Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Hama Pasca Panen

Kelas : 02 ( Kamis 14.00 – 15.00 )


Asisten : Mega Maharani Nasution

Sitophyllus oryzae PADA BEBERAPA BAHAN SIMPAN


YANG BERBEDA

Disusun Oleh :
Rukhaiya Nurul Hayani
2005109010020

LABORATORIUM ILMU HAMA TUMBUHAN


JURUSAN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2022
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi 90% penduduk Indonesia. Berdasarkan
jenisnya beras dapat dibagi menjadi beras putih, beras merah, beras ketan hitam dan beras
ketan putih. Beras merupakan bahan pangan utama sebagai sumber karbohidrat bagi
sebagian besar masyarakat Indonesia. Petani biasanya pada saat panen menyimpan berasnya
digudang. Selama masa penyimpanan beras yang disimpan akan mengalami kerusakan dan
penyusutan baik secara kuantitas maupun kualitas. Salah satu penyebab menurunnya
kuantitas dan kualitas hasil panen yang disimpan adalah serangan dari hama gudang. Salah
satu hama gudang yang menyerang beras saat pascapanen adalah Sitophilus oryzae
(Kumbang beras) (Yudansha eat al, 2013).

Dua spesies Sitophilus (S.oryzae, S. zeamais, Coleptera: Curculionidae) merupakan


hama utama yang merusak komonitas pertanian dipenyimpanan seperti gandum, jagung, dan
beras. Hama kumbang bubuk beras S.oryzae L. tergolong sebagai hama primer yang mampu
menyerang biji utuh. Serangga dewasa dan larva S. oryzae merusak biji-bijian dengan
memakan karbohidrat dalam butiran biji sehingga terjadi penurunan susut berat pangan dan
konstaminasi produk, mengurangi viabilitas benih, menurunkan nilai pasar, dan mengurangi
nilai gizi (Ashamo, (2006 ) dalam Hendrival dan Lilis (2017).

Kepadatan populasi hama berhubungan erat dengan besarnya kerusakan yang


ditimbulkan. Hama bahan simpan umumnya merupakan hama langsung, yang artinya
kerusakan terjadi langsung pada bahan yang di konsumsi. 5-15% kerusakan diantaranya
disebabkan oleh S. oryzae (Susanti et al, 2017). Kerusakan bahan pangan yang terjadi selama
penyimpanan adalah kerusakan fisik, kimia, mekanik, biologi dan mikrobiologi yang akan
menurunkan mutu hasil pertanian secara kualitatif maupun kuantitatif. Penyebab kerusakan
saat pasca panen yang paling sering terjadi karena serangan hama pascapanen (Lopulalan,
2010).

Menurut Philips dan Throne, (2010) kerusakan yang disebabkan oleh kumbang beras
(S. oryzae L.) berkisar antara 10-20% dari keseluruhan produksi. Menurut Haryadi (2010)
kerusakan hama dapat menimbulkan kehilangan bobot, komponen pangan (nilai nutrisi),
sifat fungsional bahan pangan, mutu, benih, nilai uang, kepercayaan dan kesempatan. S.
oryzae dapat mengkonsumsi beras sampai 0.49 mg per hari. Hilangnya nilai nutrisi dan sifat
fungsional dari bahan pangan pun, akan menghilangkan tingkat kepercayaan konsumen dari
segi ekonomis. Jika kualitas dan kuantitas beras yang diperjual belikan oleh produsen,
termasuk kualitas bawah, maka produk yang akan dihasilkan juga akan menurun kualitasnya.
Secara ekonomi, kerugian akibat serangan hama adalah turunnya harga jual komoditas bahan
pangan (biji-bijian).

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu, untuk mengamati jumlah populasi S. oryzae
yang muncul dari beberapa perlakuan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Beras merupakan komonitas strategis dalam perekonomian dan ketahanan pangan


nasional, sehingga menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Untuk mencapai
sasaran tersebut banyak kendala yang ditemui, salah satu diantaranya adalah faktor
penanganan pascapanen yang tidak tepat. Proses penyimpanan beras digudang merupakan
salah satu mata rantai pascapanen yang sangat penting (Hendrival dan Lilis, 2017). Hal ini
tentu saja tidak terlepas dari hama yang ada pada saat penyimpanan beras, salah satu nya
yaitu S. oryzae.

