Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGENDALIAN HAMA WERENG COKLAT PADA


KOMODITAS PADI

Disusun Oleh:

Johanna Meidia Avianti 150510160010


Nurul Agustina 150510160018
Fatilla Nur Rahmadhanti 150510160019
Adnan Jati Hurif 150510160116
Hanni Kristi Bintang 150510160130

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Pengendalian Hama Wereng
Coklat pada Komoditas Padi”. Makalah ini merupakan tugas untuk memenuhi mata kuliah
Teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman.
Dalam menyusun makalah ini kami mendapat bimbingan dan dukungan serta
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada
Allah SWT dan kepada:
1. Siska Rasiska,SP., M.Si. sebagai dosen mata kuliah Teknologi Pengendalian Hama
dan Penyakit Tanaman sekaligus pembimbing;
2. Kelompok 3 yang professional serta dapat bekerjasama dengan baik;
3. Kedua orang tua yang telah mendukung penyusun dalam mengerjakan makalah;
4. Serta semua pihak yang telah membantu dalam mengerjakan makalah ini.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan, mendapat balasan dari Allah SWT.
Aamiin. Penyusun menyadari akan adanya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh
karena itu kami berharap adanya kritik dan saran yang dapat memberikan motivasi. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami khususnya bagi para mahasiswa agar dapat
lebih memahami mengenai hama yang menyerang pada tanaman, dan lebih peduli lagi untuk
memelihara dan melestarikan tanaman di lingkungan sekitar.

Jatinangor, November 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 5
BAB 2 PEMBAHASAN .......................................................................................... 6
2.1 Klasifikasi ...................................................................................................... 6
2.2 Bioekologi...................................................................................................... 6
2.3 Serangan ...................................................................................................... 7
2.4 Ambang Ekonomi .......................................................................................... 8
2.5 Pengendalian ................................................................................................ 8
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 12

iii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan teknologi maju dalam pembangunan pertanian tanaman pangan yang


dilaksanakan sejak Pelita I telah mengantar Indonesia mencapai swasembada beras. Telah
menjadi tekad kita bersama untuk melestarikan swasembada tersebut. Diantaranya faktor-
faktor yang mengancam kelestarian swasembada beras adalah jasad pengganggu terutama
hama wereng coklat.

Hama wereng coklat telah lama dikenal sebagai hama pada tanaman padi di Indonesia,
tetapi baru sejak tahun 1970 hama ini meningkat secara drastis menjadi hama utama yang
mengancam produksi beras. Keadaan serangan hama wereng coklat yang sangat merisaukan
merupakan konsekuensi penerapan teknologi maju yang kurang memperhatikan bioekolig
hama dalam usaha mengejar sasaran.

Tersedianya air pengairan yang cukup mendorong petani untuk menanam padi secara
terus menerus, menyebabkan tersedianya makanan dan tempat berkembang biak bagi wereng
coklat secara berkesinambungan.

Penggunaan insektisida yang tidak tepat dari segi jenis, dosis, konsentrasi, waktu dan
cara aplikasinya selain tidak efektif juga dapat menyebabkan resistensi, resurgensi,
munculnya hama sekunder, dan akibat samping lainnya yang tidak diinginkan.

Pengalaman dalam menanggulangi hama wereng coklat sejak musim tanam 1974-1975
sampai saat ini, menunjukkan bahwa pengendalian hama wereng coklat tidak pernah berhasil
bila hanya mengandalkan satu cara pengendalian saja. Oleh karena itu, maka sistem
pengendalian hama terpadu, yaitu sistem pengendalian populasi hama dengan menerapkan
berbagai cara pengendalian yang serasi sehingga tidak menimbulkan kerugian ekonomi dan
aman terhadap lingkungan.

Dalam makalah ini akan dibahas cara pengendaliannya secara luas namun akan lebih
diperinci dalam satu pengendalian saja.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana bioekologi dari hama wereng cokelat?

4
2. Bagaimana wereng cokelat menyerang tanaman padi?
3. Bagaimana cara mengendalikan hama wereng cokelat?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui bioekologi dari hama wereng cokelat


2. Mengetahui cara hama wereng cokelat menyerang tanaman padi
3. Mengetahui cara mengendalikan hama wereng cokelat

5
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi

Klasifikasi Wereng Batang Cokelat

Kerajaan Animalia

Filum Arthropoda

Kelas Insecta

Ordo Hemiptera

Famili Delphacidae

Genus Nilaparvata

Spesies N. lugens

Nama binomial Nilaparvata lugens (Stål,)

2.2 Bioekologi
Wereng cokelat sebelumnya termasuk hama sekunder. Namun saat ini telah menjadi
hama utama yang mampu merusak tanaman pada skala yang luas dalam waktu singkat,
sehingga dapat menyebabkan puso. Disamping itu wereng cokelat merupakan vektor
penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput.

