Anda di halaman 1dari 36

1

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

Nama : Fajar Ayu Nugraheni


NIM : H0819049
Kelas : Agribisnis A
Co Ass : Niken Ayu Anggoroningtyas

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021

1
2

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah


pengelolaan hama dan penyakit dan telah diterima, disetujui dan disahkan oleh Co-
Assiten dan Dosen Mata Kuliah pengelolaan hama dan penyakit pada :

Hari :

Tanggal :

Disusun Oleh :
Nama : Fajar Ayu Nugraheni

NIM : H0819049

Menyetujui,

Dosen Koordinator Praktikum Co Assisten

Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman

Niken Ayu A.
NIM. H0718116

KATA PENGANTAR

2
3

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia,
dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan Praktikum Pengelolaan Hama
Penyakit Tanaman ini. Laporan Pengelolaan Hama Penyakit Tanaman ini dibuat
untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Pengelolaan Hama Penyakit Tanaman.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis tidak lepas dari bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret;
2.Tim dosen Mata Kuliah Pengelolaan Hama Penyakit Tanaman;
3.Co-Assisten yang telah membimbing dan mengarahkan praktikan;
4.Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih ada kekurangan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi hasil yang
lebih baik lagi. Penulis juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
memberi tambahan ilmu bagi pembaca. Aamiin.

Surakarta, Desember 2021

Penulis

3
4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
A. PENDAHULUAN..............................................................................................1
1. Latar Belakang.................................................................................................1
2. Tujuan Praktikum............................................................................................2
B. Metodologi Praktikum......................................................................................3
1. Acara 1 ............................................................................................................3
2. Acara 2 ............................................................................................................8
C. Hasil pengamatan dan Pembahasan..............................................................11
1. Hasil Pengamatan..........................................................................................11
2. Pembahasan...................................................................................................22
D. Kesimpulan dan Saran....................................................................................28
1. Kesimpulan....................................................................................................28
2. Saran..............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA

4
5

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Identifikasi Hama Tanaman Jagung (Zea mays)..............................11


Tabel 1.2 Identifikasi Musuh Alami pada Tanaman Jagung (Zea mays).........12
Tabel 1.3 Pengamatan Intensitas Serangan Hama Belalang pada Tanaman
Jagung (Zea mays)............................................................................13
Tabel 1.4 Identifikasi Penyakit pada Tanaman Jagung (Zea mays).................15
Tabel 1.5 Pengamatan Intensitas Penyakit Hawar pada Tanaman Jagung
(Zea mays)
..........................................................................................................
16
..........................................................................................................

5
6

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Intensitas Serangan Hama Belalang pada Tanaman Jagung 17
Gambar 1.2 Grafik Intensitas Serangan Penyakit Blas pada Tanaman Jagung 18

6
7

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hama dan penyakit tanaman merupakan faktor biotik yang meresahkan
para petani khususnya petani jagung. Pada tanaman jagung ada beberapa hama
dan penyakit yang mengakibatkan munculnya berbagai masalah baik penurunan
produksi maupun kualitas tanaman jagung. Hama tanaman jagung menjadi hal
penting yang selalu saja dibicarakan dalam budidaya pertanian, termasuk
pertanian jagung. Hal ini karena hama dianggap sebagai musuh petani dalam
memperoleh produksi jangung. Tanaman jagung yang sehat adalah tanaman
yang tidak terserang oleh hama dan penyakit, tetapi yang terjadi tanaman
jagung juga tidak luput dari serangan hama dan penyakit.
Tanaman jagung sangat rentan terhadap hama dan penyakit. Dinamakan
hama karena organisme atau makhluk penyebabnya berupa hewan, baik yang
besar maupun yang kecil. Berdasarkan penyebabnya, hama jagung
dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu hama karena nematoda,
serangga, binatang pengerat dan larva. Jenis – jenis hewan yang paling banyak
menyerang ialah larva atau ulat. Penyakit jagung dikelompokkan berdasarkan
organisme penyebabnya yaitu, jamur, bakteri, dan virus. Sedangkan Penyakit
yang disebabkan oleh nonorganisme adalah penyakit karena kelebihan dan
kekurangan unsur hara.
Organisme penggangggu tanaman (OPT) merupakan organisme yang
berpotensi menyebabkan kerusakan ekonomis atau gangguan pada tanaman,
termasuk di dalamnya berupa hama, penyakit, dan gulma. Pengelolaan OPT
atau pengelolaan hama dan penyakit tanaman merupakan sebuah prinsip atau
konsep penngelolaan dimana segala aspek baik biotik maupun abiotik ikut serta
menjadi variabel yang perlu diperhatikan dalam penerapannya. Tujuan dari
pengelolaan hama dan penyakit tanaman adalah tercapainya keseimbangan
ekosistem dimana sektor pertanian yang dijalankan mencapai keberlanjutan.

7
2

2. Tujuan Praktikum
Adapaun tujuan dilaksanakan Praktikum Pengelolaan Hama Penyakit
Tanaman adalah sebagai berikut:
1. Memberikan bekal pengalaman dalam melakukan kegiatan pengamatan
tetap OPT dan musuh alaminya.
2. Memberikan bekal pengalaman dalam membuat prakiraan/analisis risiko
serangn OPT, berdasarkan pada risiko peningkatan populasi; risiko
kerusakan ekonomi, serta membuat rekomendasi, perlu tidaknya
pengendalian atau pengamtan yang lebih intensif, atas data pengamatan
tetap.

