TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Kentang memiliki kadar air yang cukup tinggi sekitar 78%. Setiap 100 g kentang
mengandung kalori 374 kal, protein 0,3 g, lemak 0,1 g, karbohidrat 85,6, kalsium 20
mg, fosfor 30 mg, zat besi 0,5 mg, dan vitamin B 0,04 mg.
6
7
1. Daun
2. Batang
Batang tanaman kentang berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung pada
jenis varietasnya. Batang tanaman memiliki buku–buku, berongga, dan tidak berkayu,
namun agak keras bila dipijat. Diameter batang kecil dengan tinggi dapat mencapai
50–120 cm, batang tumbuh menjalar. Warna batang hijau kemerah-merahan atau
hijau keungu–unguan. Batang tanaman berfungsi sebagai jalan zat–zat hara dari tanah
ke daun dan untuk menyalurkan hasil fotosintesis dari daun ke bagian tanaman yang
lain (Rukmana, 1997).
3. Akar
tanaman berwarna keputih– putihan dan halus berukuran sangat kecil. Di antara akar–
akar tersebut ada yang akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi (stolon)
yang selanjutnya akan menjadi umbi kentang. Akar tanaman berfungsi menyerap zat–
zat yang diperlukan tanaman dan untuk memperkokoh berdirinya tanaman (Samadi,
1997).
4. Bunga
5. Umbi
Selain mengandung zat gizi, umbi kentang mengandung zat solanin yang
beracun dan berbahaya bagi yang memakannya. Racun solanin akan berkurang atau
hilang apabila umbi telah tua sehingga aman untuk dimakan. Tetapi racun solanin
tidak dapat hilang apabila umbi tersebut keluar dari tanah dan terkena sinar matahari.
Umbi kentang yang masih mengandung racun solanin berwarna hijau walaupun telah
tua (Samadi, 1997).
Kondisi topografi yang mendukung usaha tani kentang, tidak serta merta
dapat meningkatkan produktivitas kentang yang dihasilkan. Beberapa kendala yang
menyebabkan kurang berhasilnya usahatani kentang adalah rendahnya kualitas bibit
yang digunakan, produktivitas rendah, teknik bercocok tanam yang kurang baik
khususnya pemupukan kurang tepat, baik dosis maupun waktunya, dan keadaan
lingkungan yang memang berbeda dengan daerah asal kentang (Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Yogyakarta 2004).
1) Kentang putih, yaitu jenis kentang dengan warna kulit dan daging umbi putih,
misalnya varietas Atlantic, Marita, Donata, dan lainnya.
2) Kentang kuning, yaitu jenis kentang yang umbi dan kulitnya berwarna kuning,
misalnya varietas Granola, Cipanas, Cosima, dan lainnya.
3) Kentang merah, yaitu kentang dengan warna kulit dan daging umbi merah,
misalnya varietas Desiree dan Arka.
B. Syarat Tumbuh Tanaman Kentang
1) Iklim
ketinggian tempat antara 1000- 3000 mdpl. Suhu yang paling tepat untuk
pertumbuhan kentang adalah 20oC-24oC pada siang hari, sedangkan pada malam hari
yaitu 8oC-12oC. Suhu yang cocok selama periode pertumbuhan dari mulai bertunas
sampai stadium primordia bunga yaitu 12oC-16oC. Sedangkan setelah stadium
primordia bunga suhu yang cocok yaitu 19oC-20oC. Kentang dapat tumbuh baik
pada suhu rata-rata 15oC-20oC, jika suhu rata-rata melebihi 23oC daun biasanya
akan menjadi kecil serta jarak antar ruas menjadi Panjang (Soelarso, 1997).
2) Kesuburan Tanah
7. Pengapuran dilakukan apabila pH kurang dari 5,8 dengan kapur dolomit yang
berstruktur rapuh, remah dan mudah mengikat asam (Neni, 2010).
Lokasi penanaman kentang yang paling baik adalah tanah bekas sawah karena
hama dan penyakit berkurang akibat sawah selalu berada dalam kondisi anaerob.
