Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PIT FALL TRAP (PFT)

A. Hari/Tanggal : 21 22 Maret 2017


B. Tujuan :
C. Landasan Teori

Hewan tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah
maupun yang hidup didalam tanah. Tanah itu sendiri adalah suatu bentangan alam yang
tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil proses pelapukan batu-batuan dan
bahan organik yang terdiri dari organisme tanah dan hasil pelapukan bisa tumbuhan dan
hewan lainnya, salah satu contoh dari hewan tanah adalah serangga (Muhamad, 1989).

Serangga ( disebut juga insekta ) adalah kelompok utama dari hewan beruas
(Arthropoda) yang bertungkai 6 ( 3 pasang ), karena itulah mereka disebut pula Hexapoda.
Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran
serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi (Campbell, 2003).

Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah
spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan
serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia (Kalshoven, 1981).

Tubuh serangga terdiri dari 3 bagian yaitu kepala, thoraks, dan abdomen. Kutikula
dibangun oleh lapisan epikutikula, eksokutikula, dan endokutikula. Kepala dibangun oleh
cranium dimana terletak mulut, antena, dan mata. Thoraks terdiri dari 3 segmen prothoraks,
mesothoraks, metathoraks. Pasangan struktur organ reproduksi terdapat pada bagian
abdomen. Serta untuk mendukung proses kehidupannya, serangga memerlukan
kesetimbangan dalam makan dan pencernaan, pernapasan, peredaran , ekskresi, syaraf, dan
reproduksi. Saluran makan serangga terdiri dari foregut, midgut, dan hindgut. Zat makanan
yang diperlukana serangga adalah karbohidrat, asam amino, lemak, vitamin, kolestrol, air dan
mineral ( Sugeng, 2010).

Teknik pengumpulan data untuk menghitung populasi serangga permukaan tanah


antara lain :

1. Sistem banjir
Teknik ini digunakan untuk serangga permukaan tanah. Teknik ini relatif lebih mudah
dan cepat yaitu dengan membasahi suatu area yang ditentukan dengan air. Beberapa saat
kemudian, serangga-serangga yang berada di dalam tanah keluar, kemudian dapat di
hitung jumlahnya.
2. Pitfall trap
Teknik ini di gunakan untuk serangga tanah pada daerah vegetasi rendah atau dilahan
kosong, dimana serangga-serangga tersebut merupakan serangga aktif.
3. Capture re-capture
Teknik ini digunakan untuk serangga permukaan tanah yang terbang diatas 1-2 meter.
Serangga di tangkap dengan menggunakan insect net.serangga yang tertangkap kemudian
ditandai dan dilepaskan kembali, dilakukan dengan pengulangan penangkapan serangga.
4. Light trap
Teknik ini digunakan untuk serangga malam, dengan menggunakan suatu layar atau
suatu wadah yang telah berisi air, sabun dan formalin lalu diamkan dibawah cahaya
lampu. Serangga tertarik terhadap cahaya lampu yang kemudian akan terjatuh kedalam
wadah tersebut ( Sugeng, 2010).

Metode pitfall trap merupakan metode penangkapan hewan dengan sistem perangkap,
khususnya untuk hewan yang hidup di permukaan tanah. Tujuan dari metode pitfall trap
adalah untuk menjebak binatang-binatang permukaan tanah agar jatuh kedalamnya sehingga
bisa dilakukan identifikasi atau untuk mengoleksi jenis binatang permukaan tanah yang
berada pada lingkungan perangkap. Metode pitfall trap tidak digunakan untuk mengukur
besarnya populasi namun dari data yang diperoleh bisa didapatkan cerminan komunitas
binatang tanah dan indeks diversitasnya ( Joshua, 2012).

Pengambilan contoh hewan tanah dapat dilakukan dengan cara memasang perangkap
lubang. Pengumpulan hewan permukaan tanah dengan memasang perangkap lubang ini
tergolong kepada pengumpalan hewan tanah secara dinamik. Perangkap lubang yang yang
digunakan sangat sederhana, hanya berupa bejana yang ditanam di dalam tanah. Permukaan
bejana dibuat datar dengan tanah. Agar air hujan tidak masuk kedalam perangkap maka
perangkap diberi atap dan agar air mengalir di permukaan tanah tidak masuk kedalamnya
maka perangkap dipasang pada tanah yang datar dan sedikit agak ketinggian. Jarak antar
perangkap minimal 5 m. Wadah-wadah gelas, botol-botol atau kaleng logam dibenamkan
dalam tanah sedemikian rupa, sehingga mulut wadah tersapu oleh permukaan tanah. Sebuah
penutup pelindung yang muncul dari permukaan tanah dapat ditempatkan di mulutnya untuk
mencegah air hujan masuk kedalam jerat. Jerat-jerat lubang yang dikerjakan dengan peralatan
waktu untuk tetap menangkap setiap waktu secara terpisah, harus dikembangkan. Lubang
dapat dikosongkan dengan menggunakan peralatan penghisap mekanis atau yang dijalankan
dengan tang untuk menghindari gangguan terhadap sekelilingnya. ( Michael,2005 )
Gambar ilustrasi Metode Pitfall Trap

D. ALAT DAN BAHAN


Alat
Sekop
Gelas Plastik
Plastik Mika
Gunting
Lidi
Bahan
Detergen cair
Air

E. CARA KERJA
1. Mencari lokasi pengamatan yang aman dari gangguan manusia.
2. Membuat lubang sesuai diameter gelas plastik pada tiga lokasi yang berbeda.
Lokasi 1 : di bawah pohon
Lokasi 2 : di bawah semak
Lokasi 3 : di tempat terbuka
3. Menanam gelas plastik yang berisi larutan detergen (kurang lebih dalam ketinggian
gelas plastik) pada tanah datar dan meletakan sedikit agak tinggi, agar air hujan tidak
masuk ke dalam gelas plastik.
4. Membuat tutup dengan menggunakan plastik mika yang disangga dengan lidi agar
perangkat jebakan terlindungi dari hujan.
5. Membiarkan perangkat tersebut selama 24 jam.
6. Mengamati, mengidentifikasi dan menghitung.

F. TABEL PENGAMATAN

No Spesie Nocturnal Diurnal


Tempat Bawah Bawah Tempat Bawah Bawah
s
Terbuka Semak Pohon Terbuka Semak Pohon
1 A
2 B
3 C
4 D
5 E
6 F
7 G
8 H
9 I
10 J
11 K
12 L
13 M
14 N
15 O
16 P
17 Q
18 R
19 S
20 T
21 U
22 V
23 W
24 X

G. PEMBAHASAN
H. KESIMPULAN
I. DAFTAR PUSTAKA

Campbell, et al. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga..

Hidayat, P. 2008. Mata Kuliah Entomologi Umum Departemen Proteksi Tanaman. Institut

Pertanian Bogor : Bogor.

Joshua, N.2012. Pitfall Trap. http://www.scribd.com/doc/95952190/Acara-4-Pit-Fall-Trap.

Diakases tanggal 5 April 2017

Michael, P.2005.Ekologi Hewan. Jakarta : Ganesha

Muhamad, N .1989.Ekologi Hewan Tanah.Bumi aksara. Jakarta

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve :
Jakarta.

Sugeng. L.2010. Sensus Populasi Serangga dengan Metode Capture dan Recapture.

http://www.scribd.com/doc/52890702/LAPORAN-EKWAN-KELOMPOK-5-

SENSUS-POPULASI-SERANGGA. Diakses tanggal 5 April 2017

Anda mungkin juga menyukai