2
B. METODELOGI
1. Acara 1 Melakukan Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman
Pangan/Hortikultura/Perkebunan
a. Intensitas Serangan Hama dan Pengamatan Musuh Alami
1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Survei lahan dilakukan pada hari Rabu, 6 Oktober 2021 pukul


09.00 WIB. Waktu pelaksanaan praktikum lapang minggu pertama
adalah pada hari Minggu, 10 Oktober 2021 pukul 08.30 WIB.
Pengamatan minggu kedua dilaksanakan pada hari Minggu, 17 Oktober
2021 pukul 07.30 WIB. Waktu pelaksanaan praktikum minggu ketiga
adalah pada hari Minggu, 24 Oktober 2021 pukul 08.00 WIB.
Pengamatan minggu keempat dilaksanakan pada hari Minggu, 31
Oktober 2021 pukul 08.00 WIB.
Lokasi lahan pengamatan kami adalah lahan jagung yang terletak
di Dusun Prayungan, Desa Dawung, Kecamatan Jenar, Kabupaten
Sragen, Jawa Tengah. Komoditas yang ditanam di lahan di daerah ini
adalah Jagung. Umur tanaman jagung di lahan berkisar antara 21-28
hari. Pola tanam yang diterapkan pada tanaman jagung di lahan ini yaitu
monokultur. Pola tanam monokultur adalah pertanian dengan menanam
tanaman yang sejenis. Luas lahan yang digunakan pada pengamatan
praktikum ini seluas 500 m2. Jumlah tanaman jagung pada satu lahan
berkisar 4760. Tanaman dengan jarak tanam 70 x 50 cm. Petani jagung
menggunakan pestisida kimia Furadan serta pestisida hayati NPV untuk
mengendalikan hama pada tanaman jagung.

2) Alat dan bahan


a) Alat tulis
b) Kamera
c) Artikel ilmiah

3
4

d) Tanaman jagung
e) OPT
f) Musuh alami
3) Teknik Sampling
Metode sampling yang digunakan pada acara 1 yaitu metode
sampling diagonal. Pengambilan sampel dilakukan guna mengetahui
Bagaimana penyebaran hama atau penyakit dalam habitatnya. Metode
sampling diagonal dilakukan dengan pengambilan sampel yang dimulai
dari sudut menuju ke arah lawan membentuk alur diagonal. Pentingnya
dilakukan pengambilan sampel yaitu untuk menentukan apakah populasi
hama telah melampaui batas, maka harus dilakukan kegiatan
pemantauan secara berkala terhadap populasi hama, populasi musuh
alami, kondisi pertanaman, dan iklim. Cara pengambilan sampel diambil
dengan cara membagi lahan sasaran pengamatan menjadi dua diagonal
dengan minimal sampel yang diamati berjumlah 30 tanaman atau 15
tanaman di setiap diagonalnya. Pengambilan sampel tiap minggu
dilakukan pada tanaman yang berbeda.
4) Cara Kerja
a. Kumpulkan informasi pustaka tentang hama dan musuh alami
tanaman sasaran yang akan diamati termasuk berkonsultasi dengan
dosen pembimbing
b. Mencari lokasi sampling, berupa tanaman pangan, hortikultura atau
perkebunan yang didasarkan pada aksesibilitas (apabila diperkirakan
dalam waktu 4-5 minggu ke depan belum panen, lebih baik masih
fase vegetatif)  disarankan padi
c. Siapkan peralatan praktik sesuai kebutuhan (jaring ayun, kaca
pembesar atau yang sesuai kebutuhan)

4
5

d. Tentukan petak pengamatan dan titik pengambilan sampel secara


diagonal), untuk menentukan rumpun/tanaman yang akan dijadikan
unit tanaman sampel (minimal 30 unit sampel atau rumpun dibagi ke
empat arah diagonal).
e. Ketentuan tentang unit sampel yang digunakan disesuaikan dengan
hama dan tanamannya (silahkan dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing/klas
f. Pengamatan dilakukan pagi hari antara jam 07.30-.10.30, yang
merupakan jam puncak aktivitas serangga
g. Dalam praktikum ini pengamatan hanya dilakukan terhadap satu jenis
hama utama yang dominan (dapat menggunakan lokasi praktikum
acara I)
h. Hitunglah populasi hama secara visual yang ditemukan atau
intensitas serangan berdasarkan persentase serangan untuk kerusakan
mutlak, dan cara skoring untuk kerusakan OPT tidak mutlak.
i. Musuh alami OPT yang mungkin dapat dijumpai langsung di
pertanaman adalah predator (laba-laba dan serangga), parasitoid
dewasa, dan pathogen serangga (terserang jamur, bakeri, dan virus).
j. Pengamatan dilakukan minimal 4 kali di lokasi yang sama, pada unit
tanaman sampel berbeda, dengan selang waktu pengamatan 5-7 hari.
k. Ambil gambar/foto jenis hama dan atau gejala serangan hama serta
catat/deskripsikan morfologi/gejala serangan hama dengan lengkap
pada kertas kerja
l. Konfirmasikan hasil identifikasi hama dan musuh alami ke Co-Ass
via Klinik tanaman untuk memastikan validitas hasil identifikasi
saudara.
b. Intensitas Serangan Penyakit
1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan
6

