Anda di halaman 1dari 22

DASAR – DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

GULMA

Disusun oleh :
Fabiola Maria Araujo Da Costa ( 134140028 )
Dessy Apriyani Sohilait ( 134140032 )
Bayu Aji Dwicahyo ( 134140126 )
Ambar Kusumaning Ayu ( 134140156 )
Franki Irawan ( 134160018 )
Rafli Nur Rahim ( 134160035 )

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2017
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perubahan manusia sejak zaman kuno hingga kini selalu tergantung
pada lingkungan. Keperluan akan makanan senantiasa menjadi masalah
yang tidak ada putusnya. Kurang pangan seolah-olah sudah merupakan
persoalan yang akrab dengan manusia yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan. Sadar atau tidak, baik primitif atau super modern manusianya, ia
pasti memerlukan bahan makanan sebagai penyambung hidup. Namun
problema bahan pangan tak henti-hentinya mengendala,yg pada
gilirinya memaksa manusia memikirkan suatu cara terbaik
untuk dapat memanfaatkan lingkungan guna mengatasi masalah tersebut.
Pemikiran seperti itu pada hakikatnya dimulai ketika fajar pertanian terbit
yang diharapkan akan mampu menerangi beban kehidupan pangan yg begitu
syarat.
Oleh karena itu muncullah Teknik budidaya tanaman yaitu menanam
dan merawat tanaman yang kita tanam untuk di peroleh hasilnya. Dalam
teknik budidaya ini tidak lepas dari yang namanya OPT (Organisme
Penggangu Tanama), misalnya gulma. Akibat dari gulma ini yaitu dapat
mengurangi tingkat produktifitas budidaya atau pertanian. Tetapi gulma ini
tidak selalu bersifat mengganggu. Maksudnya apabila gulma tersebut
bersinggungan dengan tanaman yang kita budidaya maka bisa dikatakan
sebagai penggangu atau mempunyai peranan negatif. Tetapi apabila gulma
tersebut tumbuh bebas di hutan maka tidak dikatakan sebagai tanaman
penggangu karena tidak mengganggu tanaman yang kita budidaya, bahkan
dapat digunakan sebagai obat oleh manusia yang dapat diolah sebagai
herbalium. Oleh karena itu gulma tidak selalu berarti negative karna gulma
juga mempunyai peranan positif bagi lingkungan manusia ”Segala sesuatu
yang diciptakan oleh Allah SWT, sekecil apapun bentukanya pasti
bermanfaat”.
B. ISI
1. Definisi Gulma
Definisi gulma cukup banyak, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tumbuhan yang tidak pada tempatnya
b. Tumbuhan yang mempunyai nilai negatif
c. Tumbuhan yang tidak dikehendaki
d. Tumbuhan yang mengganggu usaha manusia dalam mencapai
kesejahteraannya
e. Setiap tumbuhan yang tumbuh ditempat yang tidak dikehendaki,
terutama ditempat manusia bermaksud mengusahakan tumbuhan atau
tanaman lain
f. Setiap tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan,
sehingga manusia berusaha memberantasnya
g. Tumbuhan yang keharidannya tidak dikehendaki oleh manusia
h. Tumbuhan yang kompetitif dan agresif
i. Tumbuhan liar dan tumbuh berlebihan
j. Tumbuhan yang kukuh (gigih) dan tahan terhadap pengendalian atau
pemberantasan
k. Tumbuhan yang tidak enak dipandang dan merusak pemandangan
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa gulma
adalah tumbuhan yang tumbuh tidak pada tempatnya dan memiliki pengaruh
negatif, sehingga kehadirannya tidak dikehendaki oleh manusia. Oleh
karena itu, tumbuhan apa pun, termasuk tanaman yang biasa dibudidayakan
(crop plants), bisa dikategorikan sebagai gulma bila tumbuh ditempat dan
pada waktu yang salah. Misalnya eceng gondok (Eichornia crassipes)
merupakan gulma jika tumbuh dalam jumlah banyak di waduk-waduk.
Namun bila terdapat dalam kolam taman dengan jumlah yang sesuai
keinginan, tumbuhan tersebut dikategorikan tanaman hias. Contoh lain
misalnya, tanaman padi (Oryza sativa L), meskipun biasa dibudidayakan
dan merupakan tanaman penghasil bahan makanan pokok tetapi bila tumbuh
diantara tanaman kedelai yang diusahakan secara monokultur, padi tersebut
dikategorikan gulma.
Perlu diperhatikan bahwa “gulma” itu bersifat mengganggu,
merugikan, dan merusak. Kalau ditinjau dari sifat dan keberadaannya.
Sekali lagi perlu diingat bahwa ia baru dikatakan gulma kalau merugikan.
