Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PARASITISME PADA TUMBUHAN TALI PUTRI

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta Tumbuhan


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Amin Retnoningsih, M.Si.,
Dr. Enni Suwarsi Rahayu, M.Si.

disusun oleh :
Maratush Sholihah Romadhoni (0402515025)
Bone Kartika Rani (0402516053)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (KONS. BIOLOGI)


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara tropis dengan kepulauan terbesar di dunia. Letak
geografisnya yang berada di sepanjang garis khatulistiwa menjadikan Indonesia
memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Hutan tropis di Indonesia menjadi
habitat bagi sekitar 38.000 jenis tumbuhan termasuk didalamnya 27.500 spesies
tumbuhan berbunga, 515 spesies mamalia, 511 spesies reptil, 270 spesies
amphibi, 1.531 jenis burung, 2.827 jenis binatang avertebrata, 121 spesies kupu-
kupu, serta 477 spesies tumbuhan palma (Kementrian kehutanan, 2010). Ragam
jenis tumbuhan yang hidup di Indonesia menawarkan pesona alam yang indah dan
menarik untuk diteliti.
Tumbuhan secara sepintas memang tampak pasif dan inaktif, namun
apabila diteliti lebih mendalam, tumbuhan sebenarnya melakukan pergerakan
yang cukup agresif untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Tumbuhan
dibagi beberapa jenis dalam kaitannya dengan adaptasi lingkungan, yaitu epifit,
saprofit, parasit, hidrofit, halofit, xerofit, insektivor, dan lichenes. Makalah ini
akan membahas salah satu dari 8 jenis tumbuhan tersebut yaitu tentang tumbuhan
parasit. Tumbuhan parasit merupakan tumbuhan yang kebanyakan merugikan
tanaman inangnya dan tidak diinginkan kehadirannya. Parasit berasal dari bahasa
yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu para yang berati disamping atau di sisi
dan sitos yang berarti makanan. Jadi parasitos artinya adalah di samping
makanan.
Tumbuhan parasit adalah tumbuhan yang untuk kelangsungan hidupnya
menggantungkan sebagian atau seluruh sumber energinya pada tumbuhan lain.
Berbagai jenis tumbuhan parasit yang sering meresahkan petani dalam
penanganan, seperti yang sudah dikenal yaitu cendana, benalu, tali putri, dll. Tali
putri berdasarkan perannya yang merugikan tanaman budidaya maka digolongkan
sebagai gulma. Kerugian terbesar terutama dapat ditemukan di daerah tropis,

2
yaitu negara yang sedang berkembang di mana pengendalian gulma biasanya
kurang diperhatikan dan pertumbuhan gulma biasanya sangat cepat. Di laporkan
bahwa setiap tahun sekitar 10% produksi pertanian di dunia hilang karena adanya
gulma.
Gulma yang didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh di tempat yang
tidak dikehendaki oleh manusia atau tumbuhan yang kegunaannya belum
diketahui mempunyai daya adaptasi yang kuat serta daya persaingan yang
tinggi.sifat lain yang sering dimiliki gulma antara lain: dapat membentuk banyak
biji, cepat berkembang dan mempunyai masa domisili yang panjang. Sehingga
dapat dikatakan sebagian besar waktu dan biaya dalam usaha pertanian atau
pertamanan yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut (Tjitrosoedirjo,
1984).
Pengertian gulma secara umum adalah tumbuhan yang mengganggu atau
merugikan kepentingan manusia, sehingga manusia berusaha untuk
mengendalikannya. Kepentingan anusia disini berupa perolehan hasil usaha tani
yang baik dari segi mutu dan jumlah, kelancaran transportasi perairan, efisiensi
penggunaan air dan saluran irigasi,dan masih banyak lagi aspek kehidupan
manusia yang berhubungan dengan masalah gulma. Ada jenis gulma yang
seringkali merugikan pertanian seperti krokot, rumput teki, ciplukan, alang-
alang/ilalang, an lain-lain. Gulma atau disebut sebagai rumput liar ini merupakan
spesies tumbuhan parasit yang merugikan tumbuhan lain, dan beberapa efek
buruk bagi tanaman inang antara lain adalah terjadinya perebutan nutrisi (unsur
hara dalam tanah), terjadinya perlambatan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, lamanya waktu pembungaan serta pembuahan pada beberapa spesies
tertentu. Sebagai contoh adalah tanaman buah mentimun yang sangat tidak toleran
terhadap pertumbuhan gulma dalam skala tinggi. Maka jika di lahan pertanian
mentimun banyak ditumbuhi gulma tanpa penanganan yang tepat maka bisa jadi
produktivitas pertanian mentimun akan anjlok turund alam waktu seketika,

