Anda di halaman 1dari 12

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Organisme tanah memegang peranan penting dalam proses-proses yang

terjadi dalam ekosistem, terutama di daerah tropis, salah satunya adalah fauna

tanah. Fauna tanah merupakan bagian dari biodiversitas tanah yang berperan

penting dalam perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah melalui proses

imobilisasi dan humifikasi. Dalam proses dekomposisi bahan organik, fauna tanah

lebih banyak berperan dalam proses fragmentasi serta memberikan fasilitas

lingkungan yang lebih baik bagi proses dekomposisi lebih lanjut yang dilakukan

oleh kelompok mikroflora tanah (Lisnawati, et al., 2014).

Arthropoda berasal dari kata “Arthos” yang berarti sendi atau ruas dan

“podos” berarti kaki. Jadi Arthropoda artinya binatang yang kakinya beruasruas

atau berbuku-buku. Semua hewan tak bertulang belakang yang kakinya beruas-ruas

dimasukkan kedalam filum Arthropoda. Ruas-ruas itu tidak hanya tampak pada

kakinya, melainkan juga pada seluruh tubuhnya. Semua Arthropoda mengalami

molting atau ekdisis (pergantian kulit) (Lubis, 2016).

Arthropoda tanah memiliki peran yang sangat vital dalam rantai makanan

khususnya sebagai dekomposer, karena tanpa organisme ini alam tidak akan dapat

mendaur ulang bahan organik. Selain itu, arthropoda juga berperan sebagai mangsa

bagi predator kecil yang lain, sehingga akan menjaga kelangsungan arthropoda

yang lain. Sebagai konsekuensi struktur komunitas mikro arthropoda akan

mencerminkan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tanah, termasuk

terhadap aktivitas manusia. Berdasarkan uraian di atas maka identifikasi


2

kelimpahan serta keanekaragaman jenis merupakan hal yang penting, sehingga

dapat diketahui peran organisme terhadap lingkungan (Samudra, et al., 2013).

Kemelimpahan, keanekaragaman dan frekuensi serangga tanah juga

dipengaruhi oleh musuh alami, fluktuasi temperatur, kelembaban, curah hutan,

erosi air permukaan tanah, keragaman kualitas dan kuantitas serasah, pH tanah,

lama radiasi sinar matahari yang menembus sampai lantai Hutan maupun

kompetisi. Metode pengambilan contoh fauna tanah dan cacing tanah sangat

banyak macamnya, tetapi tidak satupun di antaranya dapat digunakan untuk

mendapatkan semua kelompok fauna tanah. Untuk mendapatkan contoh fauna

tanah yang dapat mewakili keberadaannya disuatu tempat/lahan, perlu digunakan

beberapa metode pengambilan contoh fauna. Penggunaan corong Berlese-Tulgren

merupakan salah satu metode untuk pengambilan meso-mikrofauna tanah

khususnya dari arthropoda seperti Colembolla, Acarina, Isopoda, dan larva Insekta.

Sedangkan untuk contoh tanah tertentu seperti yang banyak mengandung serasah

atau tanah-tanah berpasir bisa menggunakan metode lain seperti pengapungan

dengan sentrifus atau pengapungan-penyaringan (Ekosari, et al., 2013).

Berlese Tulgreen adalah suatu alat yang digunakan untuk perangkap

organisme tanah terutama Arthropoda pada suatu sampel tanah. Berlese Tulgreen

berkerja dengan menciptakan gradien suhu atas sampel. Sebuah lampu kecil dengan

bola lampu berdaya rendah (5-40 Watt) memanaskan dan mengeringkan tanah dari

atas. Bola lampu harus diposisikan tepat di atas sampah, tetapi tidak menyentuhnya.

Sehingga organisme tanah akan menjauh dari suhu yang lebih tinggi dan jatuh ke

dalam bagian bawah berlese yang merupakan pemisahan serangga tanah, dilakukan
3

menggunakan corong berlese tulgreen selama 48-72 jam dengan proses fiksasi

pengawetan menggunakan Alkohol 70% (Patang, 2010).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat

memisahkan, mengekstrak dan menghitung arthropoda dari dalam tanah dan

serasah dengan menggunakan metode corong Tullgren funnel.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Biologi Tanah,

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Medan dan sebagai sumber informasi bagi pihak membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Arthropoda berasal dari kata “Arthos” yang berarti sendi atau ruas dan

“podos” berarti kaki. Jadi Arthropoda artinya binatang yang kakinya beruasruas

atau berbuku-buku. Semua hewan tak bertulang belakang yang kakinya beruas-ruas

dimasukkan kedalam filum Arthropoda. Ruas-ruas itu tidak hanya tampak pada

kakinya, melainkan juga pada seluruh tubuhnya. Semua Arthropoda mengalami

molting atau ekdisis (pergantian kulit) (Lubis, 2016).