Kalau ditinjau dari segi botani, biologi, serta jenisnya ia dapat saja tidak
merugikan, jadi di sini pun juga sudah diperhitungkan dari kepentingan
umat manusia. Jadi suatu tumbuhan dikatakan “gulma”, kalau
keberadaannya akan mengganggu terhadap pemanfaatan suatu lahan, suatu
sumber air/ perairan, suatu sarana jalan (darat maupun air) untuk transpor,
yang merugikan baik langsung maupun tiak langsung bagi manusia.
Gulma daat memperluas daya adaptasi dan daya saing (kompetisi)
sehingga merugikan tanaman budidaya. Sifat-sifat umum yang dimiliki
gulma, antara lain sebagai berikut:
a. Cepat berkembang biak
b. Periode pembungaan cukup lama
c. Pembentukan biji berlainan umur
d. Bunga umumnya majemuk
e. Berbiji banyak
f. Sifat dormansi yang lama
g. Daya adaptasi luas
h. Tahan terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan
2. Klasifikasi Gulma dan Jenis-jenis Gulma
Klasifikasi gulma diperlukan untuk mempelajari karakteristik dan ciri-
ciri gulma, dengan tujuan untuk mempelajari manfaat dan cara
pengendaliannya. Masing-masing kelompok gulma memperlihatkan ciri-
ciri, karakteristik dan cara pengendaliannya. Pengelompokan gulma
bermanfaat untuk membantu manusia mengetahui dan mengenal jenis-jenis
dan karakteristiknya sehingga kita dapat melakukan aplikasi herbisida
secara tepat dan benar sesuai dengan jenis gulma sasaran. Berikut ini
klasifikasi gulma yang dikelompokkan berdasarkan morfologi, siklus hidup,
habitat tumbuh, dan berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman.
a. Klasifikasi Gulma Berdasarkan Morfologi dan Biota
Berdasarkan morfologi dan biotaninya, gulma dikelompokkan
menjadi golongan yaitu golongan rumput (grasses) famili poaceae
Gramineae, golongan teki (sedges) famili Cyperaceae, dan golongan
daun lebar (Broadleaves/herbaceous)
1) Gulma golongan rumput (Grasses)
Gulma golongan rumput (grasses) termasuk dalam suku/famili
Gramineae/Poaceae. Ciri-ciri umum gulma golongan rumput antara
lain memiliki batang bulat atau agak pipih dan rata-rata berongga.
Daun-daun soliter pada buku-buku (ruas), tersusun dalam dua deret,
umumnya memiliki tulang daun sejajar. Gulma terdiri atas dua bagian,
yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun pada umumnya berbentuk
garus dengan tepi yang rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas
pada batas antara pelepah daun dan helaian daun.
Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat
bertangkaiatau tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir tersusun atas
satu atau lebih bunga kecil (floret), di mana tiap-tiap bunga kecil
biasanya dikelilingi oleh sepasang daun pelindung (bractea) yang
tidak sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang kecil disebut
palea. Buah disebut caryopsis atau grain. Gulma dalam kelompok ini
berdaun sempit seperti teki tetapi menghasilkan stolon. Stolon ini di
dalam tanah berbentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara
mekanik.
Contoh gulma golongan rumput adalah sebagai berikut:
a) Cynodon dactylon L. c) Echinochloa crus-galli L.
Pers. Cerv
b) Eleusine indica L. d) Echinochloa colanum L. Cerv
Gaena e) Panicum repens L.
f) Paspalum conjugatum Bergrn
2) Gulma golongan teki (sedges)
Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae.
Batangumumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan
biasanya tidak berongga. Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak
memiliki lidah-lidah daun (ligula). Ibu tangkai karangan bunga tidak
berbuku-buku. Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak bulir,
biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung. Buahnya tidak
membuka. Kelompok teki – tekian memiliki daya tahan luar biasa
terhadap pengendalian mekanis, karena memiliki umbi batang di
dalamtanah yang mampu bertahan berbulan – bulan.
Contoh gulma golongan teki adalah sebagai berikut:
a) Cyperus bervifolius e) Cyperus iria L.
b) Cyperus rotundus L f) Cyperus kyllingia Endlg
c) Cyperus difformia L. h) Scirpus grossius L.F.
d) Cyperus halpan L.
3) Golongan gulma daun lebar (Broadleaves)
Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae dan
Pteridophyta. Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala. Gulma
ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap
tanamanutama berupa kompetisi cahaya.