Lokasi lahan pengamatan kami adalah lahan jagung yang terletak di


Dusun Prayungan, Desa Dawung, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen,
Jawa Tengah. Komoditas yang ditanam di lahan di daerah ini adalah
Jagung. Umur tanaman jagung di lahan berkisar antara 21-28 hari. Pola
tanam yang diterapkan pada tanaman jagung di lahan ini yaitu
monokultur. Pola tanam monokultur adalah pertanian dengan menanam
tanaman yang sejenis. Luas lahan yang digunakan pada pengamatan
praktikum ini seluas 500 m2. Jumlah tanaman jagung pada satu lahan
berkisar 4760. Tanaman dengan jarak tanam 70 x 50 cm. Petani jagung
menggunakan pestisida kimia Furadan serta pestisida hayati NPV untuk
mengendalikan hama pada tanaman jagung.
Survei lahan dilakukan pada hari Rabu, 6 Oktober 2021 pukul 09.00
WIB. Waktu pelaksanaan praktikum lapang minggu pertama adalah
pada hari Minggu, 10 Oktober 2021 pukul 08.30 WIB. Pengamatan
minggu kedua dilaksanakan pada hari Minggu, 17 Oktober 2021 pukul
07.30 WIB. Waktu pelaksanaan praktikum minggu ketiga adalah pada
hari Minggu, 24 Oktober 2021 pukul 08.00 WIB. Pengamatan minggu
keempat dilaksanakan pada hari Minggu, 31 Oktober 2021 pukul 08.00
WIB.
2) Alat dan bahan
a. Alat tulis
b. Kamera
c. Artikel ilmiah
d. Tanaman jagung
e. OPT
3) Teknik Sampling
Metode sampling yang digunakan pada acara 1 yaitu metode
sampling diagonal. Pengambilan sampel dilakukan guna mengetahui
Bagaimana penyebaran hama atau penyakit dalam habitatnya. Metode
7

sampling diagonal dilakukan dengan pengambilan sampel yang dimulai


dari sudut menuju ke arah lawan membentuk alur diagonal. Pentingnya
dilakukan pengambilan sampel yaitu untuk menentukan apakah populasi
hama telah melampaui batas, maka harus dilakukan kegiatan
pemantauan secara berkala terhadap populasi hama, populasi musuh
alami, kondisi pertanaman, dan iklim. Cara pengambilan sampel diambil
dengan cara membagi lahan sasaran pengamatan menjadi dua diagonal
dengan minimal sampel yang diamati berjumlah 30 tanaman atau 15
tanaman di setiap diagonalnya. Pengambilan sampel tiap minggu
dilakukan pada tanaman yang sama.
4) Cara Kerja
a. Kumpulkan informasi pustaka tentang penyakit tanaman sasaran
yang akan diamati termasuk berkonsultasi dengan dosen pembimbing
b. Mencari lokasi sampling, berupa tanaman pangan, hortikultura atau
perkebunan yang didasarkan pada aksesibilitas (apabila diperkirakan
dalam waktu 4-5 minggu ke depan belum panen, lebih baik masih
fase vegetatif)  disarankan padi
c. Siapkan peralatan praktik sesuai kebutuhan (kaca pembesar atau yang
sesuai kebutuhan)
d. Tentukan petak pengamatan dan titik pengambilan sampel secara
diagonal), untuk menentukan rumpun/tanaman yang akan dijadikan
unit tanaman sampel (minimal 30 unit sampel atau rumpun dibagi ke
empat arah diagonal).
e. Ketentuan tentang unit sampel yang digunakan disesuaikan dengan
penyakit dan tanamannya (silahkan dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing/klas
f. Dalam praktikum ini pengamatan hanya dilakukan terhadap satu jenis
patogen utama yang dominan (dapat menggunakan lokasi praktikum
acara I)
8

g. Hitunglah intensitas penyakit dari skoring gejala (skoring setiap


penyakit berbeda, skoring dilakukan berdasarkan pustaka).
h. Pengamatan dilakukan minimal 4 kali di lokasi yang sama, pada unit
tanaman sampel berbeda, dengan selang waktu pengamatan 5-7 hari.
i. Ambil gambar/foto jenis penyakit dan gejala serangannya serta
catat/deskripsikan morfologi/gejala serangan penyakit dengan
lengkap pada kertas kerja

j. Konfirmasikan hasil identifiksi penyakit dan gejalanya ke Co-Ass


via Klinik tanaman untuk memastikan validitas hasil identifikasi
saudara.

2. Acara 2 Membuat Prakiraan Resiko Serangan OPT


a. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pemilihan tempat yang digunakan dalam Praktikum PHPT Acara 2
dilaksanakan di tempat tinggal masing-masing praktikan. Kegiatan
Praktikum ini dilaksanakan mulai tanggal 19 November 2021 hingga 22
November 2021.
b. Cara Kerja
a. Siapkan data hasil pengamatan tetap untuk dianalisis kembali dengan
tujuan membuat prakiraan risiko serangan OPT
b. Kumpulkan informasi tentang ambang kendali, ambang tolerasi serangan,
arti ekonomi OPT dan perkembangan populasi dan intensitas serangannya
(mutlak/tidak mutlak) dari pustaka
c. Lakukan analisis data populasi OPT (hama) atau intensitas serangan
dengan membuat grafik garis untuk melihat risiko peningkatan
populasinya (cenderung naik atau turun).
d. Bandingkan kecenderungan peningkatan populasi dengan risiko
kerusakan ekonomi dan ambang kendalinya.
9

