Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

PESTISIDA DALAM PROTEKSI TANAMAN (PTN306)


METODE HAMBATAN PERKECAMBAHAN SPORA

Paralel 3
Kelompok 4

Muhamad Ilham Fadila A24160125


Lisaana Sidqin Aliya A24170048
Nur Rahayu Ningsih A34160010
Tia Nofitri A34160035
Zhuhri Azzhuhri A34160069
Nahla Hening Astisiwi A34160085

Dosen
Fitrianingrum Kurniawati, S.P, M.Si

Asisten Praktikum
Mahfud Arif Julianto A34150002
Sri Riski Maryani A34150075

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fungisida merupakan bahan yang mengandung senyawa kimia beracun


yang digunakan untuk memberantas dan mencegah jamur (Wudianto, 2007).
Dalam budidaya pertanian, penggunaan beberapa fungisida menimbulkan
pengaruh buruk terhadap lingkungan. Tetapi, dampak negatif yang dapat terjadi
pada lingkungan tidak menjadikan pengguna fungisida beralih ke jenis pengendali
hayati. Selain karena pengendalian hayati lebih memakan biaya yang lebih besar,
permasalahan tersebut disebabkan oleh hambatan pertumbuhan dan
perkembangan fungi patogen yang dikendalikan menggunakan fungisida lebih
cepat dapat diamati hasilnya dari pada menggunakan pengendali hayati, dan para
pengguna fungisida tidak memahami akibat buruk dari penggunaan fungisida
tersebut.
Penggunaan fungisida bertujuan untuk membunuh cendawan penyebab
penyakit pada tanaman, akan tetapi selain membunuh cendawan penyebab
penyakit fungisida juga dapat membunuh organisme cendawan yang
menguntungkan seperti mikoriza (As-syakur, 2007 dalam Sari et al., 2014).
Mikoriza merupakan struktur sistem perakaran yang terbentuk karena adanya
simbiosis mutualisme antara fungi (myces) non-patogen dan perakaran (rhiza)
tumbuhan tingkat tinggi. Asosiasi ini dapat menguntungkan bagi tanaman maupun
bagi fungi karena fungi bisa menumpang hidup pada tanaman dan tanaman secara
aktif mampu menyerap unsur hara yang lebih banyak melalui hifa-hifa yang
terdapat pada fungi tersebut.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan mengetahui keefektifan fungisida terhadap


cendawan patogen tanaman anggur (Physopela vitis).
BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu laminary-flow, pipet


mikro, cawan petri dengan diameter 10 cm, gelas obyek, mikroskop,
akuadestilata, tabung reaksi, labu takar, dan media agar air. Bahan yang
digunakan yaitu cendawan Physopela vitis yang dipanen dari daun tanaman
anggur, fungisida dengan konsentrasi 2.5 ml/L, 1.25ml/L, 0.625 ml/L, 0.313 ml/L,
0.156 ml/L, dan kontrol.

Metode

Enceran induk masing-masing fungisida dengan konsentrasi berdasar


volume 200ml, yaitu 25mg/200ml, 50 mg/200ml, 100 mg/200ml, 200mg/200ml,
dan 400 mg/ml. Aquades steril 90 ml dimasukkan ke dalam botol kapasitas 150
ml secara aseptik. 10 ml enceran induk fungisida dimasukkan dalam tiap botol,
kemudian digoyang-goyang sampai fungisida bercampur merata dengan aquades.
Konsentrasi fungisida dalam enceran yang diperoleh adalah: 0.156 ml/L, 0.33
ml/L, 0.625 ml/L, 1.25 ml/L, dan 2.5 ml/L. Gelas obyek steril dan cawan petri
steril yang diberi alas kertas saring steril disiapkan dan dibasahi dengan aquades
steril. Semua dikerjakan secara aseptik. Enceran fungisida diteteskan pada dua sisi
gelas obyek berjarak 4cm, kering udarakan dalam laminar-flow. Suspensi spora
cendawan pada permukaan deposit fungisida yang telah kering kemudian
diteteskan dan gelas obyek tersebut segera dimasukkan ke dalam cawan petri
berpelembab. Pengamatan dilakukan terhadap daya kecambah spora yang
dinyatakan dalam persen (%). Respons spora terhadap fungisida uji dinyatakan
berdasar Tingkat Hambatan Germinasi (THG) sebagai berikut:

dk−dp
THG= x 100 %
dk
THG = tingkat hambatan germinasi spora terhadap control (%)
dk = daya kecambah spora pada kontrol (%)
dp = daya kecambah spora pada perlakuan (%)