Contoh gulma berdaun lebar adalah sebagai berikut;
a) Salvinia molesla f) Borreria alata Aubl.
b) Marsilea crenala presl g) Stachyarpheta indica L.
c) Azolla pinnala h) Amaranthus spinosus L.
e) Ageratum conyzoides L. i) Synedrella nodiflora
b. Klasifikasi Gulma Berdasarkan Siklus Hidup
Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma
semusim (annual weeds), gulma dua musim (biannual weeds), dan gulma
tahunan (perennial weeds).
1) Gulma Semusim (Annual Weeds) Siklus hidup gulma semusim mulai
dari berkecambah, berproduksi, sampai akhimya mati berlangsung
selama satu tahun. Pada umumnya, gulma semusim mudah
dikendalikan, namun pertumbuhannya sangat cepat karena produksi
biji sangat banyak. Oleh karena itu, pengendalian gulma semusim
memerlukan biaya yang lebih besar. Contoh gulma semusim adalah
sebagai berikut :
a). Amaranthus sp. (bayam duri)
b). Digitaria sp. (rumput jampang)
c). Eleusine indica (lulangan, rumput belulang)
d). Ipomoea purpurra
e). Setaria sp.
2) Gulma Dua Musim (Biannual Weeds) Siklus hidup gulma dua musim
lebih dari satu tahun, namun tidak lebih dari dua tahun. Pada tahun
pertama gulma ini menghasilkan bentuk roset, pada tahun kedua
berbunga, menghasilkan biji, dan akhimya mati. Pada periode roset,
gulma jenis ini pada umumnya sensitif terhadap herbisida. Contoh
gulma dua musim adalah sebagai berikut :
a). Aretium sp.
b). Circium vulgare
c). Verbascum thapsus
3) Gulma Tahunan (Perennial Weeds) Siklus hidup gulma tahunan lebih
dari dua tahun dan mungkin tidak terbatas (menahun). Jenis gulma ini
kebanyakan berkembang biak dengan biji, meskipun ada juga yang
berkembang biak secara vegetatif. Gulma tahunan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Misalnya, pada musim
kemarau jenis gulma ini seolah-olah mati karena ada bagian yang
mengering, namun bila ketersediaan air cukup, gulma akan segera
bersemi kembali. Contoh gulma tahunan adalah sebagai berikut :
a). Cynodon dactylon
b). Cyperus rotundus
c). Imperata cylindrica
c. Klasifikasi Gulma Berdasarkan Habitat Tumbuh Berdasarkan habitatnya,
gulma dapat dibedakan menjadi gulma air (aquatic weeds) dan gulma
daratan (terestrial weeds).
1) Gulma Air (Aquatic Weeds) Pada umumnya, gulma air tumbuh di air,
baik mengapung, tenggelam, ataupun setengah tenggelam. Gulma air
dapat berupa gulma berdaun sempit, berdaun lebar, ataupun teki-
tekian Contoh gulma air adalah sebagai berikut :
a). Cyperus difformis f). Leersia hexandra
b). Cyperus iria g). Leptochloa chinensis
c). Echinochloa colonum h). Monochoria vaginalis
d). Echinochloa crus-galli i). Salvinia molesia
e). Eichomia grassipes j). Scirpus mucronatus
2) Gulma Daratan (Terestrial Weeds) Gulma daratan tumbuh di darat,
antara lain di tegalan dan perkebunan. Jenis gulma daratan yang
tumbuh di perkebunan sangat tergantung pada jenis tanaman utama,
jenis tanah, iklim, dan pola tanam Contoh jenis gulma daratan adalah
sebagai berikut :
a). Ageratum conyzoides f). Melastoma malabatricum
b). Axonopus compressus g). Mikania micrantha
c). Chromolaena odorata h). Panicum repens
d). Euphorbia sp. i). Stachytarpheta indica
e). Imperata cylindrica
d. Klasifikasi Gulma Berdasarkan Pengaruhnya Terhadap Tanaman
Perkebunan Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan,
gulma dibedakan menjadi gulma kelas A, B, C, D, dan E.
1) Gulma Kelas A Gulma yang digolongkan ke dalam kelas A adalah
jenis-jenis gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan
sehingga harus diberantas secara tuntas Contoh jenis gulma kelas A
adalah sebagai berikut :
a). Imperata cylindrica
b). Mikania sp.
c). Mimosa sp.