e. Buat rekomendasi berdasarkan kecenderungan populasi/intensitas


serangan dan risiko kerusakan ekonomi OPT tersebut.
f. Buat rekomendasi, berupa saran pengendalian apabila populasi telah
mencapai ambang batas kendali atau merusak secara ekonomi. Atau
rekomendasi untuk malakukan monitoring lebih ketat karena ada risiko
peningakatan populasi, namun belum sampai ambang kendali.
C. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Identifikasi Hama Tanaman Jagung (Zea mays)
No Gambar OPT/Gejala Nama OPT/Gejala
Kerusakan
1 Belalang
(Oxya intricate)
Gejala: Daun yang dimakan
menjadi berlubang-lubang, tulang
daun dan uraturat daun tidak
dimakan. Lubang akibat serangan
belalang tepinya bergerigi kasar
tidak beraturan, sedangkan akibat
serangan ulat lebih halus.
Ulat Grayak dan Ngengat
(Spodoptera sp. Dan Spodoptera
frugiperda)
Gejala: Ulat grayak adalah fase
yang paling merusak dari hama
jagung ini yaitu fase larva atau ulat.
Gejala yang disebabkan yaitu
berlubangnya atau habisnya daun
daun pada ujung atau di tepi daun.
Kumpulan hama ini seringkali
menyebabkan daun tanaman hanya
tersisa tulang daun dan batang
tanaman jagung saja. Apabila
kumpulan larva hama jagung ini
mencapai kepadatan rata-rata
populasi 0.2 – 0.8 larva per
tanaman. Akibatnya, itu
menjadikan pengurangan hasil
produksi sebanyak 5 – 20%.

11
12

Ngengat merupakan fase imago


dari hama ulat grayak. Ngengat
lebih cenderung mengonsumsi
nektar.

Tabel 1.2 Identifikasi Musuh Alami pada Tanaman Jagung (Zea mays)
No Gambar Musuh Alami Nama Musuh Alami
1 Kumbang (Coccinellidae)

2 Capung (Orthetrum sabina)


13

3 Semut hitam (Monomorium


minimum)

Tabel 1.3 Pengamatan Intensitas Serangan Hama Ulat Grayak pada


Tanaman Jagung (Zea mays).
No Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4
Sampel
% Skor % Skor % Skor % Skor

1 37,5 2 27,27 2 38,46 2 25 1

2 0 0 16,66 1 23,07 1 16,67 1

3 33,33 2 16,66 1 45,45 2 30,76 2

4 0 0 10 1 25 1 21,42 1

5 0 0 16,66 1 23,07 1 20 1

6 55,55 3 16,66 1 30,76 2 25 1

7 27,27 2 20 1 33,33 2 15,38 1

8 18,18 1 9,09 1 23,07 1 7,14 1

9 44,44 3 18,18 1 28,57 2 30,76 2

10 11,11 1 0 0 16,67 1 13,33 1

11 10 1 20 1 44,44 2 13,33 1

12 42,85 3 50 2 25 1 20 1

13 22,22 1 40 2 54,54 3 9,09 1

14 55,55 3 66,66 3 25 1 25 1
14

15 33,33 2 9,09 1 23,07 1 23,07 1

16 37,5 2 45,45 2 20 1 18,18 1

17 22,22 1 30 2 14,28 1 15,38 1

18 33,33 2 20 1 41,66 2 33,33 2

19 55,55 3 30 2 14,28 1 38,46 2

20 50 2 41,66 2 15,38 1 30,76 2

21 25 1 20 1 0 0 27,27 2

22 9,09 1 54,54 3 30 2 21,42 1

23 27,27 2 27,27 2 7,14 1 6,66 3

24 0 0 20 1 16,67 1 14,28 1

25 40 2 27,27 2 50 2 27,27 2

26 33,33 2 18,18 1 63,63 3 40 2

27 0 0 18,18 1 60 3 18,18 1

28 0 0 30 2 45,45 2 0 0

29 23,07 1 25 1 45,45 2 8,33 1

30 27,27 2 44,44 2 23,07 1 14,28 1

Tabel 1.4 Identifikasi Penyakit pada Tanaman Jagung (Zea mays)


No Gambar OPT/Gejala Nama OPT/Gejala
15

Kerusakan
1 Penyakit hawar daun/kawat daun
(Helminthosporium turcicum)
Tanaman jagung yang terserang penyakit
hawar ini akan timbul gejala berupa bercak
coklat muda kekuningan bersudut-sudut
memanjang yang dapat menyatu dan
mematikan daun. Penyebabnya adalah
cendawan Dreschslera zeicola.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan
dengan cara melakukan penyemprotan
fungisida atau dengan menggunakan thiram
dan karboxin, serta pengasapan atau
perawatan suhu panas selama 17 menit
dengan suhu 55°C.
2 Penyakit bulai (Sclerospora maydis)
Penyakit bulai pada daun jagung
disebabkan oleh cendawan atau jamur
Sclerospora maydis. Tanaman jagung yang
terserang penyakit ini akan memiliki gejala
berupa daun akan berwarna kuning
keputih-putihan bergaris, sejajar dengan
urat daun dan tampak kaku. Pengendalian
hama ini dapat dilakukan dengan cara
memberikan Ridomil 35 SD pada saat
masih benih agar tidak tumbuh jamur pada
biji jagung.