Arthropoda tanah merupakan salah satu kelompok hewan tanah yang

berperan penting dalam peningkatan kesuburan tanah dan penghancuran serasah

serta sisa-sisa bahan organic. Arthropoda permukaan tanah sebagai komponen

biotik pada ekosistem tanah sangat tergantung pada faktor lingkungan

(Sakiah, et al., 2016).

Faktor biotik dan abiotik berkerja secara bersamaan dalam suatu ekosistem,

sehingga mampu menentukan diversitas, kelimpahan dan komposisi Arthropoda.

Faktor abiotik yang mempengaruhi adanya Arthropoda di dalam tanah adalah

tekstur tanah, struktur tanah, dan faktor kimia antara lain pH, salinitas, kadar bahan

organik dan unsur mineral tanah. Penurunan tingkat kehidupan Arthropoda juga

dapat dipengaruhi karena adanya pencemaran dari pemberian pestisida yang

dilakukan secara berlebihan. Perubahan populasi arthropoda sebagian besar terjadi

dekat ujung akar di zona rhizosphere. Keanekaragaman ekosistem alami dan hewan

yang hidup sangat mempengaruhi sifat fisik dan biologis tanah (Shahid, et al, 2016).

Kelimpahan Arthropoda tanah juga dapat dipengaruhi oleh berbagai

vegetasi yang berada di atasnya. Vegetasi mampu menghasilkan seresah yang bisa

menjadi sumber makanan bagi Arthropoda tanah. Ketersediaan makanan berupan


5

tumbuhan digunakan secara langsung sebagai tempat perlindungan yang mampu

mendukung kehidupan, kelimpahan dan perkembangbiakan spesies Arthropoda

tanah. Vegetasi yang mempengaruhi kehidupan dari Arthropoda , terutama pada

vegetasi tumbuhan penutup tanah yang berupa semak dan perdu atau sekelompok

tanaman yang memiliki ketinggian di bawah 6 meter juga akan mempengaruhi

banyaknya dan keragaman Arthropoda tumbuhan penutup tanah

(Yanuwiadi, 2014).

Metode Winkler dan Tullgren (Berlese funnel) biasanya digunakan untuk

mengekstrak serangga yang hidup di permukaan tanah dan serasah daun. Berlese

funnel (corong Berlese) terdiri dari corong berbahan dasar logam yang meruncing

pada bagian bawahnya dengan wadah penampung pada bagian dasar. Di dalam

corong terdapat penampang saringan tempat meletakkan media/bahan organik

(misalnya serasah daun). Pada bagian atas corong dipasang lampu, selanjutnya

serangga bergerak ke bawah menjauhi sumber panas dan jatuh kedalam wadah yang

berisi bahan pengawet (misal etanol) (Oktarima, 2015).

Corong Barlese digunakan untuk mengumpulkan serangga serasah, yaitu

serangga kecil yang menjadikan runtuhan daun sebagai tempat bersembunyi

bahkan untuk makan dan berkembang biak. Alat ini terdiri dari corong besar dengan

kainsaring dan botol pembunuh dibagian bawahnya, kemudian ditambahkan bola

lampu yang digunakan untuk menyinari serasah yang diletakkan pada corong.

Saat bagian atas serasah dan sebagian tanah yang ikut terbawa mulai kering akibat

penyinaran, maka serangga akan bergerak kebawah dan jatuh ke dalam botol

pembunuh (Nurhariyanto, 2007).


6

Corong berlese merupakan alat yang didesain untuk mengekstraksi

arthropoda dari substrat hidupnya. Prinsip kerja alat ini adalah adanya gradien suhu,

kelembapan, dan pencahayaan antara bagian atas dan bagian bawah corong

membuat arthropoda bergerak turun dan akhirnya jatuh ke botol tampung berisi

alkohol 70% atau 96% yang diletakkan di bawah corong. Bolam lampu yang

digunakan biasanya berkisar 5-25 watt dengan lama ekstraksi 3-6 hari atau hingga

sampel mengering. Beberapa peneliti sering memilih lampu berukuran kecil atau

bahkan tidak menggunakan lampu sama sekali (suhu ruang) karena lampu besar

berpotensi membunuh arthropoda sebelum bergerak ke bawah. Hal ini cukup

efektif tetapi memiliki konsekuensi berupa waktu ekstraksi yang akan jauh lebih

lama (Kurniawan, 2017).