2) Gulma Kelas B Gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas B
adalah jenis-jenis gulma yang merugikan tanaman perkebunan
sehingga perlu dilakukan tindakan pemberantasan atau
pengendalian. Contoh jenis gulma kelas B adalah sebagai berikut :
a). Brachiaria mutica d). Melastoma malabathricum
b). Gleichenia liniearis e). Scleria sumatrensis
c). Lantana camara
3) Gulma Kelas C Gulma yang digolongkan ke dalam gulma kelas C
adalah jenis-jenis gulma atau tumbuhan yang merugikan tanaman
perkebunan dan me- merlukan tindakan pengendalian, namun
tindakan pengendalian tersebut tergantung pada keadaan, misalnya
ketersediaan biaya, atau mempertim- bangkan segi estetika
(kebersihan kebun). Contoh jenis gulma kelas C adalah sebagai
berikut :
a) Axonopus compressus g). Eleusine indica
b). Boreria latifolia h). Nephrolepsis bisserata
c). Cyclocorus aridus i). Ottochloa nodosa
d). Cynodon dactylon j). Paspalum conjugatum
e) Cyperus sp. k). Sporolobus sp.
f) Echinochloa colonum
4) Gulma Kelas D Gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas D
adalah jenis-jenis gulma yang kurang merugikan tanaman
perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian.
Contoh jenis gulma kelas D adalah sebagai berikut :
a). Ageratum conyzoides
b). Cyrtococcum sp.
c). Digitaria sp.
5) Gulma Kelas E Gulma yang digolongkan ke dalam gulma kelas E
adalah jenis-jenis gulma yang pada umumnya bermanfaat bagi
tanaman perkebunan karena dapat berfungsi sebagai pupuk hijau.
Gulma kelas E dibiarkan tumbuh menutupi gawangan tanaman,
namun tetap memerlukan tindakan pengen- dalian jika
pertumbuhannya sudah menutupi piringan atau jalur tanaman.
Contoh jenis gulma kelas E adalah sebagai berikut :
a). Calopogonium caereleum
b). Calopogonium mucunoides
c). Centrosema pubescens
d). Pueraria javanica
e). Pueraria phaseoloides
3. Dampak Negatif Gulma
Keberadaan gulma pada areal tanaman budidaya dpat menimbulkan
kerugian baik dari segi kuantitas maupun kualitas produksi. Kerugian yang
ditimbulkan oleh gulma diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Penurunan hasil pertanian akibat persaingan dalam perolehan air, udara,
unsur hara, dan tempat hidup.
b. Penurunan kualitas hasil, misalnya :
1) Biji tanaman tercampur dengan biji atau bagian gulma yang lain
2) Biji gulma yang melekat pada bulu dmba mengakibatkan nilai wol
atau bulu domba menurun
c. Menjadi inang hama dan penyakit, misalnya :
1) Gulma kolomento (Leersia hexandra Swartz) dan sembung-
sembungan (Saccio lepis interrupta) merpuakan tumbuhan-tumbhan
inang hama penggerek batang padi.
2) Gulma babandotan (Ageratum conyzoides L.) dan leuleuncaan
(Veronica cineria L.) merupakan tumbuhan inang virus mozaik
tembakau.
3) Gulma wuluhan (Setaria plicata) dan jajahean atau lampuyangan
(Panicum sp) merupakan tumbuhan inang hama walangsangit
(Leptocorixa acuata Thumb).
d. Membuat tanaman keracunan akibat senyawa racun (alelopati) yang
dikeluarkan oleh gulma, seperti zat phenl yang dikeluarkan alangalang
(Imperata cylindrica) dan absisthin yang dihasilkan oleh rumput sakti
(Artemisia absinthium).
e. Menyulitkan pekerjaan di lapangan dan dalam pengolahan hasil.
f. Bisa merusak atau menghambat penggunaan alat pertanian
g. Mengurangi jumlah dan kualitas air. Eceng gondok (Eichornia
crassiapes), misalnya karena memiliki banyak daun yang lebar proses
transpirasi berlangsung cepat, sehingga kapasitas danau atau waduk bisa
berkurang.
h. Menghambat lalu lintas air.
i. Menimbulkan pendangkalan perairan, sehingga produksi ikan menurun.
j. Biaya prduksi meningkat, karena tenaga dan waktu pengerjaan tanah,
penyiangan dan pemeliharaan selokan bertambah.
4. Cara Perbanyakan Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang sangat mudah tumbuh pada
bermaca-macam areal dan lokasi tanaman budidaya, hal itu yang
menyebabkan gulma lebih unggul bersaing dengan tanaman budidaya.
Faktor tersebut didukung pula oleh cara perkembangbiakan (reproduksi)
gulma yang bermacam-macam seperti berikut:
a. Dengan biji
Sebagian besar gulma berkembangbiak dengan biji dan
menghasilkan jumlah biji yang sangat banyak seperti biji pada
Amaranthus spinosus, Cynodon dactylon, Eragrostis amabilis.