Tabel 1.5 Pengamatan Intensitas Penyakit Hawar pada Tanaman Jagung


(Zea mays).
16

No Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4


Sampel
% Skor % Skor % Skor % Skor
17

1 0 0 20 1 47,05 2 50 3

2 0 0 27,27 2 53,84 3 60 3

3 0 0 41,66 2 47,05 2 82,35 4

4 0 0 23,07 1 29,41 2 52,63 3

5 0 0 25 1 29,41 2 68,42 3

6 11,11 1 30 2 47,05 2 58,82 3

7 18,18 1 25 1 50 2 58,82 3

8 18,18 1 15,38 1 53,33 3 68,75 3

9 11,11 1 27,27 2 50 2 62,5 3

10 0 0 40 2 46,67 2 75 3

11 10 1 45,45 2 47,05 2 58,82 3

12 28,57 2 40 2 46,67 2 81,25 4

13 11,11 1 40 2 31,25 2 56,25 3

14 33,33 2 30 2 61,53 3 58,82 3

15 8,33 1 30,77 2 52,94 3 66,67 3

16 12,5 1 30 2 70 3 71,42 3

17 33,33 2 40 2 63,63 3 53,33 3

18 44,44 2 45,45 2 72,72 3 86,66 4

19 11,11 1 27,27 2 46,15 2 60 3

20 20 1 25 1 47,36 2 55 3

21 37,5 2 40 2 70 3 80 4

22 0 0 33,33 2 69,23 3 80 4

23 27,27 2 33,33 2 57,14 3 58,82 3

24 9,09 1 41,66 2 73,33 3 81,25 4


18

25 20 1 33,33 2 69,23 3 66,67 3

26 11,11 1 30 2 70 3 69,23 3

27 0 0 18,18 1 69,23 3 80 4

28 90 4 30 2 72,72 3 66,67 3

29 15,38 1 21,42 1 41,17 2 57,89 3

30 27,27 2 41,66 2 58,33 3 66,67 3

Grafik/Tabel/Diagram dari pengamatan di acara 1 (Intensitas Serangan)

Intensitas Serangan Hama Ulat Grayak pada Tanaman Jagung


39
38
37
36
35
Persen (%)

34
33
32
31
30
29
Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4

Gambar 2.1 Grafik Intensitas Serangan Hama Ulat Grayak pada Tanaman
Jagung
19

Intensitas Penyakit Hawar Daun pada Tanaman Jagung


90

80

70

60
Persen (%)

50

40

30

20

10

0
Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4

Gambar 2.2 Grafik Intensitas Penyakit Hawar Daun pada Tanaman Jagung

Analisis Data:
a. Intensitas Hama
Intensitas Serangan:
a. Mutlak
b. Tidak Mutlak (menggunakan skoring)
(∑n x v )
IS = x 100%
( Z x N)
Keterangan :
IS : Intensitas Serangan
n : jumlah bagian tanaman terserang
v: skor bagian tanaman terserang
N : total tanaman yang diamati
Z: skor tertinggi

Keterangan skor :
0 = jika tidak ada bagian tanaman yang sakit/rusak
1 = jika bagian tanaman yang sakit atau rusak: 1-25%
2 = jika bagian tanaman yang sakit/rusak: 25-50%
3 = jika bagian tanaman yang sakit/rusak: 50-75%
20

4 = jika bagian tanaman yang sakit/rusak: > 75%

1) Intensitas Seranagn Minggu Pertama


( 6 x 0 ) + ( 8 x 1 )+ (11 x 2 ) + ( 5 x 3 ) +(0 x 4 )
IS = x 100%
4 x 30
45
IS = x 100%
120
IS = 37,5%
2) Intensitas Serangan Minggu Kedua
( 1 x 0 ) + ( 16 x 1 ) + ( 11 x 2 ) + ( 2 x 3 ) +(0 x 4)
IS = x 100%
4 x 30
44
IS = 120 x 100%

IS = 36,67%
3) Intensitas Serangan Minggu Ketiga
( 1 x 0 ) + ( 15 x 1 ) + ( 11 x 2 ) + ( 3 x 3 )+(0 x 4)
IS = x 100%
4 x 30
46
IS = x 100%
120
IS = 38,33%
4) Intensitas Serangan Minggu Keempat
( 1 x 0 ) + ( 20 x 1 ) + ( 8 x 2 ) + ( 1 x 3 ) +(0 x 4)
IS = x 100%
4 x 30
39
IS = x 100%
120
IS = 32,5%
21

b. Intensitas Penyakit
Intensitas Serangan:
a. Mutlak
b. Tidak Mutlak (menggunakan skoring)

(∑n x v )
IS = x 100%
( Z x N)

Keterangan :
IS : Intensitas Serangan
n : jumlah bagian tanaman terserang
v : skor bagian tanaman terserang
N : total tanaman yang diamati
Z : skor tertinggi
Keterangan skor :

0 = jika tidak ada bagian tanaman yang sakit/rusak


1 = jika bagian tanaman yang sakit atau rusak: 1-25%
2 = jika bagian tanaman yang sakit/rusak: 25-50%
3 = jika bagian tanaman yang sakit/rusak: 50-75%
4 = jika bagian tanaman yang sakit/rusak: > 75%

1) Intensitas Seranagn Minggu Pertama


( 8 x 0 ) + ( 14 x 1 )+ ( 7 x 2 ) + ( 0 x 3 ) +(1 x 4)
IS = x 100%
4 x 30
28
IS = x 100%
120
IS = 23,33%
2) Intensitas Serangan Minggu Kedua
( 0 x 0 ) + ( 8 x 1 )+ (22 x 2 ) + ( 0 x 3 ) +( 0 x 4)
IS = x 100%
4 x 30
52
IS = 120 x 100%

IS = 43,33%
22

3) Intensitas Serangan Minggu Ketiga


( 0 x 0 ) + ( 0 x 1 )+ (14 x 2 ) + ( 16 x 3 ) +(0 x 4)
IS = x 100%
4 x 30
76
IS = x 100%
120
IS = 63,33%
4) Intensitas Serangan Minggu Keempat
( 0 x 0 ) + ( 0 x 1 )+ ( 0 x 2 ) + ( 23 x 3 ) +(7 x 4 )
IS = x 100%
4 x 30
97
IS = x 100%
120
IS = 80,83%
23