3
berefek pada bunga dan buah yang tidak berukuran maksimal, serta mempunyai
pertumbuhan fisik tanaman yang kerdil.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai salah satu tanaman gulma yaitu
tali putri. Tali putri diketahui sebagai salah satu tumbuhan parasit atau dikenal
dengan Cuscuta yang genusnya mencapai 170 spesies. Umumnya tumbuhan ini
berwarna kuning , orange, dan merah. Genusnya dapat ditemukan di seluruh
daerah yang beriklim tropis dengan beragam spesies tersebar pada daerah tropis
dan subtropis, dan langka ditemukan di daerah beriklim dingin. Tali putri dikenal
sebagai parasit obligat karena bergantung penuh pada tumbuhan inangnya baik
dalam kaitannya dengan kebutuhan nutrisi, air, hingga tempat hidupnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana morfologi dari tumbuhan Tali putri?
2. Bagaimana anatomi dari tumbuhan Tali putri?
3. Bagaimana proses fisiologi dan biokimia tumbuhan parasit Tali putri terhadap
tanaman inang?

C. Tujuan
1. Menjelaskan morfologi tumbuhan Tali putri.
2. Menggambarkan anatomi tumbuhan Tali Putri.
3. Mendeskripsikan proses fisiologi dan biokimia tumbuhan Tali putri terhadap
tanaman inang.
4.

4
BAB II
PEMBAHASAN

Tali putri merupakan salah satu tanaman parasit. Artinya tanaman ini harus
mencari sumber makanan baru dari tumbuhan lain karena tidak mampu melakukan
fotosintesis. Tanaman ini juga tidak membentuk akar sekunder seperti yang dilakukan
tumbuhan pada umumnya untuk mengambil air dari dalam tanah. Tumbuhan yang
hidup di daerah tropis ini tumbuh dan beradaptasi dengan cara melakukan simbiosis
parasitisme sehingga sangat bergantung pada tumbuhan inangnya. Ciri fisik dari
tumbuhan tali putri yang bernama ilmiah Cassytha capillaris, memang memiliki
bentuk seperti tali, mirip mi spaghetti. Warnanya yang kuning keemasan akan tampak
cemerlang jika mendapat sinar matahari. Tali putri memiliki sifat yang merugikan
karena menumpang di atas tumbuhan inang dan memperlakukan tumbuhan tersebut
melalui pola hubungan simbiosis parasitisme. Tali putri memang tumbuhan parasit
yang bisa membunuh inangnya. Tali putri membutuhkan nutrisi, air, dan mineral dari
inangnya untuk melanjutkan kehidupannya. Sehingga menyebabkan tumbuhan
tersebut meranggas, mengering, dan akhirnya mati.
Kehadiran tali putri sangatlah merugikan, jika tumbuhan yang dijadikan inang
tali putri termasuk tanaman komoditas penting yang diusahakan petani, seperti tomat.
Produktivitas bisa turun dan petani akan mengalami kerugian ekonomi yang cukup
berarti. Di Amerika Serikat, tali putri tergolong parasit yang diwaspadai dan masuk
dalam daftar sepuluh gulma utama musuh Departemen Pertanian AS (USDA). Tali
putri memiliki klorofil pada tunas, buah, dan batangnya. Penyebarluasan biji tali putri
bisa melalui sisa panen yang berpindah, aliran air irigasi, disebarkan langsung oleh
manusia, atau bersamasama dengan sisa pembuangan semak atau gulma. Tali putri
juga memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap perubahan lingkungan.
Bijinya mampu bertahan atau dormansi selama lima tahun dalam tanah, menunggu
kondisi yang baik untuk pertumbuhannya. Tali putri termasuk parasit yang bandel
karena sulit dibasmi jika tidak dibasmi sekaligus bersama tumbuhan inangnya.