Biji-biji gulma dapat tersebar jauh karena ukurannya kecil sehingga
dapat terbawa angin, air, hewan dan sebagainya dengan demikian
penyebarannya juga lebih luas. Adapula terdapat bulu-bulu (rambut
halus) yang menempel pada biji, sehingga biji ini mudah diterbangkan
oleh angina, seperti pada biji Emilia sonchifolia, Vernonia sp, dll.
Disamping itu biji-biji gulma dapat bertahan lama di dalam tanah
(masa dormansi yang panjang) bila situasi lahan tanahnya tidak
memungkinkan untuk tumbuh, kemudian pada saatnya dapat tumbuh
bila situasi sudah memungkinkan.
b. Stolon
Adapula gulma yang dapat membentuk individu baru dengan stolon
yaitu bagian batang menyerupai akar yang menjalar di atas permukaan
tanah. Dimana batang ini terdiri dari nodus (buku) dan internodus (ruas),
pada setiap nodus dapat keluar serabut-serabut akar dan tunas sehingga
dapat mebentuk individu baru. Contoh gulma ini adalah: Paspalum
conjugatum, Cynodon dactylon, dll.
c. Rhizome (akar rimpang)
Yaitu batang beserta bagian-bagiannya yang manjalar di dalam
tanah, bercabang-cabang, tumbuh mendatar dan pada ujungnya atau pada
buku dapat muncul tunas yang membentuk individu baru.
d. Tuber (umbi)
Umbi merupakan pembengkakan dari batang atupun akar yang
digunakan sebagai tempat penyimpanan atau penimbun makanan
cadangan, sehingga umbi tersebut bisa membesar. Pada beberapa bagian
dari umbi tersebut terdapat titik (mata) yang pada saatnya nanti bisa
muncul atau keluar tunas yang merupakan individu baru dari gulma
tersebut. Contoh gulma ini adalah dari keluarga Cyperaceae, seperti:
Cyperus rotundus, Cyperus irinaria, dst.
e. Bulbus (umbi lapis)
Bulbus juga termasuk umbi yang merupakan tempat menyimpan
makanan cadangan tetapi bentuknya berlapis-lapis. Gulma golongan ini
dapat ditemukan pada keluarga Allium, contoh: Allium veneale (bawang-
bawang).
f. Dengan daun
Pada beberapa jenis gulma juga dapat berkembangbiak dengan daunnya
yang telah dewasa. Daun ini berbentuk membulat ataupun oval, pada
pinggir daun bergerigi atau terdapat lekukan yang nantinya tempat
muncul tunas menjadi individu baru. Contohnya: Calanchoe sp (cocor
bebek), Ranunculus bulbasus.
g. Runner (Sulur)
Stolon yang keluar dari ketiak daun dimana internodianya (ruas) sangat
panjang, membentuk tunas pada bagian ujung. Contoh: Eichornia
crassipes.
h. Spora.
Ada juga beberapa gulma yang dapat berkembang biak dengan
spora, dimana spora ini bila telah matang dapat diterbangkan oleh angina.
Contoh gulma ini kebanyakan dari keluarga paku-pakuan seperti:
Nephrolepsis bisserata, Lygopodiu sp, dll.
5. Cara Pengendalian Gulma
Dalam mengendalikan gulma, perlu kita ketahui beberapa hal berikut :
a. Prinsip-prinsip Pengendalian
Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma lebih kurang setara, bahkan
kadang-kadang lebih besar daripada kerugian yang diakibatkan oleh
jasad pengganggu lain atau pengaruh lingkungan. Meski demkian, upaya
mematikan semua atau seluruh gulma membutuhkan biaya yang besar,
terutama pada areal yang luas. Oleh karena itu pelaksanaan pengendalian
gulma harus mempertimbangkan faktor ekonomi dan kelestarian
lingkungan.
Prinsip pengendalian gulma adalah menekan jumlah populasi
gulma sampai tingkat yang secara ekonomi tidak merugikan. Mematikan
semua gulma secara tuntas biasanya hanya dilakukan jika gulma amat
merugikan, dan itupun pada tempat-tempat yang terbatas.
Ada tiga metode untuk mengurangi populasi gulma yaitu metode
pencegahan, pengendalian, dan eradikasi. Prinsip ketiga metode untuk
mereduksi populasi gulma adalah sebagi berikut.
1) Pencegahan (Eksklusif)
Gulma tersebar lewat biji dan bagian-bagian vegetatifnya.
Oleh sebab itu tindakan pencegahan membutuhkan kerja sama
antardaerah dan antarnegara. Metde pencegahan (eksklusif) dapat
dilakukan dengan mengadakan program pencegahan diantara batas-
batas daerah atau negara misalnya dibuat peraturan-peraturan untuk
mencegah masuknya gulma yang tidak dikehendaki kesuatu daerah
atau negara.