2. Pembahasan
Lokasi lahan pengamatan kami adalah lahan jagung yang terletak di
Dusun Prayungan, Desa Dawung, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen, Jawa
Tengah. Komoditas yang ditanam di lahan di daerah ini adalah Jagung. Umur
tanaman jagung di lahan berkisar antara 21-28 hari. Pola tanam yang
diterapkan pada tanaman jagung di lahan ini yaitu monokultur. Pola tanam
monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman yang sejenis. Luas
lahan yang digunakan pada pengamatan praktikum ini seluas 500 m2. Jumlah
tanaman jagung pada satu lahan berkisar 4760. Tanaman dengan jarak tanam
70 x 50 cm. Petani jagung menggunakan pestisida kimia Furadan serta
pestisida hayati NPV untuk mengendalikan hama pada tanaman jagung.
Berdasarkan grafik 2.1 di atas, dapat diketahui bahwa intensitas
serangan hama ulat grayak pada tanaman jagung di lahan yang diamati
berbeda-beda tiap minggunya. Intensitas serangan pada minggu pertama
sebesar 37,5%, kemudian mengalami penurunan pada minggu kedua menjadi
36,67%. Kenaikan terjadi pada minggu ketiga dimana nilai intensitas
serangannya naik sebesar 1,66% dari minggu kedua menjadi 38,33%.
Intensitas serangan hama ulat grayak menurun pada minggu keempat
menjadi 32,5%. Kenaikan dan penurunan intesitas serangan hama ulat
grayak tersebut dipengaruhi oleh penggunaan pestisida. Menurut Septian et
al. (2021), intensitas serangan hama yang rendah pada perlakuan pemberian
pestisida sintetis disebabkan karena bahan aktif yang terdapat pada pestisida
sintetik mampu menekan intensitas serangan dan populasi hama ulat grayak
(S. frugiperda).
Berdasarkan hasil pengamatan, persebaran penyakit pada tanaman
jagung mulai terjadi ketika tanaman berusia lebih dari satu bulan. Penyakit
yang paling banyak menyerang adalah hawar daun. Menurut Djaenuddin et
al. (2018), penyakit hawar daun yang disebabkan oleh cendawan Bipolaris
maydis yang merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT)
24

utama pada tanaman jagung. Gejala awal serangan berupa bercak kecil,
berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan
berkembang menjadi hawar, warnanya hijau kecoklatan. Intensitas serangan
penyakit pada tanaman jagung terlihat pada grafik 2.2 dimana setiap
minggunya mengalami peningkatan. Intensitas serangan pada minggu
pertama adalah 23,33%, kemudian menjadi 43,33% di minggu kedua,
63,33% di minggu ketiga, dan 80,83% di minggu keempat. Intensitas
serangan penyakit hawar daun pada tanaman jagung mengalami peningkatan
pada setiap pengamatan karena saat tanaman menuju pada fase generatif
maka kerentanan untuk terserang penyakit akan lebih tinggi sehingga
penyakit hawar daun akan berkembang cepat pada fase ini. Menurut
Laraswati et al. (2021), stadia tanaman berpengaruh terhadap tingkat
keparahan penyakit hawar daun. Fase generatif adalah fase yang paling
penting pada stadia pertumbuhan tanaman karena pada fase ini tanaman
sangat membutuhkan banyak energi dan cadangan makanan untuk
pembentukan bunga, pembentukan malai, hingga pengisian bulir.
Kegiatan Praktikum Pengelolaan Hama Terpadu kelompok 5 pada
pengamatan selama 4 minggu pada komoditas jagung dapat diketahui
intensitas kerusakan akibat serangan hama belalang sebesar 32,5-38,33%.
Hasil pengamatan kerusakan akibat hama belalang di lahan jagung
berhubungan dengan ambang ekonomi yang diterapkan dalam Pengendalian
Hama Terpadu (PHT). Ambang Ekonomi adalah kerapatan populasi hama
atau persentase kerusakan akibat hama yang membutuhkan tindakan
pengendalian untuk mencegah meningkatnya populasi hama yang dapat
mencapai tingkat luka ekonomis.
Ambang ekonomi menurut Moekasan (2012), adalah suatu konsep
yang erat hubungannya dengan tingkat kerusakan ekonomi. Ambang
ekonomi dapat didefinisikan sebagai kepadatan populasi yang harus
dilakukan pengendalian untuk mencegah populasi hama mencapai tingkat
25

