PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penggunaan nematoda patogen serangga (NPS) di Indonesia belum
populer dibandingkan dengan bakteri, cendawan, dan virus. NPS adalah jenis
nematoda yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama, dikarenakan
dalam mekanisme infeksinya NPS bersimbiosis dengan bakteri simbion.
Terdapat dua genus NPS yang berperan sebagai agens pengendali hayati
yaitu genus Steinernema dan Heterorhabditis. NPS menginfeksi inangnya
memalui simbiosis dengan bakteri yang ada pada saluran pencernaannya.
Nematoda famili
Steinernematidae
genus
sedangkan
Steinernema ditemukan pada tanah pantai dengan tekstur tanah berpasir yang
lembap, dan pada habitat pertanian dengan tekstur tanah lempung berpasir yang
lembap, sedangkan pada tekstur tanah berpasir yang bercampur kerikil serta
kelembapan tanah yang kering, lempung basah, lempung lembap, dan berpasir
agak kering tidak ditemukan Heterorhabditis maupun Steinernema.
Isolasi dan identifikasi dilakukan untuk mengetahui jenis nematoda,
sedangkan untuk menentukan keefektifan nematoda sebagai biopestisida perlu
dilakukan uji patogenesitas. NPS baik Steinernema maupun Heterorhabditis
memiliki beberapa kelebihan sebagai agens pengendali hayati, antara lain
mempunyai sifat selektif terhadap serangga dengan spektrum inang yang luas,
tidak berbahaya bagi mamalia dan vertebrata, memiliki virulensi tinggi,
berkisaran inang luas, mudah diaplikasikan, dan kompatibel dengan beberapa
jenis pestisida kimiawi (Gaugler dan Kaya., 1990 dalam Chaerani dkk., 2001).
B. TUJUAN
1. Mengetahui jumlah agens pengendali hayati berupa NPS yang berasal dari
tanah gambut alami, gambut lahan pertanian dan tanah mineral.
2. Mengetahui cara perbanyakan NPS (isolasi dan white trap)
II. METODOLOGI
A. TEMPAT DAN WAKTU
C.
a.
1.
2.
adalah:
- Nematoda
- Ulat hongkong
- Alcohol
- akuades
CARA KERJA
isolasi
Persiapkan bahan serta sterilisasi alat menggunakan alcohol
Potong kertas saring selebar ukuran Petri yang akan digunakan, kertas
Rerata
jumlah ulat hongkong
III. PEMBAHASAN
A. perhitungan jumlah HASIL PRAKTIKUM
Tabel hasil NPS pada tanah gambut
panen 1
ulangan
1
2
3
4
5
total
jumlah
2741
1982
1739
1794
1154
9410
panen 2
ulangan
1
2
3
4
5
total
jumlah
1400
3400
2200
2100
2000
11100
rata - rata
1882
rata - rata
2220
4102
50
= 82.04
jumlah
293
303
374
440
341
1751
350.2
panen 2
ulangan
1
2
3
4
5
total
rata-rata
jumlah
313
373
352
265
316
1619
323.8
674
50
= 13.48
jumlah
399
233
98
103
panen 2
ulangan
1
2
3
4
jumlah
165
380
256
100
120
228
total
rata-rata
953
190.6
total
rata-rata
1129
225.8
Total
50
416.4
50
= 8.328
B. PEMBAHASAN
Hasil isolasi Nematoda Patogen Serangga (NPS) dengan menggunakan
umpan larva ulat hongkong yang terparasit nematoda memiliki cirri-ciri warna
berubah menjadi coklat karamel agak kehitaman, serta tubuhnya agak lembek
dan agak bau. Selain itu juga larva yang terinfeksi NPS mengalami penurunan
aktivitas gerak yang semula aktif menjadi agak lambat dan akhirnya akan mati.
Gejala tersebut sesuai dengan hasil penelitian Nugrohorini (2007) bahwa
larva S. litura yang terinfeksi NPS
terjadi dalam waktu sekitar 2 minggu. Setelah ulat hongkong terinfeksi oleh
nematoda, kemudian ulat hongkong tersebut di white trap.
Dari hasil perhitungan yang dilakukan pada ketiga lahan tersebut,
dilakukan 5 ulangan penghitungan NPS, maka didapatkan jumlah rata-rata NPS
tiap lahan yaitu pada lahan gambut sebesar 4102, pada lahan tanah berpasir
sebesar 674 dan pada tanah PMK sebesar 416,4.
Beberapa faktor lingkungan pada lahan gambut yang ada kualitasnya
sangat beragam tergantung dari susunan kimia dan mineralogi tanah di
bawahnya (Hardjowigeno, 1995) dan mempengaruhi kemampuan nematoda
entomopatogen untuk menyebar, mempertahankan diri, menemukan inang, dan
repoduksi dalam tanah (Kaya, 1990). Pada lahan yang berpasir nematoda
baiting, yaitu memerangkap nematoda yang ada di dalam tanah tersebut dengan
menggunakan umpan seperti ulat hongkong. Setelah ulat hongkong terinfeksi
oleh nematoda dengan ditandai munculnya perubahan-perubahan fisik dari ulat
hongkong tersebut maka masuk kedalam tahap white trap, yaitu tahapan dimana
nematoda yang telah terperangkap kedalam tubuh ulat hongkong di pelihara
sampai nematoda keluar dari tubuh nematoda.
IV. PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Jumlah rata-rata NPS pada lahan gambut sebesar 4102.
2. Jumlah rata-rata NPS pada tanah berpasir sebesar 674.
3. Jumlah rata-rata NPS pada tanah PMK sebesar 416,4.
4. Jumlah rerata NPS tertinggi pada lahan gambut dan yang terendah
pada tanah PMK.
b. Saran
Perhitungan pemanenan NPS sebaiknya dilakukan secara teliti dan hatihati
DAFTAR PUSTAKA
Chaerani dan M. Kardin. 1999. Prospek nematoda sebagai pengendali
hayati hama. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV. Bogor. pp.
156-165.
Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Edisi Revisi. Cetakan Keempat.
Akademika Pressindo. Jakarta
Kaya, H. K dan R. Gaugler. 1990. Entomopathogenic Nematodes in
Biological Control. CRC Boca Raton Ann Arbor. Boston.82 Makalah Oral
Kaya, H. K. 1990. Soil Ecology In Entomopathogenic Nematodes In
Biological Control. CRC Press Boca Raton Ann Arbor. Boston
Smart, G. C. 1995. Entomopathogenic nematodes for the biological
control of insects. Journal of Nematology 27: 529-534.
LAPORAN PRAKTIKUM
Teknik Pemanfaatan Agen Hayati
NPS pada Lahan Gambut, Tanah Berpasir dan Tanah PMK
OLEH
CHANDRIKA PUTRI
DEWI RATNASARI
HARYATI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015