Anda di halaman 1dari 12

TOPIK V

PITFALL TRAP

A. Dasar Teori
Fauna tanah adalah fauna yang hidup di tanah baik yang hidup di permukaan tanah
maupun yang terdapat di dalam tanah. Fauna tanah berdasarkan ukuran tubuhnya, dibagi
menjadi mikrofauna, mesofauna dan makrofauna. Mikrofauna berukuran 20-200 mikron,
mesofauna berukuran 200 mikron- 1 sentimeter dan makrofauna berukuran lebih dari 1
sentimeter (Suin, 2012).
Makrofauna tanah merupakan bagian dari biodiversitas tanah yang berperan penting
dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Makrofauna tanah mempunyai peran
yang sangat beragam di dalam habitatnya. Pada ekosistem binaan, keberadaan dapat bersifat
menguntungkan maupun merugikan bagi sistem budidaya. Pada satu sisi makrofauna tanah
berperan menjaga kesuburan tanah melalui perombakan bahan organik, distribusi hara,
peningkatan aeresi tanah dan sebagainnya. Makrofauna tanah mempunyai peranan penting
dalam dekomposisi bahan organic tanah guna menyediakan unsur hara. Makrofauna akan
meremah-remah substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut dikeluarkan dalam
bentuk kotoran. Kotoran organisme perombak ini akan ditumbuhi bakteri untuk diuraikan
lebih lanjut dengan bantuan enzim spesifik sehingga terjadi proses mineralisasi (Hilwan,
2013). Pada sisi lain makrofauna juga dapat berperan sebagai hama berbagai jenis tanaman
budidaya. Dinamika populasi berbagai jenis makrofauna tanah tergantung pada faktor
lingkungan yang mendukungnya, baik berupa sumber makanan, kompetitor, predator maupun
keadaan lingkungan fisika-kimia.
Pada praktikum ini kita belajar untuk mengetahui tiga angka yang menggambarkan
keadaan epifauna tanah (makrofauna yang berada di permukaan tanah) dalam suatu
ekosistem. Nilai pertama adanya indeks keanekaragaman yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh kualitas lingkungan terhadap komunitas makrofauna tanah. Keanekaragaman
spesies menunjukkan jumlah total proporsi suatu spesies relatif terhadap jumlah total individu
yang ada. Angka lain yang perlu diketahui adalah angka kemerataan. Kemerataan
didefinisikan sebagai tingkat sebaran individu antara jenis-jenis. Pada umumnya
keanekaragaman jenis di suatu habitat tidak pernah mencapai maksimum karena equitability
semua spesies jarang bisa sama. Nilai yang juga dapat dihitung dari praktikum ini adalah nilai
kekayaan, dimana berhubungan dengan keberhasialan suatu spesies dapat bertahan pada
suatu ekosistem yang ditunjukan berdasarkan jumlahnya. Nilai-nilai tersebut didapat dari
perhitungan sampel yang diperoleh darimetode pithfall trap.
Pithfall trap atau perangkap sumuran adalah perangkap terbuat dari botol / gelas yang
berisi larutan umpan dan pengawet atau disebut atraktan. Pithfall trap merupakan metode
pengumpulan epifauna tanah dengan cara memasang perangkap jebak. Cara ini juga termasuk
dalam metoda dinamik. Data yang diperoleh merupakan cerminan komunitas binatang tanah.

B. Tujuan
1. Mengetahui athropoda tanah yang terdapat di kebun biologi Universitas Negeri
Malang
2. Mengetahui keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan jenis athropoda tanah di
kebun biologi Universitas Negeri Malang
3. Mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap nilai H,E,R jenis athropoda tanah yang
ditemukan di kebun Biologi Universias Negeri Malang

C. Ruang Lingkup
SOP ini mencakup metode, tujuan alat dan bahan serta cara kerja praktium mata kuliah
Ekologi.

D. Rujukan Metode
Praktikum ini dikembangkan sendiri dan menggunakan berbagai alat yang dirancang
dan dirakit sendiri

E. SOP Terkait
1. SOP Pengoperasian pitfall trap
2. SOP Pengoperasian soil analizer
3. SOP Pengoperasian termometer tanah
4. SOP Pengoperasian cetok
5. SOP Pengoperasian mikroskop stereo
6. SOP Penggunaan atraktan
7. SOP identifikasi serangga tanah