5
Tumbuhan Tali Putri (Cassyta foliformis L)
Tali Putri (Cassytha Foliformis) atau Cuscuta austeralis adalah tumbuhan
parasit obligat, tanaman ini mengambil dan menumpang pada pohon perdu atau
pohon kecil.
Klasifikasi tanaman ini yaitu:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranales
Suku : Lauraceae
Marga : Cassytha
Jenis : Cassytha filiformis L
Nama umum : Tali putri

A. Morfologi Tali Putri


Morfologi tanaman menumpang pada pohon perdu atau pohon kecil,
batangnya kecil seperti tali, berwarna hijau atau coklat, sindor dan merambat
serta membelit ke arah kiri mencapai 8m. Pada batang terdapat akar penghisap
yang berfungsi untuk menghisap makanan dari tumbuhan inang. Daun
mengalami perubahan bentuk menjadi kecil seperti sisik, bunga berupa bulir,
lembut, tegak, berwarna putih kekuningan, getah buah bening berbentuk bulat
dan mudah rontok.
Tanaman ini lebih banyak tumbuh di daerah pantai sebagai parasit, dapat
tumbuh menjalar sehingga tumbuhan inang tertutup dan mati. Perbanyakan
tananman ini dilakukan dengan menggunakan stek batang tetapi harus dijaga
agar tidak meluas. Tanaman tali putri mengandung senyawa actinodaphnine,
cassamedine, cathaformine, cathafilline, cassyformine, cassyfiline, cassythine,
cassythidine, filliformine, isoboldine, laurotetanine, lysacamine, acoteine dan
predicetrine.

6
Anggota familia ini bersifat manis, agak pahit, sejuk, dan beracun.
Khasiatnya sebagai anti radang, peluruh kencing, membersihkan darah,
menghentikan darah (hemostatik),dan penurun panas(antipiretik). Bagian akar
dan daun berkhasiat untuk obat pinggang kakau, bengkak terpukul, bisul, koreng,
dan batuk kronis. Bagian buahnya berkhasiat sebagai obat disentri dan kencing
darah. (hal 107). Ekstrak tanaman ini mengandung alkaloida, saponin,
flavonoida, dan polifenol.

Gambar 1. Tanaman tali putri

Tali putri (Cassyta foliformis L) merupakan tanaman parasit obligat,


tumbuh terutama di pantai, dijumpai juga di darat, tetapi tidak lebih dari
ketinggian di atas 600 m dpl. baik pada daerahdaerah lembab dan kering.
Ekstrak tanaman ini mengandung senyawa saponin dan senyawasenyawa lain
yang ada didalamnya. Tanaman ini dapat digunakan sebagai obat borok,
hemostatik dan antipiretik

7
Senyawa pokok yang berperan dalam proses sistem tubuh hama yaitu
senyawa saponin dan turunannya. Senyawa ini bila telah masuk dalam system
tubuh keong dapat menghemolisis sel darah merah sehingga dalam beberapa
waktu kurang dari 24 jam, keong mas tersebut mati.
Batang Tali putri sangat panjang, agak gemuk, erat melilit, bercabang,
gundul, pucat kuning kehijauan, kadang-kadang dihiasi dengan warna merah.
Bunga-bunga kecil, sekitar 2 mm dengan diameter dan ditanggung sendiri-sendiri
sepanjang batang. Buah kering, bola, struktur tipis-dikupas mengandung
beberapa biji hitam kecil. Batang bubuk sangat pahit di rasa. Batang filiformis
Cassytha hijau ke oranye, filiform, dan gundul. Daun dikurangi untuk Skala 1mm
menit panjang, dekat ujung batang. Bunga adalah sessile dan ditanggung dalam
malai kecil. Buah kecil, berdaging, dan berry-seperti, bantalan, biji bulat tunggal.
Batang bubuk sedikit terasa pahit.

Gambar 2. Herbarium tali putri (Sharma et al., 2010)

B. Anatomi Tumbuhan Tali Putri


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sharma et al. (2010) tumbuhan
tali putri (Cassytha filiformis) epidermisnya terdiri dari lapisan sel

8
paranchymatous dengan stomata. Tali putri dapat diidentifikasi dengan adanya
stomata di lapisan epidermis. Jaringan gabus paranchymatous terletak segera di
bawah epidermis, adalah 4-7 lapis. Wilayah Stellar mulai dengan pati selubung.
Gabungan jaminan dan tipe terbuka vaskular bundel diatur dalam cincin, yang
terdiri sekitar 13-15 di nomor. Empulur relatif kecil dan terdiri dari jaringan
paranchymatous. Hasil diberikan pada Gambar 3, 4 dan tabel 1, 2.