kerusakan ekonomi (TKE). Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada


dasarnya terdiri atas dua kegiatan pengendalian yaitu usaha-usaha
pencegahan (preventive controls) dan penggunaan pestisida (pesticide
controls). Penggunaan pestisida boleh dilakukan apabila cara pertama sudah
digunakan tetapi belum memberikan hasil optimal.
Menurut Subaidi et al. (2014), nilai AKE adalah tingkat kepadatan
populasi hama yang merupakan titik impas antara biaya pengendalian dan
hasil yang terselamatkan bila dilakukan pengendalian. Karena itu, perlu
penentuan tingkat kepadatan populasi hama yang menjadi dasar untuk
pengambilan keputusan pengendalian hama. Semakin cepat laju peningkatan
populasi hama semakin besar jarak nilai AE di bawah nilai AKE dan apabila
sifat dinamika populasi hama kurang diketahui maka nilai AE ditetapkan
sedikit di bawah nilai AKE.
Berdasarkan hasil kerusakan yang ditimbulkan pada serangan hama
belalang dengan ambang kerusakan dapat diketahui masih dalam ambang
kendali yaitu 32,5-38,33%. Hal ini perlu diperhatikan agar tidak
menimbulkan kerusakan yang semakin besar dengan mengendalikannya
menggunakan agen pengendali hayati. Secara sistematis ambang ekonomi
dihitung sebagai berikut:
AE = (BP)/(HK ×KH)
Di mana:
AE = Ambang Ekonomi (serangga/m2)
BP = Biaya Pengendalian/Aplikasi Pestisida (Rp/ha)
HK = Harga Komoditi (Rp/kg)
KH = Kehilangan Hasil (kg/ha/serangga/m2 atau pohon atau tanaman)
Biaya pengendalian atau aplikasi pestisida tergantung pada harga
pestisida, tenaga kerja, alat-alat, dan biaya lainnya. Harga komoditi
cenderung tidak stabil, bervariasi pada setiap pasar, bervariasi pada setiap
bulan, dan tergantung kualitas produk. Kehilangan hasil berhubungan
26

dengan kepadatan populasi serangga. Satu hal yang harus diingat bahwa
kerusakan pada satu tanaman tidaklah selalu mengakibatkan kehilangan
hasil.
Pada sampel tanaman jagung yang diamati, dapat diidentifikasi bahwa
hama yang menyerang didominasi oleh ulat grayak. Ulat grayak umumnya
menyerang pada malam hari, sedangkan pada siang hari ulat ini bersembunyi
di bawah tanaman, mulsa atau dalam tanah. Gejala tanaman terserang ulat
grayak adalah daun rusak terkoyak, berlubang tidak beraturan, terdapat
kotoran seperti serbuk gergaji dan pada serangan berat daun menjadi gundul.
Ulat grayak merupakan hama invasif. Hama ulat grayak menyerang tanaman
jagung mulai dari umur 7 hari setelah tanam hingga usia panen. Menurut
Lubis et al., (2020), hama ini menyerang titik tumbuh tanaman yang dapat
mengakibatkan kegagalan pembetukan pucuk/daun muda tanaman. Larva S.
frugiperda memiliki kemampuan makan yang tinggi. Larva akan masuk ke
dalam bagian tanaman dan aktif makan disana, sehingga bila populasi masih
sedikit akan sulit dideteksi.
Ada beberapa rekomendasi untuk pengendalian hama ulat grayak
sebagai berikut:
1. Rotasi tanaman untuk memutus daur hidup hama.
2. Pengolahan tanah yang baik (selama 1 bulan) untuk mengangkat
kepompong hama dari dalam tanah agar mati terjemur oleh sinar matahari
3. Pemasangan perangkap berferomon, feromon Exi sebanyak 20 buah per
hektar
4. Pemasangan lampu perangkap sebanyak 30 buah per hektar
5. Penyemprotan insektisida jika kerusakan daun telah mencapai 5%
6. Penyemprotan insektisida jika populasi kelompok telur telah mencapai 1
kelompok atau 10 tanaman
7. Penyemprotan insektisida jika tangkapan ngengat oleh Feromon Exi telah
mencapai 30 ngengat/ 3 malam.
27

Pengendalian ulat grayak pada jagung juga dapat dilakukan dengan


pembuatan pestisida nabati (botani). Pemanfaatan pestisida nabati dan
cendawan entomopatogen dapat menjadi solusi dalam usaha pengendalian
hama ulat grayak tanpa merusak ekosistem pertanian. Untuk pestisida hayati
bisa dilakukan dengan penyemprotan NPV / antigra, dan agen hayati
metarizium, dan dapat pula disemprot dengn air gula pada pupus daun,
tujuannya untuk memancing semut agar memakan hama ulat. Pengendalian
dengan penggunaan virus juga sangat efektif. NPV (Nuclear Polyhedrosis
Virus) yaitu berupa ulat grayak yang mati sendirinya yang diakibatkan oleh
virus. SL NPV dalam bentuk suspensi cair maupun dalam bentuk tepung
(wettable powder, WP), diaplikasikan sebagaimana aplikasi insektisida
kimia, yaitu dengan menggunakan alat semprot konvensional maupun
sprayer gendong/knapsack.
Tanaman jagung yang diamatipun teridentifikasi terkena penyakit
tanaman. Menurut Girsang et al. (2020), tanaman jagung memiliki banyak
jenis penyakit terutama disebabkan patogen jamur maupun bakteri. Salah
satu jenis penyakit yang sering menyerang tanaman jagung adalah penyakit
hawar daun. Penyakit hawar daun pada tanaman jagung ini biasanya
menyerang pada tiap fase pertumbuhan, akan tetapi serangan pada umumnya
akan dimulai ketika tanaman jagung selesai melakukan penyerbukan atau
pada fase akhir dari pembungaan. Ada beberapa rekomendasi untuk
pengendalian penyakit hawar daun sebagai berikut:
1. Melakukan rotasi tanaman atau pergiliran tanaman, dengan menanam
selain jagung, sehingga saat kembali menanam jagung, jamur penyebab
hawar daun yang tersisa pada penanaman sebelumnya sudah terurai.
2. Pengolahan tanah intensif yaitu pengolahan tanah secara baik sehingga
puing-puing atau bekas tanaman jagung pada musim penanaman
sebelumnya dapat terdegradasi dengan baik, sehingga sisa jamur yang
28