6
Hama wereng coklat merupakan hama utama pada tanaman padi. Hama wereng
batang coklat hidup pada pangkal batang padi. Binatang ini mempunyai siklus hidup antara 3
hingga 4 minggu yang dimulai dari telur (selama 7-10 hari), Nimfa (8-17 hari) dan Imago
(18-28 hari). Saat menjadi nimfa dan imago inilah wereng batang coklat menghisap cairan
dari batang padi.

Dari satu pasang hama wereng coklat dalam 90 hari mampu berkembang biak menjadi
10.000ekor wereng coklat betina. Jika nisbah jantan betina 1:1 maka dari satu pasang wereng
coklat dalam 3 bulan akan menghasilkan keturunan 20.000 ekor. Satu betina wereng coklat
mampu bertelur 100 hingga 500 butir telur yang diletakkan berkelompok dengan masing
masing kelompok antara 3 sampai 21 butir. Waktu yang dibutuhkan untuk menetaskan telur
wereng antara 7 sampai 10 hari. Setelah itu telur wereng coklat akan menetas membentuk
nimfa yang berumur antara 12 hingga 15 hari. Berakhirnya fase nimfa akan membentuk
wereng dewasa atau disebut imago.

Imago wereng coklat ada dua tipe yaitu wereng bersayap panjang dan wereng
bersayap pendek. Hama wereng coklat bersayap panjang akan mampu terbang dan berpindah
jauh dari tanaman satu ke tanaman lain. Wereng coklat bersayap panjang inilah yang menjadi
penyebar populasi hama wereng coklat. Hama wereng coklat mempunyai tipe mulut
pencucuk penghisap yang berupa stilet, alat ini berfungsi untuk menghisap bagian tanaman
yang masih muda dan lunak. Hama ini akan meletakkan telur pada pangkal pelepah daun,
tempat ini pula yang menjadi tempat hidup nimfa wereng coklat.

2.3 Serangan

Wereng batang coklat telah banyak merugikan petani padi bahkan mengakibatkan
puso dan gagal panen. Wereng batang coklat, sebagaimana jenis wereng lainnya, menjadi
parasit dengan menghisap cairan tumbuhan sehingga mengakibatkan perkembangan
tumbuhan menjadi terganggu bahkan mati. Selain itu, wereng batang coklat ( Nilaparvata
lugens ) juga menjadi vektor (organisme penyebar penyakit) bagi penularan sejumlah
penyakit tumbuhan yang diakibatkan virus serta menyebabkan tungro. Ciri ciri tanaman padi
yang diserang hama wereng batang cokelat adalah warnanya berubah menjadi kekuningan,
pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Pada serangan yang parah keseluruhan
tanaman padi menjadi kering dan mati, perkembangan akar merana dan bagian bawah
tanaman yang terserang menjadi terlapisi oleh jamur.

7
Wereng coklat mudah berkembang dan beradaptasi pada suasana lembab, oleh karena
itu biasanya akan menyerang tanaman padi saat awal musim hujan atau musim kemarau
tetapi ada hujan. Jika menyerang tanaman padi berumur 15 hst hama wereng bisa membentuk
dua generasi, sedangkan jika menyerang tanaman padi sekitar umur 30 hst maka dia hanya
mampu hidup satu generasi. Populasi wereng satu generasi akan mencapai puncak saat satu
bulan setelah terjadinya serangan.

2.4 Ambang Ekonomi

Untuk hama wereng ambang ekonominya yaitu 2-5 ekor per rumpun (tergantung
masing-masing daerah, bila endemik bisa lebih rendah lagi). Apabila sudah melebihi ambang
ekonomi tersebut, maka harus dilakukan penyemprotan yang bertujuan untuk menekan
populasi hama wereng tersebut.

