Anda di halaman 1dari 9

Pengendalian Gulma secara Biologi

Pengendalian Gulma secara Biologis


Menurut DeBach’s (1964) pengendalian biologi adalah aksi/kerja dari
parasit, predator, dan patogen dalam mempertahankan kepadatan organisme lain
pada tingkat yang rendah dibandingkan tanpa kehadirannya. Berdasarkan definisi
tersebut, pengendalian gulma secara biologi adalah pengendalian gulma dengan
menggunakan organisme lain berupa binatang ataupun tumbuhan berderajat
rendah hingga berderajat tinggi, misalnya: cendawan, bakteri, tumbuhan/tanaman
berderajat tinggi, binatang/hewan ternak.
Pengendalian biologi merupakan salah satu cara pengendalian yang dinilai
cukup aman dan mempunyai beberapa keuntungan, antara lain :
1. selektivitas tinggi dan tidak menimbulkan hama baru
2. organisme yang digunakan sudah tersedia di alam
3. organisme yang digunakan dapat mencari dan menemukan inangnya
4. dapat berkembangbiak dan menyebar
5. hama tidak menjadi resisten atau kalaupun terjadi sangat lambat
6. oengendalian berjalan dengan sendirinya.

Dasar Pemikiran
Bahwa setiap spesies tumbuhan (gulma) secara alami mempunyai musuh
alami tertentu. Dalam keadaan tidak terganggu, antara tumbuhan dengan musuh
alaminya berada dalam keadaan keseimbangan.

Tujuan Pengendalian
Menekan populasi gulma dengan musuh alami hingga tingkat tertentu
sehingga secara ekologi maupun ekonomi keberadaan gulma sudah tidak
merugikan. Keadaan tersebut dapat dipertahankan dan berlaku untuk jangka
panjang sehingga usaha pengendalian lain tidak diperlukan.
Pengendalian biologi memerlukan beberapa tahapan penelitian dan
pengujian, memerlukan waktu yang panjang, dana yang besar pada tahap awal,
pengetahuan yang luas mengenai gulma dan musuh alaminya (sarana
pengendalian/agen pengendalian biologi).

Pengendalian Gulma 67
Metodologi

Berdasarkan definisi di atas, terdapat tiga metode yang berbeda untuk


pengendalian biologi, yaitu :
1. Metode Konservasi
Pengendalian biologi dengan cara mempertahankan dan memelihara populasi
agen pengendali biologi yang sudah ada.
2. Metode Klasik
Pengendalian biologi dengan cara mendatangkan dan melepas jenis musuh
alami dari luar ke daerah penyebaran gulma
3. Metode Pelimpahan Populasi Agen (Augmentasi).
Pengendalian biologi dengan cara meningkatkan/melimpahkan populasi agen
pengendali biologi untuk menekan gulma, dengan harapan bahwa agen
tersebut akan menjadi berkembang sehingga pelepasan selanjutnya tidak
dibutuhkan.

Augmentasi dilakukan jika suatu jenis agen belum/tidak dapat beradaptasi


dengan kondisi yang baru sehingga dalam musim tertentu populasinya menurun
sampai pada tingkat yang cukup rendah, sementara populasi gulma masih tinggi.
Augmentasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : inokulasi dan inundasi.
Inokulasi adalah pelepasan musuh alami dalam jumlah terbatas untuk
meningkatkan populasi musuh alami. Inundasi adalah pelepasan musuh alami
dalam jumlah besar.

Klasifikasi Musuh Alami

Berdasarkan tumbuhan inangnya, musuh alami diklasifikasikan menjadi :


monophag, olygophag/stenophag, dan polyphag.

Monophag
Monophag adalah musuh alami yang hanya mempunyai satu (1) spesies
tumbuhan inang. Populasinya terbatas karena makanannya terbatas. Sebagai
contoh yaitu Proxenus hennia yang diuji terhadap 26 spesies yang terdiri dari 13
famili, ternyata hanya dapat hidup pada kayu apu (Pistia stratiotes).