2) Pengendalian Gulma (Weed Control)
Teknik pengendalian gulma (weed control) adalah usaha
mematikan gulma dalam jumlah yang cukup, sehingga sisa gulma
yang masih ada tidak dapat menyaingi tanaman pokok atau
merugikan masnusia. Bila suatu areal terdiri atas beberapa spesies
gulma, maka usaha pengendaliannya membutuhkan biaya mahal
(tinggi) dan secara teknis sulit dipraktekkan. Namun, apabila
tindakan pencegahan (eksklusif) telah dilakukan dengan mangkus
(efektif), maka pengendalian gulma akan mudah dipraktekakkan dan
biasanya murah. Metde pengendalian gulma pada prinsipnya adalah
tindakan eradikasi beberapa bagian tanaman atau jenis gulma.
3) Eradikasi
Eradikasi adalah pengeliminisasi secara total
(pemberantasan) terhadap gulma diatas dan didalam tanah serta
bagian-bagian vegetatif yang ada. Pengendalian gulma dengan
metode eradiaksi membutuhkan biaya sangat mahal, sehingga jarang
dilakukan.
b. Prosedur Pengendalian Gulma
Prosedur pengendalian gulma digolongkan menjadi enam kategori,
yaitu pengendalian secara pencegahan, mekanik, biologis, kultur teknis,
kimiawi, dan terpadu. Dalam keadaan tertentu, pengendalian secara
tunggal dapat berhasil baik, tetapi pengendalian secara terpadu, dengan
menggabungkan dua atau lebih cara pengendalian akan memberikan hasil
yang efektif dan efisien.
1) Pengendalian secara Pencegahan (Preventif)
Pengendalian secara pencegahan ditujukan untuk mencegah
atau menghalangi perkembangbiakan dan penyebaran bahan gulma
(biji, rimpang, batang) dari satu tempat ke tempat yang lain.
Tata cara pengendalian gulma secara pencegahan (preventif),
adalah sebagai berikut:
a) Menyeleksi benih tanaman budidaya untuk menghindari
kemungkinan tercampurnya benih gulma.
b) Membersihkan atau mencuci alat-alat pertanian setiap usai
digunakan.
c) Membersihkan pakaian seusai bekerja dilahan, dan kemudian
menyimpan pakaian tersebut pada tempat yang khusus.
d) Membuat peraturan atau perundang-undangan (karantina) untuk
mencegah masuknya biji, batang, geragih, atau bagian lain dari
gulma, dari suatu daerah ke daerah lain, terutama dari luar
negeri.
e) Tidak menggunakan pupuk kandang yang masih mentah (segar),
karena biji-biji gulma yang terbawa oleh pupuk kandang mentah
mempunyai daya kecambah tinggi.
f) Membersihkan (sanitasi) pinggir-pinggir selokan atau tebing-
tebing saluran air.
2) Pengendalian secara Mekanik
Pengendalian secara mekanik adalah usaha menekan
pertumbuhan gulma dengan cara merusak sebagian atau seluruh
gulma, sehingga gulma tersebut mati. Praktek pengendalian secara
mekanik biasanya menggunakan alatalat bantu, mulai dari alat yang
sederhana sampai alat-alat yang besar (modern). Alat-alat yang
umum digunakan dikelompokkan dalam tiga macam, yaitu alat
sederhana, semi mekanis, dan mekanisasi. Alat-alat sederhana dapat
berupa kored, cangkul, sabit dan garu yang ditarik ternak. Alat semi
mekanis adalah mesin-mesin sederhana, seperti mower dan
culrivator. Adapun mekanisasi biasanya berupa alat-alat besar dan
modern, seperti traktor yang dilengkapi rotovator (powered rotary
cultivation) dan weed crusher, terutama untuk land clearence.
Tata cara pengendalian gulma secara mekanis adalah sebagai
berikut:
a) Pembabatan (mowing, slashing) gulma
b) Menginjak-nginjak gulma
c) Pencangkulan lahan (tanah), terutama dilahan kering
d) Penggunaan lalandak, khususnya dilahan sawah
e) Pencabutan gulma dengan tangan (hand weeding)
f) Pembakaran gulma
g) Penggenangan lahan
h) Penggunaan mulsa atau penutup tanah
i) Penyiangan (pendangiran) gulma
3) Pengendalian secara Biologis
Pengendalian gulma secara bilogis pada dasarnya adalah
pengendalia dengan menggunakan organism hidup, baik berupa
binatang, ternak, ikan, maupun tumbuh-tumbuhan. Organisme
pengendalian gulma harus bersifat monofag, aman, mempunyai daya
adaptasi luas, aktivitas dan penyebarannya dapat diatur atau dikuasai.