Gambar 3. Penampang lintang dan xilem cassyta filiformis, ep: epidermis; co:
corteks; vb: ikatan vaskuler; xy: xilem; ph: floem; pf: serat perisilt; pi:intisari

Tabel 1. Detail anatomi batang tali putri (cassyta filiformis)


Karakteristik cassyta filiformis
Epidermis Sebaris dg stomata
Ketebalan 3-9 m
Daerah korteks berparenkim
Ketebalan 30-60 m
Gabus 4-7 lapis
Daerah stellar Gabungan, sejajar,
Ikatan vaskuler tipe terbuka, sebanyak 13-15 lapisan
Ketebalan 24-48 m
Pembuluh xilem Pitted spiral
Intisari Berparenkim
Ketebalan 72-90

9
Gambar 4. Penampakan batang cassyta filimormis a) pembuluh xilem spiral b)
pembuluh xilem binik c) stomata d) sel epidermis spiral-bintik

Tabel 2. Penampakan jaringan tali putri (cassyta filiformis)


Jaringan Panjang (m) Lebar (m)
Serat 72-129 1,5-4,5
Preparat 93-111 6-15

C. Interaksi Antara Tali Putri dengan Tumbuhan Inang

Tali putri merupakan tumbuhan parasit yang bergantung dengan tumbuhan


inangnya. Pada awal proses simbiosis antara tali putri dengan tumbuhan inang,
sulur dari tali putri hanya membelit, dan melilit pada tumbuhan inang. Tali putri
selanjutnya akan membentuk haustoria di sisi-sisi sulurnya untuk dapat
menembus masuk ke dalam batang tanaman inang, dan kemudian sedikit
mengisap saripati makanan dari tumbuhan inang. Kebutuhan nutrisi, air, dan
mineral untuk melanjutkan kehidupan tali putri sangat bergantung pada
tumbuhan inang. Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhannya, tali putri

10
tak hanya sedikit menghisap nutrisi sang inang, namun juga akan bersaing
untuk memperebutkan ruang dan jatah cahaya matahari. Pada awalnya hanya
melilitkan sulurnya pada bagian batang bawah tumbuhan inang, namun
kemudian secara perlahan ia akan bergerak naik dan secara bergerombol
hinggap dan menutupi tumbuhan inang.
Akibatnya, tak sedikit tumbuhan yang menjadi inangnya hidup meranggas.
Sebagian lainnya malah mengering, lalu mati. Jika kebetulan tumbuhan yang
dijadikan inang tali putri termasuk tanaman komoditas penting yang diusahakan
petani, seperti tomat, kehadiran tali putri sangatlah merugikan. Produktivitas bisa
turun dan petani akan mengalami kerugian ekonomi yang cukup berarti. Di
Amerika Serikat, tali putri tergolong parasit yang diwaspadai dan masuk dalam
daftar sepuluh gulma utama musuh Departemen Pertanian AS (USDA).
Tali putri tersebar di kawasan tropik dan ditemukan tumbuh pada beberapa
tanaman perdu dan semak yang rendah, baik semak belukar maupun lapangan
terbuka pada daerah pantai atau jauh dari pantai. Tumbuh tidak teratur dan dapat
menutup tumbuhan inang (host) hingga tidak kelihatan sama sekali. Batangnya
berbentuk bulat seperti benang, lemah, bercabang, dengan diameter kurang dari
0,5 mm, berwarna cokelat muda kekuningan, panjangnya bervariasi, bisa
mencapai 3-8 meter, melekat pada tumbuhan lain dengan alat pengisap. Daunnya
berupa sisik kecil. Sedangkan bunganya juga berukuran kecil, berwarna putih
kekuningan, berkumpul berbentuk bulir dengan panjang 2-5 cm. Buahnya
berbentuk bulat, berdaging, dengan diameter 3-7 mm.
Tiap tahun tali putri menghasilkan biji yang jatuh ke tanah dan
berkecambah dalam tanah. Tali putri muda panjangnya 2-4 inci, yang tumbuh
dan bergerak ke arah inang. Pada musim panas dan gugur atau musim kemarau di
Indonesia, tali putri menghasilkan bunga-bunga berukuran kecil berwarna putih.
Bunga ini memproduksi dua sel kapsul buah yang meretak dan melepaskan 1-4
biji, di mana tiap bijinya bisa menghasilkan tumbuhan baru tiap tahun. Sebagian
berpendapat, tali putri tidak memiliki zat hijau daun (klorofil) setelah ia
menggantungkan seluruh hidupnya pada tumbuhan inang. Namun, berdasarkan

