Anda di halaman 1dari 14

POSTULAT KOCH

(Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan)

Oleh
Fitriyani
1514121039
Kelompok 10

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit tanaman adalah suatu keadaan dimana tumbuhan mengalami gangguan
fungsi fisiologis secara terus menerus sehingga menimbulkan gejala dan tanda.
Gangguan fisiologis ini disebabkan oleh faktor biotik (bakteri, cendawan, virus
dan nematoda) maupun faktor abiotik (suhu, kelembaban, unsur hara mineral).
Postulat Koch adalah suatu landasan untik mendianosa penyakit tanaman. Postulat
Koch juga dapat diartikan sebagai salah satu metode yang dapat dilakukan untuk
membuktikan penyebab suatu penyakit. Metode yang diperkenalkan oleh Robert
Koch (1884) ini memiliki empat syarat yang harus dipenuhi untuk dapat
membuktikan suatu patogen apakah benar-benar dapat menimbulkan penyakit
pada inangya atau tidak. Semua dari syarat tersebut harus terpenuhi untuk dapat
menentukan hubungan keterkaitan antara patogen penyebab penyakitdan
inangnya. Sejarahnya Robert Koch menerpakan metode ini untuk menentukan
tuberkulosis dan etiologi antraks, namun sekarang telah diujikan pada berbagai
jenis penyakit.
Praktikum ini dilakukan untuk membuktikan bahwa hasil isolasi tanaman sakit
jika diinokulasikan pada tanaman sehat akan menghasilkan gejala penyakit yang
sama dengan tanaman yang telah terkena penyakit

1.2 Tujuan Praktikum


1.3
1.4 Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengenal dan mengetahui cara-cara isolasi patogen tumbuhan


Mengenal dan mengetahui morfologi patogen secara mikroskopis
Mengetahui dan mempelajari cara-cara penularan penyakit (inokulasi buatan)
Mengetahui hasil inokulasi patogen secara buatan
Mengamati gejala penyakit akibat inokulasi patogen secara buatan
Melakukan reisolasi patogen
1.5

1.6 II. METODOLOGI PRAKTIKUM


1.7
1.8
1.9 2.1 Alat dan Bahan
1.10
1.11

Alat yang digunakan pada praktikum Postulat Koch I adalah laminar air

flow, skapel/silet, jarum ose, pinset, pembakar bunsen, dan tisu. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah media PDA, alkohol 70%, bagian tanaman yang
bergejala, dan air steril.
1.12

Adapun alat yang digunakan pada praktikum Postulat Koch II adalah

mikroskop majemuk, kaca preparat, jarum pentul, handsprayer, rotamixer,


gelas ukur, erlenmeyer, nampan, sedotan, selotip, tisu, plastik wrap, dan
spatula. Sedangkan bahan yang digunakan adalah biakan jamur (hasil
praktikum sebelumnya), air steril, dan gula.
1.13

Adapun alat yang digunakan pada praktikum Postulat Koch III adalah

mikroskop majemuk, kaca preparat, jarum pentul, pipet tetes, laminar air flow,
skapel/silet, jarum ose, pinset, pembakar bunsen, dan tisu. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah tanaman yang bergejala dan media PDA.
1.14
1.15

