Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRATIKUM ZOOLOGI VERTEBRATA

“MORFOLOGI DAN FISIOLOGI DARI REPTIL”

DI SUSUN OLEH :
ADE ELEN KUBELA (2019-40-049)
GABRILA PATTY (2019-40-046)
BERLIANA SOHILAIT (2019-40-016)
ERIKA J SIAHAYA (2019-40-055)
ISYANA HATUINA (2019-40-089)
KELAS : C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reptilia merupakan hewan vertebrata berdarah dingin (Poikilothermic) yang dapat menyesuaikan
suhu tubuh dengan lingkungan sekitarnya. Reptilia tidak dapat mengatur suhu internal layaknya
hewan mamalia yang berdarah panas (Homoiothermic) sehingga mereka bergantung pada
lingkungan sekitar untuk dapat mengatur suhu tubuh mereka. Berjemur di bawah sinar matahari
merupakan upaya reptilia dalam menghangatkan diri dan meningkatkan metabolisme tubuh,
sedangkan untuk mendinginkan suhu tubuh, reptilia biasanya berpindah ke tempat yang teduh
atau berpindah ke kawasan perairan.

Tubuh reptilia tertutup oleh sisik yang tesusun oleh keratin dan berbentuk rata maupun berduri.
Fungsi sisik dari tubuh reptilia adalah untuk mengatur sirkulasi air yang memungkinkan agar
reptilia terhindar dari ancaman dehidrasi saat jauh dari wilayah perairan. Reptilia tidak memiliki
telinga eksternal dan rambut maupun bulu. Pada umumnya reptilia merupakan hewan karnivora.
Jenis kura-kura dan beberapa jenis kadal seperti iguana merupakan herbivora, sedangkan
chameleon merupakan jenis reptil pemakan serangga atau insektivora.

Sistem reproduksi reptilia adalah ovipar dan sebagian ovivipar, contoh pada jenis ular boa (Boa
constrictor) yang merupakan salah satu jenis ular dengan reproduksi ovivipar.
Indonesia memiliki jenis Reptil yang berbeda masingmasing wilayah dengan total 511 jenis dan
150 yang endemik. Penelitian reptil di Indonesia pertama kali dilakukan oleh De Rooij pada
tahun 1917 yang mendeskripsikan tentang 267 jenis kadal, 35 jenis penyu, dan empat jenis buaya
yang telah dideskripsikan secara detail.

Pada bangsa kadal ada jenis tertentu yang mempunyai keistimewaan untuk mengubah warna
kulit dengan cepat yang biasanya disesuaikan dengan warna lingkungannya, contoh bunglon
(Chameleo sp.). Sifat yang seperti itu biasanya disebut mimikri. Sub ordo Sauria atau Lacertilia
terdapat 4 famili yang ada di indonesia, yaitu Agamidae, Gekkonidae, Scincidae, Varanidae.

Bunglon surai memiliki nama ilmiah Bronchocela jubata Duméril & Bibron, 1837. Dalam
bahasa lain, dikenal dengan nama bunglon (jawa), londok atau lunduk (Sunda),atau green crested
lizards (Inggris). Nama lainnya dalam bahasa Inggris bloodsuckers, sedangkan pada
kenyataannya kadal ini tidak pernah menghisap darah.
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah :


1. Apa taksonomi atau klasifikasih dari Bunglon Surai ?
2. Berapa ukuran tubuh Bunglon Surai tersebut ?
3. Bagaimana morfologi dari reptil (Bunglon Surai) ?
4. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari reptil (Bunglon Surai) ?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan dari pratikum ini adalah :


1. Untuk mengetahui taksonomi atau klasifikasi dari Bunglon Surai
2. Untuk mengetahui ukuran tubuh dari Bunglon Surai
3. Untuk mengetahui morfologi dari reptil (Bunglon Surai)
4. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari reptil (Bunglon Surai)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Reptil merupakan salah satu fauna yang terdapat di wilayah Indonesia. Indonesia menempati
peringkat ketiga sebagai negara yang memiliki kekayaan jenis reptil paling tinggi di dunia , lebih
dari 600 jenis reptil terdapat di Indonesia, Pulau Sumatera memiliki 300 jenis reptil dan amfibi
dan 23% diantaranya merupakan jenis endemik. Reptil merupakan sekelompok vertebrata yang
menyesuaikan diri di tempat yang kering di tanah. Penandukan atau cornificatio kulit dan
squama atau carpace untuk menjaga banyak hilangnya cairan dari tubuh pada tempat yang kasar
(Findua, dkk., 2016).