11
sejumlah studi diketahui, tumbuhan tersebut memiliki klorofil pada tunas, buah,
dan batangnya. Penyebarluasan biji tali putri bisa melalui sisa panen yang
berpindah, aliran air irigasi, disebarkan langsung oleh manusia, atau bersama-
sama dengan sisa pembuangan semak atau gulma.
Tali putri juga memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap
perubahan lingkungan. Bijinya mampu tidur atau dormansi selama lima tahun
dalam tanah, menunggu kondisi yang baik untuk pertumbuhannya. Benih
berkecambah di permukaan tanah, perkecambahan dapat terjadi sendiri tanpa
memerlukan nutrisi dari tanaman inangnya. Nutrisi dalam kotiledonnya cukup
sedikit, jadi benih dari tali putri harus segera mencapai tanaman inang
disekitarnya dengan cepat. Jika tanaman inang tidak dapat dicapai dalam waktu
5 sampai 10 hari perkecambahan, maka benih tanaman tali putri akan mati.
Setelah tanaman tali putri melekat sendiri pada tanaman inang, ia
membungkus sendiri sekitar tanaman. Jika tananan induk berisi makanan
bermanfaat untuk tanaman tali putri, segera menghasilkan haustoria untuk masuk
dan menembus ke dalam jaringan xylem dan floem dari tanaman inang. Akar
primer dari tali putri yang ada dalam tanah kemudian akan mati. Tanaman tali
putri untuk selanjutnya bertahan hidup dengan bergantung penuh pada tanaman
inangnya. Pada kawasan tropis, tali putri dapat tumbuh terus-menerus sepanjang
tahun, dan dapat mencapai tinggi ke kanopi semak dan pohon. Di kawasan
subtropis, tali putri hanya dapat ditemui hidup setiap musim semi.
Tanaman tali putri tidak hanya menyerang jenis semak-semak belukar atau
tumbuhan pagar, tapi juga tanaman hias seperti dahlia, krisan, atau helenium.
Jika kebetulan menjumpai tali putri pada tanaman hias, sebaiknya segera dibasmi
ketika masih belum berkembang biak. Jika sudah berkembang banyak dan
menutupi permukaan tumbuhan, pengendaliannya menjadi lebih sukar. Tali putri
termasuk parasit yang bandel karena sulit dibasmi jika tidak dibasmi sekaligus
bersama tumbuhan inangnya.

12
D. Proses Fisiologi dan Biokimia Tali Putri terhadap Tumbuhan Inang

Tanaman tali putri memiliki kisaran inang yang luas, banyak dari jenis
inangnya merupakan tanaman budidaya seperti tomat, tembakau, semanggi, dan
beberapa tanaman dikotil berkayu lainnya, baik berupa pepohonan maupun
semak-semak. Tali putri juga menyerang sebagian kecil dari beberapa jenis
rumput dan jenis monokotil lainnya (Dawsonetal, 1994; Albert et.al. 2008.). Host
diserang secara non-spesifik dan kadang-kadang bahkan secara bersamaan, serta
satu spesies tanaman inang dapat berfungsi sebagai tuan rumah untuk beberapa
spesies tali putri (Cudney dan Lanini, 2000). Beberapa jenis tali putri hanya
melemahkan tanaman inangnya dan membuat tanaman inang menjadi lebih
rentan terhadap penyakit sekunder seperti infeksi oleh mikroba atau serangga dan
nematoda (Lanini dan Kogan, 2005).
Seperti tanaman jenis Angiosperma lainnya, siklus hidup tali putri dimulai
dengan perkecambahan benih. Bibit tali putri berkecambah bergantung pada
terbatasnya kotiledon yang terdapat pada benih, dan tidak dapat bertahan hidup
sendirian untuk waktu yang lama. Oleh karena tali putri harus menemukan
batang tanaman inang yang tepat dalam beberapa hari pertama. Untuk
menemukan dan menangkap potensi tanaman inang, tali putri mengenali volatil
pada tanaman inang sebagai kemo-atraktan yang memandu pertumbuhan bibit
benih tali putri ke arah tanaman inang (Runyon et al., 2006). Kaiser et al (2015)
mengidentifikasi adanya senyawa terpenoid stabil seperti -pinene, -myrcene,
dan -phellandrene sebagai isyarat kimia yang diproduksi oleh tanaman inang
tomat yang berfungsi sebagai kemo-atraktan untuk tali putri jenis Cuscuta.
Setelah menemukan sebuah tanaman inang yang tepat, kontak fisik pertama
dimulai di mana haustoria dari tumbuhan tali putri menusuk jaringan epidermis
dan menembus hingga jaringan parenkim, lalu mulai berdiferensiasi menjadi
meristem sekunder dan mengembangkan prehaustoria. Sinyal penting memulai
dan mengendalikan pembentukan prehaustoria ini termasuk tekanan mekanis,
potensi osmotik, dan phytohormones seperti sitokinin dan auksin (Dawson et al,

