Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN AIR

"PENGENALAN JARINGAN IRIGASI”

Di susun oleh :

July Evalina Limbong ( 1810631090011 )

Winda Ariska Putri ( 1810631090057 )

Nismara Adisa Rakatama H ( 1810631090102 )

Dedy Ricardo Simbolon( 1810631090131 )

Muhammad Ghozi Setiawan( 1810631090139 )

Yulia Elfiyanasari Boru Sembiring( 1810631090168 )

. 3E AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWAN

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum “ Pengelolaan Air“ dengan judul "Pengenalan
Jaringan Irigasi”.

Terima kasih kami ucapkan kepada bapak dosen Muharam dengan asisten dosen . Terima kasih
juga kami ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan praktikum yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik
lagi di masa mendatang.

Semoga laporan praktikum ini bisa menambah wawasan tentang Teknologi Pengendalian Hama
untuk para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Karawang, 15 Desembar 2019


DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ……………....................................………………………………………….


ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………............………...................…


iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………....…………………………...........…............…1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………..........…………………………............…...…2

1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………. ...……………………………............……


2

1.4 Kegunaan …………………………………………………………………………………………………….............….


……….2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. ………………………………………………………………………………………………………3

BAB III METODE


3.1. Tempat dan
Waktu……………………………………………………………………….........................................

3.2. Alat dan


bahan………………………………………………………………………….............................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil…………………………………………………………………………………….....……………………………

4.1.1. Pengukuran Debit dengan Pelampung…………………………………………………………

4.1.2. Pengukuran Debit pada Ambang Lebar………………..………………………………………

4.1.3. Jumlah dan Kondisi Jaringan Irigasi……………….......………………………………………

4.2. Pembahasan…………………………………………………………………………. ..……. ……………………

4.2.1. Pengenalan Jaringan Irigasi………………………………………………...…………………………

4.2.2. Menghitung Debit………………………………………………………………......…. ……………………

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………….....……. ……………………

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Bendungan adalah sebuah bangunan air yang berfungsi sebagai penangkap air dan
menyimpannya di musim penghujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar.Waduk
merupakan suatu tempat atau wadah yang terbentuk akibat adanya pembangunan sebuah
bendungan. Pembangunan bendungan berfungsi untuk penyediaan air baku, penyediaan air
irigasi, pengendalian banjir dan/atau pembangkit tenaga air. Dalam pembangunan bendungan
ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu persiapan pembangunan, perencanaan pembangunan,
pelaksanaan konstruksi dan pengisian awal waduk (impounding).

Dalam tahap pengisian awal waduk (impounding)ini jumlah debit inflow yang masuk ke
daerah genangan akan sangat berpengaruh, karena jika inflow yang masuk sedikit maka
waktu pengisian awal waduk (impounding)akan lama dan dapat mengakibatkan kekeringan
di hilir bendungan. Selain itu kondisi daerah genangan

juga akan berpengaruh, karena setiap jenis tanah memiliki karakteristik yang berbeda
mengenai penyerapan air ke dalam tanah.Pada tahap impoundingini juga hendaknya
dilakukan pemantauan supaya untuk menghindari adanya korban jiwa dan untuk menghindari
kerusakan pada struktur bendungan karena jika terlalu cepat tahap impoundingini maka
mengakibatkan tekanan yang berlebih dan timbunan inti bendungan akan mengalami gaya
angkat (uplift).

1.2.Rumusan Masalah
Faktor apa saja yang berpengaruh dalamtahap pengisian awal waduk (impounding), terutama
pada Bendungan Jatigede?

Bagaimana memprediksi lamanya pengisian awal waduk (impounding) pada Bendungan Ciomas
Bogor?

Metode apa yang sesuai dalamuntuk menentukan lamanya waktu pada tahap pengisian awal
waduk pada Bendungan Ciomas Bogor?

Permasalahan bendungan dan bagian- bagiannya serta fungsinya dalam kehidupan manusia

1.3.Tujuan

Agar mahasiswa dapat mengetahui faktor dan kegunaan apa saja yang ada di bendungan Ciomas
Bogor

Untuk mengetahui metode apa yang sesuai dalam menentukan lamanya waktu pengisian awal
waduk pada Bendungan Ciomas Bogor

1.4.Kegunaan praktikum

Untuk dapat melakukan tahapan pengisian awal waduk sesuai dengan waktu yang
diperkirakan juga terhindar dari kekeringan dalam jangka waktu yang lama di bagian hilir
bendungan. Dengan adanya penelitian ini diharapkan peneliti dapat menambah wawasan
mengenai tahapan-tahapan yang terjadi pada bendungan Ciomas Bogor.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODE
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. PENGUKURAN DEBIT DENGAN PELAMPUNG

