LAPORAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
1
2
HALAMAN PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Disusun Oleh :
Nama : Fajar Ayu Nugraheni
NIM : H0819049
Menyetujui,
Niken Ayu A.
NIM. H0718116
KATA PENGANTAR
2
3
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia,
dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan Praktikum Pengelolaan Hama
Penyakit Tanaman ini. Laporan Pengelolaan Hama Penyakit Tanaman ini dibuat
untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Pengelolaan Hama Penyakit Tanaman.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis tidak lepas dari bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret;
2.Tim dosen Mata Kuliah Pengelolaan Hama Penyakit Tanaman;
3.Co-Assisten yang telah membimbing dan mengarahkan praktikan;
4.Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih ada kekurangan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi hasil yang
lebih baik lagi. Penulis juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
memberi tambahan ilmu bagi pembaca. Aamiin.
Penulis
3
4
DAFTAR ISI
4
5
DAFTAR TABEL
5
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Intensitas Serangan Hama Belalang pada Tanaman Jagung 17
Gambar 1.2 Grafik Intensitas Serangan Penyakit Blas pada Tanaman Jagung 18
6
7
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hama dan penyakit tanaman merupakan faktor biotik yang meresahkan
para petani khususnya petani jagung. Pada tanaman jagung ada beberapa hama
dan penyakit yang mengakibatkan munculnya berbagai masalah baik penurunan
produksi maupun kualitas tanaman jagung. Hama tanaman jagung menjadi hal
penting yang selalu saja dibicarakan dalam budidaya pertanian, termasuk
pertanian jagung. Hal ini karena hama dianggap sebagai musuh petani dalam
memperoleh produksi jangung. Tanaman jagung yang sehat adalah tanaman
yang tidak terserang oleh hama dan penyakit, tetapi yang terjadi tanaman
jagung juga tidak luput dari serangan hama dan penyakit.
Tanaman jagung sangat rentan terhadap hama dan penyakit. Dinamakan
hama karena organisme atau makhluk penyebabnya berupa hewan, baik yang
besar maupun yang kecil. Berdasarkan penyebabnya, hama jagung
dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu hama karena nematoda,
serangga, binatang pengerat dan larva. Jenis – jenis hewan yang paling banyak
menyerang ialah larva atau ulat. Penyakit jagung dikelompokkan berdasarkan
organisme penyebabnya yaitu, jamur, bakteri, dan virus. Sedangkan Penyakit
yang disebabkan oleh nonorganisme adalah penyakit karena kelebihan dan
kekurangan unsur hara.
Organisme penggangggu tanaman (OPT) merupakan organisme yang
berpotensi menyebabkan kerusakan ekonomis atau gangguan pada tanaman,
termasuk di dalamnya berupa hama, penyakit, dan gulma. Pengelolaan OPT
atau pengelolaan hama dan penyakit tanaman merupakan sebuah prinsip atau
konsep penngelolaan dimana segala aspek baik biotik maupun abiotik ikut serta
menjadi variabel yang perlu diperhatikan dalam penerapannya. Tujuan dari
pengelolaan hama dan penyakit tanaman adalah tercapainya keseimbangan
ekosistem dimana sektor pertanian yang dijalankan mencapai keberlanjutan.
7
2
2. Tujuan Praktikum
Adapaun tujuan dilaksanakan Praktikum Pengelolaan Hama Penyakit
Tanaman adalah sebagai berikut:
1. Memberikan bekal pengalaman dalam melakukan kegiatan pengamatan
tetap OPT dan musuh alaminya.
2. Memberikan bekal pengalaman dalam membuat prakiraan/analisis risiko
serangn OPT, berdasarkan pada risiko peningkatan populasi; risiko
kerusakan ekonomi, serta membuat rekomendasi, perlu tidaknya
pengendalian atau pengamtan yang lebih intensif, atas data pengamatan
tetap.
2
B. METODELOGI
1. Acara 1 Melakukan Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman
Pangan/Hortikultura/Perkebunan
a. Intensitas Serangan Hama dan Pengamatan Musuh Alami
1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan
3
4
d) Tanaman jagung
e) OPT
f) Musuh alami
3) Teknik Sampling
Metode sampling yang digunakan pada acara 1 yaitu metode
sampling diagonal. Pengambilan sampel dilakukan guna mengetahui
Bagaimana penyebaran hama atau penyakit dalam habitatnya. Metode
sampling diagonal dilakukan dengan pengambilan sampel yang dimulai
dari sudut menuju ke arah lawan membentuk alur diagonal. Pentingnya
dilakukan pengambilan sampel yaitu untuk menentukan apakah populasi
hama telah melampaui batas, maka harus dilakukan kegiatan
pemantauan secara berkala terhadap populasi hama, populasi musuh
alami, kondisi pertanaman, dan iklim. Cara pengambilan sampel diambil
dengan cara membagi lahan sasaran pengamatan menjadi dua diagonal
dengan minimal sampel yang diamati berjumlah 30 tanaman atau 15
tanaman di setiap diagonalnya. Pengambilan sampel tiap minggu
dilakukan pada tanaman yang berbeda.