13
1994;.. Runyon et al, 2010). Sel-sel prehaustorial mulai memproduksi dan
mengeluarkan zat-zat perekat seperti pektin dan polisakarida lainnya, sehingga
memperkuat adhesi (Vaughn, 2002).
Selama fase keterikatan ini, sel-sel inang yang ada di dekat dengan
haustorium tali putri akan merespon dengan peningkatan kalsium sitosol,
terdeteksi dalam tanaman inang mengungkapkan adanya aequorin sebagai
reporter kalsium. Peningkatan ini berlangsung selama sekitar 48 jam setelah
kontak awal (Albert et al., 2010a, b). Sinyal kalsium sitosol adalah bagian dari
beberapa jalur transduksi sinyal, diprakarsai oleh beragam rangsangan seperti
sentuhan, sinyal osmotik, phytohormones, atau pemicu pertahanan. Karena
sinyal-sinyal ini semua bisa menjadi bagian dari interaksi tanaman-tanaman,
maka masih sulit untuk menetapkan peran yang jelas dari sinyal kalsium tersebut.
Beberapa jam pertama setelah kontak, Cuscuta juga menginduksi tanaman
inang untuk menghasilkan zat lengket sendiri, seperti protein arabinogalactan,
untuk mempromosikan adhesi (Albert et al., 2006). Glikoprotein ini disekresikan
oleh tanaman inang dan melokalisasi ke sel-dinding di mana mereka dapat
memaksa adhesi bersama-sama dengan komponen lengket lain seperti pektin.
Namun, sinyal awal dari parasit yang memicu respon seluler di tubuh inang
untuk menengahi adhesi atau akibat yang ditimbulkan masih belum diketahui.
Tahapan keterikatan ini kemudian diikuti oleh fase penetrasi dari
prehaustoria yang berkembang menjadi haustoria parasit dengan menembus
batang tanaman inangnya melalui retakan. Penembusan ini dipengaruhi oleh
tekanan mekanik (Dawson et al., 1994) dan didukung oleh degradasi biokimia
dari dinding sel inang, yang disebabkan oleh sekresi enzim hidrolitik seperti
methylesterases (Srivastava et al., 1994) atau kompleks enzim litik yang terdiri
dari pectinases dan selulase (disebut partikel melonggarkan; Vaughn, 2003).
Sel-sel di ujung haustoria (Gambar 5A) bentuknya seperti hifa yang mencoba
untuk mencapai sel-sel pembuluh floem atau xilem dari tanaman inang. Untuk
membentuk koneksi ke xilem, sel-sel parasit dan host dari parenkim xilem
memulai disinkronkan, dilakukan penggabungan untuk membangun sebuah

14
tabung koneksi ke jaringan xilem secara terus menerus dari tanaman inang ke tali
putri selaku parasit. Dengan tabung koneksi fungsional ke xilem dan floem dari
inangnya, tanaman parasit menyedot serta air, nutrisi, dan karbohidrat dari
tanaman inang.

A B

Gambar 5. Bentuk haustoria dari tumbuhan tali putri yang menembus masuk ke dalam
jaringan tumbuhan inangnnya. (A) Prehaustoria yang bentuknya menyerupai hifa jamur,
(B) haustoria mencoba menggabungkan dan melakukan sinkronisasi dengan xylem dan
floem dari inangnya.