7

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Adapun praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tanah,

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

pada hari Selasa, 13 November 2019 pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai pada

ketinggian ±32 mdpl.

Alat dan Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air suling untuk

membersihkan alat dan melembabkan tanah, saringan sebagai penyaring dalam

Tullgren funnel, methanol 70% untuk mengawetkan arthropoda, sampel potongan

tanah 100 gram sebagai objek praktikum, label untuk menandai objek praktikum.

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah bola lampu 15 watt

sebagai pemanas tanah, rak kayu sebagai penyangga corong Tullgren funnel, gelas

beaker 250 mL untuk membuat larutan methanol 70%, corong plastik untuk

menyalurkan arthropoda yang jatuh dari tanah ke dalam wadah botol plastik, botol

plastik sebagai wadah jatuhnya arthropoda, mikroskop sebagai alat bantu dalam

melihat arthropoda.

Pelaksanaan Percobaan

 Disiapkan alat dan bahan.

 Diambil petakan tanah seberat 100 gram, lalu dilembabkan.

 Dipasang lampu pijar 15 watt pada rak kayu, lalu dihidupkan.

 Diletakkan saringan didalam corong,diletakkan petakan tanah diatas

saringan lalu diletakkan corong dibawah lampu pijar pada rak kayu.
8

 Diletakkan botol plastik yang sudah berisi methanol 70% dibawah lubang

corong.

 Diamati botol plastik selama 3 hari kemudian diamati dibawah mikroskop.

Teknik Analisis Data

Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener

H’ = - ∑ Pi ln Pi

Keterangan: Pi = n/N

H’ : Indeks keanekaragaman Shanon-Wiever

n : Jumlah masing-masing spesies

N : Jumlah total spesies dalam sampel

Kriteria tingkat keanekaragaman Indeks Shanon-Wiener

Tingkat Keanekaragaman H’
Rendah < 2,0
Sedang 2,0 - 3,0
Tinggi > 3,0
9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Metode Tullgren funnel

Makroskopis Mikroskopis Klasifikasi

Kngdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hymenoptera
Family : Formicidae
Subfamily: Formicinae
Tribe : Lasiini
Genus : Lasius
Species : Lasius niger

Perhitungan:

H’ = - ∑ Pi ln Pi

= 0 (karena hanya ada satu spesies dalam satu sampel)

Pembahasan
Arthropoda artinya binatang yang kakinya beruas-ruas atau berbuku-buku,

merupakan salah satu kelompok hewan yang berperan penting dalam kesuburan

tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Sakiah, et al. (2016) yang menyatakan bahwa

Arthropoda tanah merupakan salah satu kelompok hewan tanah yang berperan

penting dalam peningkatan kesuburan tanah dan penghancuran serasah serta sisa-

sisa bahan organik. Arthropoda permukaan tanah sebagai komponen biotik pada

ekosistem tanah sangat tergantung pada faktor lingkungan.

Ciri dari arthropoda adalah memiliki kaki yang beruas-ruas atau berbuku-

buku. Hal ini sesuai dengan literatur Lubis (2016) yang menyatakan bahwa
10

arthropoda berasal dari kata “Arthos” yang berarti sendi atau ruas dan “podos”

berarti kaki. Jadi Arthropoda artinya binatang yang kakinya beruasruas atau

berbuku-buku.

Peran arthropoda pada tanah yaitu meningkatkan kesuburan tanah dan

penghancuran serasah tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Sakiah, et al. (2016)

yang menyatakan bahwa Arthropoda tanah merupakan salah satu kelompok hewan

tanah yang berperan penting dalam peningkatan kesuburan tanah dan penghancuran

serasah serta sisa-sisa bahan organik. Arthropoda permukaan tanah sebagai

komponen biotik pada ekosistem tanah sangat tergantung pada faktor lingkungan.

Faktor yang mempengaruhi keberadaan arthropoda dalam tanah adalah

tekstur tanah, struktur tanah, pH, salinitas, kadar bahan organik tanah, vegetasi, dan

lain-lain. Hal ini sesuai dengan literatur Shahid, et al. (2016) yang menyatakan

bahwa faktor abiotik yang mempengaruhi adanya Arthropoda di dalam tanah adalah

tekstur tanah, struktur tanah, dan faktor kimia antara lain pH, salinitas, kadar bahan

organik dan unsur mineral tanah.