Keragaman reptil di dunia sangat mengagumkan, lebih dari 8.000 spesies reptil menghuni
bumi.Tersebar di semua benua kecuali antartika yang suhunya terlalu dingin bagi hewan reptil.
Semua spesies reptil mempunyai keunikan yang tidak dimiliki oleh binatang lain, Mulai dari
corak warna yang menarik, bentuk yang unik tanpa di miliki oleh binatang lain kecuali reptil.
Variasi dan keunikan–keunikan yang di miliki oleh reptil menarik minat para pecinta satwa
untuk memeliharanya,. Pemeliharaan reptile harus dengan batasan-batasan dan ketentuan yang
sudah ditetapkan dikarnakan untuk memperhatikan kelestarian satwa di alam, meskipun berbeda
kelas dalam klasifikasinya seringkali tidak bias dipisahkan pembahasan reptile dan ampibi.
Anggota kelas amphibian yang mencakup katak, kodok memang lazim di jadikan hewan
peliharaan juga, namun sebelum memeliharanya ada baiknya anda mengetahui seluk beluk dan
cara pemeliharan yang baik dan tepat supaya tidak merepotkan sendiri di kemudian hari.

“Keluarga reptil barangkali paling dekat secara fisik dengan hewan prasejarah semacam
dinosaurus.Tapi reptil bukan dinosaurus karena fakta yang ada golongan dinosaurus berevolusi
menjadi golongan unggas dan juga dinosaurus kebanyakan darah panas sementara reptil darah
dingin”.(Reptile dan amfibi, Majalah Flona)

Bunglon adalah salah satu hewan reptil yang tenar dengan perubahan warna pada tubuhnya dan
memiliki tubuh yang pipih lateral. Fitur fisik utama pada bunglon adalah mereka seperti memilki
hiasan seperti warna yang natural dan tajam, memiliki duri, dan tanduk yang tajam dan mata
yang menonjol, Mata mereka memiliki kualitas yang unik yaitu mereka dapat memutar matanya
secara independen.

Saat jarak mangsa cukup dekat, bunglon dengan cepat menjulurkan lidahnya ke arah mangsa.
Berkat ototnya yang berjalinan, lidah yang kental ini bisa mencapai 1,5 kali panjang tubuh
bunglon. Rentang waktu lidah menempel pada mangsa hingga ditarik kembali ke mulut hanya
0,1 detik.(Kios Reptil Club Bandung – Aditia Taufan ).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Pratikum mengamati morfologi serta fisiologi dari reptil dilakukan pada :
Hari : Kamis, 8 Juli 2021
Tempat : Poka

B. Alat dan Bahan Praktikum

Alat :
1. Mistar
2. Gabus (papan)
3. Sarung tangan (hanskum)
4. Silet
5. Gunting
6. Botol / toples
7. Jarum pentul
8. Kapas

Bahan :

1. Bunglon Surai (Bronchocela jubata)


2. Alkohol 70 %

C. Prosedur Kerja atau Cara Kerja


Proses Pembuatan

1. Masukan bunglon ke dalam botol atau toples


2. Tuang Alkohol ke kapas sampai benar-benar basa
3. Masukan kapas ke dalam botol atau toples
4. Biakan hingga beberapa menit sampai bunglon lemas
5. Letakan bunglon ke atas papan atau gabus
6. Posisi awalnya toraks di bagian atas dan tusuk jarum pentul pada bagian tangan dan kaki
bunglon
7. Lalu amati morfologi serta dilakukan pengkuran
8. Posisi ke-dua bagian abdomen dari bunglon di bagian atas lalu di amatai morfologinya
juga
9. Setelah itu, ambil gunting atau silet lalu potong (gunting )kulit dari bagian anus atau
posterior sampai bagian dekat dengan faring atau interior
10. Setelah itu buka bagian perut atau abdomen yang telah di gunting dan amati anatomy
dan fisiologi dari dari bunglon tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Taksonomi Bunglon Surai

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Familly : Agamidae
Genus : Bronchocela
Spesies : Bronchocela jubata

1.2 Ukuran Dari Bunglon


a. Panjang kepala : 2,5 cm
b. Panjang leher : 0,8 cm
c. Panjang toraks dan abdomen : 4 cm
d. Panjang kaki depan bagian atas : 1,3 cm
e. Panjang kaki depan bagian bawah sampai jari : 2,8 cm
f. Panjang kaki belakang bagian atas : 2, 5 cm
g. Panjang kaki belakang bagian bawah sampai jari : 5, 3 cm
h. Panjang ekor : 27,5 cm
i. Panjang dari kepala sampai ekor : 34,8 cm