4) Cara Kerja
a. Kumpulkan informasi pustaka tentang hama dan musuh alami
tanaman sasaran yang akan diamati termasuk berkonsultasi dengan
dosen pembimbing
b. Mencari lokasi sampling, berupa tanaman pangan, hortikultura atau
perkebunan yang didasarkan pada aksesibilitas (apabila diperkirakan
dalam waktu 4-5 minggu ke depan belum panen, lebih baik masih
fase vegetatif) disarankan padi
c. Siapkan peralatan praktik sesuai kebutuhan (jaring ayun, kaca
pembesar atau yang sesuai kebutuhan)
4
5
1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Identifikasi Hama Tanaman Jagung (Zea mays)
No Gambar OPT/Gejala Nama OPT/Gejala
Kerusakan
1 Belalang
(Oxya intricate)
Gejala: Daun yang dimakan
menjadi berlubang-lubang, tulang
daun dan uraturat daun tidak
dimakan. Lubang akibat serangan
belalang tepinya bergerigi kasar
tidak beraturan, sedangkan akibat
serangan ulat lebih halus.
Ulat Grayak dan Ngengat
(Spodoptera sp. Dan Spodoptera
frugiperda)
Gejala: Ulat grayak adalah fase
yang paling merusak dari hama
jagung ini yaitu fase larva atau ulat.
Gejala yang disebabkan yaitu
berlubangnya atau habisnya daun
daun pada ujung atau di tepi daun.
Kumpulan hama ini seringkali
menyebabkan daun tanaman hanya
tersisa tulang daun dan batang
tanaman jagung saja. Apabila
kumpulan larva hama jagung ini
mencapai kepadatan rata-rata
populasi 0.2 – 0.8 larva per
tanaman. Akibatnya, itu
menjadikan pengurangan hasil
produksi sebanyak 5 – 20%.
11
12
Tabel 1.2 Identifikasi Musuh Alami pada Tanaman Jagung (Zea mays)
No Gambar Musuh Alami Nama Musuh Alami
1 Kumbang (Coccinellidae)
4 0 0 10 1 25 1 21,42 1
5 0 0 16,66 1 23,07 1 20 1
11 10 1 20 1 44,44 2 13,33 1
12 42,85 3 50 2 25 1 20 1
14 55,55 3 66,66 3 25 1 25 1
14
21 25 1 20 1 0 0 27,27 2
24 0 0 20 1 16,67 1 14,28 1
25 40 2 27,27 2 50 2 27,27 2
27 0 0 18,18 1 60 3 18,18 1
28 0 0 30 2 45,45 2 0 0
Kerusakan
1 Penyakit hawar daun/kawat daun
(Helminthosporium turcicum)
Tanaman jagung yang terserang penyakit
hawar ini akan timbul gejala berupa bercak
coklat muda kekuningan bersudut-sudut
memanjang yang dapat menyatu dan
mematikan daun. Penyebabnya adalah
cendawan Dreschslera zeicola.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan
dengan cara melakukan penyemprotan
fungisida atau dengan menggunakan thiram
dan karboxin, serta pengasapan atau
perawatan suhu panas selama 17 menit
dengan suhu 55°C.
2 Penyakit bulai (Sclerospora maydis)
Penyakit bulai pada daun jagung
disebabkan oleh cendawan atau jamur
Sclerospora maydis. Tanaman jagung yang
terserang penyakit ini akan memiliki gejala
berupa daun akan berwarna kuning
keputih-putihan bergaris, sejajar dengan
urat daun dan tampak kaku. Pengendalian
hama ini dapat dilakukan dengan cara
memberikan Ridomil 35 SD pada saat
masih benih agar tidak tumbuh jamur pada
biji jagung.