Tata cara pengendalian gulma secara biologis antara lain
sebagai berikut.
a) Pengendalian gulma antanan (Lantana camara) oleh ulat Plusia
verticillata, larva Crocidosema lantana, lalat biji (Agromyza
lantanae), Thecla enchion, dan T. bazochi telah berhasil dengan
baik.
b) Pengendalian gulma sejenis kaktus (Opuntia spp) oleh larva
Cactoblastis cactorum.
c) Pengendalian gulma hidrila dan eceng lembut (Monocharia sp.)
oleh ikan mujair.
d) Pengendalian gulma alang-alang oleh tumbuhan penutup tanah,
seperti callopogonium, centrosema, dan pueraria.
e) Pengendalian gulma air, seperti selada air, oleh larva Proxenus
hennia, atau gulma eceng gondok oleh cendawan parasit
Myrothecium roridum, Alterania eichorniae, dan Rhizoctonia
solani.
Gulma yang dapat dikendalikan secara biologis (hayati)
harus mempunyai dua sifat penting, yaitu spesies gulmanya
menempati lahan yang luas dan gulma tersebut hidup parenial,
sehingga musuh-musuh alami dapat hidup sepanjang tahun.
4) Pengendalian secara Kultur Teknis
Pengendalian gulma secara kultur teknis didasarkan pada segi
ekologi, yaitu berusaha menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai
dengan tanaman budidaya, sehingga dapat tumbuh baik dan mampu
bersaing dengan gulma. Setiap aspek teknik budidaya secara
langsung atau tidak langsung dapat mengurangi atau menekan
pertumbuhan gulma.
Tata cara pengendalian gulma secara kultur teknis dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Pengolahan tanah
b) Penggunaan benih tanaman budidaya yang bebas gulma
c) Pengaturan jarak tanam
d) Pergiliran (rotasi) tanaman
e) Pemupukan
f) Pengelolaan tanah
5) Pengendalian secara Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan
menggunakan senyawa kimia (herbisida) untuk menghambat atau
mematikan pertumbuhan gulma. Selain herbisida membunuh gulma,
juga dapat membunuh organisme lain, sehingga penggunannya harus
selektif dan menjadi alternatif terakhir. Keuntungan penggunaan
herbisida antara lain hasilnya cepat terlihat, biaya aplikasi pada lahan
yang luas dapat murah (rendah), waktu aplikasinya singkat dan
cepat, serta tenaga kerja (aplikator) yang dibutuhkan relatif sedikit.
Kelemahannya menyebabkan terjadinya residu dalam tanah,
pencemaran lingkungan, memerlukan pengetahuan dan keterampilan
dalam aplikasinya, serta mengurangi kesempatan kerja.
Tanggapan (respon) gulma terhadap herbisida amat
tergantung jenis herbisida yang digunakan. Dibedakan dua jenis
herbisida berdasar tanggapan gulma, yaitu herbisida selektif dan non
selektif. Jenis herbisida selektif, antara 2,4-D, mempunyai sifat
toksis terhadap gulma berdaun lebar, tetapi tidak membahayakan
gulma berdaun sempit. Selektivitas yang terjadi bukan karena
herbisida memilih gulma, melainkan karena respon yang berbeda
dari tiap jenis gulma. Herbisida kontak biasanya tidak selektif,
namun beberapa herbisida berifat selektif, tergantung pada bagian
tanaman gulma yang terkena herbisida. Misalnya, parakuat
(gramoxone, Herbat) sangat toksis pada bagian gulma yang
mengandung klorofil atau butir hijau daun.
Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan
menyemprotkan larutan herbisida pada daun gulma atau permukaan
tanah, sebelum atau sesudah tanam. Herbisida yang digunakan
sebelum tanam (preemergence) biasanya disemprotkan pada
permukaan tanah sesudah benih ditanam dan sebelum tanaman dan
gulma muncul. Pada saat tumbuh ke permukaan tanah, biji gulma
langsung berhubungan dengan herbisida dan terkena bahan beracun
itu sehingga mati, herbisida yang tidak selektif tidak dapat
memberikanhasil pengendalian yang baik untuk perlakuan
preemergence.
Pada lahan yang harus tetap bebas dari vegetasi untuk jangka
waktu yang lama dapat digunakan herbisida beracun untuk biji-biji
gulma yang dalam keadaan dorman beserta akar-akarnya, dan
mempunyai pengaruh residu yang lama. Misalnya, herbisida Para-
Col dan Diuron 80 WP, cocok digunakan pada pagar yang
memanjang dan daerah kawasan industry. Herbisida racun kontak
umumnya digunakan setelah penanaman (post-emergerence). Hasil
penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa herbisida Sensor 70 WP
dan Stam F-34 mangkus untuk mengendalikan gulma pada
pertanaman kentang di dataran tinggi.