15
Haustorium (dari bahasa Latin haurire = minum) adalah ciri dari semua
tanaman parasit, sebagai pintu gerbang di mana nutrisi, zat terlarut, dan
karbohidrat dipertukarkan antara host dan parasit. Jalur pintu ini juga
memungkinkan adanya pertukaran makromolekul antara tanaman inang dan
parasit. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa GFP floem-mobile, sebuah kDa
protein 25, dapat berhasil dipindahkan dari tanaman inang untuk Cuscuta (Haupt
et al., 2001), mungkin dengan melewati plasmodesmata interspesifik.
Cuscuta sp. memiliki spektrum tuan rumah yang luas dan karena itu banyak
kemungkinan tanaman korban untuk mempertahankan mereka, tetapi ada
beberapa tanaman yang berhasil menangkis Cuscuta. Banyak spesies Cuscuta
tidak dapat menginfeksi tanaman monokotil, mungkin karena alasan anatomi
seperti susunan ikatan pembuluh atau ketidakcocokan sinyal yang penting untuk
membentuk antarspesies koneksi helai vaskular (Dawson et al., 1994). Namun
demikian, ketidakcocokan ini tampaknya cukup pasif dan pengecualian ada-
Cuscuta australis, misalnya, mampu menginfeksi tanaman monokotil. Dalam
tanaman ini, koneksi haustoria parasit atau mencari hifa ke ikatan pembuluh tuan
diblokir oleh semacam jaringan luka, dan sel-sel parasit dari pencarian hifa-dan
akhirnya parasit-mati.
Tanda-tanda reaksi perlawanan aktif juga dapat diamati selama interaksi C.
reflexa dengan tomat yang dibudidayakan (Albert et al, 2004, 2006;. Runyon et
al, 2010.); pada akhir fase pelekatan, sekitar 3-5 hari setelah prehaustoria parasit
telah terbentuk, sel-sel epidermis dari tanman inang di situs kontak akan
memanjang dengan kuat dan kemudian menghancurkan haustoria tersebut
(Albert et al, 2004). Ekspansi dari sel ini membutuhkan ekspresi gen yang
mengkode protein yang dikenal untuk terlibat dalam pemanjangan sel, seperti
aquaporins atau protein penting untuk modifikasi sel-dinding dan restrukturisasi
seperti Xyloglucan endotransglycosylases/hidrolase (LeXTH (Albert et al.,
2004). Model hipotesis untuk mekanisme interaksi parasit Cuscuta dengan
tanaman inang yang rentan dan tahan ditunjukkan pada Gambar 6.

16
Gambar 6. Model hipotesis untuk mekanisme interaksi parasit tali putri (Cuscuta)
dengan tanaman inang yang rentan dan tahan terhadap tali putri. Cuscuta (tengah, hijau
muda) menyerang tanaman rentan (kiri) rilis kerentanan pemicu (titik oranye) termasuk
phytohormones umum dan belum sinyal yang tidak diketahui, yang bisa dirasakan oleh
reseptor tanaman inang (biru) dan akibatnya memanipulasi host untuk mengatur
tanggapan terkait kerentanan dan ekspresi gen (1). Secara paralel, terkait luka-(2) dan
tanggapan terkait pertahanan (3) yang terjadi dalam konteks penetrasi tuan rumah
mungkin akan diblokir oleh penekan belum diketahui. tanaman tahan (kanan) mungkin
mencegah serangan parasit pasif, misalnya, dengan dinding sel yang diperkuat sebagai
hambatan mekanis atau dengan non-responsif terhadap pemicu kerentanan (1).
Ketidakcocokan juga dapat mengakibatkan dari pemblokiran kekurangan dari luka host
(2) atau respon pertahanan (3). Dalam analogi persepsi mikroba patogen, reaksi
pertahanan mungkin aktif dipicu oleh immunoreceptors host (PRRS, red) yang
mendeteksi pola tertentu parasit terkait molekul (3) (berlian kuning) atau yang
dihasilkan kerusakan sekunder (misalnya, oleh enzim hidrolitik parasit) pola molekul
-associated (meredam). Kerentanan atau perlawanan dari tanaman inang mungkin
jumlah dari proses interaksi tersebut dan, bukan hitam dan putih, tampaknya menjadi
proses bertahap yang terjadi di banyak tanaman. Dengan demikian, batas tertentu untuk
kekuatan reaksi pertahanan mungkin dilalui oleh tanaman inang untuk resistensi yang
berhasil melawan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Albert, M., Belastegui-Macadam, X., and Kaldenhoff, R. (2006). An attack of the