F. Alat dan Bahan


Alat
1. Soil analyzer
2. Termometer tanah
3. Set Pitfall Trap dan penutupnya
4. Cetok
5. Mikroskop Stereo
6. Kertas label
7. Kuas kecil
8. Pinset
9. Jarum
10. Cawan Petri
Bahan
1. Atraktan
2. Kertas label

G. Prosedur Kerja
Pemasangan
1. Dilakukan observasi untuk mengetahui lokasi penelitian di kebun biologi Universitas
Negeri Malang
2. Ditenentukan lokasi pengambilan cuplikan sebanyak 5 plot (sebaiknya dalam garis
lurus)
3. Digali tanah menggunakan cetok
4. Dipasang jebakan Pitfall Trap (gambar 3.1) usahakan tanah tidak masuk kedalamnya
5. Tanah diratakan disekitarnya sampai serata mungkin
6. Atraktan dimasukkan kedalamnya sebanyak 50 ml
7. Dipasang payung pitfall trap ( gambar 3.2)
8. Label dipasang pada payung
9. factor abiotic diukur dan dicatat
10. Tunggu sampai + 24 jam

Pengambilan
1. Payung diambil kemudian dirapikan
2. Pitfall diangkat kemudian dipindahkan label dari payung
3. Sampel dibawa ke laboratorium ekologi dan lingkungan untuk diidentifikasi
H. Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian dianalisis indeks keragaman, indeks
kemerataan, dan indeks kekayaan jenis pada masing-masing stasiun.

1) Indeks keanekaragaman Shanon – Wienner


H’ = -ΣPi ln Pi
Keterangan: Pi = n/N
H’ : Indeks keanekaragaman Shanon – Wiener
n : Jumlah spesies x
N : Jumlah total spesies dalam sampel
Kriteria penilaian berdasarkan keanekaragaman jenis adalah:
H’<1 :Keanekaragaman rendah
1<H’<3 :Keanekaragaman sedang
H’>3 :Keanekaragaman tinggi (Michael, 1994 ; Noor et al., 2016).

2) Setelah memperoleh indeks keanekaragaman Shanon–Wiener, selanjutnya


menghitung nilai indeks kemerataan (Evennes) dengan rumus:
H'
E
ln .S
Keterangan: E : Indeks kemerataan evennes
H’ : Indeks keanekaragaman Shanon – Wiever
S : Jumlah jenis spesies yang ditemukan (n1, n2, n3, …..)
(Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Junaidah, 2001)
3) Selanjutnya dihitung nilai kekayaan dengan menggunakan rumus indeks Margalef:
S 1
R
ln .N
Keterangan:
R : Richness
S : Jumlah jenis spesies yang ditemukan (n1, n2, n3, …..)
N : Total individu dalam pengambilan sampel
(Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Junaidah, 2001)
I. Tabel Analisis

No Nama U1 U2 U3 U4 U5 ∑ H’ E R
Spesies

Gambar 3.1 Cara pemasangan Pitfall Trap

Keterangan : a = gelas air mineral

b = alkohol + gliserin (3 : 1)