Diketahui :

- Kedalaman (d) = 18 cm
- Lebar (l) = 141 cm
- Waktu botol 1 (kiri) (t1) = 63 detik
- Waktu botol 2 (tengah) (t2) = 53 detik
- Waktu botol 3 (kanan) (t3) = 61 detik
- Jarak (s) = 10 m

Ditanyakan : Debit (Q)

Jawab :

Q = A . V́

Dimana A adalah luas irigasi yang dirumuskan dengan

A=l.d

= 141 x 18

= 2.538 cm2

Dan V́ adalah rata-rata kecepatan dari ketiga botol yang digunakan, dimana rumus V adalah

Jarak ( s)
Vi =
Waktu(t i)

Kecepatan botol 1
Jarak ( s)
V1 =
Waktu(t 1)

1000 cm
= = 15,9 cm/dtk
63 dtk

Kecepatan botol 2

Jarak (s)
V2 =
Waktu(t 2)

1000 cm
= = 18,9 cm/dtk
53 dtk

Kecepatan botol 3

Jarak ( s)
V3 =
Waktu(t 3)

1000 cm
= = 16,4 cm/dtk
61 dtk

Jadi V́ nya adalah

V 1+V 2+V 3
V́ =
3

15,9+ 18,9+16,4
V́ =
3

51,2
V́ =
3

V́ = 17,1 cm/dtk

Jadi debit (Q) nya adalah

Q = A . V́

Q = 2.538 cm2 x 17,1 cm/dtk

Q = 43.399,8 cm3/s

Q = 43,4 l/dtk
Untuk mencari koefisien nya, kita bisa menggunakan hasil Q dikalikan dengan 0,65

Qreal = 43,4 l/dtk x 0,65

Qreal = 28.1 l/dtk

4.1.2.PENGUKURAN DEBIT PADA AMBANG LEBAR

Diketahui :

- Lebar irigasi (B) = 141 cm


- Kedalaman irigasi (H) = 18 cm

Ditanyakan : Debit (Q)

Jawab :

Untuk mengetahui debit pada ambang lebar ini kita bisa menggunakan tabel pengukuran debit
yang ada di modul praktikum ataupun di internet.

Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa jika lebarnya 141 cm (dibulatkan menjadi 150 cm) dan
jika kedalamannya 18 cm maka debitnya adalah 196 l/dtk
4.1.3.Jumlah dan Kondisi Jaringan Irigasi

N Penyebab
Jenis Bangunan Jml kondisi Ket.
o Kerusakan
baik baik tdk rusak rusak tdk
      berfungsi berfungsi berfungsi berfungsi    
1 Bendung 1 v          
2 Pintu Intake 1 v          
3 Bangunan Sadap 5       v    
4 Bangunan Ukur              
Bangunan pengatur
5              
muka air
6 Bangunan Bagi              
7 Bangunan pelimpah 1 v          
8 Bangunan Terjun 1            
9 Kantong Lumpur              
10 Gorong- gorong              
11 Talang              
12 Siphon              
13 Talang Siphon              
14 Bangunan Got Miring              
15 Jalan Inspeksi              
16 Jembatan              
Bangunan Pelayanan
17              
Pintu
18 Tanggul              
19 Tangga Cuci              
20 Kubangan Hewan              
21 Saluran Primer 1            
22 Saluran Sekunder              
23 Saluran Tersier              
4.2 Pembahasan

4.2.1. Pengenalan Jaringan Irigasi

Pada saat survey pengenalan jaringan irigasi bendungan ciomas terdapat beberapa
bangunan yaitu satu bendungan, satu pintu intake, lima bangunan sadap, satu bangunan
pelimpah, dua bangunan terjun, satu saluran primer, dan satu saluran tersier.

Bendungan berfungsi sebagai penangkap air dan menyimpannya di musim hujan waktu
air sungai mengalir dalam jumlah besar dan yang melebihi kebutuhan baik untuk keperluan.
Bendungan digunakan untuk keperluan irigasi, air minum industri, tempat rekreasi, tempat
penampungan limbah, cadangan air minum, pengendali banjir, perikanan, pariwisata dan
olahraga air.