2.2 Prosedur Kerja

1.16
1.17

Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu sebagai

berikut :
1.18

2.2.1 Prosedur Kerja Postulat Koch I

1. Dilakukan disinfeksi tempat meja praktikum dengan alkohol 70%

2. Dilakukan disinfeksi pada permukaan bagian tanaman yang akan diambil,


untuk jaringan tebal dilap dengan alkohol70%, dilakukan pemotongan pada
perbatasan daerah ang sakit dan sehat
3. Untuk jaringan tipis disediakan tiga cawan petri steril, cawan 1 diisi air steril,
cawan 2 diisi larutan klorok 0,5%, dan cawan 3 diisi air steril
4. Dipotong bagian tanaman pada perbatasan daerah yang sakit dan sehat
(0,5cm2), kemudian dimasukkan kedalam cawan 1 selama 30 detik, lalu
dimasukkan kedalam cawan 2 selama 2 menit, lalu dimasukkan kedalam
cawan 3 selama 30 detik. Setelah itu dikeringkan dengan cara diletakkan di
atas tisu
5. Untuk penyakit yang disebabkan oleh jamur, potongan langsung dimasukkan
kedalam media PDA (cara penanaman jaringan) untuk penhakit yang
disebabkan oleh bakteri, potongan tadi dimasukkan kedalam air steril 10 ml,
dihomogenkan lalu suspensinya digoreskan pada media NA dengan
menggunakan jarum ose (cara pengenceran)
6. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan mencatat mulai tumbuhnya jamur
ataupun bakteri yang diisolasi, warna koloni, gambar/foto bentuk koloni
7. Pada pekan depan praktikum, dilakukan pengamatan secara mikroskopis
untuk melihat morfologi jamur yang tumbuh dalam media cawan
8.
9. 2.2.2 Prosedur Kerja Postulat Koch II

Pengamatan Mikroskopis
1. Disiapkan biakan jamur hasil praktikum sebelumnya
2. Diambil cuplikan jamur dengan menggunakan jarum pentul, diletakkan
diatas kaca preparat yang sudah ditetesi air kemudian ditutup dengan

menggunakan kaca preparat


3. Diamati bentuk jamur di bawah mikroskop
Cara Inokulasi dengan Teknik Semprot
1. Disiapkan biakan patogen dalam cawan petri
2. Dikeruk biakan menggunakan spatula, hati-hati jangan sampai media kut
terkeruk
3. Dituang 10ml air aquades kedalam cawan petri tersebut, lalu dituangkan
ke dalam erlenmeyer. Dihomogenkan menggunakan rota mixer
4. Dilakukan pengenceran terhadap suspensi tersebut dengan cara
menambahkannya dengan air
5. Dimasukkan suspensi yang telah diencerkan ke dalam handsprayer, lalu
disemprotkan ke tanaman uji

Cara Inokulasi dengan Teknik Penempelan


1. Disiapkan biakan patogen dalam cawan petri
2. Bor biakan tersebut menggunakan bor gabus
3. Disiapkan buah uji (cabai), disusun sedotan di dalam nampan yang telah
dimasukkan tisu basah, lalu diletakkan buah cabai diatas sedotan
4. Diambil cuplikan jamur yang telah dibor dengan menggunakan jarum ose,
lalu ditaruh di atas cabai, kemudian ditutup dengan selotip agar cuplikan
biakan tidak jatuh
5. Ditutup nampan menggunakan plastik warp
6. Diamati gejalanya
10.
11. 2.2.3 Prosedur Kerja Postulat Koch III

1. Dilakukan disinfeksi tempat meja praktikum dengan 70%.


2. Dilakukan disinfeksi pada permukaan bagian tanaman yang
akan diambil, untuk jaringan tebal dilap dengan alcohol 70%,
dolakukan pemotongan pada perbatasan daerah yang sakit
dan yang sehat.
3. Disiapkan 3 cawan petri, cawan 1 diisi steril, cawan 2 diisi
kolorok 0,5%, dan cawan 3 diisi air steril.
4. Dipotong bagian tanaman pada perbatasan daerah yang sakit
dan sehat (kurang lebih 0,5 cm2), kemudian dimasukan ke
dalam cawan 1 selama 30 detik, dimasukan ke dalam cawan
2 selama 30 detik, dan dimasukan ke dalam cawan 3 selama
30 detik. Setelah itu dikeringkan dengan diletakkan di atas
tisu.
5. Masukan potongan bagian tanaman tersebut ke media PSA
menggunakan pinset.
6. Diamati pertumbuhannya setiap 2 hari sekali.