Metode yang dilakukan untuk mendapatkan arthropoda dalam tanah salah

satunya ialah metode corong berlese atau tullgren funnel. Hal ini sesuai dengan

literatur Kurniawan (2017) yang menyatakan bahwa corong berlese merupakan alat

yang didesain untuk mengekstraksi arthropoda dari substrat hidupnya. Prinsip kerja

alat ini adalah adanya gradien suhu, kelembapan, dan pencahayaan antara bagian

atas dan bagian bawah corong membuat arthropoda bergerak turun dan akhirnya

jatuh ke botol tampung berisi alkohol 70% atau 96% yang diletakkan di bawah

corong.
11

KESIMPULAN

1. Arthropoda artinya binatang yang kakinya beruas-ruas atau berbuku-buku,

merupakan salah satu kelompok hewan yang berperan penting dalam

kesuburan tanah.

2. Ciri dari arthropoda adalah memiliki kaki yang beruas-ruas atau berbuku-buku.

3. Peran arthropoda pada tanah yaitu meningkatkan kesuburan tanah dan

penghancuran serasah tanah.

4. Faktor yang mempengaruhi keberadaan arthropoda dalam tanah adalah tekstur

tanah, struktur tanah, pH, salinitas, kadar bahan organik tanah, vegetasi, dan

lain-lain.

5. Metode yang dilakukan untuk mendapatkan arthropoda dalam tanah salah

satunya ialah metode corong berlese atau tullgren funnel.


12

DAFTAR PUSTAKA

Ekosari., Aminatun, T., Putu., Djuwanto., dan Fathurahman, N. 2013. Petunjuk


Praktikum Biologi Tanah. UNY. Yogyakarta.
Kurniawan, I. D. 2017. Biospeleologi. Diklat Speleologi Nasional XVIII
Acintyacunyata Speleological Club (ASC). Yogyakarta.
Lisnawati, Y., Suprijo, H., Poedjirahajoe, E., dan Musyafa. 2014. Hubungan
Kedekatan Ekologis Antara Fauna Tanah Dengan Karakteristik Tanah
Gambut Yang Didrainase Untuk HTI Acacia crassicarpa. UGM.
Yogyakarta.
Lubis, L. H. 2016. Komparasi Populasi Arthropoda Pada Lahan Aplikasi Dan
Tanpa Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Di Divisi A Kebun
Pengarungan Pt. Asam Jawa Torgamba. STIPAP. Medan.
Nurhariyanto. 2007. Metode Koleksi Serangga.
https://www.academia.edu/5504132/Metode_koleksi_serangga pada
tanggal 17 November 2019.
Oktarima, D. W. Pedoman Mengoleksi, Preservasi serta Kurasi Serangga dan
Arthropoda Lain. Kementrian Pertanian. Jakarta.
Patang, F. 2010. Keanekaragaman Takson Serangga dalam Tanah pada Areal Hutan
Bekas Tambang Batubara PT. Mahakam Sumber Jaya Desa Separi Kutai
Kartanegara Kalimantan timur . Jurnal Bioprospek. 7 (1): 80-89.
Sakiah., Sembiring, M., dan Duha, A. Y. 2016. Populasi Arthropoda pada Lahan
Aplikasi dan Tanpa Aplikasi Tandan Kosong Kelapa Sawit di Afdeling
Upah Kebun Surya Mata IE PT. Mopoli Raya. Jurnal Agro Estate. Medan.
Samudra, F. B., Izzati, M., dan Purnaweni, H. 2013. Kelimpahan dan
Keanekaragaman Arthropoda Tanah di Lahan Sayuran Organik “Urban
Farming”. Universitas Diponegoro. Semarang.
Shahid, B.D., Aijaz A.S., G.M. Lone, Tariq A.B., Zia N.R., Ritesh K., and Sheeraz
A.W. 2016. Population Abundance and Diversity of Soil Arthropods inn
Apple Ecosystem of Kashmir. An International Quarterly Journal of Life
Sciences, 11(4): 2121-2126.
Yanuwiadi, B., Mustofa H., Pramana I.I.D.A.W. 2014. Diversitas Arthropoda
Tanah di Lahan Kebakaran dan Lahan Transisi Kebakaran Jalan HM 36
Tanaman Nasional Baluran. Jurnal Biotropika, 2(1): 20-25.

Anda mungkin juga menyukai