Olygophag atau Stenophag


Olygophag atau stenophag adalah musuh alami yang mempunyai inang
beberapa spesies/varietas tumbuhan dalam beberapa golongan yang beragam.
Olygophag dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
• Terbatas pada beberapa varietas dalam 1 spesies

Pengendalian Gulma 68
Contoh : Teleonemia scrupulosa dapat hidup pada Lantana camara
berbunga ungu dan merah. Pada varietas berbunga putih tidak mau
berkembang.
• Terbatas pada beberapa spesies dalam 1 genus atau genus lain yang sangat
erat hubungan taksonominya
Contoh : Dactylopius tomentosus hanya dapat hidup pada spesies Opuntia
spp. (kaktus)

Gambar 6.1. Dactylopius tomentosus hanya dapat hidup pada spesies


Opuntia spp. (kaktus)

• Terbatas pada beberapa spesies dalam beberapa famili


Contoh : Ammalo innulata digunakan dalam pengendalian Chromolaena
odorata dan C. Adenophorum dalam famili Compositae, juga dapat hidup
pada beberapa spesies lain dalam famili Compositae dan famili Rutaceae.

Polyphag
Polyphag adalah musuh alami yang dapat hidup pada inang yang sangat
beragam. Selain tumbuhan inang pokok, ada banyak tumbuhan inang lainnya yang
dapat digunakan untuk hidup dan berkembang biak.

Contoh : Gesonula punctifrons, Ctenopharingodon idella

Gambar 6.2. Gesonula punctifrons

Pengendalian Gulma 69
Gambar 6.3. Ctenopharingodon idella

Dalam pengendalian gulma darat lebih diinginkan musuh alami dengan


inang yang lebih spesifik untuk mencegah kemungkinan penggunaan tanaman
menjadi inang musuh alami. Sebaliknya untuk pengendalian gulma air pada
saluran irigasi atau perairan lainnya lebih diinginkan yang bersifat polyphag.

Syarat Jenis Musuh Alami yang Efektif dan Baik

1. Menyukai gulma sasaran sebagai inangnya dan tidak membahayakan jenis


tanaman budidaya
2. Mampu menimbulkan kerusakan dan menekan populasi gulma sasaran pada
tingkat populasi yang rendah
3. Mampu berbiak secara cepat dan beradaptasi dengan kondisi ekologis dimana
musuh alami digunakan

Prosedur Pengendalian Biologi

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian gulma secara


biologi antara lain : eksplorasi agen dari luar, seleksi dan pengujian agen hayati,
perbanyakan dan pelepasan, serta evaluasi. Eksplorasi agen dari luar
membutuhkan identifikasi gulma yang tepat dan negara asalnya. Analisis genetik
terhadap senyawa kimia spesifik suatu tanaman, isozym, dan DNA digunakan
untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi perbedaan strain gulma dan untuk
memfasilitasi koleksi agen dari strain dan tempat asal yang sama sebagai gulma
target.

Tahapan Pengendalian Gulma Secara Biologis

1. Penelusuran informasi tentang status taksonomi dan penyebaran gulma


sasaran. Dalam tahap awal ini dilakukan pengamatan lapang tentang
tingkat populasi di daerah asal, kemudian dibandingkan dengan di daerah
penyebaran yang baru (di luar asal)
2. Penelusuran informasi tentang jenis-jenis musuh alami gulma sasaran dan
pencarian musuh alami yang potensial khususnya di daerah asal
3. Pengkajian aspek biologis, kekhususan inang dan ekologis musuh alami yang
potensial di daerah asal

Pengendalian Gulma 70
4. Pemilihan diantara jenis musuh alami potensial dan pengajuan ijin impor
(pemasukan ke dalam daerah dimana gulma akan dikendalikan) untuk
penelitian lebih lanjut dalam kondisi karantina
5. Pengadaptasian dan pemantapan musuh alami terpilih di dalam kondisi
karantina di daerah negara pengimpor
6. Pengamatan secara seksama pada kondisi karantina atas kemungkinan
terbawanya jenis parasitoid dan atau patogen bersama-sama agen yang
diimpor.
• Apabila ternyata kedapatan jenis parasitoid dan atau patogen bawaan maka
dilakukan pembasmian dan sebaiknya impor ulang dilakukan secara lebih
waspada
• Apabila memungkinkan dan ada jaminan, penyeleksian diantara individu
agen yang bebas dari parasitoid dan atau patogen masih dapat digunakan
sebagai kajian selanjutnya
7. Kajian aspek biologis dan kekhususan inang dalam kondisi karantina di negara
pengimpor
8. Pengajuan ijin pelepasan agen ke lapangan apabila hasil kajian pada tahap
kegiatan ketujuh menunjukkan bahwa agen yang bersangkutan tidak memiliki
indikasi akan mengancam tanaman budidaya/ekonomis
9. Pembiakan, penyebaran/pelepasan, pemantauan pemantapan adaptasi dan
efektivitas agen di lapangan

Seleksi Agen
Seleksi agen merupakan langkah kritis dan pemilihan agen terbaik
merupakan tujuan utama. Biasanya, setiap agen yang diuji dan diintroduksi
membutuhkan tiga tahun pengujian yang membutuhkan dukungan teknik dan
fasilitas yang cukup mahal. Karena mahalnya biaya untuk melepas suatu agen,
maka harus dipilih agen yang memiliki potensi sukses dalam pengendalian.