1 0 0 20 1 47,05 2 50 3
2 0 0 27,27 2 53,84 3 60 3
5 0 0 25 1 29,41 2 68,42 3
7 18,18 1 25 1 50 2 58,82 3
10 0 0 40 2 46,67 2 75 3
16 12,5 1 30 2 70 3 71,42 3
20 20 1 25 1 47,36 2 55 3
21 37,5 2 40 2 70 3 80 4
22 0 0 33,33 2 69,23 3 80 4
26 11,11 1 30 2 70 3 69,23 3
27 0 0 18,18 1 69,23 3 80 4
28 90 4 30 2 72,72 3 66,67 3
34
33
32
31
30
29
Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4
Gambar 2.1 Grafik Intensitas Serangan Hama Ulat Grayak pada Tanaman
Jagung
19
80
70
60
Persen (%)
50
40
30
20
10
0
Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4
Gambar 2.2 Grafik Intensitas Penyakit Hawar Daun pada Tanaman Jagung
Analisis Data:
a. Intensitas Hama
Intensitas Serangan:
a. Mutlak
b. Tidak Mutlak (menggunakan skoring)
(∑n x v )
IS = x 100%
( Z x N)
Keterangan :
IS : Intensitas Serangan
n : jumlah bagian tanaman terserang
v: skor bagian tanaman terserang
N : total tanaman yang diamati
Z: skor tertinggi
Keterangan skor :
0 = jika tidak ada bagian tanaman yang sakit/rusak
1 = jika bagian tanaman yang sakit atau rusak: 1-25%
2 = jika bagian tanaman yang sakit/rusak: 25-50%
3 = jika bagian tanaman yang sakit/rusak: 50-75%
20
IS = 36,67%
3) Intensitas Serangan Minggu Ketiga
( 1 x 0 ) + ( 15 x 1 ) + ( 11 x 2 ) + ( 3 x 3 )+(0 x 4)
IS = x 100%
4 x 30
46
IS = x 100%
120
IS = 38,33%
4) Intensitas Serangan Minggu Keempat
( 1 x 0 ) + ( 20 x 1 ) + ( 8 x 2 ) + ( 1 x 3 ) +(0 x 4)
IS = x 100%
4 x 30
39
IS = x 100%
120
IS = 32,5%
21
b. Intensitas Penyakit
Intensitas Serangan:
a. Mutlak
b. Tidak Mutlak (menggunakan skoring)
(∑n x v )
IS = x 100%
( Z x N)
Keterangan :
IS : Intensitas Serangan
n : jumlah bagian tanaman terserang
v : skor bagian tanaman terserang
N : total tanaman yang diamati
Z : skor tertinggi
Keterangan skor :
IS = 43,33%
22
2. Pembahasan
Lokasi lahan pengamatan kami adalah lahan jagung yang terletak di
Dusun Prayungan, Desa Dawung, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen, Jawa
Tengah. Komoditas yang ditanam di lahan di daerah ini adalah Jagung. Umur
tanaman jagung di lahan berkisar antara 21-28 hari. Pola tanam yang
diterapkan pada tanaman jagung di lahan ini yaitu monokultur. Pola tanam
monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman yang sejenis. Luas
lahan yang digunakan pada pengamatan praktikum ini seluas 500 m2. Jumlah
tanaman jagung pada satu lahan berkisar 4760. Tanaman dengan jarak tanam
70 x 50 cm. Petani jagung menggunakan pestisida kimia Furadan serta
pestisida hayati NPV untuk mengendalikan hama pada tanaman jagung.
Berdasarkan grafik 2.1 di atas, dapat diketahui bahwa intensitas
serangan hama ulat grayak pada tanaman jagung di lahan yang diamati
berbeda-beda tiap minggunya. Intensitas serangan pada minggu pertama
sebesar 37,5%, kemudian mengalami penurunan pada minggu kedua menjadi
36,67%. Kenaikan terjadi pada minggu ketiga dimana nilai intensitas
serangannya naik sebesar 1,66% dari minggu kedua menjadi 38,33%.
Intensitas serangan hama ulat grayak menurun pada minggu keempat
menjadi 32,5%. Kenaikan dan penurunan intesitas serangan hama ulat
grayak tersebut dipengaruhi oleh penggunaan pestisida. Menurut Septian et
al. (2021), intensitas serangan hama yang rendah pada perlakuan pemberian
pestisida sintetis disebabkan karena bahan aktif yang terdapat pada pestisida
sintetik mampu menekan intensitas serangan dan populasi hama ulat grayak
(S. frugiperda).