Coleoptera ialah salah satu ordo dalam kelas insecta dengan jumlah spesies terbesar
(300.000 spesies). Kehilangan hasil panen di Asia akibat infestasi serangga mencapai 25%
(Cramer, 1976). Serangga S. oryzae ialah hama pasca panen utama yang merusak biji-bijian
yang disimpan. Serangga S. oryzae ialah hama primer pada beras. Selain itu S. oryzae juga
menyerang jenis pakan lain misalnya jagung, gandum, kedelai, kacang tanah, kacang kapri,
dan kopra (Kalshoven, 1981). Pakan yang disukai serangga mempunyai tingkat kerusakan
yang lebih besar, hal ini menunjukkan hubungan yang berbanding lurus (linear). Kerusakan
yang terjadi pada bahan simpan tersebut dapat berupa kerusakan kuantitatif seperti
penurunan berat bahan, dan mengakibatkan kerusakan kualitatif seperti perubahan warna,
kontaminasi kotoran, bau tidak enak dan penurunan kandungan gizi.

Dulunya S. oryzae dikenal dengan nama lain yaitu Calandra oryzae L., kemudian
Schoenher (1838), mendeskripsikannya kembali dengan nama S. oryzae. Kumbang beras (S.
oryzae L), merupakan salah satu jenis serangga gudang yang banyak merusak persediaan
beras di tempat penyimpanan. Serangga S. oryzae menyebabkan butiran beras menjadi
berlobang kecil-kecil serta mudah pecah dan remuk bagaikan tepung, sehingga kualitasnya
rendah karena rasanya tidak enak dan berbau apek. Kehadiran hama kumbang beras ini perlu
dikendalikan dengan tepat, agar kualitas dan kuantitas beras dalam simpanan tidak menurun
(Isnaini et al., 2015).

Menurut Brands (2006) klasifikasi hama ini yaitu :

• Kingdom : Animalia
• Fillum : Arthopoda
• Kelas : Insecta
• Ordo : Coleoptera
• Famili : Curculionidae
• Genus : Sitophilus
• Spesies : Sitophilus oryzae

Imago S. oryzae ini berwarna hitam, hitam kecoklatan dan coklat. Imago betina
dapat bertelur sepanjang stadium dewasa. Setiap betina mampu bertelur lebih dari 150 butir.
Telur diletakkan satu per satu dalam lubang yang dibuat oleh serangga betina pada biji yang
diserangnya. Telur dilindungi oleh lapisan lilin/gelatine hasil sekresi serangga betina.
Periode telur berlangsung selama 6 hari pada suhu 25ºC. Setelah menetas, larva segera
memakan bagian biji yang di sekitarnya dan membentuk lubang-lubang gerekan. Larva
terdiri dari empat instar. Periode pupa berlangsung di dalam biji. Serangga dewasa yang baru
muncul segera membuat jalan keluar dengan cara menggerek bagian biji tersebut sehingga
membentuk lubang besar yang karakteristik. Periode perkembangan serangga ini antara 35-
40 hari, tergantung jenis dan mutu biji yang diserangnya (Kalshoven, 1981 dalam Anonim,
2009).

Serangga ini mengalami metamorfosa sempurna (holometabola) yaitu dalam


perkembangan dari telur sampai dewasa melalui empat stadium yaitu telur, larva, pupa dan
imago. Imago merusak butiran bahan dengan bentuk alat mulutnya yang khas yaitu
berbentuk seperti moncong (rostrum), dikhususkan untuk melubangi butiran beras, butiran
jagung atau bebijian lainnya yang keras. Bebijian yang terserang, terutama beras akan
menjadi berlubang-lubang kecil-kecil sehingga mempercepat hancurnya bijian tersebut
menjadi seperti tepung. Kerusakan yang berat mengakibatkan adanya gumpalan-gumpalan
pada bahan pascapanen akibat adaanya/bercampurnya air liur larva dan kotoran yang
dihasilkan oleh serangga (Mallis, 2004; Surtikianti, 2004; Hill, 1990; Kartasapoetra, 1991,
Hilton and Corbet, 1975;).