Kegiatan persiapan lahan tanaman kentang hingga siap tanam dilakukan melalui
beberapa tahap. Tahap awal dari kegiatan tersebut adalah perencanaan yang meliputi
penentuan arah bedengan, terutama pada lahan berbukit, pembuatan selokan,
pemeliharaan tanaman dan pemupukan (Samadi, 1997).
3. Pemupukan
Pemupukan dasar adalah tahapan terakhir dari kegiatan persiapan lahan. Pupuk
dasar yang terdiri dari pupuk organik dan pupuk anorganik diberikan sebelum tanam.
Pupuk organik diberikan pada permukaan bedengan kira–kira satu minggu sebelum
tanam. ketika penggemburan tanah terakhir dan dengan diberikan pada lubang tanam.
Pupuk anorganik yang berupa TSP diberikan sebagai pupuk dasar sebanyak 300 kg
sampai 350 kg per hektar bersamaan dengan pemberian pupuk organik. Kebutuhan
pupuk organik mencapai 20–30 ton per hektar, Pemupukan susulan dilakukan pada
13
saat sebelum pembumbunan yaitu menggunakan kombinasi Urea, TSP, KCl, atau ZA,
TSP, KCl dengan waktu dan dosis pemberian pupuk (Samadi, 1997).
4. Penanaman
Penanaman bibit kentang yang paling sederhana yaitu dengan cara umbi bibit
diletakkan dalam alur tepat di tengah–tengah dengan posisi tunas menghadap keatas
dan jarak antara umbi bibit dalam alur adalah 25–30 cm. Khusus di dataran
menengah, jarak tanam diatur 50–30 cm untuk sistem bedengan atau 60–70 cm x 30
cm untuk sistem guludan (Sutabradja, 2008).
5. Pemeliharan Tanaman
a) Pengairan
b) Penyiangan
14
c) Pembumbunan
Pada budidaya kentang, sering terdapat gangguan seperti masalah teknis dan
Organisme Pengganggu Tanaman. Centre International Potato bekerjasama dengan
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang telah mengiventarisasi OPT
pada kentang yang menghasilkan 72 jenis, terdiri dari 4 bakteri patogen, 13 cendawan
patogen, 15 jenis virus patogen, 8 jenis penyakit fisiologi, 31 jenis hama dan 1 jenis
mikoplasma patogen. Jumlah sebanyak itu dikumpulkan dari beberapa negara
maupun daerah penghasil utama kentang (Semangun, 2007).
15
e) Panen
Tanaman kentang dipanen pada umur 90-160 hari setelah tanam (HST) dan
hasilnya beragam tergantung kultivar, wilayah produksi, dan kondisi pemasaran.
Kultivar adalah sekelompok tanaman yang memiliki satu atau lebih ciri yang dapat
dibedakan secara jelas, tetap mempertahankan ciri-ciri yang khas, dan sistem
reproduksinya secara seksual dan aseksual. Hasil yang tinggi biasanya dicapai oleh
kultivar umur dalam dan musim tanam yang panjang. Panen dilakukan sebelum
terjadi senescence daun atau kematian akibat bunga es dan umbi belum berkembang
penuh (Rukmana,1997).
Umbi yang dihasilkan oleh planlet ataupun mother plant disebut sebagai umbi
G0/ basic seed A atau umbi mini, sedang dari penanaman umbi G0 diperoleh umbi
G-1/ basic seed B. Selanjutnya dari penanaman G-1 dihasilkan umbi G-2 /foundation
seed dan dari G-2 dihasilkan umbi G-3/ stock seed. Apabila kualitas G-3 masih bagus
dengan syarat tingkat serangan penyakit rendah maka dilanjutkan untuk
menghasilkan G-4/ extension seed. Penanaman umbi G-0 dan G-1 dilakukan dirumah
kaca dengan media tanam steril dan lingkungan yang terisolir hama dan penyakit
tanaman, sedang G-2, G-3 dan G-4 di tanam di lapang (Wardiyati, 2003).
16
relatif dangkal, kurang beraturan dan melebar, namun lama kelamaan akan
berkembang dengan baik seperti tanaman dari biji, umumnya tanaman akan lebih
cepat bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji (Pudjiono,
1996). Selain itu, tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih cepat
berbunga dan berbuah. Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif, adalah
membutuhkan pohon induk yang lebih besar dan banyak, sehingga membutuhkan
biaya yang cukup tinggi (BPTH, 2009).
a. Media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman
yang akan diperbanyak. Media yang di gunakan biasanya terdiri dari garam
mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu di perlukan juga bahan tambahan
seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang
ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung
dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi
ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan
juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf (Yusnita.
2003).
b. Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur
jaringan adalah tunas. Ada beberapa tipe jaringan yang di gunakan sebagai
eksplan dalam pengerjaan kultur jaringan. Pertama adalah jaringan muda
yang belum mengalami diferensiasi dan masih aktif membelah
18
Media yang biasa digunakan pada penanaman stek umbi kentang adalah
media tanah dan pupuk kandang. Disamping media tersebut banyak media yang dapat
memanfaatkan media antara lain cocopeat, serbuk gergaji, arang sekam dan pupuk
kandang. Mediamedia ini diharapkan dapat memberi hasil yang baik untuk
pertumbuhan stek umbi kentang. Arang sekam sebagai limbah pertanian tanaman
pangan yang murah, mudah di dapat dan ringan mulai banyak diminati masyarakat
untuk dimanfaatkan sebagaicampuran media tanam yang lain yaitu pasir, tanah,
pupuk kandang dan lain-lain. Arang sekam mempunyai sifat yang mudah mengikat
air, tidak mudah menggumpal, harganya relative murah, bahannya mudah didapat,
ringan, steril dan mempunyai porositas yang baik. Komposisi kimiawi dari arang
sekam sendiri terdiri dari SiO2 dengan kadar 72,28 % dan C sebanyak 31%.
Sementara kandungan lainnya terdiri dari Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO, dan Cu
dengan jumlah yang kecil (Bakri, 2008). Arang sekam dapat digunakan sebagai
20
media pilihan selain tanah pada budidaya tanaman dalam pot karena daya ikat
terhadap air cukup tinggi sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan dalam hal
menyimpan air dengan kuat. Serbuk sabut kelapa (cocopeat) merupakan media yang
memiliki kapasitas menahan air cukup tinggi yaitu mencapai 14,71 kali bobot
keringnya (Sutater et al., 1998). Selanjutnya Hasriani dkk (2012) juga menyatakan
bahwa media sapih cocopeat memiliki kadar air dan daya simpan air masing-masing
sebesar 119 % dan 695,4 %. Media sapih cocopeat memiliki pori mikro yang mampu
menghambat gerakan air lebih besar sehingga menyebabkan ketersediaan air lebih
Pupuk kandang digunakan sebagai media karena salah satu keunggulan dari
pupuk adalah mudah terdekomposisi dan unsure hara yang tinggi terutama unsur
struktur tanah dan mempertahankan kesuburan tanah disamping sifatnya yang dapat
menahan air (Sumaryuono, 1981, William Cs (1996) . Menurut Donahue (1970) dan
Malherbe (1964) bahwa pemberian bahan organik dalam proses petapukan akan
berbentuk asam organik maupun an organik, yang dapat meningkatkan daya larut
unsur-unsur seperti Ca, P dan K. Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari
kotoran hewan/ternak. Susunan hara pupuk kandang tergantung macam dan jenis
21
hewan ternak. Nilai hara pupuk kandang dipengaruhi oleh makanan hewan yang
dagingnya saja , jenis hewan dan jenis bahan yang digunakan sebagai alas kandang (
Agus, 2012 ).
pengaruh yang baik terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Penggunaan pupuk kandang
(Susanto, 2002).
yang jumlahnya cukup melimpah serta penggunaannya masih sangat kurang optimal.
Untuk mengurangi tingkat pencemaran yang tinggi serbuk kayu dapat dimanfaatkan
agar mempunyai nilai ekonomis, yakni menjadikannya sebagai media tanam bagi
G. Hipotesis