Pintu intake ada satu buah yang letaknya berdekatan dengan bangunan pelimpah.
Bangunan ini berguna agar air dari sungai atau bendungan dapat dibelokkan untuk dimanfaatkan
sesuai keinginan, menyadap aliran sungai serta mengontrol pemasukkan air dan sedimen. Bagian
ini dilengkapi dengan pintu yang dapat dibuka dan ditutup, sehingga besar kecilnya dapat
dikontrol.

Bangunan sadap berjumlah lebih dari satu, saat survey kami menemukan 5 bangunan
sadap yang letaknya berjauhan. Bangunan sadap ini berguna untuk pembagi aliran air baik dari
saluran primer maupun saluran sekunder, selain itu bangunan sadap berfungsi untuk mengambil
atau menyadap air untuk dialirkan melalui saluran tersier atau kuarter ke sawah maupun kolam-
kolam ikan dan lainnya.

Bangunan pelimpah ada 1 bangunan yang letak nya dekat dengan pintu intake. Bangunan
pelimpah merupakan bangunan yang mutlak diperlukan keberadaannya. Pelimpah ini memiliki
fungsi sebagai pembuang kelebihan air pada saat banjir dari bagian tampungan (upsteam) dan
dibawa ke bagian arah hilir (downstream).

Sedangkan Bangunan terjun diperlukan jika kemiringan permukan tanah lebih curam
daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan.

Saluran primer berfungsi untuk membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan ke
petak petak tersier yang diari. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang
terakhir. Sedangkan bangunan tersier yaitu berfungsi membawa air dari bangunan sadap tersier
dijaringan utama kedalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung saluran ini adalah
bangunan bagi kuarter yang terakhir.
Bendungan ciomas ini memiliki air yang sedikit saat kami melakukan survey. Hal ini
dikarenakan panjangnya musim kemarau, sehingga hanya sedikit curah hujan. Pada bangunan ini
juga banyak bangunan-bangnan yang tidak terawat, seperti pada saluran tersier selang-selang nya
berantakan dan terlihat kotor.

4.2.2.Menghitung debit

Pada pengukuran debit dengan menggunakan pelampung sangat sederhana karena hanya
menggunakan botol aqua. Praktikum dilakukan dengan mamsukkan botol aqua kedalam saluran
air, kemudian mencatat waktu dengan menggunakan stopwatch untuk mengukur berapa lama
waktu yang dibutuhkan saat botol tersebut di lepas dari titik awal yang telah di tentukan sampai
titik akhir yang telah di tentukan juga yaitu sampai 10 meter. Kami melakukannya dibagian
saluran air yang lurus, karena saluran air yang lurus akan lebih efektif dalam melakukan
pengukuran karena akan memperoleh aliran air yang relative stabil.

Berdasarkan perhitungan di atas dapat kita ketahui bahwa debit aliran sungai tersebut
adalah 43,4 l/detik. Pengukuran debit suatu aliran sungai dengan menggunakan metode apung
adalah metode yang dapat diterapkan untuk menganalisis dari suatu sungai tentang debit aliran.
Beberapa faktor yang dapat menghambat atau dapat memperlancar aliran air pada sungai yang
dipengaruhi oleh beberpa faktor yang ada diantaranya yaitu faktor umum yang berupa angin dan
curah hujan serta faktor khusus yang berupa material atau bahan terlarut yang terbawa aliran,
batuan dan tumbuhan yang ada pada dasar ataupun tepi sungai serta ada atau tidaknya turbulensi.
Pengukuran ini kurang ideal karena panjang aliran yang diukur hanya 10 m. sedangkan idealnya
panjang aliran sungai yang diukur adalah 20m sampai 50m.

Tinggi muka air yang didapatkan yaitu 18cm, semakin tinggi muka air (h) sungai, maka
semakin tinggi jumlah Q yang di dapatkan. Dan semakin tinggi kecepatan aliran (V) maka
semakin tinggi jumlah Q yang di dapatkan. Dimana kecepatan aliran (V) rata-rata didapatakan
dengan cara menghitung kecepatan pelampung yang dialirkan dari titik awal sampai titik akhir
sejauh 10 m dengan 3 kali percobaan yaitu di bagian kanan aliran, tengah aliran dan kiri aliran.

4.2.2.1. Pengukuran debit pada ambang lebar

Pengukuran debit ambang lebar dilakukan untuk menentukan debit yang yang
mengalir pada saluran tertentu. Penggunaan alat ukur ambang lebar dapat ditempatkan di
awal saluran primer, pada titik cabang saluran, dan tepat di pintu sorong pada titik masuk
petak tersier.

