Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN EKOLOGI HEWAN

PENGGUNAAN METODE PERANGKAP CORONG


BARLESE TULLGREN

OLEH :
KELOMPOK 7

Fitrah Rahmita M 1714440001


Zannurain Muslimin 1714441005
Syamsiar Rahayu 1614442004
Hajar Aswad 1714441008

Jujur, akurat. Teliti, rapi

PENDIDIKAN BIOLOGI ICP


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
PENGGUNAAN METODE PERANGKAP CORONG BARLESE
TULLGREN
A. Dasar Teori
Hewan adalah organisme bersel banyak. Hewan tersusun atas banyak sel yang biasanya
membentuk serangkaian jaringan dan organ. Hewan memiliki struktur, kebiasaan makan,
reproduksi, dan perilaku yang sangat beragam. Cara hidup hewan saat dewasa adalah hidup
bebas, menetap atau parasit. Hewan dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu hewan tidak
bertulang belakang (invertebrata) dan hewan bertulang belakang (vertebrata). Hewan tidak
bertulang belakang terdiri dari beberapa golongan, yaitu: hewan bersel satu (protozoa), hewan
cacing (vermes), hewan lunak (moluska), hewan berongga (selenterata), hewan berkulit duri
(ekinodermata), dan hewan berbuku-buku (antrhopoda). Sedangkan jenis hewan bertulang
belakang yaitu ikan, amfibi ,reptilia, burung (aves) dan mamalia (Lose dkk, 2015).
Hewan, sebagaimana makhluk hidup lainnya, menempati lokasi bersama dengan makhluk
hidup lainnya dan makhluk tak hidup yang bersama-sama membentuk lingkungan hidup hewan.
Antara makhluk hidup dan lingkungannya saling berinteraksi satu sama lain dalam suatu sistem
yang kompleks. Sistem yang terbentuk karena interaksi makhluk hidup dengan lingkungnya
disebut ekosistem, sedangkan ilmu yang mempelajari ekosistem disebut ekologi
(Sumarto Dan Roni, 2016).
Perilaku adalah tindakan atau aksi yang mengubah hubungan antara organisme dan
lingkungannya. Perilaku dapat terjadi sebagai akibat stimulus dari luar. Reseptor diperlukan
untuk mendeteksi stimulus, saraf diperlukan untuk mengkoordinasikan respon dan efektor untuk
melaksanakan aksi.Perilaku dapat pula terjadi sebagai stimulus dari dalam. Stimulus dari dalam,
misalnya rasa lapar, memberikan motivasi akan aksi yang akan diambil bila makanan benar-
benar terlihat atau tercium.Umumnya perilaku suatu organisme merupakan akibat gabungan
stimulus dari dalam dan dari luar (Suheriyanto, 2008).
Hewan memiliki perilaku umum yang dimiliki oleh banyak jenis dan sedikit pola perilaku
yang dimiliki oleh banyak jenis. Ketika semua jenis hewan memerlukan reproduksi, makan dan
juga mencoba untuk tidam menjadi santapan oleh makhluk apapun, semua jenis hewan memiliki
beberapa jenis tipe perilaku reproduksi, perilaku mencari makan dan perilaku bertahan. Untuk
sekian lama, seleksi alam juga memungkinkan jenis hewan tertentu memiliki kemampuan untuk
mencapai tujuan-tujuan perilaku termasuk perilaku komunikasi (Sukarsono, 2009).
Tingkat diversitas serangga tanah di beberapa tempat dapat berbeda-beda. Diversitas spesies
cenderung akan rendah dalam ekosistem yang secara fisik terkendali yaitu yang memiliki faktor
pembatas fisik, kimia yang kuat dan akan tinggi pada ekosistem alami. Keberadaan serangga
tanah pada suatu ekosistem dibatasi oleh faktor-faktor geologi dan ekologi yang cocok, sehingga
terjadi perbedaan keanekaragaman jenis serangga. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
iklim, musim, ketinggian tempat, serta jenis makanannya (borror et al, 1997). Kehadiran
serangga tanah dapat dijadikan sebagai indikator keseimbangan ekosistem. Artinya apabila
dalam ekosistem tersebut diversitas serangga tinggi maka dapat dikatakan lingkungan ekosistem
tersebut seimbang atau stabil. Diversitas serangga tanah yang tinggi akan menyebabkan proses
jarring-jaring makanan berjalan secara normal. Begitu sebaliknya apabila di dalam ekosistem
diversitas serangga rendah maka lingkungan ekosistem tersebut tidak seimbang (suheriyanto,
2008).
B. Tujuan
Untuk menaksir jenis hewan yang aktif didalam tanah
C. Alat dan Bahan
1. Corong
2. Gelas
3. Lampu
4. Jala besi
5. Rak plastik ukuran kecil
6. Mikroskop
7. Pipet tetes
8. Cawan petri
9. Tanah
10. Alkohol 70%
11. Kertas pengamatan
12. Detergent cair
13. Lakban hitam
14. Karton hitam
D. Prosedur Kerja
1. Merakit alat-alat yang akan digunakan. Tutupi gelas menggunakan lakban hitam. Buatlah
terompet (topi) dari karton dan lubangu bagian ujungnya.
2. Tuangkan alkohol kedalam ¼ gelas dan tambahkan 1 tetes detergent cair
3. Letakkan corong diatas gelas tersebut.
4. Masukkan jala besi kedalam rak plastik kemudian isikan denan tanah hingga penuh.
5. Letakkan wadah yang telah terisi tanah ke dalam corong.
6. Masukkan lampu kedalam karton yang telah dirakit dengan posisi mengantung.
7. Tutupi corong dengan karton yang berisikan lampu yang teraliri listrik hingga lampu
tersebut menyala kemudian diamkan hingga 6-8 jam hingga tanahnya mengering
8. Setelah 6-8 jam, ambilah larutan didalam gelas menggunakan pipet tetes kemudian
tuangkan diatas cawan petri dan amatilah dibawah mikroskop.
E. Hasil Pengamatan
No Jenis Gambar Pengamatan