Panjang Kepala Panjang Leher Panjang Toraks dan


Abdomen
Panjang kaki depan Panjang kaki depan bagian
bagian atas bawah sampai jari

Panjang kaki belakang


Panjang kaki belakang bagian
bagian atas
bawah sampai jari

Panjang Ekor
1. 3 Morfologi Dari Bunglon
Abdomen
Cavum oris
Femur

Branchium

Crus
Antrebrachium
Digiti ekstremitas
Thoraks Manus

Eye

Changeable lizard Nostril

Thympani Membrane
Tongue
Tooth

Bunglon surai memiliki panjang sekitar 55 cm sedangkan bunglon surai yang saya dapat
berukuran sekitar 34,8 cm dengan panjang ekor sekitar 27,5 cm . Ia memiliki gerigi di
bagian tengkuk dan punggungnya, bentuk geriginya menyerupai surai sehingga dari situlah
asal nama hewan reptil ini. Gerigi yang dimilikinya terdiri dari banyak sisik yang berbentuk
pipih panjang dan meruncing, akan tetapi gerigi ini relatif lunak sehingga mirip seperti kulit.
Reptil ini memiliki kepala dengan sisik-sisik bersudut yang menonjol.

Terdapat kantung lebar di bagian dagunya yang bertulang lunak. Pelupuk di sekeliling
matanya cukup lebar, lentur dan tersusun atas sisik yang ada bintik halus di dalamnya.
Mayoritas sisik yang dimiliki jenis bunglon ini keras, hanya bagian sisik jambulnya saja
yang agak lunak mirip seperti kulit.

Bagian atas tubuhnya berwarna hijau muda hingga tua, yang akan berubah warna menjadi
coklat kehitaman ketika merasa terancam. Di bagian bawah timpanumnya terdapat sebuah
bercak cokelat kemerahan yang mirip seperti karat pada besi. Deretan bercak tersebut
seringkali terhubung sehingga membentuk sebuah garis-garis. Bercak karat ini terdapat di
bagian bahu dan sisi lateral tubuhnya, semakin ke belakang warna bercak semakin pudar.
Bagian bawah tubuh bunglon surai berwarna kekuningan sampai keputihan, khususnya
pada bagian dagu, leher, perut dan sisi bawah kakinya. Sedangkan bagian telapak tangan dan
kakinya berwarna coklat kekuningan.

Ia memiliki ekor berwarna belang coklat dan putih kehijauan. Bagian ekornya ini jika
dipegang akan terasa seperti bersegi-segi, ekor panjang menjuntai. Gerigi di tengkuk dan
punggungnya lebih mirip surai ("jubata" berarti bersurai) daripada bentuk mahkota, tidak
seperti kerabat tidak jauhnya B. cristatella (crista: jambul, mahkota). Gerigi ini terdiri dari
banyak sisik yang pipih panjang meruncing namun lunak serupa kulit.

Kepalanya bersegi-segi dan bersudut. Dagu dengan kantung lebar, bertulang lunak. Mata
dikelilingi pelupuk yang cukup lebar, lentur, tersusun dari sisik-sisik berupa bintik-bintik
halus yang indah.

Dorsal (sisi atas tubuh) berwarna hijau muda sampai hijau tua, yang dapat berubah
dijadikan coklat sampai kehitaman bila merasa terganggu. Sebuah bercak coklat kemerahan
serupa karat mempunyai di belakang mulut di bawah timpanum. Deretan bercak serupa itu,
yang seringkali menyatu dijadikan coretan-coretan, mempunyai di bahu dan di sisi lateral
anggota depan; makin ke belakang makin kabur warnanya.

Sisi ventral (sisi bawah tubuh) kekuningan sampai keputihan di dagu, leher, perut dan sisi
bawah kaki. Telapak tangan dan kaki coklat kekuningan. Ekor di pangkal berwarna hijau
belang-belang kebiruan, ke belakang makin kecoklatan kusam dengan belang-belang
keputihan di ujungnya. Sisik-sisik bunglon surai keras, kasar, berlunas kuat; ekornya terasa
bersegi-segi. Perkecualiannya adalah sisik-sisik jambul, yang tidak berlunas dan agak lunak
serupa kulit.