Berdasarkan hasil pengamatan, persebaran penyakit pada tanaman
jagung mulai terjadi ketika tanaman berusia lebih dari satu bulan. Penyakit
yang paling banyak menyerang adalah hawar daun. Menurut Djaenuddin et
al. (2018), penyakit hawar daun yang disebabkan oleh cendawan Bipolaris
maydis yang merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT)
24
utama pada tanaman jagung. Gejala awal serangan berupa bercak kecil,
berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan
berkembang menjadi hawar, warnanya hijau kecoklatan. Intensitas serangan
penyakit pada tanaman jagung terlihat pada grafik 2.2 dimana setiap
minggunya mengalami peningkatan. Intensitas serangan pada minggu
pertama adalah 23,33%, kemudian menjadi 43,33% di minggu kedua,
63,33% di minggu ketiga, dan 80,83% di minggu keempat. Intensitas
serangan penyakit hawar daun pada tanaman jagung mengalami peningkatan
pada setiap pengamatan karena saat tanaman menuju pada fase generatif
maka kerentanan untuk terserang penyakit akan lebih tinggi sehingga
penyakit hawar daun akan berkembang cepat pada fase ini. Menurut
Laraswati et al. (2021), stadia tanaman berpengaruh terhadap tingkat
keparahan penyakit hawar daun. Fase generatif adalah fase yang paling
penting pada stadia pertumbuhan tanaman karena pada fase ini tanaman
sangat membutuhkan banyak energi dan cadangan makanan untuk
pembentukan bunga, pembentukan malai, hingga pengisian bulir.
Kegiatan Praktikum Pengelolaan Hama Terpadu kelompok 5 pada
pengamatan selama 4 minggu pada komoditas jagung dapat diketahui
intensitas kerusakan akibat serangan hama belalang sebesar 32,5-38,33%.
Hasil pengamatan kerusakan akibat hama belalang di lahan jagung
berhubungan dengan ambang ekonomi yang diterapkan dalam Pengendalian
Hama Terpadu (PHT). Ambang Ekonomi adalah kerapatan populasi hama
atau persentase kerusakan akibat hama yang membutuhkan tindakan
pengendalian untuk mencegah meningkatnya populasi hama yang dapat
mencapai tingkat luka ekonomis.
Ambang ekonomi menurut Moekasan (2012), adalah suatu konsep
yang erat hubungannya dengan tingkat kerusakan ekonomi. Ambang
ekonomi dapat didefinisikan sebagai kepadatan populasi yang harus
dilakukan pengendalian untuk mencegah populasi hama mencapai tingkat
25
dengan kepadatan populasi serangga. Satu hal yang harus diingat bahwa
kerusakan pada satu tanaman tidaklah selalu mengakibatkan kehilangan
hasil.
Pada sampel tanaman jagung yang diamati, dapat diidentifikasi bahwa
hama yang menyerang didominasi oleh ulat grayak. Ulat grayak umumnya
menyerang pada malam hari, sedangkan pada siang hari ulat ini bersembunyi
di bawah tanaman, mulsa atau dalam tanah. Gejala tanaman terserang ulat
grayak adalah daun rusak terkoyak, berlubang tidak beraturan, terdapat
kotoran seperti serbuk gergaji dan pada serangan berat daun menjadi gundul.
Ulat grayak merupakan hama invasif. Hama ulat grayak menyerang tanaman
jagung mulai dari umur 7 hari setelah tanam hingga usia panen. Menurut
Lubis et al., (2020), hama ini menyerang titik tumbuh tanaman yang dapat
mengakibatkan kegagalan pembetukan pucuk/daun muda tanaman. Larva S.
frugiperda memiliki kemampuan makan yang tinggi. Larva akan masuk ke
dalam bagian tanaman dan aktif makan disana, sehingga bila populasi masih
sedikit akan sulit dideteksi.
Ada beberapa rekomendasi untuk pengendalian hama ulat grayak
sebagai berikut:
1. Rotasi tanaman untuk memutus daur hidup hama.
2. Pengolahan tanah yang baik (selama 1 bulan) untuk mengangkat
kepompong hama dari dalam tanah agar mati terjemur oleh sinar matahari
3. Pemasangan perangkap berferomon, feromon Exi sebanyak 20 buah per
hektar
4. Pemasangan lampu perangkap sebanyak 30 buah per hektar
5. Penyemprotan insektisida jika kerusakan daun telah mencapai 5%
6. Penyemprotan insektisida jika populasi kelompok telur telah mencapai 1
kelompok atau 10 tanaman
7. Penyemprotan insektisida jika tangkapan ngengat oleh Feromon Exi telah
mencapai 30 ngengat/ 3 malam.
27
28
29
28