12.
13.
14.
15.
16. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
17.
18.
1.1 Hasil Pengamatan
19.
20. Adapun hasil dari pengamatan yang telah dilakukan yaitu sebagai brikut :
21. 3.1.1 Hasil Pengamatan Postulat Koch 1
22.
23.
N
1.

24. GAMBAR

26.

25. KETERANGAN

27. Diameter : 1,2 cm


28.

2.

29.

30.

Diameter : 1,4 cm

3.

31.

32.

Diameter : 2,5 cm

4.

33.

34.

Diameter : 3 cm

35.

36. 3.1.2 Hasil Pengamatan Postulat Koch II


37.
N
1.

38. GAMBAR

40.

39. KETERANGAN

41.

Gejala timbul pada

hari kamis, 10
November, 2016. Gejala
yang ditimbulkan yaitu
adanya bercak kuning
coklat atau orens pada
bagian cabai yang
dilukai dan gejala
tersebar meluas pada
2.

42.
43.

cabai yang dilukai.


44.
Gejala timbul pada
hari kamis, 10
November, 2016. Gejala
yang ditimbulkan yaitu
adanya bercak kuning
coklat atau orens pada
bagian cabai yang

dilukai dan gejala


tersebar lebih sempit
pada cabai yang dilukai.

45.

46. 3.1.3 Hasil Pengamatan Postulat Koch III


47.
N

48. GAMBAR

49. KETERANGAN

1.

50.
51.

52. Diameter : 1 cm
53.

2.

54.

55. Diameter : 1,6 cm


56.

3.

57.

58. Diameter : 2,2 cm


59.

4.

60.

61. Diameter : 9 cm
62.

63.
64.
1.2 Pembahasan
65.
66.

Pada praktikum ini dilakukan dengan tiga percobaan Postulat

Koch, yaitu Postula Koch I, Postulat Koch II, dan Postulat Koch III.
Percobaan ini menggunakan cabai sebagai tanaman uji. Pada percobaan
Postulat Koch I, dilakukan dengan cara isolasi patogen tumbuhan yaitu
pada tanaman cabai. Setelah dilakukan percobaan dan pengamatan,
dihasilkan tanda-tanda tumbuhnya jamur pada kedua cawan (cawan A dan
cawan B). Jamur mulai tumbuh pada hari kedua seteah dilakukan
pengamatan. Terdapat warna kuning kecoklatan pada kedua cawan dan
diameter yang berbeda dari masing-masing cawan. Hal ini menunjukkan
bahwa tanaman uji terhadap cabai menunjukkan patogen
Colletotrichum gloeosporioides sesuai dengan literatur Yng
didapatkan. Pada literatur yang didapatkan, disebutkan
bahwa patogen Colletotrichum gloeosporioides mempunyai
miselium yang jumlahnya agak banyak, hifa bersepta tipis, mulamula
terang kemudian gelap. Konidiofor pendek, tidak bercabang, tidak
bersepta dengan ukuran 7-8 x 3-4 m. Khususnya pada daun mudayang
agak dewasa menghasilkan konidium jamur yang berwarna merah jambu.
Massa konidia yang berwarna merah jambu ini akhirnya menjadi cokelat
gelap. Hal ini menunjukkan penyakit antraknosa pada tanaman cabai. Pada
tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke bagian
lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan busuk kering warna
cokelat kehitam-hitaman. Cendawan penyebab penyakit antraknosa atau

patek ini berkembang dengan sangat pesat bila kelembaban udara cukup
tinggi yaitu bila lebih dari 80 % rH dengan suhu 32 C ( Semangun, 2001).
67.
68.