Aktivitas perkembangbiakan, makan, dan populasi umumnya dilakukan pada malam


hari. Imago betina meletakkan telurnya pada tiap butiran bebijian yang telah dilubanginya
terlebih dahulu. Setiap lubang gerekan diletakkan satu butir telur, selanjutnya lubang
gerekan tersebut ditutup dengan tepung sisa-sisa gerekan yang di rekat dengan zat gelatine
yang sekresikan oleh imago betina. Stadium telur sekitar tujuh hari. Larva yang keluar dari
telur langsung menggerek bebijian (butiran Beras, Jagung dan lain-lain) dan stadium larva
berada dalam biji dan melanjutkan serangannya di dalam biji tersebut. Larva tidak berkaki,
stadium larva berlangsung 7-10 hari. Pupa berada dalam biji sampai menjadi imago. Stadium
pupa berlangsung 7-12 hari. Imago setelah keluar dari pupa akan tetap berada di dalam
lubang/biji sekitar lima hari. Siklus hidup hama ini berlangsung sekitar 31 hari (Sartikanti,
2004; Tjoa Tjien Mo, 1953).

Proses penyimpanan beras merupakan kegiatan penting dalam tahap pascapanen.


Penyimpanan beras dilakukan karena padi dipanen secara musiman, sementara beras
dibutuhkan setiap hari. Penyimpanan beras juga penting dilakukan sebagai ketersediaan
pangan untuk mengatasi masa-masa sulit seperti terjadinya kekeringan dan banjir yang
mengakibatkan gagal panen. Selama proses penyimpanan, beras mengalami penurunan
kualitas dan kuantitas (Anggara dan Sudarmaji, 2008). Penurunan kuantitas dan kualitas
bahan pangan dapat terjadi selama penyimpanan di gudang yang disebabkan oleh serangan
serangga hama. Iklim negara Indonesia yang panas dan lembab, merupakan kondisi yang
sangat baik bagi pertumbuhan serangga hama, sehingga mempercepat proses deteriorasi.
Beras yang disimpan di dalamgudang tradisional maupun gudang modern sering mendapat
gangguan serangga hama sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan dan kehilangan berat
bahan. Besarnya kerusakan dan kehilangan tergantung dari cara serangga hama menyerang
atau merusak. Apabila serangan serangga hama terus berlanjut maka terjadi penurunan mutu
dan menyebabkan kontaminasi pada bahan pangan yang disimpan sehingga tidak layak
untuk dikonsumsi (Lopulalan, 2010).

Menurut (Phillips & Throne, 2010) kerusakan yang disebabkan oleh S. oryzae
berkisar 10-20% dari keseluruhan hasil produksi. Kerusakan beras dapat terus meningkat
jika tidak dilakukan pemeriksaan terhadap sebelum disimpan seperti pemeriksaan kadar air,
karakteristik beras, dan populasi awal serangga hama pada beras. Keberadaan populasi awal
dari seranggan hama dapat menyebabkan peningkatan kerusakan beras dari sisi kuantitas
dan kualitasnya selama penyimpanan. Kerugian akibat serangga hama pascapanen dapat
dipengaruhi oleh kepadatan populasi serangga hama pascapanen yang berasosiasi dengan
bahan pangan di penyimpanan (Tefera et al., 2011).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini yaitu, praktikum ini
dilaksanakan pada tanggal 15 September 2022 – 20 Oktober 2022 pukul 14.00 WIB di
Laboratorium Ilmu Hama Tanaman jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis, timbangan, toples,
kain kasa, karet dan lembaran pengamatan.
3.2.2 Bahan
Adapaun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu beras merah, beras putih,
beras ketan putih dan kutu beras (S. oryzae).

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum ini yaitu:
1. Disiapkan 120 ekor imago S. oryzae. Lalu dipisahkan imago jantan dan imago betina.
2. Siapkan toples sebanyak 12 buah.
3. Ditimbang beras putih, beras ketan putih, dan beras merah masing-masing sebanyak
100 gram.
4. Lalu dimasukkan beras putih, beras kentan putih dan beras merah yang telah
ditimbang ke dalam toples yang telah disediakan.
5. Setelah dimasukkan imago S. oryzae kedalam toples sebanyak 5 ekor imago jantan
5 ekor imago betina kemudian ditutup dengan menggunakan kain kasa.
6. Lalu perlakuan tersebut didiamkan selama satu minggu untuk mendapatkan individu
baru.
7. Setelah satu minggu, keluarkan semua imago dan masukkan kedalam wadah yang
telah di isi air.
8. Lalu diamati kembali populasi S. oryzae selama 4 minggu hitung dan catat beberapa
imago baru yang muncul pada setiap perlakuan.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Adapun hasil pengamatan yang telah dilakukan selama 4 minggu pengamatan ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan 4 ulangan dan data yang
diperoleh dianalisi dengan Analisi Sidik Ragam dengan taraf 5% bila berpengaruh nyata
maka di lanjutkan dengan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil).