masih bertahan pada bekas tanaman sebelumnya dapat dimusnahkan pada


saat pengolahan tanah.
3. Penggunaan varietas tahan, karena varietas tahan tersebut mempunyai
kemampuan untuk menolak atau menghindar, sembuh kembali dan
mentolelir dari serangan hama atau penyakit yang tidak dipunyai oleh
tanaman lain yang sejenis dan pada tingkat serangan yang sama.
4. Gunakanlah fungisida untuk mengendalikan jamur Helminthosporium
turpicum penyebab hawar daun. Fungisida yang dapat digunakan adalah
fungisida dengan bahan aktif azoksistrobin dan difenokonazol seperti
merek dagang Amistartop 325 SC, atau berbagan aktif Propineb
seperti Antracol 70 WP, atau bisa juga menggunakan fungisida berbahan
aktif tembaga oxida seperti NORDOX 56 WP dan sebagainya.
Penggunaan fungisida ini selain untuk pengobatan bisa juga digunakan
sebagai pencegahan dengan mengaplikasikannya pada usia tanaman
jagung 35-40 HST.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Pengelolaan Hama dan
Penyakit Tanaman adalah sebagai berikut:
a. Lahan pengamatan tersebut memiliki luas 500 m2 dan ditanami komoditas
tanaman pangan yaitu padi. Jarak tanam yang digunakan adalah 70 cm x 50
cm dan jumlah populasi tanaman yang dihitung secara manual kira – kira
sebanyak 4760 tanaman. Setiap musim lahan tersebut hanya ditanami
komoditas jagung saja.
b. Organisme pengganggu tanaman yang ada di lahan pengamatan adalah
Belalang (Oxya intricata), , Ulat Grayak (Spodoptera sp.), dan Ngengat
(Spodoptera frugiperda).
c. Musuh alami yang terdapat di lahan pengamatan antara lain Kumbang
(Coccinellidae), Capung (Orthetrum Sabina), dan Semut Hitam
(Monomorium minimum).
d. Hama utama yang ada di lahan pengamatan adalah Ulat Grayak
(Spodoptera sp.) dan pada setiap minggunya jumlah serangan mengalami
fluktuasi serta intensitas serangan hama pada tanaman jagung cenderung
meningkat drastis.
e. Serangan hama pada belalang dengan ambang kerusakan dapat diketahui
masih dalam ambang kendali yaitu 32,5-38,33%.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
a. Untuk petani sebaiknya juga perlu memperhatikan aspek abiotik dalam
melakukan pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman.
b. Pengurangan penggunaan pestidida perlu dilakukan agar terciptanya sistem
pertanian yang berkelanjutan.

28
29

c. Untuk praktikum sebaiknya disusun dan direncanakan terlebih dahulu


secara matang dengan koordinasi dari dosen – dosen yang bersangkutan,
baru setelahnya bisa disosialisasikan melalui asistensi ke praktikan.
d. Untuk co – assisten praktikum, terimakasih banyak sudah dibimbing
hingga di akhir praktikum, hanya saja untuk format draftnya bisa diperjelas
lagi supaya praktikan tidak bingung.
DAFTAR PUSTAKA

Djaenuddin N, Suriani S, Talanca AH. 2018. Kombinasi biopestisida formulasi


Bacillus subtilis BNt8 dan pestisida nabati untuk pengendalian penyakit hawar
daun Bipolaris maydis pada jagung. J Penelitian Pertanian Tanaman Pangan
2(1): 43-49. http://dx.doi.org/10.21082/jpptp.v2n1.2018.p43-49
Girsang W, Purba J, Daulay S. 2020. Uji aplikasi agens hayati tribac mengendalikan
pathogen hawar daun (Helminthosporium Sp.) tanaman jagung (Zea mays L.). J
Ilmiah Pertanian 17(1). https://doi.org/10.31849/jip.v17i1.4614
Moekasan, T. (2012). Penerapan ambang pengendalian organisme pengganggu
tumbuhan pada budidaya bawang merah dalam upaya mengurangi penggunaan
pestisida. J Hortikultura 22(1). https://doi.org/10.21082/jhort.v22n1.2012.p47-56
Laraswati R, Kulsum U, Ramdan EP. 2021. Efikasi ekstrak sirih, rimpang lengkuas,
dan kunyit terhadap penekanan pertumbuhan Xanthomonas oryzae. J Ilmiah
Pertanian dan Kehutanan 8(1): 53-65. https://doi.org/10.33084/daun.v8i1.2245
Lubis AAN, Anwar R, Soekarno BP, Istiaji B, Sartiami D, Irmansyah, Herawati D.
2020. Serangan ulat grayak jagung (Spodoptera frugiperda) pada tanaman
jagung di desa petir , kecamatan daramaga , kabupatem bogor dan potensi
pengendaliannya menggunakan metarizhium rileyi. J Pusat Inovasi Masyarkat,
2(6).
Septian RD, Afifah L, Surjana T, Saputro NW, Enri U. 2021. Identifikasi dan
efektivitas berbagai teknik pengendalian hama baru ulat grayak Spodoptera
frugiperda JE Smith pada tanaman jagung berbasis PHT-Biointensif. J Ilmu
Pertanian Indonesia 26(4): 521-529. https://doi.org/10.18343/jipi.26.4.521
Subaidi, Trisoyono AY, Martono E. 2014. Aras kerusakan ekonomi (Ake) larva
Ostrinia furnacalis (lepidoptera: crambidae) pada tiga fase pertumbuhan
tanaman jagung. J Entomologi Indonesia 11(1).
https://doi.org/10.5994/jei,11,1,19-26

28

Anda mungkin juga menyukai