6) Pengendalian secara Terpadu
Pengendalian secara terpadu adalah pengendalian dengan
mempraktekkan beberapa teknik pengendalian yang serasi untuk
menekan pertumbuhan dan mematikan gulma sampai batas yang
secara ekonomi tidak merugikan. Pengendalian secara terpadu harus
mempertimbangkan keadaan lingkungandan faktor ekonomi.
Keadaan lingkungan mencangkup jenis gulma yang tumbuh pada
lahan (areal) pertanaman budidaya, sifat dan kemampuan tumbuh
gulma, daya saing gulma terhadap tanaman pokok, dan alternatif
pengendalian gulma yang dapat dilaksanakan tanpa merusak
lingkungan. Dari sudut pandang ekonomi, pengendalian gulma
secara terpadu harus memperhatikan luas areal, keadaan gulma yang
tumbuh pengaruh gulma terhadap tanaman pokok, dan cara-cara
pengendalian yang dapat dipadukan secara serasi dengan tingkat
biaya murah.
Tata laksana pengendalian gulma secara terpadu adalah
sebagai berikut:
a) Pengamatan jenis Gulma
i. Perhatikan jenis gulma yang tumbuh
ii. Tentukan jenis gulma yang merugikan
iii. Catat karakteristik atau sifat pertumbuhannya
b) Penelaahan lingkungan
iv. Perhatikan kondisi lingkungan
v. Identifikasi faktor lingkungan yang mendukung
perkembangan gulma pengganggu utama
c) Tindakan pengendalian
Tahap berikutnya menentukan teknik pengendalian yang
baik, serasi dan terpadu dengan memperhatikan aspek ekologis,
ekonomis, toksikologis, dan aspek sosialnya.
6. Manfaat Gulma/Tumbuhan Liar
Perlu pula diketahui manfaat gulma baik untuk pertanian maupun non
pertanian dan umat manusia khusunya. Oleh karena itu, gulma itu
disamping merusak, bagi umat manusia, baik langsung maupun tidak
langsung, ada juga manfaatnya antara lain :
a. Dalam pertanian dan non pertanian, ia dapat mengurangi terjadinya
erosi permukaan tanah, longsornya tanah yang bertopografi miring.
(perlu diingat ini ditinjau dari segi botani)
b. Dalam pertanian ia dapat menambah sumber bahan organik tanah, yang
berasal dari sisa-sisa atau bangkainya yang sudah lapuk, ataupun dari
hasil pangkasan atau babatannya.
c. Dalam pertanian dapat dipakai sebagai inang umpan, inang perangkap
atau inang penyangga bagi hama atau parasit penyebab penyakit
tertentu, agar tanaman yang diusahakan tidak diganggunya.
d. Dapat pula memperbaiki kehidupan satwa serta menjadi sumber
makanan, serta tempat berlindungnya binatang liar dan satwa langka
tertentu, bahkan juga untuk sarangnya.
e. Bagi kehidupan umat manusia dapat sebagai bahan-bahan untuk obat
tradisinal (misalnya akar alang-alang untuk obat batu ginjal, obat pegal
linu, rematik, sariawan, dan sebagainya.
f. Dalam kehidupan umat manusia, dapat digunakan sebagai bahan untuk
memperindah pertamanan tempat rekreasi, tata guna tanah, landscaping,
lapangan olahraga, pekarangan, dan sebaginya.
C. Kesimpulan
Jadi gulma merupakan tumbuhan liar yang muncul tidak pada tempatnya
yang kehadirannya tidak dikehendaki dan merugikan bagi manusia. Gulma
memiliki banyak jenis. Tumbuhan liar baru bisa dikatakan gulma bila
tumbuhan itu merugikan manusia, namun seiring berkembangnya zaman,
manusia mulai memanfaatkan gulma, salah satu contohnya yaitu sebagai obat.
DAFTAR PUSTAKA

Azzamy. 2016. “Pengelompokan gulma, mengenal jenis-jenis gulma dan nama


latinnya”. http://mitalom.com. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2017
pukul 10.34 WIB
Basahona A. 2016. “Cara Perkembangbiakan Gulma Beserta Contoh Jenisnya”.
http://www.atobasahona.com. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2017
pukul 12.16 WIB
Djafaruddin. 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman (Umum). Jakarta : PT
Bumi Aksara
Djauhariya E. Dan Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Bogor : Penebar
Swadaya
Rukmana R. dan Saputra S. 1999. Gulma dan Teknik Pengendalian. Yogyakarta:
Kanisius

Anda mungkin juga menyukai