Sisik/gerigi di kepala pada Bronchocela cristatella tampak seperti mahkota yang


berjumlah tiga/lebih, dan tidak terdapat di bagian punggunnya. Sedangkan pada B. Jubata
sisiknya tampak di sepanjang punggun/ vertebral. Ekor pada bunglon B. cristatella lebih
panjang dibandingkan pada bunglon B. jubata
1.3 Anatomi Dan Fisiologi Bunglon Surai

Faring

Cor

Pulmonum

Intestinum tenue
Hepar

Intestinum crissum
Testis

Cloaka

Sistem pencernaan makanan, terdiri dari alat pencernaan makanan terdiri dari mulut, rongga
mulut, faring, esofagus, lambung, usus kecil, dan usus besar. Sedangkan kelenjar pencernaan
terdiri dari kelenjar lambung, hati, pankreas, dan kelenjar usus.

Sistem pernafasan, terdiri dari saluran masuk udara dan alat pernafasan. Saluran masuk udara
terdiri dari nostril, nares internal, glotis, laring, trakea, bronkhi pendek yang merupakan
kelanjutan trakhea. Sedangkan alat pernafasannya adalah paru-paru.

Sistem peredaran darah, terdiri dari jantung dan pembuluh darah. Jantung terdiri dari sinus
venosus yang kecil, 2 atrium dan 2 ventrikel. Ventrikel pada buaya telah terpisah secara
sempurna menjadi 2 bagian, akan tetapi pada bagian dasar arcus aorta terdapat foramen panizae.
Fungsi dari foramen ini dipakai pada saat reptilia berenang di air. Sedangkan pada reptilia lain
tidak ada pemisahnya.
Sistem Pengeluaran, alat pengeluaran pada reptilia berupa sepasang ginjal bentuknya pipih,
terletak pada bagian dorsal posterior rongga tubuh. Urin yang dihasilkan disalurkan melalui
ureter dan selanjutnya dikeluarkan melalui kloaka.

Sistem Perkembangbiakan, pada hewan jantan terdiri dari testes dengan saluran yaitu vas
defferens yang bermuara pada kloaka. Penis terletak pada ventral dasar dari kloaka. Sedangkan
pada hewan betina terdiri dari 1 pasang ovarium dengan salurannya yaitu oviduk yang bermuara
pada kloaka. Telur yangsudah masak sebelum masuk ke oviduk melalui corong yang terdapat
pada pangkal oviduk. Telur yang sudah dibuahi di oviduk, sebelum diletakkan diselubungi
albumen terlebih dahulu. Sistem syaraf, terdiri dari otak dan sistem syaraf tepi.

Sistem Peredaran Darah pada Reptilia


Sistem peredaran darah pada reptilian lebih maju bila dibandingkan dengan sistem peredaran
amfibi karena adanya pemisahan darah yang beroksigen dan tidak beroksigen dalam jantung.
Jantung reptilia terletak di rongga dada di bagian depan ventral. Jantung terdiri dari sinus
venosus, serambi kiri dan serambi kanan, serta bilik kiri dan bilik kanan. Pada umumnya,
diantara dua bilik terdapat sekat (septum) yang tidak sempurna, kecuali pada buaya. Pada buaya
sekat tersebut hamper sempurna dan terdapat foramen panizzae, yaitu lubang yang terdapat pada
tempat pertemuan arteri sistemik kanan dan kiri. Arteri sistemik merupakan arteri yang berasal
dari jantung menuju keaorta. Darah dari vena masuk ke jantung melalui sinus venosus, menuju
ke serambi kanan kemudian ke bilik kanan. Darah yang berasal dari paru-paru, melalui arteria
pulmonalis, masuk ke serambi kiri kemudian ke bilik kiri. Dari bilik kiri, darah dipompa keluar
melalui sepasang arkus aortikus. Dua arkus aortikus ini lalu menghubungkan diri menjadi satu
membentuk aorta dorsalis yang mensuplai darah ke alat-alat dalam, ekor, dan alat gerak
belakang. Dari seluruh jaringan tubuh, darah menuju ke vena, kemudian menuju sinus venosus
dan kembali ke jantung.

Sistem Pencernaan pada Reptil


Sebagaimana pada ikan dan amfibi, sistem pencernaan makanan pada reptil meliputi saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan.Reptil umumnya karnivora (pemakan daging). Secara
berturut-turut saluran pencernaan pada reptil meliputi:
a) Tractus Digestivus
- Cavum Oris
Cavum oris pada bagian maxilla terdapat choanae primer atau sebuah liang), dentes atau gigi
pada tiap-tiap species dentes berbeda struktur giginya, pada gigi kadal mempunyai gigi bersulcus
yang berbentuk conus pada kadal biasanya tidak terdapat dentes palatin