Tabel 1. Populasi S.oryzae setelah 4 minggu pada media simpan yang berbeda.
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III IV
Beras Putih (P1) 0 0 0 0 0 0
Beras Merah (P2) 2 1 1 4 8 2
Ketan Putih (P3) 0 1 0 1 2 0,5
Jumlah 2 2 1 5 10 0,83

Berdasarkan Analisi Sidik Ragam, populasi S. oryzae pada 3 bahan simpan yang
berbeda berpengaruh nyata terhadap populasi S. oryzae.

Tabel 2. Hasil Analisi Sidik Ragam pada parameter pengamatan.


Sumber Derajat Jumlah Kuadrat
Ftabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah Fhitung
5% 1%
(SK) (DB) (JK) (KT)
Perlakuan 2 8,667 4,333
5,571* 4,256 8,021
Galat 9 7,000 0,778
Total 11 15,667
Keterangan : * = berbeda nyata ** = berbeda sangat nyata
tn = tidak nyata

Hasil uji t perbedaan antara populasi S. oryzae dengan bahan simpan yang berbeda
menunjukkan nilai Fhit 5,571 < Ttabel1% 8,021, maka dapat dikatakan populasi kumbang
beras berbeda nyata terhadap perbedaan media simpan yang berbeda maka dilanjutkan
dengan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) seperti tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji BNT pada parameter rata-rata populasi kumbang beras (S. oryzae) pada
setiap media simpan yang berbeda.
No. Perlakuan Jumlah rata-rata populasi S. oyzae
pada media simpan berbeda
1 Beras putih (P1) 0a
2 Ketan putih (P3) 0,5 a
3 Beras merah (P2) 2b
BNT 5% = 1,409
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak
nyata pada uji BNT taraf 0,05

4.2 Pembahasan

Hasil pengamatan tentang populasi S. oryzae terhadap bahan simpan yang berbeda
menunjukkan rata-rata populasi S. oryzae dari yang terbesar sampai yang terkecil yaitu pada
beras merah 2, ketan putih 0,5 dan beras putih 0 dan dapat di lihat pada Tabel 1.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam sidik ragam populasi S. oryzae terhadap tiga
bahan simpan yang berbeda menunjukkan bahwa, bahan simpan yang berbeda berpengaruh
nyata terhadap populasi S. oryzae (Tabel 2) sehingga dilakukan Uji Lanjut BNT. Pada Tabel
3 hasil penelitian menujukkan bahan simpan dengan menggunakan beras putih tidak berbeda
nyata dengan ketan putih tapi berbeda nyata dengan beras merah dan dapat disimpulkan
perbedaan bahan simpan dapat mempengaruhi populasi kumbang beras (S. oryzae).

Pada pengamatan (Tabel. 1) beras putih tidak ada imago baru yang muncul dan di
ketan putih terdapat 2 imago baru yang mucul ini disebabkan karena masa kovulasi S. oryzae
relatif lebih lama bila dibandingkan dengan hama gudang lainnya (Azwan dan Marjun, 2009)
dan Hendrival (2019) mengatakan siklus hidup S. oryzae dari penetapan telur sampai
menjadi imago baru memerlukan waktu selama 6 minggu. Sedangkan pada beras merah
didapatkan jumlah imago yang baru muncul sebanyak 8 ini disebabkan saat pengeluaran
semua imago setelah satu minggu praktikan kurang teliti saat pemindahan karena warna
beras merah dengan warna S. oryzae hampir sama dan menyebabkan terjadinya
perkembangan S. oryzae pada beras meras dengan ditandai ada tanda-tanda imago muda
yang muncul.