2.5 Pengendalian

1. Perbaikan agro ekosistem dengan menggunakan pupuk organik sebanyak-banyaknya,


untuk mendorong peningkatan populasi predator dan patogen. perbaikan agro ekosistem akan
meningkatkan provitas dan mutu produk

2. Persemaian adalah gudang serangga ( bank insect )


1. di persemaian banyak hama tetapi juga banyak musuh alami
2. sandingkan pesemaian dengan tumpukan jerami
3. tutupi pesemaian dengan jerami yang telah disemprot dengan pgpr
4. lakukan pemantauan hama dan musuh alami dengan ayunan tunggal
5. pematang ditanami tanaman yang banyak bunganya, untuk mengundang parasitoid

Dalam upaya untuk konservasi keanekaragaman hayati, pelestarian perbedaan genetik


merupakan prioritas utama. Konservasi musuh alami merupakan salah satu upaya dalam
pelestarian perbedaan genetik tersebut. Dalam konservasi musuh alami ini, tumbuhan liar
sangat dibutuhkan. Tumbuhan liar potensial dimanfaatkan sebagai tanaman refugia bagi
musuh alami.

Refugia adalah pertanaman beberapa jenis tumbuhan yang dapat menyediakan tempat
perlindungan, sumber pakan atau sumberdaya yang lain bagi musuh alami seperti predator
dan parasitoid. Refugia berfungsi sebagai mikrohabitat yang diharapkan mampu memberikan
8
kontribusi dalam usaha konservasi musuh alami. Di daerah tropis, peranan musuh alami
dalam mengendalikan populasi WBC cukup besar. Berdasarkan cara memangsanya, maka
musuhmusuh alami ini digolongkan ke dalam berbagai jenis antara lain :
1. Predator
Musuh alami dari golongan ini memangsa WBC dengan cara berburu dan
membunuhnya secara langsung. Beberapa jenis serangga yang termasuk predator
WBC, yaitu :
a. Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/Tomcat
Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes) atau yang biasa disebut tomcat
merupakan sejenis kumbang (Staphylinidae) dari kelompok Arthropoda.
Kumbang Tomcat ini banyak dijumpai pada sawah dan merupakan musuh alami
dari hama-hama padi. Kumbang tomcat ini pada siang hari aktif berjalan cepat
menyusuri rerumpunan padi untuk mencari makan yaitu hama-hama padi seperti
hama wereng cokelat. Jadi kumbang Tomcat ini adalah serangga yang sangat
bermanfaat bagi para petani.
Tomcat memiliki tubuh yang ramping dan bagian belakang tubuhnya
melengkung ke atas saat berjalan. Tomcat berukuran panjang 7-10 mm dan lebar
0,5-1,0 mm. Bagian kepala tomcat berwarna hitam, memiliki sayap berwarna biru
kehitaman dan hanya menutupi bagian depan tubuh. Bagian toraks dan abdomen
berwarna orange atau merah. Tomcat terdapat pada lingkungan yang lembab,
seperti sawah, tepi sungai, dan rawa-rawa. Telur tomcat diletakkan di dalam
tanah, sehingga larva dan pupanya hidup di dalam tanah. Setelah tomcat dewasa,
kemudian akan keluar dari tanah dan hidup pada tajuk tanaman.

9
Siklus hidup Tomcat dari sejak telur diletakkan hingga menjadi kumbang dewasa
sekitar 18 hari, dengan perincian stadium telur 4 hari, larva 9 hari dan pupa 5 hari.
Kumbang dapat hidup hingga 3 bulan. Seekor kumbang betina dapat
memproduksi telur hingga 100 butir telur.
b. Selain tomcat, terdapat juga beberapa musuh alami wereng coklat yang dapat
menghambat pertumbuhan populasi hama tersebut yang tentunya juga berguna
bagi petani, misalnya kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata), kumbang
Coccinelid (Synharmonia octomaculata), laba-laba harimau (Lycosa sp.), dan
kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis)

2. Parasit telur
Serangga parasit hidup dengan cara memarasit telur WBC. Beberapa jenis
parasit yang sudah diketahui antara lain : Anagrus sp., Gonatocerus sp. dan Oligosita
sp.