c = lubang tempat gelas air mineral diletakkan

d = serasah dedaun

e = permukaan tanah
TOPIK VI
ISOLASI KERING

A. Dasar Teori
Fauna tanah merupakan salah satu organisme penghuni tanah yang berperan
sangat besar dalam perbaikan kesuburan tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak
akan mampu berjalan dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan fauna tanah.
Fauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan organik tanah
dalam penyediaan unsur hara. Fauna tanah menurut tempat hidupnya dibagi menjadi
dua yaitu epifauna dan infauna (Ross, 1965). Epifauna yaitu hewan yang hidup di
permukaan tanah. Infauna yaitu hewan yang hidup didalam tanah.
Variasi faktor abiotic pada lingkungan menyebabkan perbedaan komposisi dan
jenis infauna antara tanah di lingkungan satu dengan tanah di lingkungan lain. Jenis-
jenis infauna pada suatu lokasi dapat diketahui melalui isolasi kering. Isolasi kering
adalah salah satu metode untuk mendapatkan hewan tanah terutama untuk jenis
infauna. Metode ini memiliki kelebihan pada kesederhanaan pengoperasiannya. Selain
itu, hewan tanah yang diperoleh memiliki struktur tubuh yang utuh, sehingga
identifikasi lebih mudah dilakukan. Prinsip utama dalam metode isolasi kering adalah
adanya respon positif dan negative hewan tanah terhadap sinar. Intensitas cahaya
matahari menyebabkan perubahan suhu lingkungan, sehingga merangsang hewan
tanah untuk bergerak (Suin, 1989).

B. Tujuan
a) Mengetahui spesies hewan infauna yang ditemukan di kebun Biologi Universias
Negeri Malang
b) Mengetahui nilai indeks keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan jenis hewan
infauna di kebun Biologi Universias Negeri Malang
c) Mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap nilai H,E,R jenis hewan tanah yang
ditemukan di kebun Biologi Universias Negeri Malang

C. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
Alat Bahan
a. Soil analyzer a. Plastik
b. Termometer tanah b. Alkohol 70%
c. Set modifikasi Barless eco 12 c. Formalin 5%
d. 3 Botol selai/kelompok (botol d. Kertas Label
serangga)
e. Bak Plastik/ember
f. Cetok
g. Mikroskop stereo
h. Botol plakon
i. Animal chamber
j. Jarum pentul
k. Botol air 300 ml

D. Langkah Kerja
Prosedur dari isolasi kering
1. Diambil sampel tanah sebanyak 1 ember lalu dihomogenkan
2. Tiap kelompok mengambil sampel tanah sebanyak 1 gelas air mineral (± 100 ml)
3. Diletakkan set Barless Tulgren pada tempat terbuka [terpapar cahaya matahari]
4. Diletakkan sampel tanah pada set Barless dan diratakan secara perlahan
5. Botol diambil pada jam 08.00, 10.00, 12.00 WIB
6. Sampel dipindah ke botol plakon
7. Menambahkan formalin pada botol plakon tersebut
8. Mengamati spesimen pada animal chamber dibawah mikroskop
9. Mengidentifikasi spesies yang ditemukan
10. Menghitung jumlah hewan yang didapatkan

E. Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis
Shannon-Wiener. Pada analisis Shanon-Wiener mencari indeks kemerataan (H),
indeks keragaman (E), dan indeks kekayaan jenis (R).
1. Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener (H1)
H1 = -  (Pi lnPi)
H1 = Indeks keragaman Shannon – Wiener
Pi = Kelimpahan proporsional
2. Nilai kemerataan / Evenness (E)
H1
E=
ln S

E = Evenness / Kemerataan
H = Indeks Keanekaragaman
S = Banyaknya spesies
S 1
3. Nilai kekayaan / Richness (R) =
ln N

R = Richness/kekayaan
S = Banyaknya spesies
N = Total semua jenis individu dalam komunitas