Morfologi S. oryzae L. imago muda biasanya berwarna coklat merah dan imago tua
berwarna hitam. Pada kedua sayap depannya terdapat 4 bintik kuning kemerah-merahan dan
sayapnya terdapat 2 bintik. Kumbang beras ini mempunyai moncong panjang, warna cokelat
kehitaman dan kadang-kadang ada 4 bercak kemerahan pada elytranya, umurnya dapat
mencapai 5 bulan. Jika akan bertelur, kumbang betina membuat liang kecil dengan
moncongnya sedalam kurang lebih 1 mm. Kumbang betina menggerek butiran beras dengan
moncongnya dan meletakkan sebutir telur lalu lubang itu ditutup dengan sekresi yang keras.
Masa kovulasi relatif kumbang beras lebih lama dibandingkan dengan hama gudang lainnya
(Surtikanti, 2004).

Telur kutu beras berbentuk oval berwarna kuning lunak dan licin bentuk ujung telur
agak bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm. Kutu beras meletakkan telur di dalam butiran
beras dengan terlebih dahulu membuat lubang menggunakan rostumnya, setelah telur
diletakkan di dalam bekas gerekan kemudian ditutup denga suatu zat warna putih (gelatin)
yang merupakan salivanya sehingga dari luar tidak kelihatan. Gelatin berfungsi melindungi
telur dari kerusakan dan dimangsa oleh predator lainnya. Stadium telur 3 hari dalam satu
hari dapat bertelur sebanyak 25 butir, perhari rata-rata kutu beras dapat bertelur sebanyak 4
butir (Saenong, 2005).

Larva hidup dalam butiran tidak berkaki berwarna putih dengan kepala kekuning -
kuningan atau kecoklatan dan mengalami 4 instar. Pada instar terakhir panjang larva lebih
kurang 3 mm, setelah masa pembentukan instar selesai, larva akan membentuk kokon denga
mengeluarkan ekskresi cairan ke dinding endosperm agar dindingnya licicn dan membentuk
tekstur yang kuat. Larva dapat mengkonsumsi 25% berat bagian dalam hujan (Parinduri,
2010).

Pembentukan pupa biasanya terjadi dalam biji dengan cara membentuk ruang pupa
dengan mengekskesikan cairan pada dinding liang gerak. Stadium pupa berkisar antara 5-8
hari. Imago yang terbentuk tetap berada dalam biji selama sekitar 2-5 hari, sebelum membuat
lubang keluar yag relatif besar dengan moncongnya. Imago dapat hidup cukup lama tanpa
makanan selama 36 hari, imago dapat menghasilkan telur sekitar 300-400 butir selama satu
siklus hidupnya (Enda, 2017). Siklus hidup hama kutu beras selama 30-45 hari pada kondisi
optimum yaitu pada suhu 29ºC, kadar air biji 14% dan pada kelembapan 70%. Imago dapat
hidup cukup lama tanpa makan sekitar 36 hari (Sitepu et al, 2004).

Sitophilus oryzae L. atau biasa disebut kutu beras dikenal sebagai kumbang bubuk
beras, hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas diberbagai tempat di dunia. Kerusakan
yang ditimbulkan oleh kutu beras ini termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama
paling merugikan produk pepadian. Kutu beras bersifat polifa bubuk beras selain merusak
butiran beras, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gablek, kopra, dan buturan
lainnya. Kerusakan yang diakibatkan oleh kutu beras dapat tinggi pada keadaan tertentu
sehingga kualitas beras menurun. Biji-biji hancur dan berdebu dalam waktu yang cukup
singkat, serangan hama dapat mengakibatkan perkembangan jamur sehingga produk beras
rusak, bau apek yang tidak enak dan tidak dapat dikonsumsi. Akibat dari serangan kutu beras
menyebabkan butir-butir beras menjadi berlubang kecil-kecil. Sehingga mengakibatkan
beras menjadi mudah pecah dan remuk menjadi tepung (Sibuea, 2010).

Kerusakan pada beras meliputi penurunan berat beras, kandungan nutrisi, dan
kerugian ekonomi seperti penurunan pendapatan petani. Kerusakan beras akibat serangan S.
oryzae dipengaruhi oleh waktu penyimpanan dan pupulasi S. oryzae selama penyimpanan
beras. Beras yang sudah terserang S. oryzae dalam populasi rendah tetap disimpan dalam
jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan beras yabg tinggi. Hama S. oryzae
memiliki kekhususan makanan pada beras dan paling dominan menimbulkan kerusakan
pada beras. Pengetahuan periode penyimpanan beras yang berdampak terhadap
perkembangan populasi S. oryzae dan kerusakan beras dapat dimanfaatkan sebagai acuan
bagi masyarakat untuk tidak menyimpan beras dalam jangka waktu yang lama.