Kemudian data ditabulasikan.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1 Tingkat hambatan germinasi spora

Spora berkecambah
Konsentrasi Rataan (%) THG
1 2
0,156 0,44 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00 44% 0,100927
0,313 0,00 0,00
0,33 0,38
0,20 0,00
0,25 0,50
0,00 0,00 33% 0,329067
0,625 0,00 0,00
0,00 0,40
0,25 0,40
0,00 0,00
0,00 0,00 35% 0,29198
1,25 0,00 0,00
0,33 0,14
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,33 16% 0,678902
2,5 0,00 0,06
0,00 0,00
0,00 0,08
0,00 0,10
0,00 0,21 12% 0,766285
kontrol 0,00 0,00
0,00 0,50
0,09 0,44
0,33 1,00
0,63 0,47 49% 0

Tabel 2. Persentase tingkat hambatan germinasi spora pada setiap konsentrasi


Konsentrasi THG
0,156 10,09%
0,313 32,91%
0,625 29,20%
1,25 67,89%
2,5 76,63%

Pembahasan

Hasil pengamatan menunjukkan spora yang berkecambah pada konsentrasi


0.156 sekitar 44%, dengan tingkat tantangan hambatan (THG) 10.09%, ketika
konsentrasi 0.313 spora yang berkecambah lebih sedikit, yaitu 33% dengan THG
32.91%. Perlakuan dengan konsentrasi 0.625 spora yang berkecambah lebih dari
konsentrasi 0.313 tetapi lebih kecil dari kontrasi 0.156, yaitu 35% dengan THG
29.20%. Perlakuan dengan konsentrasi 1.25% didapatkan spora yang
berkecambah tergolong rendah, yaitu 16% dengan THG 67.89%. Perlakuan
dengan konsentrasi 2.5 didapatkan spora yang berkecambah sangat rendah, yaitu
12% dengan THG 76.63%. Perlakuan kontrol didapatkan spora berkecambah 49%
dengan THG 0%. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang
digunakan maka semakin rendah perkecambahan dan semakin tinggi tingkat
tantangan hambatan fungisida. Hasil ini sesuai menurut Priadi (2009) semakin
tinggi konsentrasi bahan aktif fungisida yang digunakan menyebabkan
perkecambahan spora terhambat, karena konsentrasi fungisida yang tinggi
menyebabkan sedikitnya jumlah air yang dapat masuk secara osmosis ke dalam
sel-sel spora. Perkecambahan spora memerlukan jumlah air yang cukup sebagai
media reaksi kimia di dalam sel, mengaktifkan enzim, mengedarkan nutrisi ke
seluruh bagian sel-sel spora yang sedang aktif melakukan pembelahan sel untuk
berkecambah.
SIMPULAN

Penggunaan fungisida dapat menambah tingkat hambatan germinasi spora.


Semakin tinggi konsentrasi fungisida yang digunakan maka tingkat germinasi
spora makin tinggi sehingga perkecambahan spora cendawan patogen tanaman
anggur (Physopela vitis) akan semakin rendah. Perlakuan paling efektif pada
percobaan ini adalah fungisida dengan konsentrasi larutan 2.5 ml/L karena spora
yang berkecambah hanya 12% dari keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA

Priadi, A. 2009. Biology 3 for Senior High School Year XII. Jakarta (ID):
Yudhistira.
Sari EM, Suwirmen, Noli ZA. 2014. Pengaruh penggunaan fungisida (Dithane M-
45) terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) dan kepadatan
spora fungi mikoriza arbuskula (FMA). Jurnal Biologi Universitas Andalas.
3(3): 188-194.
Wudianto , R. 2007. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai