Kelompok 2
FAKULTAS PETERNAKAN
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang telah diberikan sehingga Laporan Praktikum Pemeliharaan Ulat
Hongkong ini bisa terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Adapun tujuan
disusunnya laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Produksi Satwa Harapan di semester 5 tahun 2019.
Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras kami semata,
melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan ini, terkhusus kepada :
1. Ibu Dr Yuni Cahya Endrawati, SPt MSi sebagai dosen pengampu mata
kuliah Produksi Satwa Harapan;
2. Bapak Winarno, STP serta bapak Sahat Sirait, AMd sebagai asisten
pengampu mata kuliah Produksi Satwa Harapan;
3. orang tua dari anggota-anggota kelompok 2 praktikum Produksi Satwa
Harapan pagi yang telah membantu dalam materil maupun moril;
4. para anggota kelompok 2 praktikum Produksi Satwa Harapan pagi yang
telah bekerja sama dengan baik, serta pihak-pihak lain nya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
kami sebagai tim penyusun menerima kritik dan saran yang membangun agar
laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Kami berharap, laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Tim Penyusun
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ulat Hongkong atau dalam bahasa lain dikenal dengan Meal Worm atau
Yellow Meal worm merupakan larva dari serangga yang bernama latin Tenebrio
molitor. Serangga ini merupakan hama pada produk biji-bijian atau serealia.
Pemeliharaan ulat hongkong tidak terlalu rumit media pemeliharaan berupa
campuran dedak halus, onggok dan bungkil-bungkilan. Tempat pemeliharaannya
berupa ember plastik atau baskom. Ulat hongkong dapat diternakkan dan dijadikan
komoditi yang dapat diperjualbelikan. Kandungan nutrisi yang tinggi pada ulat
tersebut yaitu sekitar 48% protein dan 40% energy (Purwakusuma, 2007).
Tujuan
Ulat hongkong merupakan larva serangga dari jenis Tenebrio molitor yang
sekarang ini banyak dibudidayakan sebagai pakan burung. Namun tidak banyak
orang mengetahui bahwa Ulat hongkong juga memiliki kandungan protein yang
lebih tinggi dan kandungan lemak yang lebih rendah dibandingkan dengan danging
sapi dan telur ayam (Ghaly. Et.al 2009). Tingginya kandungan protein pada ulat
hongkong membuat ulat hongkong menjadi salah satu hewan yang dapat menjadi
sumber protein alternatif di masa depan (Satya. Et.al 2018).
Ulat Hongkong mempakan pakan pakan fevorit olah para petemak burung.
Dean hias atau burung kicau agar memiliki daya tarik dan kicau khas. Kandungan
nutrisinya protein kasar mencapai 48%, lemak kasar 40%, abu hingga 3%, kadar air
mencapai 57% dan kandungan ekstra non nitrogen sebesar 8%. Dengan kandungan
nutrisi yang bisa bembah tergantung pakan ulat (Heri, 2015).
Tenebrio molitor memiliki habitat yang sangat luas, larva biasanya hidup di
sisa-sisa tanaman atau jamur yang membusuk, terkadang menjadi predator dengan
memangsa hewan lain dengan ukuran yang lebih kecil. Selain itu juga hidup pada '
kayu-kayu yang membusuk, disarang semut bahkan pada daerah berpasir.
(Haryanto. 2013).
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kotak untuk wadah
pemeliharaan ulat hongkong. Kemudian saringan halus untuk menyaring kotoran.
Kemudian wadah dan timbangan untuk mengetahui bobot ulat hongkong. Selain itu
ada golok atau pisau untuk mengiris batang pisang.
