberi perlakuan dengan suhu yang
berbeda karena larutan Ringer menyebabkan kontraksi otot jantung menjadi
semakin cepat karena larutan Ringer bersifat hipertonis yang osmolaritasnya lebih
tinggi sehingga konsentrasi cairan di dalam sel-sel otot jantung meningkat yang
menyebabkan otot jantung akan lebih cepat berkontraksi dari frekuensi denyut
jantung normal (Waziri and Shahzad, 2018).
VIII. Kesimpulan
Denyut jantung katak menunjukkan sifat faal jantung terhadap perubahan
suhu lingkungan. Larutan Ringer suhu dingin (15°C) membuat lingkungan dengan
suhu rendah yang menyebabkan frekuensi denyut menurun, sedangkan larutan
Ringer suhu panas (45°C) membuat lingkungan dengan suhu tinggi yang
menyebabkan frekuensi denyut jantung meningkat. Semakin tinggi suhu
lingkungan, maka frekuensi denyut jantung akan semakin meningkat. Sebaliknya,
semakin rendah suhu lingkungan, maka frekuensi denyut jantung akan semakin
menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Faruq, A. Dan Fatmawati. 2019. Pengembangan Usaha Daging Katak pada Home
Industry Bapak Sudir di Desa Juluk Kecamatan Saronggi Kabupaten
Sumenep. E-Journal Wiraraja. 1(1): 605-614.

Hindarto, I. Anshory, dan A. Efiyanti. 2016. Aplikasi Pengukur Deteksi Detak


dan Suara Jantung. Jurnal Saintek. 13(1): 1-4.

Haverinen, J, and M. Vornanen. 2020. Atrioventricular Block, Due to Reduced


Ventricular Excitability, Causes the Depression of Fish Heart Rate in Fish at
Critically High Temperatures. Journal of Experimental Biology. 1(1): 1-26.

Kibler, N. A., V. P. Nuzhny, S. V. Achmetzhynova, and D. N. Shmakov. 2017.


Effects of Heart Rate on the Pump Function and Electrophysiological
Characteristics of the Heart in the Frog Rana Temporaria. International
Journal of Biomedicine. 7(1): 46-50.

Lestari, T. P, dan E. Dewantoro. 2018. Pengaruh Suhu Media Pemeliharaan


Terhadap Laju Pemangsaan dan Pertumbuhan Larva Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus). Jurnal Ruaya. 6(1): 14-22.

Natali, J. E. S., B. T. Santos, V. H. Rodrigues, and J. G. Chauí-Berlinck. 2014.


Analysis of Heart Rate Control to Assess Thermal Sensitivity Responses in
Brazilian Toads. Brazilian Journal of Medical and Biological Research.
48(2): 46-50.

Purnamasari, S. Dan M. W. Setiyadi. 2019. Pengaruh Zat Kimia Pada Berbagai


Suhu Terhadap Denyut Jantung Katak (Rana sp.) Dalam Upaya
Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Bioscientist:
Jurnal Ilmiah Biologi. 7(2): 123-131.

Merta, I. W., A. R. Syachruddin, I. Bachtiar, dan Kusmiyati. 2019. Penyuluhan


Tehnik Pembedahan Hewan Coba Untuk Mengamati Struktur dan
Frekwensi Denyut Jantung Pada Siswa SMP Negeri 7 Mataram. Jurnal
Pengabdian Magister Pendidikan IPA. (1)2: 89-92.

Merta, I. W., A. R. Syachruddin., I. Bachtiar, dan Kusmiyati. 2016. Perbandingan


Antara Frekwensi Denyut Jantung Katak (Rana sp.) dengan Frekwensi
Denyut Jantung Mencit (Mus musculus) Berdasarkan Ruang Jantung. Biota.
1(3): 126-131.

Prayogo, I., R. Alfita, dan K. A. Wibisono. 2017. Sistem Monitoring Denyut


Jantung dan Suhu Tubuh Sebagai Indikator Level Kesehatan Pasien
Berbasis IoT (Internet of Thing) dengan Metode Fuzzy Logic Menggunakan
Android. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer TRIAC. 4(2): 33-39.

Rahma, S. 2021. Pemanfaatan Kadal (Eutropis multifasciata) sebagai Obat Alergi


Gatal oleh Masyarakat Sumber, Kabupaten Cirebon. Bio-Lectura: Jurnal
Pendidikan Biologi. 8(2): 58-63.
Rousdy, D. W., dan R. Linda. 2018. Hematologi Perbandingan Hewan Vertebrata:
Lele (Clarias batracus), Katak (Rana sp.), Kadal (Eutropis multifasciata),
Merpati (Columba livia) dan Mencit (Mus musculus). Bioma: Jurnal Ilmiah
Biologi. 7(1): 1-13.

Waziri, B. I., and A. Shahzad. 2018. Direct Effects of Glucose Administration on


Heart Rate, Myocardial Contraction, and Duration of Cardiac Cycle in
Frog’s Heart. Journal of the Practice of Cardiovascular Sciences. 4(1): 29-
54.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat, Bahan, dan Hasil

Gambar 1. Timbangan

Gambar 2. Alat bedah

4 Keterangan:
1 2 3
1. Larutan Ringer suhu 25˚C
2. Larutan Ringer suhu 15˚C
3. Larutan Ringer suhu 45˚C
5
4. Counter
5. Termometer
6
6. Pipet tetes
7. Gelas beker
8. Tisu
7 8
Gambar 3. Alat dan Bahan
Gambar 4. Bak bedah

Gambar 5. Kodok (Bufo sp.)

Gambar 6. Larutan Ringer suhu panas 45˚C


Gambar 7. Larutan Ringer suhu dingin 15 ˚C
dalam water bath

Gambar 8. Larutan Ringer suhu ruang 25 ˚C

Gambar 9. Proses penusukan kodok pada bak


bedah
Gambar 10. Proses pembedahan kodok

Gambar 11. Penetesan larutan Ringer

Gambar 12. Penghitungan denyut jantung


Lampiran 2. Laporan Sementara

Anda mungkin juga menyukai