Kelompok 4
Dosen
Prof. Dr. Ir. Dadang, M. Sc
Asisten Praktikum
Mahfud Arif Julianto A34150002
Sri Riski Maryani A34150075
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pestisida mempunyai sifat-sifat fisik, kimia dan daya kerja yang berbeda-
beda, sehingga dikenal berbagai macam pestisida. Pestisida dapat digolongkan
menurut berbagai aspek tergantung pada kepentingannya, antara lain: berdasarkan
sasaran yang akan dikendalikan, berdasarkan cara kerja, berdasarkan struktur
kimianya dan berdasarkan bentuknya (Wudianto 2010).
Cara kerja atau Mode of Action adalah kemampuan pestisida dalam
mematikan hama atau penyakit sasaran menurut cara masuknya bahan beracun ke
jasad hama atau penyakit sasaran dan menurut sifat dari bahan kimia tersebut.
Berdasarkan cara masuknya ke dalam jasad sasaran, insektisida digolongkan
menjadi racun perut, racun kontak, dan racun nafas. Racun perut/lambung
merupakan bahan beracun pestisida yang dapat merusak sistem pencernaan jika
tertelan oleh serangga. Racun kontak merupakan bahan beracun pestisida yang
dapat membunuh atau mengganggu perkembangbiakan. serangga, jika bahan
beracun tersebut mengenai tubuh serangga. Sedangkan racun nafas merupakan
bahan racun pestisida yang biasanya berbentuk gas atau bahan lain yang mudah
menguap (fumigan) dan dapat membunuh serangga jika terhisap oleh sistem
pernafasan serangga tersebut (Jayanti 2012). Fumigant digunakan untuk
membunuh serangga tanpa harus memperhatikan bentuk mulutnya. Insektisida ini
berbentuk gas. Insektisida sebgai racun kontak, yang terpenting adalah kontak
antara serangga yang ingin dibunuh dengan insektisida yang digunakan.
Insektisida racun perut berarti berarti racun tersebut harus masuk melalui mulut
sehingga insektisida ini efektif untuk serangga yang memiliki alat mulut
menggigit menguyah dan menghisap (Johariana dan Alfiah 2012). Suatu
insektisida dapat bekerja dengan baik apabila insektisida tersebut mampu
meracuni serangga sasaran dan menyebabkan serangga tersebut mengalami
kematian.
Tujuan
Metode
Tabel 2 Hasil perhitungan LC50, LC95, LD50, dan LD95 racun sistemik menggunakan probit
Perlakuan a b Y50 Y95 X50 X95 LC50 LC95 LD50 LD95
LC50 = antilog (X50) LC95 = antilog (X95) LD50 = antilog (X50) LD95 = antilog (X95)
= antilog (- = antilog (- = antilog (- = antilog (-
1.203) 1.010) 1.788) 1.596)
= 0,062661 = 0,097724 = 0,016293 = 0,025351
Pembahasan
Racun fumigan adalah jenis pestisida yang dalam suhu dan tekanan tertentu
berbentuk gas dan dalam konsentrasi serta waktu tertentu dapat membunuh
organisme pengganggu tanaman (Kementan 2011). Mekanisme insektisida
tersebut adalah jika partikel mikro pestisida yang melayang di udara terhirup oleh
serangga hama, serangga tersebut akan mati. Kekuatan dan residu tergantung jenis
bahan aktif dan dosis apa yang digunakan (Azzamy 2015). Hasil pengujian
fumigan pada Tribolium castaneum dengan waktu pengujian 24, 48, dan 72 jam
perlakuan, didapatkan perlakuan yang paling efektif adalah pala dan cengkeh.
Hasil ini dapat dilihat dari jumlah serangga yang mati ketika perlakuan kedua
bahan ini berturut-turut yaitu 30, 28 serangga yang mati selama perlakuan 24 jam,
perlakuan 48 jam serangga yang mati yaitu 30,30, dan perlakuan 72 jam ada
30,30 serangga yang mati. Perlakuan yang tidak efektif diduga ekaliptus dari hasil
perlakuan 24 jam yaitu 12 serangga yang mati, perlakuan 48 jam didapatkan yaitu
ada 2 serangga yang mati, dan perlakuan 72 jam ada 17 serangga yang mati.
Racun sistemik adalah jenis pestisida yang dapat masuk ke dalam jaringan
tanaman dan ditranslokasikan kebagian tanaman yang lainnya. Cara kerja racun
ini adalah insektisida diserap oleh bagian-bagian tanaman melalui stomata,
meristem akar, lentisel batang dan cela-celah alami. Selanjutnya insektisida akan
melewati sel-sel menuju ke jaringan pengangkut baik floem maupun xylem
(Azzamy 2015). Jika serangga memakan bagian jaringan tanaman ini, maka
seranga tersebut akan mati karena memakan residu insektisida yang ada pada
jaringan tanaman (Hartini 2014). Pengujian racun sistemik menggunakan
pestisida Furadan 3GR berbahan aktif karbofuran 3% dengan formulasi granu.
Serangga uji yang digunakan yaitu Nilaparvata lugens. Berdasarkan hasil
pengamatan konsentrasi 0.001% paling cepat mematikan serangga uji. Hal
tersebut tidak sesuai seharusnya semakin tinggi konsentrasi semakin banyak
serangga yang mati pula. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan resistensi
pada serangga uji, perbedaan jenis kelamin, perbedaan umur serangga, serta
kurangnya ketelitian praktikan dalam menghitung indeks kematian serangga uji.
Pengujian keefektifan pestisida sistemik terhadap serangga hama N. lugens
menunjukkan nilai LC50, LC95, LD50 , dan LD95 dengan waktu pemaparan 24 jam
setelah perlakuan terkecil diantara perlakuan lainnya. Hal tersebut menunjukkan
tingkat toksisitas dari pestisida sistemik paling tinggi pengaruhnya terhadap
serangga uji dan pada tingkat tersebut paling mematikan bagi serangga uji.
SIMPULAN
[RI] KEMENTAN. 2011. Tata pelaksanaan fumigasi dengan fosfin. Jakarta (ID):
Badan Karantina Pertanian.
Azzamy. 2015. Jenis-jenis pestisida berdasarkan mekanisme kerjanya [Internet].
https://mitalom.com/jenis-jenis-pestisida-berdasarkan-mekanisme-kerjanya.
Hartini E. 2014. Kontaminasi residu pestisida dalam buah melon (studi kasus pada
petani di kecamatan penawangan. Jurnal Kesehatan masyarakat. 10(1): 96-
102.
Jayanti AHD. 2012. Pengelompokan Pestisida berdasarkan Cara Kerjanya
(Mode of Action). Lembang (ID): Yayasan Bina Tani Sejahtera.
Joharina AS, Alfiah S. 2012. Analisis deskriptif insektisida rumah tangga yang
beredar di masyarakat. J. Vektora. 4(1): 23-32.
Wudianto R. 2010. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.