1 Annelida

2 Protozoa

3 Arthropoda
Jenis Jumlah individu Komponen spesies Indeks
keanekaragaman
Annelida 1 Jumlah annelida yang 0,096
didapat berjumlah 1
buah
Protozoa 1 Jumlah protozoa yang 0,096
didapat berjumlah 1
buah
Arthopoda 2 Jumlah arthopoda 0,346
yang didapat
berjumlah 1 buah

Indeks Keanekaragaman
Annelida
H’ = - Ʃ (ni/N) ln (ni/N)
H’ = - (1/4) ln (1/4)
H’ = - (0,25) – (1,386)
H’ = 0,096
Protozoa
H’ = - Ʃ (ni/N) ln (ni/N)
H’ = - (1/4) ln (1/4)
H’ = - (0,25) – (0,386)
H’ = 0,096
Arthopoda
H’ = - Ʃ (ni/N) ln (ni/N)
H’ = - (2/4) ln (2/4)
H’ = - (0,5) – (0,693)
H’ = 0,346
F. Pembahasan
Corong Tullgren, yang juga dikenal sebagai corong Berlese atau perangkap Berlese, adalah
alat yang digunakan untuk mengekstrak organisme hidup, terutama artropoda, dari sampel tanah.
Saluran Tullgren bekerja dengan menciptakan gradien suhu di atas sampel sehingga organisme
Mobile akan menjauh dari suhu yang lebih tinggi dan jatuh ke dalam kapal pengumpul, di mana
mereka binasa dan dipertahankan untuk pemeriksaan. Ilustrasi menunjukkan cara kerjanya:
corong (E) berisi tanah atau sampah (D), dan sumber panas (F) seperti lampu listrik (G)
memanaskan sampah. Hewan yang melarikan diri dari desikkasi sampah turun melalui saringan
(C) menjadi cairan pengawet (A) dalam wadah (B). Ilustrasi ini hanyalah sebuah skematik,
karena biasanya sampel tanah tidak akan hancur dan dituangkan ke dalam corong (hal ini pasti
akan menyebabkan tingginya jumlah partikel tanah dalam cairan pengawetan yang
membutuhkan pekerjaan melelahkan untuk memilah organisme tanah). Bahkan, sampel tanah
ditempatkan pada saringan mesh yang akan memungkinkan hewan tanah untuk lulus tetapi harus
mempertahankan sebagian besar partikel tanah.

Jenis ekstraksi ini sering disebut sebagai corong Berlese atau corong Tullgren. Antonio
Berlese menggambarkan metode ini sampling dinamis di 1905 dengan jaket air panas sebagai
sumber panas. pada 1918, Albert Tullgren mendeskripsikan sebuah modifikasi, di mana
pemanasan berasal dari atas oleh sebuah bola lampu listrik dan gradien panas ditingkatkan
dengan drum lembaran besi di sekitar sampel tanah. saluran ekstraksi saat ini dari jenis ini
biasanya menggabungkan elemen dari kedua publikasi dan dengan demikian harus dirujuk ke
corong Berlese-Tullgren.
Fauna tanah merupakan salah satu komponen tanah. Kehidupan fauna tanah sangat
tergantung pada habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di
suatu daerah sangat ditentukan oleh keadaan daerah tersebut. Dengan perkataan lain keberadaan
dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah sangat tergantung dari faktor
lingkungan, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Fauna tanah merupakan bagian dari
ekosistem tanah, oleh karena itu dalam mempelajari ekologi fauna tanah faktor fisika-kimia
tanah selalu diukur (Suin, 1997).
Cacing tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok oligochaeta yang kelas
dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam filum annelida. Cacing tanah jenis lumbricus
mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelium yang
terletak pada segmen 27-32. Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga
tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis
lain. Cacing tanah jenis phretinema segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak
pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan.
Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing
kalung.
Semut adalah semua serangga anggota suku Formicidae, bangsa Hymenoptera. Semut
memiliki lebih dari 12.000 jenis (spesies), sebagian besar hidup di kawasan tropika. Sebagian
besar semut dikenal sebagai serangga sosial, dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur
beranggotakan ribuan semut per koloni. Anggota koloni terbagi menjadi semut pekerja, semut
pejantan, dan ratu semut. Dimungkinkan pula terdapat kelompok semut penjaga. Satu koloni
dapat menguasai daerah yang luas untuk mendukung kehidupan mereka. Koloni semut
kadangkala disebut "superorganisme" karena koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah
kesatuan. Di bagian dada semut terdapat tiga pasang kaki dan di ujung setiap kakinya terdapat
semacam cakar kecil yang membantunya memanjat dan berpijak pada permukaan. Sebagian
besar semut jantan dan betina calon ratu memiliki sayap. Namun, setelah kawin betina akan
menanggalkan sayapnya dan menjadi ratu semut yang tidak bersayap. Semut pekerja dan prajurit
tidak memiliki sayap. Di bagian metasoma (perut) semut terdapat banyak organ dalam yang
penting, termasuk organ reproduksi. Beberapa spesies semut juga memiliki sengat yang
terhubung dengan semacam kelenjar beracun untuk melumpuhkan mangsa dan melindungi
sarangnya. Spesies semut seperti formica yessensis memiliki kelenjar penghasil asam semut yang
bisa disemprotkan ke arah musuh untuk pertahanan.
Untuk nilai Indeks Shanon-Wiener (H’) setelah melalui proses pengamatan dan 
perhitungan, maka pada perangkap diperoleh spesies Annelida 0,096, spesies Protozoa 0,096,
dan untuk spesies arthropoda 0,346. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener disamping dapat
menggambarkan keanekaragaman spesies, juga dapat menggambarkan produktivitas ekosistem,
tekanan pada ekosistem, dan kestabilan ekosistem. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai indeks
semakin tinggi nilai indeks H’ maka semakin tinggi pula keanakeragaman spesies, produktivitas
ekosistem, tekanan pada ekosistem dan kestabilan ekosistem. Dari hasil pengamatan serta
analisis data yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa spesies yang ditemukan di antaranya :
Annelida, Protozoa, dan Arthropoda.
G. Kesimpulan
Peran hewan tanah terhadap sifat tanah antara lain peranannya dalam pelapukan bahan
organik dan pendauran unsur hara. Sedangkan peran hewan tanah terhadap pertumbuhan
tanaman terbagi atas : yang menguntungkan, merugikan, dan tidak berpengaruh (netral). Untuk
hewan yang di temukan itu umumnya bersifat menguntungkan , karena cacing tanah berperan
dalam penguraian di dalam tanah dan dapat meningkatkan kesuburan tanah begitu juga dengan
semut yang bisa membantu dalam penguraian untuk meningkatkan kesuburan tanah.
H. Daftar Pustaka
Borror, D. J, C. A; Triplehorn dan N.F. Johnson. 19 97. Pengenalan Pelajaran Serangga. Gadjah
Mada University Press.Yogyakarta
Lose, I Made, Ismail ., Elhayat, Labiro dan Sustri. 2015. Keanekaragaman Jenis Fauna Darat
Pada Kawasan Wisata Mangrove Di Desa Labuan Kecamatan Lage Kabupaten Poso.
Warta Rimba. Vol. 3, No. 2.
Sumarto, Saroyo & Roni, Koneri. 2016. Ekologi Hewan. Cv. Patra Media Grafindo Bandung:
Bandung.
Sukarsono. 2009. Ekologi Hewan. UMM Press : Malang
Suheriyanto, D. 2008. Ekologi Serangga. Malang: UIN Malang Press.

Anda mungkin juga menyukai