Penyimpanan beras yang dilakukan oleh petani secara sederhana dengan jumlah
terbatas untuk kebutuhan pangan keluarga, sedangkan pedagang dan unit penggilingan padi
dapat menyimpan beras dalam jangka waktu yang lama sambil menunggu harga yang baik.
Proses penyimpanan beras dalam skala besar juga dilakukan oleh Badan Urusan Logistik
(BULOG) sebagai jaminan penyediaan pangan nasional. Penyebab kerusakan beras selama
penyimpanan yang paling banyak terjadi karena serangan hama pascapanen. Kerusakan
beras yang disimpan oleh serangga hama terdiri terutama pada susut berat, kontaminasi
produk dengan serangga yang hidup atau mati. dan penurunan kandungan gizi (Caneppele
et al., 2003). Berbagai jenis serangga hama pascapanen yang menyerang beras di Indonesia
yaitu S.oryzae, S. zeamais, Corcyra cephalonica, Plodia interpunctella, Ephestia elutella,
Cryptolestes ferrugineus, Oryzaephilus surinamensis (Anggara & Sudarmaji, 2008).

Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu menjaga kebersihan gudang, menurunkan


tingkat kadar air. Kadar air meningkat, kondisi lingkungan makin baik untuk serangga
sehingga ketahanan hidupnya pun meningkat. Sebaliknya, ketahanan hidup hama
pascapanen menurun bila kadar air biji rendah.
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu:
1. S. oryzae merupakan hama utama pada beras dan merupakan masalah utama saat
pascapanen.
2. S. oryzae merupakan hama kosmopolit yang mana keberandaan hampir ada diseluruh
dunia.
3. Siklus hidup S. oryzae berlangsung selama 25 hari pada kondisi optimum pada suhu
300C dan RH 70%
4. Kerusakan yang ditimbulkan dari S. oryzae ini sampai 10-25%.
5. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu menjaga kebersihan gudang, menjaga
kadar air.

5.2 Saran
Sebaiknya praktikum populasi S. oryzae pada bahan simpan yang berbeda saat
penggabungan imago jantan dan imago betina dilakukan selama 3 minggu karena masa
kopulasi S. oryzae lebih lama dengan hama gudang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anggara AW dan Sudarmaji. 2008. Hama Pascapanen padi dan pengendaliannya. Di


dalam: Darajat AA, Setyono A, Makarim AK, and Hasanuddin A. (eds.). Padi:
inovasi Teknologi Produksi. Jakarta: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. LIPI
Press. hlm. 441–472.

Ashamo MO. 2006. Relative susceptibility of some local and elite rice varieties to the rice
weevil, Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae). Journal of Food,
Agriculture & Environment 4(1): 249–252.

Campbell JF. 2002. Influence of seed size on exploitation by the rice weevil, Sitophilus
oryzae. Journal of Insect Behavior 15(3): 429–445.

Cramer, H. H. 1967. Plant Protection and World Crop Production. Farben fabriken. Bayer.
AG, Leverhusen, Germany. p 524.

Haryadi, Y. 2010. Peranan Penyimpanan Dalam Menunjang Ketahanan Pangan. Bogor:


Artikel Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor.

Hendrival & Lilis, M. 2017. Pengaruh Kepadatan Populasi Sitophilus oryzae (L.) Terhadap
Pertumbuhan Populasi dan Kerusakan Beras. Jurnal Biospecies. Vol. 10. No. 1.

Hendrival. 2019. Pertumbuhan Populasi Sitophilus oryzae (Coleptera:Curculionidae dan


Karakteristik Kehilangan Bobot pada Beras. Jurnal Agista. UGM. Vol 23 No.2.

Hill, D.S. 1990. Pests of Stored Products and Their Control. CRC Press, Inc. Publishers.
Boca Raton. Ann Arbor. Boston.