Bahan
Prosedur
Hasil
Tabel 2 Rata-rata panjang dan lebar tubuh ulat hongkong (Tenebrio molitor)
1.8
1.6
1.4
1.2 Kotak 1
1
0.8 Kotak 2
0.6
0.4
0.2
0
7 (17/10/19) 8 (24/10/19) 9 (31/10/19)
Minggu ke-
Grafik 2. Hasil penimbangan berat ulat hongkong (Tenebrio molitor)
3
2.5
2
1.5 Kotak 1
1
Kotak 2
0.5
0
7 (17/10/19) 8 (24/10/19) 9 (31/10/19)
Minggu ke-
20
Panjang ulat (mm)
15
Kotak 1
10
Kotak 2
0
7 (17/10/19) 8 (24/10/19) 9 (31/10/19)
Minggu ke-
Pembahasan
Pemeliharaan ulat hongkong dilakukan selama tiga minggu yaitu pada praktikum
minggu ke-7, ke-8 dan ke-9 sebanyak dua kotak dengan disertai pemberian pollard
sebagai pakan sebanyak 400 gram tiap harinya. Berdasarkan hasil praktikum
pemeliharaan ulat hongkong (Tenebrio molitor) yang dilakukan selama tiga minggu
di kandang C Fakultas Peternakan IPB, dapat diketahui bahwa adanya penurunan
bobot ulat pada tiap kotak. Bobot ulat pada kotak 1 dan 2 berada diposisi tertinggi
pada minggu ke-7, yaitu dengan bobot ulat masing-masing 3.53 kg dan 3.8 kg.
Bobot ulat pada kotak 1 dan kotak 2 mengalami penurunan pada minggu ke-8
menjadi 3.19 kg dan 3.57 kg. Kemudian kotak 1 mengalami kenaikan bobot
kembali pada minggu ke-9 menjadi 3.41 kg, sedangkan bobot ulat pada kotak 2
terus menurun hingga 2.94 kg. Penurunan bobot ulat pada minggu ke-8 dapat terjadi
karena ukuran ulat yang terus tumbuh sehingga terjadinya kepadatan ulat dalam
luasan kotak yang menyebabkan ulat mati. Selain itu dapat pula disebabkan oleh
adanya predator yang bercampur pada kotak ulat.
Apriani R. 2006. Performans ulat Tepung (Tenebrio molitor L.) pada ketebalan
media dan kepadatan yang berbeda. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Borror DJ, Tripplehorn CA, Johnson NF. 1982. Study of Insect. Ed ke-6.
Pengenalan Pelajaran Serangga. [Penerjemah]; Partosoedjono S.
Yogyakarta(ID) :Gadjah Mada Univ Press.
Ghaly AE, Alkoaik FN. 2009. The Yellow Mealworm as a Novel Source of
Protein. American Journal of Agricultural and Biological Sciences. 4 (4):
319-331.
Hartininsih EF, Sari. 2014. Peningkatan Bobot Panen Ulat Hongkong Akibat
Aplikasi Limbah Sayur Dan Buah Pada Media Pakan Berbeda. Buana
Sains. 14(1):56-64.
Heri Nopriyono. 2017. Uji kandungan protein pada pakan ikan buatan dengan
penambahan ulat hongkong (tenebrio militor l) dan pengajaran di SMP
negeri 33 Palembang. [Skripsi]. Palembang(ID): Universitas
Muhammadiyah Palembang.
Hutauruk SM. 2005. Performans ulat tepung (Tenebrio molitor) yang diberi pakan
campuran onggok dan konsentrat selama masa pertumbuhan. [skripsi].
Bogor (ID): Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Purwakusuma. 2007. Pembesaran Ikan Arwana Pada Akuarium. Jakarta (ID): PT.
Agromedia Pustaka.
Putra, Rizema S.2014. Buku pintar budidaya kroto, ulat hongkong dan jangkrik.
Jogjakarta(ID): FlashBook
Rosadi A. 2001. Pengaruh komposisi beberapa jenis pakan terhadap siklus hidup
dan daya produksi telur Cocyra cepholonica Stanton (Lepidoptera,
Pyralidae). [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor.
Salem R. 2002. The Lifecycle of The Tenebrio beetle.
http://www.javafinch.co.uk/feed/live.html.
Nugraha SB, Wahid ABNS, Faulia AG. 2018. Pemberdayaan Peternak Ulat
Hongkong Sebagai Bentuk Urban Farming Melalui Peningkatan
Kapasitas Produksi Di Kota Semarang. SNKPM 2018 (1): 567-570
Sitompul RH. 2006. Pertumbuhan dan konversi ulat tepung (Tenebrio molitor L.)
pada kombinasi konsentrat dengan dedak padi, onggok, dan pollard
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Wiriano. 1985. Pemanfaatan ampas tahu menjadi berbagai macam makanan.
Laporan Penelitian. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Industri Hasil Pertanian.
LAMPIRAN
Gambar 1. Pemberian pakan untuk Ulat Hongkong pada tanggal 17 Oktober 2019