plant parasite Cuscuta reflexa induces the expression of attAGP, an attachment
protein of the host tomato. Plant J. 48, 548556. doi: 10.1111/j.1365-
313X.2006.02897.x
Albert, M., Belastegui-Macadam, X., Bleischwitz, M., and Kaldenhoff, R.
(2008). Cuscuta spp: parasitic plants in the spotlight of plant physiology,
economy, and ecology. Prog. Bot. 69, 267277.
Albert, M., Kaiser, B., Van Der Krol, S., and Kaldenhoff, R. (2010a). Calcium
signaling during the plant-plant interaction of parasitic Cuscuta reflexa with its
hosts. Plant Signal. Behav. 5, 11441146. doi: 10.4161/psb.5.9.12675.
Albert, M., Van Der Krol, S., and Kaldenhoff, R. (2010b). Cuscuta reflexa invasion
induces Ca2+ release in its host. Plant Biol. 12, 554557. doi: 10.1111/j.1438-
8677.2010.00322.x
Kaiser, B, Gerd Vogg., and Ursula B. Frst., and Markus Albert. (2015). Parasitic
plants of the genus Cuscuta and their interaction with susceptible and resistant
host plants. Front. Plant Sci. 6 (Article 45), 1 9.
Danar, Dewi R, dan Nur Hidayah. (2009). Tali Putri . Online at: http://www.planta
mor.com/index.php?plant=295 (diunduh pada tanggal 25 Maret 2017).
Dawson, J. H., Musselman, L. J., Wolswinkel, P., and Drr, I. (1994). Biology and
control of Cuscuta, Musselman, Rev. Weed Sci. 6, 265317.
Cudney, D., and Lanini, W. T. (2000). Dodder. Encyclopedia Plant Pathol. 1, 376
379.
Fitriyani, Febri. 2014. Tumbuhan Parasit. Online at: https://www.sribd.com/docu
ment/341280414/makalah-tumbuhan-parasit (diunduh pada 25 Maret 2017).
Haupt, S., Oparka, K. J., Sauer, N., and Neumann, S. (2001). Macromolecular
trafficking between Nicotiana tabacum and the holoparasite Cuscuta reflexa. J.
Exp. Bot. 52, 173177. doi: 10.1093/jexbot/52.354.173.
Kementrian kehutanan. (2010). Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun
2010-2014. Jakarta: Menteri Kehutanan Republik Indonesia.
Lanini, W., and Kogan, M. (2005). Biology and management of Cuscuta in
crops. Cien. Inv. Agr. 32, 165179.

18
Runyon, J. B., Mescher, M. C., Felton, G. W., and De Moraes, C. M. (2010).
Parasitism by Cuscuta pentagona sequentially induces JA and SA defence
pathways in tomato. Plant Cell Environ. 33, 290303. doi: 10.1111/j.1365-
3040.2009.02082.x
Sharma, S., Hullatti, K. ., Prasanna, S. M., & Paras, S. (2010). International Journal
of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. International Journal of Pharmacy
and Pharmaceutical Sciences, 2 (Suppl 1), 5964.
Srivastava, S., Nighojkar, A., and Kumar, A. (1994). Multiple forms of pectin
methylesterase from Cuscuta-Reflexa Filaments. Phytochemistry 37, 12331236.
doi: 10.1016/S0031-9422(00)90390-X
Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan gulma di
perkebunan. Gramedia, Jakarta.
Vaughn, K. C. (2002). Attachment of the parasitic weed dodder to the
host. Protoplasma 219, 227237. doi: 10.1007/s007090200024.
Vaughn, K. C. (2003). Dodder hyphae invade the host: a structural and
immunocytochemical characterization. Protoplasma 220, 189200. doi:
10.1007/s00709-002-0038-3
Yuliandra, Y., Armenia, dan Helmi A. 2013. Studi Efek Antihiperrtensi Tumbuhan
Tali Putri (Cassytha filiformis L.) pada Tikus Hipertensi yang Diinduksi
Prednison dan Garam. Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains
Farmasi dan Klinik iii 2013. Universitas Andalas.

19

Anda mungkin juga menyukai