Pengukuran debit ambang lebar dapat dilakukan dengan cara melihat table debit
ambang lebar/romyn. Dilihat pada B (lebar pintu dalam cm) dengan H (tinggi muka air
hulu di atas ambang atau meja dalam cm). pada praktikum yang kami lakukan ini, lebar
pintu(B) yaitu 141 sehingga dibulatkan menjadi 150 dan tinggi muka air hulu di atas
ambang atau meja(H) yaitu 18 sehingga didapatkan hasil debit ambang lebar yaitu
196(dilihat dari tabel).

Perhitungan debit ambang lebar juga dapat dilakukan dengan cara berikut.

Q = 1,71 x B x H 1,5

Dimana :

Q = debit dalam l/detik

B = Lebar pintu dalam cm.

H = tinggi muka air hulu diatas ambang atau meja dalam ca.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Debit air pada pengukuran dengan metode pelampung menunjukkan debit aliran pada
saluran primer tersebut adalah 43,4 l/detik. Hasil pengukuran mengunakan debit ambang lebar
dengan menggunakan tabel debit ambang lebar/romyn menujukkan bahwa perdetik saluran
pelimpah akan mengalirkan 196 liter air. Perbedaan debit ini terjadi dimungkinkan karena
ketidak sesuaian prosedur pengukuran atau alat yang digunakan.

Nilai debit air yang sebenarnya paling mendekati adalah hasil menggunakan metode debit
ambang lebar, sebab pada pengukurannya menggunakan alat ukur yang ditempatkan pada awal
saluran primer, pada titik cabang saluran, dan tepat di pintu sorong pada titik masuk petak
tersier , sedangkan metode pelampung banyak terjadi kesalahan baik dari segi lingkungan
maupun teknisnya.

Kebutuhan waktu pengairan sebenarnya bergantung pada komoditi dan jenis tanahnya.
Prinsip dasar yang perlu kita anut bahwa penghitungan waktu ini erat kaitanya dengan efisiensi
air. Hal ini diperhatikan dengan pertimbangan bahwa jumlah air setiap musim tanam tidak sama
maka untuk membagi air yang seefisien mungkin perlu pengetahuan tentang lama waktu
pengairan.
DAFTAR PUSTAKA
Fuzia, Alia. 2012. “STUDI ANALISIS KUALITAS DAN KUANTITAS AIR SUNGAI
PAMPANG KOTAMADYA MAKASSAR”. [jurnal online]. Diunduh pada 15 desember 2019.
Tersedia di : http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3173/JURNAL
%20INDO.doc?sequence=1

Fransisco, 2018. “PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA”. [Jurnal online].


Diunduh pada 15 Desember 2019. Tersedia di :
https://www.studocu.com/en/document/universitas-gadjah-mada/indonesian-
judiciary/mandatory-assignments/aliran-di-atas-ambang-lebar-dan-ambang-tajam/1688209/view

Nurhayati,Siti Atii, 2015."ANALISA PENGISIAN AWAL WADUK (IMPOUNDING) PADA


BENDUNGAN JATIGEDE".[Jurnal online]. Diunduh pada 15 Desember 2019. Tersedia
di:http://repository.upi.edu/17341/1/S_TS_1005315_Chapter1.pdf

Nurul, Aisyah. 2016. “MENGUKUR DEBIT ALIRAN DENGAN METODE APUNG”. [jurnal
online] diunduh pada 15 desember 2019. Tersedia di :
https://www.academia.edu/32273420/MENGUKUR_DEBIT_ALIRAN_DENGAN_METODE_
APUNG.docx

Setiyawan, Ery, Hery, dkk. “PENENTUAN LEBAR EFEKTIF PELIMPAH MENGGUNAKAN


PENELUSURAN HIDROLIKA WADUK”. [jurnal online]. Diunduh pada 15 Desember 2019.
Tersedia di : http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=12402

Silitonga, Binsar, dkk. 2018. “Perencanaan Hidrolis Pintu Pada Bangunan Pengambilan Air
(Intake)”. [jurnal online]. Diunduh pada 15 Desember 2019. Tersedia di :
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/282724-perencanaan-
hidrolis-pintu-pada-bangunan-
35b0a785.pdf&ved=2ahUKEwiV8_Gh7rLmAhV1muYKHXC8CccQFjAAegQIBhAC&usg=A
OvVaw21pOiYo2OO6r9v5mVFH-tu

LAMPIRAN

Pintu intake. Bangunan terjun. Saluran pelimpah

Percobaan metode bangunan sadap jaringan tersier

debit

Anda mungkin juga menyukai