F. Tabel Data

No Nama U1 U2 H’ E R
Spesies ∑
8 10 12 8 10 12
TOPIK VII
ISOLASI BASAH

A. Latar belakang
Fauna tanah merupakan salah satu komponen ekosistem tanah yang berperan
dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan berat jenis, peningkatan ruang
pori, aerasi, drainase, kapasitas penyimpanan air, dekomposisi bahan organik,
pencampuran partikel tanah, penyebaran mikroba, dan perbaikan struktur agregat
tanah (Witt, 2004). Walaupun pengaruh fauna tanah terhadap pembentukan tanah dan
dekomposisi bahan organik bersifat tidak langsung, secara umum fauna tanah dapat
dipandang sebagai pengatur terjadinya proses fisik, kimia maupun biokimia dalam
tanah (Hill, 2004).
Keberadaan hewan tanah di suatu tempat dapat dipengaruhi oleh faktor abiotik
di lingkungan. Faktor lingkungan yang paling esensial bagi kesuburan dan
perkembangan hidup hewan tanah adalah temperatur, cahaya, kelembaban dan jumlah
makanan yang tersedia. Cahaya memiliki peranan yang sangat penting dalam
perkembangan hidup hewan tanah dan merupakan faktor yang sangat vital
berhubungan dengan perilaku untuk memberikan variasi morfologi dan fisiologi pada
hewan tanah (Suwondo, 2007). Kondisi lingkungan yang beragam di berbagai tempat
menyebabkan variasi keberadaan jenis hewan tanah.
Fauna tanah berdasarkan ukuran tubuhnya, dibagi menjadi mikrofauna,
mesofauna dan makrofauna. Mikrofauna berukuran 20-200 mikron, mesofauna
berukuran 200 mikron- 1 sentimeter dan makrofauna berukuran lebih dari 1
sentimeter (Suin, 2012). Untuk mengetahui jenis hewan tanah terutama infauna
berukuran mikro dan meso, dapat dilakukan melalui isolasi basah. Isolasi basah
adalah salah satu metode koleksi hewan tanah dengan cara pencucian (washing).
Keuntungan metode ini adalah memerlukan waktu sebentar tetapi harus dilakukan
dengan teliti dan sabar.

B. Tujuan
d) Mengetahui spesies hewan infauna yang ditemukan di kebun Biologi
Universias Negeri Malang
e) Mengetahui nilai indeks keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan jenis
hewan infauna di kebun Biologi Universias Negeri Malang
f) Mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap nilai H,E,R jenis hewan tanah
yang ditemukan di kebun Biologi Universias Negeri Malang
C. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
1. Alat 2. Bahan
l. Soil analyzer e. Plastik
m. Termometer tanah f. Alkohol 90%
n. Saringan bertingkat g. Kertas Label
o. Nampan tinggi
p. Bak Plastik/ember
q. Cetok
r. Mikroskop stereo
s. Botol plakon
t. Animal chamber
u. Jarum pentul
v. Kuas
w. Sprayer

D. Langkah Kerja
Prosedur dari isolasi basah
11. Diambil sampel tanah sebanyak 1 ember lalu dihomogenkan
12. Tiap kelompok mengambil sampel tanah sebanyak 1 gelas air mineral (± 100 ml)
13. Dimasukkan tanah kedalam nampan
14. Dimasukkan air kedalam ember dengan perlahan- lahan
15. Air diaduk perlahan-lahan
16. Ditunggu sampai tenang
17. Ambil air saring dengan saringan bertingkat (endapan jangan sampai ikut)
18. Dibilas hasil saringan menggunakan semprotan sprayer tadahi dengan nampan
19. Ulangi no 7 dan 8
20. Sampel dipindah ke botol plakon
21. Diulangi no 4-no 8 sebanyak 2 kali
Pengamatan
22. Dituangkan sampel kedalam animal chamber
23. Diletakkan animal chamber dibawah mikroskop
24. Diidentifikasi hewan yang ditemukan
25. Dihitung jumlah hewan yang didapatkan

E. Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis
Shannon-Wiener.Pada analisis Shanon-Wiener mencari indeks kemerataan (H), indeks
keragaman (E), dan indeks kekayaan jenis (R).
4. Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener (H1)
H1 = -  (Pi lnPi)
H1 = Indeks keragaman Shannon – Wiener

Pi = Kelimpahan proporsional

5. Nilai kemerataan / Evenness (E)


H1
E=
ln S

E = Evenness / Kemerataan

H = Indeks Keanekaragaman

S = Banyaknya spesies

S 1
6. Nilai kekayaan / Richness (R) =
ln N
R = Richness/kekayaan

S = Banyaknya spesies

N= Total semua jenis individu dalam komunitas


F. Tabel Data

No Nama U1 U2 U3 ∑ H’ E R
Spesies

Anda mungkin juga menyukai