- Esofagus
- Ventrikulus
Pada organ ini mempunyai muscular yang tebal dan berbentuk silindris.
- Intestinum tenue
Alat penggantung pada organ ini disebur mesenterium.
- Cecum
Organ ini merupakan batas dari intestinum tenue dan intestinum crassum.
- Intestinum crassum
Intestinum crassum terdiri dari dua organ lagi yaitu rectum dan kloaka.Alat penggantungnya
disebut mesorectum.
- Rektum dan kloaka
Pada reptilia lautan dalam, selain sebagai alat pengeluaran akhir, kloaka juga berfungsi sebagai
alat bantu pernapasan.
b) Glandula Digestoria
- Hepar
Hepar pada retil terdapat dua lobus, yaitu lobus dexter dan lobus sinister Pada hepar ini
menghasil empedu.
- Vesica fellea
Vesica felea atau kandung empedu terletak pada sebelah kanan hati
- Pancreas
Pancreas pada reptile terletak diantara ventrikulus dan duodenum. warnanya kekuningan.

Osmoregulasi pada Reptil


Hewan dari kelas reptil, meliputi ular, buaya, dan kura-kura memiliki kulit yang kering dan
bersisik. Keadaan kulit yang kering dan bersisik tersebut merupakan cara beradaptasi yang baik
terhadap kehidupan darat, yakni agar tidak kehilangan banyak air. Kulit Reptil kering, berzat
tanduk dan impermeabel terhadap air. Air hilang terutama melalui penguapan lewat kulit.
Kehilangan air karena penguapan pada seluruh Reptil ternyata lebih besar daripada lewat
pernafasannya.

Jadi Reptil dapat kehilangan air lewat penguapan, pernafasan, dan urin. Untuk lebih menghemat
air, hewan tersebut menghasilkan zat sisa bernitrogen dalam bentuk asam urat, yang
pengeluarannya hanya membutuhkan sedikit air. Nitrogen tersebut dikonsumsi secara tidak
langsung melalui asupan nutrisi dalam bentuk protein maupun asam nukleat. Asam urat tersebut
dihasilkan Reptil pada kelenjar kulitnya, yang disintesis dari ammonia yang dihasilkan pada
proses reabsorbsi. Asam urat digunakan Reptil untuk mengusir musuh. Selain itu, Reptil juga
melakukan penghematan air dengan menghasilkan feses yang kering. Bahkan, Kadal dan kura-
kura pada saat mengalami dehidrasi mampu memanfaatkan urin encer yang dihasilkan dan
disimpan dikandung kemihnya dengan cara mereabsorbsinya.

Perilaku reproduksi
Pada musim kawin, bunglon jantan menarik perhatian betina untuk dapat berkembangbiak
dengan cara menganggukan kepala mereka, menggembungkan tenggorokan, menegakkan surai,
dan juga menampilkan warna terang mereka. Bunglon jantan dapat dikenali dengan ukuran
kepala dan leher lebih besar. Betina dapat menerima atau menolak jantan. Jika betina menolak,
ia mungkin akan melarikan diri atau ia juga dapat menghadapi jantan dan mendesis dengan
mulut terbuka. Dia bahkan mungkin menyerang dan menggigitnya. Gigitan serius dari betina ini
bisa membunuh bunglon jantan. Sesaat sebelum kawin, bunglon jantan berubah menjadi
coklat, hampir hitam dan menampilkan kantong tenggorokan bewarna jingga. Bunglon jantan
kemudian memegang leher betina dan memasangnya, sementara betina tetap bewarna hijau
cerah. Pewarnaan hijau kembali ke tubuh pejantan saat kawin berakhir setelah 30 detik, atau 45
detik setelah dan kawin.

Daftar Pustaka :
https://www.psychologymania.com/2013/09/klasifikasi-morfologi-dan-anatomi-reptil.html?m=1

https://adoc.pub/queue/bab-ii-tinjauan-pustaka5951a9f7e657832556352631bc0625aa1879.html

https://youtu.be/nTYFJa2RAuo

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://repository.ummetro.ac.id/files
/artikel/2937.pdf&ved=2ahUKEwj8jba9zNfxAhWWeX0KHQ_VA_QQFjAeegQIJxAC&usg=A
OvVaw1MukA0e6GZye-JGouyKyxt

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://fkip.unri.ac.id/wp-
content/uploads/2019/03/2.-Buku-Fisiologi-
Hewan.pdf&ved=2ahUKEwjqqo_kzNfxAhUVWX0KHR8wAGMQ6sMDMAh6BAg5EAc&usg
=AOvVaw1kkFUwEXFDYzYs97_iap3s

Anda mungkin juga menyukai