Uji Kekhususan Inang

Mengingat musuh alami yang akan digunakan untuk pengendalian adalah


organisme pemakan tumbuhan maka sangat beralasan bahwa ada kekuatiran besar
atas kemungkinan selama perjalanan waktu terjadi perubahan status musuh alami
menjadi agen perusak (hama) tanaman budidaya. Perhatian bukan hanya ditujukan
pada masalah potensi merusak, tapi juga pada pemilihan agen polifag, bahkan
oligofag pun harus dapat dipastikan bahwa inang alternatifnya bukan tanaman
budidaya ekonomis. Idealnya adalah apabila ditemukan jenis agen monofag.
Harley & Forno (1992) mengemukakan suatu kriteria jenis tanaman yang
harus diuji sebagai berikut:

Pengendalian Gulma 71
1. Tumbuhan memiliki hubungan kekerabatan dekat dengan gulma sasaran
(misalnya varietas lain atau spesies lain dalam marga (genus) atau suku
(famili) yang sama
2. Tumbuhan yang telah diketahui sebelumya sebagai salah satu inang alternatif
bagi agen yang bersangkutan
3. Tumbuhan yang merupakan inang jenis agen perusak yang memiliki
hubungan kekerabatan dekat dengan calon musuh alami
4. Tumbuhan yang hubungan kekerabatannya tidak jelas tetapi memiliki sifat
biokemis atau morfologi yang sama atau sangat mirip dengan gulma sasaran
5. Beberapa jenis tanaman budidaya/ekonomis yang umum tumbuh di
lingkungan gulma sasaran

Uji Kesukaan Terhadap Inang dengan Pilihan


Uji kesukaan suatu agen calon pengendali gulma dilakukan untuk
mengetahui selain gulma yang menjadi target apakah di antara jenis tumbuhan
yang diuji ada yang menunjukkan indikasi sebagai inang alternatif.
Uji kesukaan dilakukan dengan menyediakan beberapa jenis tumbuhan uji
(kurang lebih lima jenis) dimana gulma target adalah salah satu di antaranya.
Setiap jenis tumbuhan uji ditanam dalam pot terpisah dan diletakkan secara acak
dan diulang. Selanjutnya agen calon pengendali yang sedang dikaji dalam bentuk
larva atau nimfa dilepaskan ke dalam sangkar dalam jangka waktu tertentu. Setiap
hari dilakukan pengamatan terhadap adanya kegiatan agen misalnya makan
(menimbukan gejala kerusakan), meletakkan telur, sembunyi, mencari-cari jalan
untuk meninggalkan sangkar dan lain sebagainya.
Pengujian ini dikatakan berhasil jika agen melakukan kegiatan pada salah
satu tumbuhan uji terutama pada gulma sasaran. Apabila agen melakukan kegiatan
pada jenis tumbuhan lain, maka tumbuhan tersebut perlu diuji lebih lanjut.

Uji Kesukaan Inang Tanpa Pilihan


Uji inang tanpa pilihan diselenggarakan di dalam sangkar di mana satu jenis
tumbuhan uji ditanam dalam pot. Pengujian dilakukan dengan ulangan dan
dengan pembanding. Stadium kehidupan agen yang diuji dapat berupa serangga
dewasa, telur yang hampir menetas. Jumlah individunya cukup beberapa ekor
larva/serangga dewasa atau beberapa butir telur untuk setiap unit pengamatan.
Penyelenggaraan uji ini dikatakan benar apabila unit pengamatan pembanding
menunjukkan kehidupan agen yang dikaji hidup normal. Jangka waktu
penyelenggaraan pengujian ini bisa sangat bervariasi tergantung dari respon dari
agen yang diuji. Apabila telur menetas dan semua larva atau semua serangga
dewasa mati tanpa meninggalkan bekas kegiatan makan yang berarti maka
pengujian dapat dihentikan. Apabila dalam jangka waktu dua minggu larva/yang
dewasa masih hidup dan menunjukkan aktivitas makan maka besarnya kerusakan
dibandingkan dengan unit pembanding. Pengujian diteruskan untuk mengetahui
apakah mampu menyelesaikan siklus hidupnya. Telur yang berhasil diletakkan
oleh induk selama pengujian juga diuji apakah mampu menyelesaikan siklus