Pada percobaan Postulat Koch II, dilakukan inokulasi

patogen dengan menggunakan patogen Colletotrichum


gloeosporioides pada percobaan sebelumnya. Percobaan
ini dilakukan dengan tiga cara yaitu pengamatan secara
mikroskopis, inokulasi dengan teknik semprot, dan
inokulasi dengan teknik penempelan. Pada percobaan ini
gejala yang ditimbulkan pada sampel A yaitu adanya
bercak kuning kecoklatan atau orens pada bagian cabai
yang dilukai dan gejala tersebar meluas pada cabai yang
dilukai. Sedangkan gejala yang ditimbulkan pada sampel B
yaitu adanya bercak kuning kecoklatan atau orens pada
bagian cabai yang dilukai dan gejala tersebar lebih sempit
pada cabai yang dilukai.
69.
70. Pada percobaan Postulat Koch III, dilakukan cara reisolasi
patogen tumbuhan dan mengamati gejala yang terjadi. Hal
ini didapatkan bahwa terdapat kesamaan pada gejala yang
ditimbulkan oleh patogen Colletotrichum gloeosporioides
yaitu dengan munculnya warna kuning kecoklatan pada
bagian tanaman yang direisolasikan. Hal ini dapat
digunakan sebagai landasan untuk mendiaknosis penyakit
yang menyerang tanaman cabai karena kesesuaian dari
adanya gejala yang ditimbulkan saat dilakukannya
inokulasi dan reisolasi pada tanaman yang terkena
penyakit. Namun pada percobaan ini terdapat satu cawan
dengan biakan jamur yang mengalami kontaminasi.
Kontaminasi ini ditunjukkan dengan adanya warna putih
pada biakan di daerah pinggir namun di daerah tengah
masih menunjukkan warna kuning.

71.

IV. KESIMPULAN

72.
73.
Adapun yang dapat disimpulkan dari pengamatan yang telah dilakukan

74.

yaitu:
1. Postulat Koch adalah suatu landasan untuk mendiaknosis penyakit
tanaman
2. Isolasi patogen dilakukan dengan membiakkan jamur menggunakan
potongan tanaman yang setengah sakit dan setengan sehat
3. Patogen yang menyerang adalah Colletotrichum gloeosporioides
dengan warna kuning kecoklatan dan membentuk tabung
4. Inokulasi dilakukan dengan cara pengamatan mikroskopis,
teknik semprot, dan teknik penempelan
5. Inokulasi patogen secara buatan memiliki gejala yang sama yang
ditimbulkan oleh patogen Colletotrichum gloeosporioides
6. Jamur yang dihasilkan pada tahap reisolasi sama dengan
jamur yang dihasilkan pada tahap isolasi awal.
75.
76. Larutan Klorok yang digunakan pada proses sterilisasi praktikum Postulat
Koch berfungsi sebagai disinfeksi. Disinfeksi pada air adalah untuk
mereduksi konsentrasi bakteri secara umum dan menghilangkan bakteri
patogen. Disinfeksi juga digunakan untuk mencegah penyakit. Larutan
klorok juga digunakan untuk mensterilkan bagian tanaman yang akan diuji
agar tidak terjadi kontaminasi.
77.
78.
79.
80.

81. DAFTAR PUSTAKA


82.
83.
84.
85.

Dwidjoseputro, 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambaran, Jakarta.

86.

Firman. 2009. Medium dan Cara Pembuatan Medium. Gramedia, Jakarta.

87.

Hadioetomo, R.S., 1993. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi.


Gramedia, Jakarta.

88.

Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press, Jakarta.

89.

Schegel, G.H. 1993. General Microbiologi Seventh Edition. Cambrige University Press:
USA.

90.

Semangun, 2001. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Universitas


Gajah Mada Press. Yogyakarta.

91.
92.

Volk &Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar jilid 1. Erlangga. Jakarta.

93.

Waluyo, 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambaran, Jakarta.

94.
95.
96.
97.
98.
99.

LAMPIRAN
100.

101.
102.
103.
104.
105.
106.

Anda mungkin juga menyukai