Hinton, H.E. and A.S. Corbet. 1975. Common Insect Pests Of Stored Food Product. A Guide
to Their Identification. 5 th Edition. British Museum (Natural History) Economic
Series No. 15. Trustees of the British Museum (Natural History). London.

Isnaini, M. Pane, E. R. dan Wiridianti, S. 2015. Pengujian Beberapa Jenis Insektisida Nabati
Terhadap Kutu Beras (Sitophilus oryzae L). Jurnal Biota Vol.1 No.1

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.
Kartasapoetra, A.G. 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Penerbit Rineka Cipta.
Cetakan Kedua. Jakarta

Lopulalan, CGC. 2010. Analisa ketahanan beberapa varietas padi terhadap serangan hama
gudang (Sitophilus zeamais Motschulsky). Jurnal Budidaya Pertanian. vol 6(1): 11–
16.

Mallis, A. 2004. Handbook of Pest Control. The Behavior, Life History and Control of
Household Pests. Ninth Edition. Janie Johns, Wild Rice Press, Inc. GIE Media, Inc

Parinduri, M.A. 2010. Uji Efektivitas Beberapa Rimpang Zingiberaceae Terhadap


Pengendalian Kumbang logong (S. oryzae L.) (Sitophylus oryzae L.) (Coleoptera:
Curculionidae) Di Laboratorium. Skripsi. Departemen Ilmu Hama dan Penyakit
Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22516/7/ Cover.pdf., diakses Maret
4.

Phillips TW & Throne JE. 2010. Bio-rational approaches to managing stored product.
Annual Review of Entomology vol 55: 375–397.

Phillips TW and Throne JE. 2010. Biorational approaches to managing stored product.
Annual Review of Entomology. vol 55: 375–397.

Saenong, M.S dan Hipi, A., 2005. Hasil-Hasil Teknologi Pengelolaan Hama Kumbang
Bubuk S.zeamays Motch (Coleoptera: Curculionidae) pada tanaman jagung.
http://ntb.litbang.deptan.go.id/2005/TPH/hasilhasil.doc., diakses Maret 4.

Sibuea, P., 2010, Korelasi Populasi Sitophylus oryzae L. (Coleoptera:Curculionide) Dengan


Beberapa Faktor Penyimpanan Beras Bulog Di Medan, Skripsi, Fakultas Pertanian,
USU, Medan.

Sitepu, S. F., Zulnayati dan Yuswani, P., 2004. Patologi Benih Dan Hama Pasca Panen.
Fakultas Pertanian USU, Medan. Hal 27-30

Surtikanti. 2004. Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera: Curculuionidae)


dan Strategi Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros 90514.
Jurnal Litbang Pertanian, 23/4/2004.
Susanti, Yunus, M. dan Pasaru, F. 2017. Efektifitas Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus
amaryllifolius roxb) terhadap Kumbang Beras (Sitophylus oryzae L.). Jurnal
Agroland 24 (3) : 208 – 213.

Tefera T, Mugo S, & Likhayo P. 2011. Effects of insect population density and storage time
on grain damage and weight loss in maize due to the maize weevil Sitophilus zeamais
and the larger grain borer Prostephanus truncates. African Journal of Agricultural
Research 6(10): 2249–2254.

Tjoa Tjien Mo. 1953. Memberantas Hama-Hama Padi di Sawah dan di Dalam Gudang.
Noordhoff, Jakarta.

Yudansha, A., Toto, H., & Ludji, P.A. (2013). Perkembangan dan Pertumbuhan Sitophilus
oryzae L. (Coleptera : Curculionidae) Pada beberapa Jenis Beras Dengan Tingkat
Kelembaban Lingkungan Yang Berbeda. Jurnal HPT. Vol. 1. No. 3.
LAMPIRAN

Gambar 1. Beras putih ditimbang 100 Gambar 2. Beras ketan putih ditimbang 100
gr gr

Gambar 3. Beras merah ditimbang 100 Gambar 4. Beras (4 ulangan)


gr
Gambar 5. Pemisahan imago S. oryzae Gambar 6. Investasi S.oryzae ke dalam
jantan dan betina masing-masing bahan di toples

Gambar 7. Beras yang sudah di Gambar 8. Menghitung jumlah populasi


investasikan imago S. imago S.oryzae yang muncul
oryzae
Gambar 9. Data yang didapatkan dari SPSS

Anda mungkin juga menyukai