Pengendalian Gulma 72
hidupnya dan bahkan diteruskan sampai beberapa generasi untuk mengetahui
apakah mampu meneruskan perkembangan generasinya.
Dengan dua tahap pengujian kekhususan inang ini dapat dihasilkan suatu
kesimpulan apakah suatu agen dapat direkomendasikan atau ditolak sebagai calon
pengendali suatu jenis gulma sasaran. Apabila dengan pengujian-pengujian
kekhususan inang menunjukkan kekhasannya pada gulma sasaran dan tidak
menunjukkan adanya indikasi ancaman terhadap tanaman budidaya/ekonomis
maka ijin pelepasan (penggunaannya sebagai pengendalian gulma) dapat
direkomendasikan.
Setelah suatu agen calon pengendali dapat dilepas di alam terbuka tidak
berarti kegiatan penelitian telah selesai, tetapi masih harus diikuti dengan kegiatan
pemantauan dan evaluasi.

Pemantauan Pascapelepasan
Setelah pelepasan musuh alami sangat perlu adanya kegiatan pemantauan
dan evaluasi dengan tujuan mengetahui kendala adaptasi dan pemantapan populasi
agen pengendali. Dengan mengetahui kendala yang ditemukan di lapangan maka
upaya rekayasa perlu dilakukan untuk membantu pekembangan agen pengendali
gulma sasaran.

Evaluasi
Keberhasilan suatu upaya pengendalian gulma adalah sesuatu yang
subyektif-anthroposentris dan relatif. Tingkat keberhasilan upaya pengendalian
gulma biasanya diukur dengan penurunan populasi sampai pada tingkat yang
secara ekonomis kurang/tidak merugikan pada kepentingan manusia pada
umumnya atau secara khusus kepentingan pengelola suatu lahan bergulma yang
sedang dikelola untuk kegiatan ekonomi.
Pada dasarnya pengendalian biologis gulma bukan suatu upaya untuk
pemusnahan (eradikasi) tetapi untuk mencapai suatu keseimbangan biotik antara
agen-agen pengendali dan gulma sasaran. Tingkat keseimbangan dimana populasi
gulma secara ekonomis kurang merugikan adalah yang diharapkan. Dilihat dari
sisi ekonomis, dibanding dengan cara pengendalian lain, tidak dapat dipastikan
bahwa cara pengendalian biologis lebih murah.

Keberhasilan Pengendalian Biologi

Chromolaena odorata (L.) R.M. King and H. Robinson (Asteraceae)

Chromolaena merupakan tanaman neotropis yang menjadi gulma invasive


di Afrika tropis, Asia, Mikronesia, Papua Nugini, dan Timor Timur. Tumbuhan
ini juga telah ditemukan Queensland, Australia. Gulma ini merupakan masalah
utama di tanaman perkebunan, hutan tanaman, padang rumput, dan sepanjang kiri
kanan jalan.

Pengendalian Gulma 73
Pengendalian biologi Chromolaena pertama kali dimulai pada tahun 1970
ketika Pareuchaetes pseudoinsulata (Lepidoptera : Arctiidae) dan Apion
brunneonigrum (Coleoptera : Brenthidae) diimpor ke Malaysia. Hasil
menunjukkan bahwa P. pseudoinsulata dan Cecidochares connexa (Diptera :
Tephritidae) merupakan paling efektif.

Eichornia crassipes (Martius) Solms-Laubach (Pontederiaceae)


Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan gulma air di banyak negara
yang menghambat aliran air, mencegah akses sampai kedalaman air. Sukses
pengendalian biologi eceng gondok telah dicapai di beberapa negara sejak
pertengahan tahun 1970an dengan agen Neochetina eichorniae (Curculionidae)
telah diintroduksi ke Papua Nuigini pada tahun 1986 dan bersama N. bruchi telah
mengendalikan eceng gondok di beberapa negara.

Lantana camara L. (Verbenaceae)


Lantana camara merupakan gulma pertanian maupun ekosistem alami.
Calycomyza lantanae telah diintroduksi ke Guam tahun 1992 dan Fiji tahun 1996
dari Australia dan ke Pohnepei dari Guam tahun 1996. C. lantanae dan
Ophiomyia lantanae telah

Mikania micrantha Kunth (Asteraceae)


Agen Liothrips mikaniae telah (Phlaeothripidae) sudah dilepas di Solomons
tahun 1988 namun gagal berkembang. Beberapa agen yang saat ini menjadi
perhatian menunjukkan adanya harapan, yaitu ngengat Actinote anteas dan A.
thyla pyryha (Nymphalidae) saat ini sedang dicoba di Indonesia, Puccinia
spegazzinii (Uridenalis) sedang dicoba di India dan China.