3. Patogen serangga.
Musuh alami dari golongan ini membunuh WBC dengan cara penetrasi
sehingga WBC sakit kemudian mematikannya secara perlahan. Beberapa jenis agens
cendawan yang sudah populer dikembangkan sebagai sarana pengendalian yang
bersifat ramah lingkungan antara lain Cendawan Metarhizium sp. yang koloninya

10
berwarna hijau tua dan Cendawan Beauveria bassiana yang koloninya berwarna putih
Telah banyak dilaporkan sistem tanam legowo juga memberikan kontribusi positif
dalam hal pengendalian hama dan penyakit padi. Adanya legowo atau ruang kosong
mampu mempengaruhi keberadaan dan aktivitas hama dan penyakit padi di
hamparan, wereng menjadi kurang aktif berpindah antar rumpun. Variasi iklim mikro
yang terjadi di lingkungan ekosistem padi, diduga kurang mendukung secara biologis
maupun ekologis, sehingga populasi atau tingkat serangan menurun. Adapun tanaman
padi sekarang diciptakan mempunyai banyak anakan sehingga jarak tanam harus
menyesuaikan dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat lewat sistem jajar legowo
2:1 atau 3:1.

Tindak lanjut pendampingan


 fasilitasi pembuatan dan penggunaan pupuk organik, untuk memperbaiki agro
ekosistem
 anjurkan menumpuk jerami di lahan
 fasilitasi pembuatan pesemaian agar ditutupi jerami yang sudah disemprot pgpr
 inventarisasi pesemaian, laporkan ke BPTP, disertai surat permohonan dan
rekomendasi POPT.
 laksanakan gerakan penyemprotan agensia hayati ( bantuan dari BPTP )
 gerakan pemanfaatan galengan dengan tanaman yang banyak bunganya
 inventarisasi kondisi pertanaman padi
 lakukan pengamatan rutin
 tanam varietas tahan wereng cokelat

Perlu diingat pula bahwa penggunaan pestisida sebaiknya mengikuti kaidah-kaidah


pemberantasan hama terpadu (PHT) artinya tepat jenis, tepat dosis dan tepat waktu, karena
jika melanggar justru turut memicu ledakan serangan hama wereng batang coklat.

11
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
Wereng cokelat merupakan hama utama yang mampu merusak tanaman pada skala yang luas
dalam waktu singkat, sehingga dapat menyebabkan puso. Selain itu, wereng cokelat
merupakan vektor penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput. Ciri ciri tanaman padi yang
diserang hama wereng batang cokelat adalah warnanya berubah menjadi kekuningan,
pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil dan akar terlapisi oleh jamur. ambang
ekonominya yaitu 2-5 ekor per rumpun . Salah satu pengendaliannya yaitu dengan
memanfaatkan musuh alaminya. Musuh alami dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu
predator, parasit telur, dan patogen . Contoh musuh alami pada wereng coklat ialah predator
berupa tomcat, parasit telur berupa Anagrus sp , dan patogen serangga berupa Metarhizium
sp.

Saran
Dalam pengendalian hama dan penyakit, petani harus mampu mengidentifikasi
dengan tepat karena apabila terjadi kesalahan dalam pengidentifikasian maka
pengendalian yang dilakukan tidak dapat berlangsung dengan baik. Oleh sebab itu,
identifikasi dengan tepat sangat penting untuk menentukan jenis pengendalian yang
efektif. Petani juga harus mengetahui siklus hidup, cara penyerangan , dll. Selain
itu, pengendalian hama dan penyakit semaksimal mungkin memerhatikan
keseimbangan ekosistem sehingga harus ramah lingkungan salah satu
pengendaliaannya yaitu dengan PHT. Penggunaan pestisida diminimalisisasi karena
bersifat racun.

12
DAFTAR PUSTAKA
Baehaki dan Mejaya. 2014. Wereng Cokelat sebagai Hama Global Bernilai Ekonomi Tinggi
dan Strategi Pengendaliannya. Subang : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Septiana Anggraini, Dkk. 2014. Serangan Hama Wereng dan Kepik pada Tanaman Padi di
Sawah Lebak Sumatera Selatan. Palembang : Universitas Sriwijaya

Baehaki. 2012. Perkembangan Biotipe Hama Wereng Coklat pada Tanaman Padi. Subang :
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Baehaki dan Widiarta. 2010. Hama Wereng dan Cara Pengendaliannya Pada Tanaman Padi.
Subang : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.

Baehaki Surhelan. 2009. STRATEGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU TANAMAN


PADI DALAM PERSPEKTIF PRAKTEK PERTANIAN YANG BAIK (GOOD
AGRICULTURAL PRACTICES). Subang : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.

13
Arifin K. 2011. PENGGUNAAN MUSUH ALAMI SEBAGAI KOMPONEN
PENGENDALIAN HAMA PADI BERBASIS EKOLOGI. Subang : Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi.

14

Anda mungkin juga menyukai