Mimosa diplotricha (=invisa) C. Wright ex Suavalle (Fabaceae)


Heteropsylla spinulosa yang telah diintroduksi ke Australia pada tahun 1988
dapat mengendalikan M. diplotricha di Queensland utara. Dua agen hayati
lainnya Psigida walkeri yang diintroduksi ke Cook Island tahun 1994 dan
Scamurius sp. yang diintroduksi ke Samoa tahun 1988 gagal berkembang.

Pistia stratiotes L. (Asteraceae)


Pengendalian secara biologi telah sukses pada selada air di beberapa negara
terutama di Afrika dengan introduksi Neohydronomus affinis (Curculionidae) dari
Australia. N. affinis juga telah diintroduksi ke PNG pada tahun 1985 dan dapat
mengendalikan selada air dengan baik.

Salvinia molesta D.S. Mitchell (Salviniaceae)


Salvinia molesta Mitchell merupakan gulma air yang memiliki karakteristik
laju berkembang biaknya sangat cepat dengan sifat adaptasi yang tinggi di
Pengendalian Gulma 74
berbagai kondisi lingkungan, terutama pada air buangan aktivitas industri, limbah
domestik, limbah pertanian dan kehutanan.
Gulma air ini berkembang biak dengan rimpang dan potongan tanaman,
dengan laju pertumbuhan yang cukup tinggi. Populasi akan menjadi dua kali lipat
dalam 2.5 hari (Room et.al., 1984) yang akan membentuk lapisan tebal menutupi
permukaan air dan dapat mencapai ketebalan 3 kaki (Anonim, 2004).
Keberadaannya pada permukaan perairan dapat mengakibatkan penurunan
kualitas air, pendangkalan sungai, waduk, situ dan perairan lainnya, penyumbatan
aliran air, penurunan debit air sungai yang berakibat menurunkan produksi
budidaya ikan tawar di tambak-tambak, produksi pertanian, maupun pengurangan
air baku untuk industri dan keperluan rumah tangga, serta penyebab polusi
lingkungan dan sebagai sumber penyakit pada manusia (Hadi, 1992; Mitchell,
1980).
Agens yang digunakan untuk mengendalikan gulma air ini adalah
Cyrtobagus salviniae (Curculionidae). Dalam lingkungan hidupnya pada tanaman
inang, penampakannya sering sulit dibedakan dengan jenis spesies lain seperti
Cyrtobagus singularis. Larva kumbang Cyrtobagus salviniae memakan batang
dan rimpang gulma air dengan cara membuat liang gerek pada tanaman inang
sehingga ruas-ruas tanaman termasuk batang, rimpang dan daun-daunnya menjadi
terpisah-pisah. Gejala serangan terlihat pada ruas-ruas tanaman inang berubah
menjadi berwarna coklat, terpisah-pisah dan berkerut. Musuh alami ini berperan
menghambat pengembangan tunas-tunas gulma dan memakannya (Forno dan
Bourne, 1985). Kumbang Cyrtobagus salviniae lebih suka membuat liang gerek
pada titik tumbuh yang merupakan bagian tanaman yang memiliki kandungan
nitrogen yang tinggi (Sand et.al., 1983).

Sida acuta Burman f and S. rhombifolia L. (Malvaceae)


Kumbang pemakan daun Calligrapha pantherina (Chrysomelidae) telah
diintroduksi ke Australia untuk mengendalikan S. acuta dan S. rhombifolia di
Northern Territory. Selanjutnya, kumbang tersebut diintroduksi ke PNG, Fiji, dan
Samoa sebelum tahun 1998 dan Vanuatu tahun 2004. Pengendalian diperoleh di
beberapa area di PNG dan Fiji.

Xanthium strumarium L (Asteraceae)


Gulma X. Strumarium merupakan gulma penting di padang rumput
penggembalaan yang dapat berpengaruh terhadap produksi dan menyebabkan
kematian ternak. Ngengat penggerek batang Epiblema strenuana (Tortricidae)
telah diintroduksi dan berkembang di X. strumarium di Australia dan dapat
mengendalikan X. strumarium. Di PNG ngengat tersebut telah diintroduksi dua
kali yaitu tahun 2002 dan 2003, namun gagal mengendalikan X. strumarium.

Pengendalian Gulma 75

Anda mungkin juga menyukai